Disusun Oleh :
Kelompok 1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1. Untuk menggetahui macam-macam pemberian air irigasi kepada tanaman
2. Untuk menggetahui cara merakit irigasi permukaan bawah tanah untuk tanaman
strawberry
3. Mengetahui besar debit air yang mengalir di saluran irigasi yang telah di buat serta
menghitung waktu yang diperlukan untuk mengairi tanaman strawberry polybag
1.3 MANFAAT
1. Bisa memberikan perairan kepada tanamn dengan beberapa macam atau
beberapa metode
2. Bisa merakit irigasi permukaan secara sederhana untuk tanaman strawberry
3. Bisa menggitung debit air yang mengalir di saluran irigasi yang telah di buat serta
menghitung waktu yang diperlukan untuk mengairi polybag pada tanaman
strawberry
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
1. Irigasi Permukaan (Surface Irrigation). Metode ini merupakan cara aplikasi irigasi
yang efektif dan paling banyak digunakan. Irigasi permukaan lebih cocok diterapkan pada
lahan yang relatif seragam dan datar (slope < 2%) serta tanah dengan kapasitas infiltrasi
rendah sampai sedang. Investasi awal yang diperlukan untuk membangun irigasi
permukaan biasanya rendah namun efisiensinya relatif rendah karena banyak kehilangan
air melalui evaporasi, perkolasi, run off maupun seepage. Beberapa tipe irigasi
permukaan yang sering dijumpai adalah sawah/genangan (basin), luapan (border), alur
(furrow), dan surjan
2. Irigasi Genangan/Sawah (Basin Irrigation). Sistem irigasi ini banyak digunakan untuk
tanaman padi. air diberikan melalui siphon, saluran maupun pintu air ke kolam kemudian
ditahan di kolam dengan kedalaman dan selama waktu yang dikehendaki, Irigasi sawah
paling cocok untuk untuk tanah dengan laju infiltrasi sedang sampai rendah (± 50
mm/jam). Topografi lahan yang sesuai adalah kemiringan kecil (slope = 0-0,5). Apabila
lahan miring atau bergelombang perlu diratakan (levelling) atau dibuat teras. Operasi
dapat dilaksanakan oleh tenaga yang tidak ahli. Teknik pemberiaan air dengan genangan
dapat digunakan untuk tanaman apapun dengan memperhatikan desain, layout, dan
prosedur operasinya.( Sudjarwadi, 1990)
3. Irigasi Luapan (Border). Irigasi luapan dilakukan dengan membuat galengan yang
sejajar untuk menggiring selapis tipis air bergerak dari satu sisi ke sisi lahan yang lain.
Lahan dibagi menjadi beberapa strip sejajar yang dipisahkan oleh galengan kecil. Sifat
irigasi luapan ini adalah memberikan air irigasi dapat jumlah seragam di lahan. Irigasi
luapan dapat cocok diterapkan di lahan dengan permukaan relatif datar atau dapat dibuat
datar dengan murah dan tanpa mengurangi produksi.Umumnya irigasi luapan baik untuk
untuk tanah dengan kapasitas infiltrasi sedang sampai rendah.Seringkali metode ini tidak
cocok diterapkan di tanah pasiran kasar. Tahap-tahap desain irigasi genangan dapat
diterapkan untuk desain irigasi luapan. Tahap terakhir ditambahkan menenetukan jumlah
jalur yang akan diairi setiap pemberian irigasi.
4 Irigasi Alur (Furrow Irrigation). Irigasi alur dilakukan dengan mengalirkan air melalui
alur-alur atau saluran kecil yang dibuat searah atau memotong slope.Air masuk ke dalam
permukaan tanah dari dasar alur dan dinding alur.Teknik ini cocok untuk tanah berderet
dengan tekstur medium sampai halus untuk mengalirkan air vertikal dan horisontal.
Desain irigasi alur meliputi panjang alur, jarak antar alur, dan kedalaman alur.Panjang
alur berkisar 100-200 m dengan memperhatikan perkolasi dan erosi.Jarak antar alur 1-2
m tergantung jenis tanaman dan sifat tanah.Kedalaman alur 20-30 cm untuk memudahkan
pengendalian dan penetrasi air. Kelebihan dari irigasi alur ini adalah mengurangi
kehilangan akibat evaporasi, mengurangi pelumpran tanah berat, dan mempercepat
pengolahan tanah setelah pemberian air.Irigasi alur cocok untuk memberikan air pada
tanaman yang mudah rusak bila bagian tanamannya terkena air.Tenaga kerja yang
diperlukan untuk mengoperasikan sistem ini relatif lebih besar daripada irigasi kolam.
(Sudjarwadi, 1990)
5. Irigasi Sprinkle (Curah). Sistem Irigasi curah atau sprinkler merupakan salah satu
alternative metode pemberian air dengan efisiensi pemberian air lebih tinggi
dibandingkan dengan irigasi permukaan (surface irrigation). Air yang disemprot akan
seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu,
kemudian menetes ke akar. Penyemprotan dibuat dengan mengalirkan air bertekanan
melalui orifice kecil atau nozzle.Tekanan biasanya didapatkan dengan pemompaan.
Untuk mendapatkan penyebaran air yang seragam diperlukan pemilihan ukuran nozzle,
tekanan operasional, spasing sprinkler dan laju infiltrasi tanah yang sesuai. Irigasi curah
dapat digunakan untuk hampir semua tanaman, pada hampir semua jenis tanah.Akan
tetapi tidak cocok untuk tanah berstruktur liat halus, dimana laju infiltrasi kurang dari 4
mm per jam dan atau kecepatan angin lebih besar dari 13 km/jam. Disamping untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman.Sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah
pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah
air dialirkan dari sumber melalui jaringan pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen
dan ke beberapa lateral yang masing-masing mempunyai beberapa mata pencurah.
6. Irigasi Tetes. Irigasi Tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring
ke dalam tanah melalui suatu pemancar (emiter / dripper). Air akan menyebar di tanah
baik ke samping maupun ke bawah karena gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya
tergantung jenis tanah, kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman. Irigasi tetes
sering juga disebut sebagai irigasi mikro, irigasi bawah tanah, iigasi rembesan, tau irigasi
gelembung yang memiliki kriteri rancangan dan pengelolaan yang sama.
Saluran irigasi teknis dibangun ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai saluran tempat
mengalirnta air. Untuk mengatur volume dan kecepatan air, saluran harus dibagi-bagi.
Adanya kotoran dan sampah yang tertimbun juga dapat mengganggu aliran air. Saluran
air juga dapat membendung jika terjadi banjir sewaktu-waktu (Wirawan,1991).
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam
perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai
jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan
produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi
evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus
seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian.
(Sudjarwadi 1990). Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk
merancang sistem irigasi serta mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS.
Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air
suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada.
Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan
melalui empat katagori ( Gordon et al., 1993): Pengukuran volume air sungai, Pengukuran
debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang melintang
sungai, Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia ( pewarna) yang dialirkan
dalam aliran sungai (substance tracing method), Pengukuran debit dengan membuat
bangunan pengukuran debit seperti weir ( aliran air lambat) atau flume ( aliran cepat).
BAB III
METEDOLOGI PELAKSANAAN
1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan dalam pembuatan media
2. Campurkan tanah, arang sekam dan kompos hingga perbandingan 2:1:1 dan aduk
hingga merata
3. Siapkan pot kemudian isi oleh media yang sudah di buat sampai pot penuh
4. Sesudah pot pednuh kemudian di taro di rangka yang sudah di siapkan dan di ikat
dengan kawat supaya pada saat menyaluran air pot tidak tumpah atau bergeser
5. Sesudah media tanah sudah siap, kemudian media langsung di tanami tanaman
strawberry
Perakitan irigasi permukaan sederhana
4.1 HASIL
Hasil dari praktikum pembuatan media tanam untuk tanaman strawberry dan perakitan
irigasi bawah permukaan secara sederhana.
4.2 PEMBAHASAAN
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA