Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yudhi Salman Dwi Satya NIM : 1007113572 Jurusan : Teknik Sipil S1 Mata Kuliah : Irigasi Pertanian Dosen

: Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru Paper ini merupakan tulisan yang akan membahas tentang metoda pemberian air irigasi dengan ruang lingkup; Cara pemberian Air Irigasi , dan Metoda Drainase dengan Tepat dan Benar. Penulis menggunakan beberapa sumber bahan bacaan dan media internet di dalam penulisan paper ini. Metoda Pemberian Air Irigasi Secara umum metoda pemberian air irigasi dapat digambarkan seperti skema pada Gambar 1. Metoda pemberian air irigasi dapat dibagi menjadi 4 bagian besar yakni: (a) Irigasi Permukaan, (b) Irigasi Bawah-permukaan, (c) Irigasi Curah (sprinkler), dan (d) Irigasi Tetes (drip)

Gambar 1. Skema Metoda Pemberian Air Irigasi Metoda irigasi yang akan digunakan tergantung pada faktor ketersediaan air, tipe tanah, topografi lahan dan jenis tanaman. Apapun metoda irigasi yang dipilih, sesuatu yang diperlukan adalah merancang sistim irigasi sehingga menghasilkan pemakaian air oleh tanaman yang paling efisien.

1. Metoda irigasi permukaan(Surface Irrigation) Pada irigasi permukaan, air diberikan secara langsung melalui permukaan tanah darisuatu saluran atau pipa dimana elevasi muka airnya lebih tinggi dari elevasi lahan yang akan diairi (sekitar10~15 cm). Air irigasi mengalir pada permukaan tanah dari pangkal ke ujung lahan dan meresap ke dalam tanah membasahi daerah perakaran tanaman. Terdapat dua syarat penting untuk mendapatkan sistim irigasi permukaan yang efisien, yaitu perencanaan sistim distribusi air untuk mendapatkan pengendalian aliran air irigasi dan perataan lahan (land grading)yang baik, sehingga penyebaran air seragam ke seluruh petakan. Hidrolika aliran permukaan Pada irigasi permukaan air irigasi diberikan lewat permukaan tanah. Air irigasi akan mengalir di permukaan tanah dari bagian pangkal ke ujung petakan, sambil meresap ke dalam tanah mengisi lengas tanah di daerah perakaran tanaman. Proses aliran airirigasi terdiri dari: (a) awal jelajah aliran air(advance stream) sepanjang lereng permukaan lahan, (b) periode pembasahan dimana seluruhaliran berinfiltrasi kedalam tanah, (c) aliran resesi sejak dimana pasok air irigasi dihentikan (Gambar1.2).

Gambar1.2. Kurva jelajah dan resesi padairigasi permukaan

Total jumlah air yang meresap merupakan fungsi dari laju infiltrasi tanah dan waktu kesempatan berinfiltrasi. Idealnya sistim irigasi harus menghasilkan jumlah air meresap yang sama/seragam sejak di pangkal sampai ke ujung lahan, sehingga menghasilkan efisiensi pemakaian air yang tinggi di sepanjang daerah perakaran tanaman. Akan tetapi hal ini tidak mudah untuk didapatkan, kecuali melalui serangkaian uji-coba dan prosedur rancangan yang tepat. Contoh hubungan antara laju jelajah, laju resesi dan waktu kesempatan berinfiltrasi dapat dilihat pada Gambar 1.2. Pada prinsipnya rancangan irigasi permukaan adalah merancang beberapa parameter sehingga didapatkan waktu kesempatan berinfiltrasi yang relatif seragam dari pangkal sampai ke ujung lahan. Umumnya di bagian pangkal, air akan lebih banyak air meresap daripada bagian ujung petakan lahan, sehingga didapatkan efisiensi pemakaian air yang kecil. Prosedur pelaksanaan irigasi dalam irigasi permukaan adalah dengan menggunakan debit yang cukup besar, maka aliran akan mencapai bagian ujung secepat mungkin, dan meresap ke dalam tanah dengan merata. Setelah atau sebelum mencapai bagian ujung, aliran masuk dapat diperkecil debitnya (cut-back flow) sampai sejumlah air irigasi yang diinginkan sudah diresapkan. Pasok aliran air dihentikan dan proses resesi sepanjang lahan akan terjadi sampai proses irigasi selesai. 2. Metoda Irigasi Bawah Permukaan Air tanah adalah air yang berasal dari akuifer yang airnya pernah berhubungan dengan atmosfer. Akuifer adalah lapisan dengan formasi geologis yang mengandung air dan mampu memindahkan iar dari satu titik ke titik lain dalam jumlah yang mencukupi untuk pengembangan ekonomi. Secara praktikal, pemanfatan air tanah untuk irigasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian: a) Sebagai suplesi pada saat terjadi kekurangan air b) Sebagai sumber air utama Berdasarkan sumber pembentukannya air tanah dibedakan menjadi tiga yaitu meteorik (air tanah yang berasal dari air hujan dan mebentuk air tanah dengan proses infiltrasi), connate water ( air yang tersekap dalam pori batuan dan biasnya banyak mengandung garam), dan juvinle water (air yang terbentuk akibat dari proses kimia dalam tanah). Pengendapan waduk, ketersediaan lokasi penampungan air tanah permukaan menjadi masalah baru dan hal ini mempengaruhi pengembangan air tanah baik secara ekstensif maupun intensif. Pemompaan air dari sumber bawah tanah adalah salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Sekalipun demikian pengendalian air tanah adalah hal yang harus dipertimbangkan dalam upaya pemenuhan irigasi. Pengambilan air tanah harus memperhatikan unsur safe yield. Safe yield adalah debit air tanah yang dapat diambil bagi keperluan manusia tanpa menguras persediaannya sampai batas tertentu yang dianggap ekonomis.

Air tanah yang berpotensi untuk sumber irigasi adalah air tanah dalam. Air tanah dalam adalah air yang berada di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah dengan kedalaman > 60 meter. Air tersebut terdapat dalam ruang pori dalam lapisan tanah atau batuan yang mengandung air jenuh (akuifer). Untuk memanfaatkan tanah sebagai sumber irigasi diperlukan upaya pengangkatan dari air dari sumbernya ke permukaan serta penyalurannya ke lahan usaha tani. Terdapat empat komponen penting yang perlu diperhatikan dalam pembangunan irigasi yang bersumber dari air tanah dalam yaitu: Sumur, sumur dibuat sebagai tempat penampungan dari air tanah dalam dengan kedalam lebih dari 60 meter dari permukaan tanah. Pompa air dan perlengkapannya, pompa air digunakan untuk mengangkat air dari sumur ke permukaan tanah. Rumah pompa/ genset, untuk melindungi pompa air serta motor penggeraknya dari pengaruh cuaca. Jaringan air irigasi tanah, jaringan ini dibuat untuk engalirkan air dari pompa ke lahan usaha tani. 3. Metoda Irigasi Curah (Sistem Sprinkler) Irigasi Sprinkler (Sprinkler or spray Irrigation) adalah suatu metode pemberian air ke seluruh lahan yang akan diirigasi dengan menggunakan pipa yang bertekanan melalui nozzle. Sistem sprinkler dapat diklasifikasikan menjadi system permanent (Fixed/solid set), portable dan semi portable (hand move atau mechanical move), traveling irrigator (gun atau boom), center pivot atau linear move. Keutamaan Irigasi Sprinkler adalah suatu system irigasi yang fleksibel dimana selain dapat digunakan untuk menyiram tanaman juga dapat digunakan untuk pemupukan dan pengobatan dan untuk menjaga kelembaban tanah dan mengontrol kondisi iklim agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Adopsi dari system sprinkler ini tergantung pada keuntungan ekonomis dan lingkungan yang akan didapatkan dibandingkan dengan system irigasi yang lain. Sistem sprinkler sekarang ini digunakan untuk berbagai jenis tanaman terutama komoditas yang bernilai tinggi seperti buah-buahan, sayuran dan digunakan pada berbagai jenis lahan dan topografi. 4. Metoda Irigasi Tetes Irigasi cucuran, juga disebut irigasi tetesan (drip), terdiri dari jalur pipa yang ekstensif biasanya dengan diameter yang kecil yang memberikan air yang tersaring langsung ke

tanah dekat tanaman. Alat pengeluaran air pada pipa disebut pemancar (emitter) yang mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari pemancar, air menyebar secara menyamping dan tegak oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah gerakan vertikal oleh gravitasi. Daerah yang dibatasi oleh pemancar tergantung kepada besarnya aliran, jenis tanah, kelembaban tanah, dan permeabilitas tanah vertikal dan horizontal (Hansen dkk,1986)1 Irigasi tetes merupakan cara pemberian air dengan jalan meneteskan air melalui pipapipa secara setempat di sekitar tanaman atau sepanjang larikan tanaman. Disini hanya sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi, tetapi seluruh air yang ditambahkan dapat diserap cepat pada keadaan kelembaban tanah yang rendah. Jadi keuntungan cara ini adalah penggunaan air irigasi yang sangat efisien (Hakim dkk, 1986). 2 Irigasi tetes dapat dibedakan atas dua jenis yaitu irigasi tetes dengan pompa dan irigasi tetes dengan gaya gravitasi. Irigasi tetes dengan pompa yaitu irigasi tetes dengan sistem penyaluran air diatur dengan pompa. Irigasi tetes pompa ini umumnya memiliki alat dan perlengkapan yang lebih mahal daripada irigasi sistem gravitasi Irigasi sistem gravitasi adalah irigasi yang menggunakan gaya gravitasi dalam penyaluran air dari sumber. Irigasi ini biasanya terdiri dari unit pompa air untuk penyediaan air, tangki penampungan untuk menampung air dari pompa, jaringan pipa dengan diameter yang kecil dan pengeluaran air yang disebut pemancar emitter yang mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam ( Hansen dkk, 1986). Hal yang perlu diketahui dalam merancang irigasi tetes adalah sifat tanah, jenis tanah, sumber air, jenis tanaman, dan keadaan iklim. Sifat dan jenis tanah yang diperhatikan adalah kedalaman tanah, tekstur tanah, permeabilitas tanah dan kapasitas penyimpanan air (James dkk, 1982). 3 Pemberian air yang ideal adalah sejumlah air yang dapat membasahkan tanah diseluruh daerah perakaran sampai keadaan kapasitas lapang. Jika air diberikan berlebihan mengakibatkan penggenangan di tempat-tempat tertentu yang memburukkan aerasi tanah. Pedoman yang umum tentang waktu pemberian air adalah sekitar 60 % air yang tersedia di tanah. (Hakim dkk, 1986). Metode Drainase Sistem drainase pada umumnya berupa sistem drainase permukaan yang berupa saluran terbuka atau parit yang dibuat berdasarkan perhitungan, namun pada keadaan khusus saluran drainase dapat berupa drainase bawah tanah. Untuk drainase daerah pantai biasanya digunaan saluran terbuka. Dalam drainase daerah pantai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1
2

Terhambatnya aliran dari sungai ke laut ditinjau masalah kemungkinan terjadi luapan.

Hansen, Vaughn E; terj. Endang Pipin. 1992. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi.Penerbit Erlangga. Jakarta. Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung. 3 Beard, B. James. 1982.Turf Management for Golf Courses.Macmillan Publishing Company. USA.

Kenaikan muka air tanah Kemungkinan mengalirkan air kelebihan dari petak yang satu ke petak sawah yang lain. Hujan. Rembesan air laut. Pengaruh nyata dari pasangan surut

Referensi; Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung. Hansen, Vaughn E; terj. Endang Pipin. 1992. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi.Penerbit Erlangga. Jakarta. Beard, B. James. 1982.Turf Management for Golf Courses.Macmillan Publishing Company. USA. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21097/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada tanggal 22 september 2012 http://hapusketidakadilan.blogspot.com/2012/01/laporan-tugas-irigasi.html, diakses pada tanggal 22 september 2012 http://www.psda.jabarprov.go.id/data/menu/Metode%20Perencanaan%20Sistem%20Irigasi% 20Springkler.pdf, diakses pada tanggal 22 september 2012 http://rinoitink.blogspot.com/2010/04/teknik-pemberian-air-irigasi-irrigation.html, diakses pada tanggal 22 september 2012

Anda mungkin juga menyukai