Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN


JAGUNG (Zea mays L) PADA MASSA TANAMAN USIA 20 HST, 60 HST
DAN 80 HST

Disusun oleh :

1. Hesti Cahyaningtias (201410006)


2. Bima Langlang Buana (201410008)
3. Dini Cipta Candara Yani (201410017)
4. Hamidun (201410018)
5. Syahrial Rizqi Maulana (191410025)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat

kesempatan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

penelitian “Analisis Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman

Jagung Zea mays L. “

Laporan penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan mata

kuliah Analisis Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman pada Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga,

Probolinggo.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Aprilia Hartanti, S.P., M.P., selaku dosen pengampu mata kuliah

Analisis Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman yang telah

memberika dan mentrasferkan ilmunya kepada penulis dan teman-teman.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

sempurna dan masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat

maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu, penulis menerima segala

masukkan dan saran untuk menyempurnakan laporan penelitian ini.

Probolinggo, 22 mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ..............................................................................................i
Daftar Isi .........................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang ....................................................................................1
2. Rumusan Masalah ...............................................................................3
3. Tujuan Penelitian ................................................................................3
4. Manfaat Penelitian ..............................................................................3
Bab II Tinjauan Pustaka ..............................................................................3
A. Klasifikasi ..........................................................................................4
B. Morfologi .............................................................................................5
C. Syarat Tumbuh .....................................................................................5
D. Teknik Budidaya Tanaman Jagung ......................................................7
E. Pemeliharaan ........................................................................................8
F. Panen ....................................................................................................10
Bab III Metode Praktikum
A. Tempat dan Waktu Praktikum ...........................................................15
B. Alat dan Bahan .....................................................................................15
C. Cara Kerja ............................................................................................16
Bab IV Hasil dan pembahasan
A. Hasil Pengamatan ...............................................................................17
B. Pembahasan ........................................................................................17
Bab V Kesimpulan ........................................................................................23
Daftar Pustaka ..............................................................................................24
Lampiran – lampiran ....................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Jagung Zea mays L. merupakan salah satu komoditas utama

tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam

peningkatan perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi

multiguna, baik untuk konsumsi langsung, sebagai bahan baku utama

industri pakan dan industri pangan, dan bahkan dibanyak negara sudah

dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi (Sulaiman dkk., 2018). Laju

pertambahan penduduk yang semakin meningkat secara tidak langsung

mempengaruhi permintaan jagung yang semakin meningkat pula. Jagung

merupakan salah satu komoditas pangan sumber karbohidrat kedua setelah

beras yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional.

Kedudukan sebagai sumber pangan utama mempunyai peluang yang

cukup tinggi untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri pengolahan

pangan (Herlina,N & Fitria W 2017).

Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan jagung nasioal dan

zero impor, sejak tahun 2007 pemerintah telah menerapkan program

peningkatan produktivitas jagung melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu

jagung (PTT jagung). Saat ini, pemerintah (SK Mentan Nomor:

1243/Kpts/OT.160/12/2014) melanjutkan program tersebut dengan

program upaya khusus peningkatan produksi jagung melalui Gerakan

Peningkatan Pengelolaan Tanaman Terpadu jagung (GP-PTT jagung) serta

4
5

Perluasan Areal Tanam dengan Peningkatan Indeks Pertanaman jagung

(PAT-PIP), yang bertujuan untuk meningkatkan produksi, pendapatan

petani, dan menjaga kelestarian lingkungan (Kementan,2015).

2. Rumusan masalah

a. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman jagung ?

b. Bagaimana pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung

dari fase ke fase?

c. Apa saja perubahan morfologi yang terjadi selama pertumbuhan

dan perkembangan tanaman jagung ?

3. Tujuan masalah

a. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung

b. Untuk mengetahui bagaimana pola pertumbuhan dan

perkembangan tanaman jagung dari fase ke fase

c. Untuk mengetahui apa saja perubahan morfologi yang terjadi

selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) termasuk tanaman semusim dari jenis graminae

yang memiliki batang tunggal dan monoceous. Siklus hidup tanaman ini

terdiri dari fase vegetatif dan generatif. Menurut Pratama (2015), secara

lengkap tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Class : Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Family : Graminacea

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

B. Morfologi Tanaman Jagung

1. Akar

Akar jagung tergolong akar serabut yang sebagian besar berada

pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul

akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu

menyangga tegaknya tanaman (Purwono dan Hartono , 2007).

6
7

2. Batang

Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas antara 10-

40 ruas. Tanaman jagung umumnnya tidak bercabang. Tinggi tanaman

jagung berkisar antara 1,5-2,5 m dan terbungkus pelepah daun yang

berselang-seling yang berasal

dari setiap buku, dan buku batang tersebut mudah dilihat. Ruas bagian

atas batang

berbentuk silindris dan ruas bagian bawah batang berbentuk bulat agak

pipih. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung

lignin. Batang jagung berwarna hijau sampai keunguan, berbentuk

bulat dengan penampang melintang selebar 125-250 cm (Dongoran,

2009).

3. Daun

Daun jagung terdiri atas helaian daun dan pelepah daun yang erat

melekat pada batang. Daun jagung mulai terbuka setelah koleoptil

muncul di atas permukaan tanah. Jumlah daun umumya berkisar antara

10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka sempurna adalah

3-4 hari setiap daun. Lebar helai daun dikategorikan mulai dari sangat

sempit (< 5 cm), sempit (5,1-7 cm), sedang (7,1-9 cm), lebar (9,1-11

cm),hingga sangat lebar (>11 cm). Daun jagung sempurna nentuknya

memanjang antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Ligula ini

berbulu dan berlemak, fungsi ligula adalah mencegah air masuk


8

kedalam kelopak daun dan batang, tulang daun sejajar dengan ibu

tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut

(Purwono dan Hartono, 2007).

4. Bunga

Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang

terpisah (diklin) dalam satu tanaman (Monoecious). Bunga betina

berwarna putih panjang dan biasa disebut rambut jagung. Bunga betina

dapat menerima tepung sari disepanjang rambutnya. Tiap kuntum

memiliki struktur khas bunga dari suku Poeceae yang disebut flore.

Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal:

gluma). Bunga jantan tumbuh dibagian pucuk tanaman berupa

karangan bunga (Inflorescence), serbuk sari berwarna kuning dan

beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh

dari buku, diantara batang dan pelepah daun (ketiak daun). Bunga

jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2 – 5 hari lebih dini dari

bunga betinanya (Protandri). Penyerbukan pada jagung terjadi bila

serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan menempel pada rambut tongkol

(bunga betina). Pada jagung umumnya terjadi penyerbukan silang

(Cross pollinated crop). Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman

lain. Sangat jarang penyerbukn yang serbuk sarinya dari tanaman

sendiri (Purwono dan Hartono, 2007).


9

5. Biji

Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian

utama, yaitu dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini

merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji

rata-rata terdiri dari 10% protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat.Biji

jagung juga merupakan sumber dari vitamin A dan E. Menurut Akbar

(2010) biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada

endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari

seluruh bahan kering biji. Panen jagung mulai dapat dilakukan jika biji

sudah masak secara fisiologi yaitu pada waktu kandungan bahan kimia

dalam biji telah mencapai jumlah optimal. Kadar air biji merupakan

kriteria untuk saat panen yang tepat dimana biji jagung yang telah

masak secara fisiologis jika kandungan air dalam biji sekitar 25-30 %.

Selain dari kadar air juga dapat dilihat dari tandatanda luar tanaman

yaitu menguningnya daun dan kelobot, biji berwarna kuning emas,

mengkilat dan keras (untuk jagung kuning).

C. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

1. Iklim

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis. Jagung dapat tumbuh di

daerah yang terletak antara 0-50⁰C LU hingga 0-40 ⁰ LS. Jagung tidak

beradaptasi dengan baik pada kondisi tropika basah. Maka, apabila

ditanam di daerah beriklim tropis dengan perawatan yang baik, jagung


10

akan menghasilkan produksi yang maksimal. Pertumbuhan jagung

paling baik pada musim panas. Kondisi pH tanah yang paling cocok

untuk pertumbuhan jagung yaitu berkisar antara 6,0-6,5 (Syukur dan

Rifianto, 2014). Tanaman jagung menghendaki daerah yang beriklim

sedang hingga subtropik atau tropis yang basah dan di daerah yang

terletak antara 0-500⁰ LU hingga 0-400⁰ LS. Tanaman jagung juga

menghendaki penyinaran matahari yang penuh. Suhu optimum yang

dikehendaki adalah 21-34⁰C. Curah hujan yang ideal untuk tanaman

jagung adalah 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pertumbuhan

tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung

yang ternaungi pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil

biji yang kurang

baik bahkan tidak dapat membentuk buah (Tim Karya Tani Mandiri,

2010).

D. Teknik Budidaya tanaman jagung

1. Pengolahan lahan

Dilakukan dengan cara membersihkan gulma, lalu mencangkul tanah

sampai gembur. Kemudian membuat bedengan dengan ukuran 120 cm

x 120 cm, tinggi bedengan 30 cm dengan jarak antar plot 50 cm dan

jarak antar ulangan 100 cm.

2. Penanaman

Penanaman benih jagung dilakukan dengan cara merendam benih

terlebih dahulu di dalam air selama 15 menit, bila terdapat benih yang
11

mengapung di air maka benih tidak digunakan. Kemudian benih yang

sudah di rendam di masukkan ke dalam lubang tanam, benih di tanam

dengan cara tugal. Setiap lubang tanam di isi sebanyak 2 benih, hal ini

dilakukan untuk meminimalisir benih yang tidak tumbuh. Penanaman

ini dilakukan dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm.

E. Pemeliharaan

a) Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan air yang ada di

lahan penelitian dan disiramkan dengan menggunakan gembor.

Penyiraman dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali sehari

dengan dosis 3 liter pada pagi hari pukul (06.00- 09.00 Wib)

dan sore hari (16.00-18.00 Wib). Penyiraman tanaman jagung

tidak dilakukan apa bila turun hujan.

b) Pemupukan

Waktu pemberia pupuk pada tanaman jagung bisa diberikan

sebanyak 3 waktu/ (3 kali) yaitu: pupuk dasar yaitu pada saat

tanaman berumur, pupuk susulan pertama (I) pada saat

tanaman berumur 28- 30 hari setelah tanam, dan pupuk susulan

kedua (II) pada saat tanaman berumur 45- 50 hari (atau saat

tanaman menjelang berbunga). Namun sebagai standar atau

patokan yang umum dosis pemupukan tanaman jagung adalah

sebagai berikut, jika menggunakan pupuk tunggal dosisnya

adalah, Urea : 350 kg/ha, SP-36 : 200 kg/ha, dan KCl : 100
12

kg/ha. Namun jika pupuk KCl susah didapat bisa menggunakan

pupuk majemuk dengan dosis sebagai berikut, NPK Phonska :

400 kg/ha, Urea : 270 kg/ha, SP-36 : 80 kg/ha.

c) Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan

bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman

tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar

tanaman yang bermunculan diatas permukaan tanah karena

adanya areasi. Kegiatan dilakukan pada saat tanaman berumur

6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya

tanah disebelah kiri kanan barisan tanaman diuruk dengan

cangkul, kemudian ditimbun dibarisan tanaman. Dengan cara

ini akan terbentuk guludah yang memanjang. Untuk efisien

tenaga biasanya pembumbunan dilakukan bersamaan dengan

penyiangan keduan yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.

d) Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama yang menyerang tanaman jagung dilakukan

dengan menggunakan cara pengutipan (handpacking) namun

bila hama yang menyerang sudah tidak dapat dikendalikan

dengan cara pengutipan maka dilakukan penyemprotan

pestisida nabati yang terbuat dari ekstrak pinang muda.

Pembuatan pestisida nabati dari pinang muda dilakukan dengan

menunbuk pinang muda tersebut sebanyak 1 kg, kemudian


13

dimasukan ke dalam tong yang berisi air 1 liter lalu di

tambahkan detergen sebayak 200 gr (Bunaiyah, et al., 2013).

e) Penyiangan

Tujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman penganggu

(gulma) dan tanaman dapat tumbuh maksimal. Penyiangan

dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung

yang masih muda atau kecil biasanya dengan tangan atau

cangkul kecil, yang penting penyiangan ini tidak menganggu

tanaman pokok, terutama perakaran tanaman yang pada umur

tsb masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini

biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang

tumbuh di bedengan dan sekitarnya. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi terjadinya persaingan dalam menyerap unsur hara

di dalam tanah. Setelah penyiangan dilakukan, selanjutnya

melakukan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan untuk

memperkokoh berdirinya tanaman jagung.

f) Penyulaman

penyulaman, benih jagung yang tidak tumbuh harus segera

disulam, penyulaman dilakukan dengan cara mengganti benih

mati dengan benih baru, waktu penyulaman jangan terlambat

yakni sekitar 7 hari setelah tanam, keteria batas penyulaman

akan menyulitkan pemeliharaan tanaman karena


14

pertumbuhannya tidak seragam dan umur tanaman jauh

berbeda.

F. Panen

Pemanenan tanaman jagung dilakukan apabila tanaman sudah berumur

80 sampai 100 hari setelah tanam (HST). Pemanenan tanaman jagung

dilakukan dengan memetik tongkol jagung dari tanaman.


BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan di ruang kelas Fakultas Pertanian, Universitas

Panca Marga, desa Pabean, Dringu, kabupaten Probolinggo. Penelitian ini

dilaksanakan pada tanggal 3 April 2023 pada pukul 08.00-10.00 WIB.

B. Alat dan bahan

1. Alat

a) Penggaris

b) Pensil

c) Cutter

d) Gunting

e) Timbangan

2. Bahan

a) Kertas Milimeter blok

b) Kertas HVS F4

c) Tanaman jagung umur 40 HST, 60 HST dan 80 HST

C. Cara kerja

a) Prosedur nisbah berat daun :

1) Gunting pola daun pada milimeter blok sesuai letak

daun

2) Gunting kertas HVS F4 ukuran 10×10 cm sebanyak 10

buah

15
16

3) Timbang berat 10 buah kertas HVS F4 yang telah di

gunting tadi

4) Timbang pola daun sesuai letak duduk daun pada umur

tanaman tertentu

5) Hitung berat daun dengan rumus

6) Jumlah berat pola daun/Jumlah berat 10 buah kertas

b) Prosedur berat massa tanaman :

1) Timbang semua bagian tanaman sesuai umur tanaman

2) Masukkan oven dan dikeringkan selama 2 hari

3) Timbang berat kering tanaman sesuai umur


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.1 Data Relative Growth Rate (RGR)
Parameter yang diamati

Pengamatan hari
ke- (HST) Berat pola Berat Pola kertas Berat segar Berat kering
daun (A) (B) tanaman (gr) tanaman (gr)

20 1.52 0.8 43.75 17


60 2.49 0.8 258.75 135
80 1.9 0.8 1181 288

Berat Pola Daun


Luas Daun 20 HST = x 100cm2
Berat Kertas 10 cm x 10 cm
1, 52
= x 100cm2
0,8

= 190
Berat Pola Daun
Luas Daun 60 HST = x 100cm2
Berat Kertas 10 cm x 10 cm
2 , 49
= x 100cm2
0,8
= 311,25
Berat Pola Daun
Luas Daun 20 HST = x 100cm2
Berat Kertas 10 cm x 10 cm
1 ,9
= x 100cm2
0,8

= 237,5
Tabel 2 Laju Pertumbuhan Tanaman Jagung

HST L W ln L NAR ln W RGR


20 190.00 17.0 5.247 2.833
0.01200 0.05180
60
311.25 135.0 5.741 9 4.905 2
0.02805
80
237.50 288.0 5.470 1 5.663 0.03788

17
18
19

NAR 1= 0,012009g/cm2/minggu

NAR 2= 0,028051g/cm2/minggu

NAR 1= 0.051802g/cm2/minggu

NAR 2= 0.03788g/cm2/minggu

Massa tanaman pada usia 20 HST: 0 gram

Massa tanaman pada usia 60 HST: 0.051802 gram

Massa tanaman pada usia 80 HST: 0.03788 gram

Untuk menghitung RGR, kita akan membandingkan perubahan massa dengan


waktu yang berlalu antara dua titik waktu.

Perubahan massa dari usia 20 HST ke 60 HST:

Perubahan massa = Massa pada usia 60 HST - Massa pada usia 20 HST

= 0.051802 gram - 0 gram

= 0.051802 gram

Jumlah hari antara usia 20 HST dan 60 HST dapat dihitung jika diketahui periode
waktu pengamatan antara keduanya. Jika kita memiliki informasi ini, kita dapat
menghitung RGR secara lebih spesifik.

Perubahan massa dari usia 60 HST ke 80 HST:

Perubahan massa = Massa pada usia 80 HST - Massa pada usia 60 HST

= 0.03788 gram - 0.051802 gram

= -0.013922 gram

Perubahan massa negatif menunjukkan adanya penurunan massa tanaman dari


usia 60 HST ke 80 HST.
20

Laju pertumbuhan, laju asimilasi bersih, hasil biji dan eisiensi serapan N

yang tinggi pada kondisi kapasitas lapang menunjukan bahwa pertumbuhan

tersebut membutuhkan air yang tersedia untuk penampilan optimal. Doorrenbos

dan Kassan (1979) menyatakan bahwa ketersediaan air diperlukan untuk

menyesuaikan diri dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman, di antaranya

untuk peningkatan luas daun. Deisit air dalam jangka waktu yang pendek hanya

berpengaruh pada kapasitas pertukaran gas dan eisiensi fotosintesis, sedangkan

untuk jangka panjang mengakibatkan menurunnya eisiensi pembentukan bahan

kering (Munchow et al., 1986). Kekurangan air mengakibatkan berkurangnya laju

fotosintesis karena dehidrasi protoplas akan menurunkan kapasitas fotosintesis

(Rahayu, 2002)

Air yang cukup akan mendukung pening-katan luas daun sehingga

berhubungan dengan tingkat produksi tanaman (Gardner et al., 1991). Rendahnya

jumlah air akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga

mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman (Santosa, 1995). Sloane et

al. (1990) menyatakan bahwa cekaman air pada masa generatif, misalnya pada

saat pengisian polong, akan menurunkan produksi. Tanaman kedelai yang

mengalami deisit air, translokasi fotosintat ke biji akan terhambat (Rahayu, 2002)

Tabel 3 Indeks luas daun 20 HST


Tanaman
X=pxl Y = -6,2 + 1,62 X
Sampel Daun
1 atas 193.4104 307.12485
Tengah 0 -6.2
Bawah 0 -6.2
2 atas 296.3256 473.84747
Tengah 115.42 180.7804
21

Bawah 65.09 99.2458


3 atas 197.8575 314.32915
Tengah 257.5 410.95
Bawah 461.166 740.88892
4 atas 274.652 438.73624
Tengah 126.425 198.6085
Bawah 0 -6.2
Tabel 4 Indeks luas daun 60 HST

Tanaman
Sampe X=pxl Y = -6,2 + 1,62 X
l Daun
1 atas 301.1669 481.69038
Tengah 395.3931 634.33682
Bawah 0 -6.2
2 atas 178.024 282.19888
Tengah 473.754 761.28148
Bawah 404.7 649.414
3 atas 81.26 125.4412
Tengah 467.775 751.5955
Bawah 384.492 616.67704
4 atas 1039.58 1677.9196
Tengah 534.7425 860.08285
Bawah 195.36 310.2832

Tabel 5 Indeks luas daun 80 HST

Tanaman
Sampe X=pxl Y = -6,2 + 1,62 X
l Daun
1 atas 440.2896 707.06915
Tengah 799.7649 1289.4191
Bawah 415.552 666.99424
2 atas 349.308 559.67896
Tengah 792.948 1278.3758
Bawah 318.3 509.446
3 atas 0 -6.2
Tengah 628.26 1011.5812
Bawah 754.5048 1216.0978
4 atas 507.5672 816.05886
Tengah 637.52125 1026.5844
22

Bawah 567 912.34


Berdasarkan data rata-rata berat kering jagung yang diaplikasi Indeks Luas

Daun, terlihat ada kecenderungan peningkatan berat kering pada semua massa

tanam baik 20HST, 60HST dan 80 HST. Hal ini berbanding terbalik dengan rata-

rata berat segar tanaman yang cenderung menurun pada semua massa kondisi.

Berat kering tanaman menunjukkan biomassa yang menggambarkan berat bersih

hasil fotosintesis tanaman dan seringkali dihubungkan dengan efisiensi

fotosintesis. Parameter ini menggambarkan keseluruhan pertumbuhan tanaman

dan dinilai indicator paling representative untuk menunjukkan tingkat

pertumbuhan tanaman (Wijaya, 2021)

Parameter pertumbuhan yang bisa digunakan untuk mendukung

pengambilan simpulan terkait hubungan Analisis Pertumbuhan Dan

Perkembangan Tanaman Jagung (Zea mays L) pada massa tanaman usia 20 HST,

60 HST dan 80 HST yaitu RGR (Relative Growth Rate). RGR menunjukkan

kecepatan pertumbuhan pada periode tertentu selama pertumbuhannya. Hasil

pengukuran RGR tanaman jagung di lakukan pada rentang umur tanaman 20-80

HST dengan hasil tidak berbeda nyata secara statistic untuk semua massa tanaman

usia 20 HST, 60 HST dan 80 HST. Namun apabila di deskripsikan, RGR

cenderung meningkat pada massa tanam 60 HST serta menurun pada massa 80

HST (Tabel 3, 4 dan 5). Meningkatnya RGR menunjukkan meningkatnya NAR

(Net Assimilate Rate) yang akan sebanding dengan peningkatan berat kering

tanaman. Namun. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa RGR jagung

rendah pada awal pertumbuhan dan meningkat tajam sampai maksimum di fase
23

vegetative serta menurun drastic pada stage berikutnya. Berdasarkan hal tersebut,

di duga jagung yang diaplikasi massa tanaman usia 20 HST sampai 60 HST

mengalami kecepatan maksimum pertumbuhan lebih cepat dibanding perlakuan

lainnya dan pada saat pengambilan data, kecepatan pertumbuhannya sudah

mengalami penurunan.
KESIMPULAN

1. Efisiensi serapan Nitrogen, pertumbuhan dan hasil Massa tanaman pada

usia 20 HST: 0 gram, Massa tanaman pada usia 60 HST: 0.051802 gram,

Massa tanaman pada usia 80 HST: 0.03788 gram.

2. Kekeringan menurunkan eisiensi serapan nitrogen, pertumbuhan, dan hasil

tanaman jagung.

3. Ada interaksi kultivar dengan kekeringan terhadap tinggi tanaman jagung

4. Karakter f isiologis yang paling berhubungan dengan hasil biji jagung

secara berturut-turut adalah Eisiensi Serapan N, Laju Pertumbuhan

Tanaman, Eisiensi Penggunaan N, Laju Pertumbuhan Relatif, dan Laju

Asimilasi Bersih.

5. massa tanaman usia 20 HST sampai 60 HST mengalami kecepatan

maksimum pertumbuhan lebih cepat dibanding perlakuan lainnya dan pada

saat pengambilan data, kecepatan pertumbuhannya sudah mengalami

penurunan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya,

(2021). Manajemen Nutrisi Si Dalam Peningkatan Pertumbuhan


Ketahananalami Tanaman Jagung (Zea Mays) Pada Berbagai Kondisi Media
Tanah, 7. di unduh Tanggal 22 Mei 2022.

Aidi, H. (2019, Oktober 7). Budidaya Tanaman Jagung. Retrieved mei 22, 2023,
from Cybex Petanian:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/74564/budidaya-tanaman--
jagung/#:~:text=penyulaman%2C%20benih%20jagung%20yang
%20tidak,pertumbuhannya%20tidak%20seragam%20dan%20umur di
unduh Tanggal 22 Mei 2022.

Maria, M. (2020, Oktober 8). PENYIANGAN,PEMBUMBUNAN DAN


PEMUPUKAN PADA TANAMAN JAGUNG. Retrieved Mei 22, 2023,
from Cybex Pertanian:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/94818/PENYIANGANPEMBU
MBUNAN-DAN-PEMUPUKAN-PADA-TANAMAN-JAGUNG/ di
unduh Tanggal 22 Mei 2022.

Rahayu, A. D. (2002). Analisis Eisiensi Serapan N, Pertumbuhan, dan Hasil


Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman. Analisis
Eisiensi Serapan N, Pertumbuhan, dan Hasil Beberapa Kultivar Kedelai
Unggul Baru dengan Cekaman, 72. di unduh Tanggal 22 Mei 2022.

Ramayana Syamad, S. D. (2021). PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN


JAGUNG (Zea Mays L.) TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA
KOMPOSISI PUPUK MAJEMUK PADA LAHAN PASCA TAMBANG
BATUBARA. Jurnal AGRIFOR, 35-46. di unduh Tanggal 22 Mei 2022.

Sairul, H. (2019). RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea


mays L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KANDANG
AYAM DAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT. repository.uma.ac.id, 1-
94. di unduh Tanggal 22 Mei 2022.

Wartapa Agus, M. S. (2019). TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG (Zea Mayz L)


UNTUK MENINGKATKAN HASIL. Politeknik Pembangunan Pertanian
Yogyakarta-Magelang, 1-13. di unduh Tanggal 22 Mei 2022.

25
Wijaya, Bejo Soeroso dan Insan. (2021). Manajemen Nutrisi Si Dalam
Peningkatan Pertumbuhan Ketahananalami Tanaman Jagung (Zea Mays).
Manajemen Nutrisi Si Dalam Peningkatan Pertumbuhan Ketahananalami
Tanaman Jagung (Zea Mays), 7. di unduh Tanggal 22 Mei 2022.

Yusak, M. (2019, Desember 29). Memupuk Tanaman Jagung Yang Baik Dan
Benar. Retrieved mei 22, 2023, from Cybex Pertanian:
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/89931/MEMUPUK-
TANAMAN-JAGUNG-YANG-BAIK-DAN-BENAR/#:~:text=Waktu
%20pemberia%20pupuk%20pada%20tanaman,atau%20saat%20tanaman
%20menjelang%20berbunga. di unduh Tanggal 22 Mei 2022.

26
LAMPIRAN

Pengukuran pada Milimeter Block

(a) 20 HST (b) 60 HST (c) 80 HST

27

Anda mungkin juga menyukai