Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM PERBANYAKAN TANAMAN

PERBANYAKAN TANAMAN SECARA SEKSUAL

OLIVIA JANE ROTUA SIMANUNGKALIT


190301144/AET 3

F A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Perbanyakan Tanaman Secara Seksual”

yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian pada

Praktikum Perbanyakan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada.

Ir. Irsal, MP ; Antonio Marro Sipayung, SP., M.Agr ; Dr. Ir. Mariati, M.Sc ;

Ir. Rosita Sipayung, MP ; Hafnes Wahyuni, SP., MP ; selaku dosen mata kuliah

Perbanyakan Tanaman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan

praktikum ini.

Penulis menyadari bahwa didalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat

kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya masukan kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan berikutnya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga penulisan ini bermanfaat

bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................... 1
Tujuan Praktikum .................................................................................................. 3
Kegunaan Penulisan .............................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat ................................................................................................. 8
Alat dan Bahan ....................................................................................................... 8
Prosedur Praktikum ................................................................................................ 9

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ....................................................................................................................... 10
Pembahasan ............................................................................................................ 12

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perbanyakan tanaman dapat berlangsung dengan dua cara yaitu generatif dan

vegetatif. Perbanyakan secara generatif yaitu sebagai hasil dari perkawinan antara

2individu atau bagian dari individu yang terpisah, sehingga sifat-sifat dari

orangtuanya bercampur misalnya dengan spora atau dengan biji. Perbanyakan

secaravegetatif yaitu perbanyakan dengan memakai bagian dari tanaman

(Soedijanto dan Sianipar, 1981).

Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan

pembiakan guna mempertahankan diri dan memperbanyak diri. Tanaman dapat

melakukan pembiakan dengan cara vegetatif (tanpa perkawinan) dan dapat

melakukannya derngan cara generatif yaitu melalui perkawinan. Pembiakan pada

tanaman pada umumnya dapat terjadi secara alami maupun dengan bantuan manusia

(terutama untuk tanaman-tanaman yang dibudidayakan dan diambil nilai ekonomi

dan artistiknya). Pada pembiakan dengan cara vegetatif biasanya dan sebagian besar

dilakukan oleh manusia agar diperoleh anakan yang sesuai dengan harapan

(Kusumo,1984).

Sejak revolusi pertanian, perkembangan pertanian terus mengalami

peningkatan. Manusia yang lebih modern mulai mengembangkan teknik perbanyakan

tanaman yang dipelajarinya dari kejadian-kejadian alam, seperti setek, cangkok,

okulasi dan merunduk. Sejak perkembangan ilmu pengetahuan mulai maju,

ditemukan teknik pebanyakan tanaman yang lebih modern seperti teknik kultur

jaringan. Melalui teknik kultur jaringan bagian tanaman yg kecil bisa menghasilkan
2

tanaman baru dalam jumlah besar hingga mencapai ribuan (Lakitan, 1996).

Tanaman mangga memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan,

mengingat bahwa mangga memiliki tingkat keragam genetik yang tinggi dan sesuai

dengan keadaan agroklimat di Indonesia serta memiliki pangsa pasar yang luas.

Namun, produksi mangga di Indonesia saat ini masih terbilang cukup rendah

meskipun Indonesia menduduki peringkat kelima dari total produksi dunia setelah

India, Cina, Thailand dan Meksiko. Hal ini kerana belum adanya program pemuliaan

yang lebih terarah dan berkesinambungan, tingginya gugur buah yang menyulitkan

proses hibridisasi, hanya satu buah per biji serta sistem penanganan pra dan pasca

panen yang belum memadai ditingkat petani (Broto, 2003).

Dalam menghasilkan bibit tanaman mangga yang baik, tentunya perlu

pengetahuan dasar tentang pembibitan tanaman mangga, memiliki keahlian dan

membutuhkan kerja keras. Pengetahuan tentang pembibitan tanaman mangga saja

tidak serta merta dapat menunjukkan bahwa seseorang mampu menghasilkan bibit

yang baik. Tanpa adanya tindakan untuk menerapkan ilmu tersebut tidak dapat

memperoleh hasil yang maksimal. Menerapkan teori yang didapat dari perkuliahan

kedalam prkatik kerja sesungguhnya tidaklah mudah. Salain itu, ada saatnya terjadi

ketidaksesuaian antara teori dan juga praktik dilapang. Oleh karena itu, pelaksanaan

magnang kerja yang akan dilaksanakan di UPT Pengembangan Benih Hortikultura ini

sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam menunjang pembelajaran karena

permasalahan-permasalahan khususnya dalam budiaya mangga dapat diketahui secara

nyata ( Aak, 1991)


3

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui Perbanyakan

Tanaman Secara Seksual pada tanaman mangga.

Kegunaan Praktikum

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian di praktikum Perbanyakan Tanaman Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


TINJAUAN PUSTAKA

Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan

dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik).

Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau serangga.

Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama para pemulia

tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari beberapa varietas yang

berbeda. Perbanyakan tanaman secara generatif terjadi juga melalui biji. Biji

merupakan organ perkembang biakan yang terbentuk dalam buah sebagai hasil

pendewasaan bakal biji yang dibuahi. Perbanyakan melalui biji didahului dengan

peleburan gamet jantan dan gamet betina tanaman induk. Hal ini merupakan salah

satu kemampuan alami tanaman untuk berkembang biak dan melestarikan

kemampuan kelangsungan hidupnya (Soedijanto dan Sianipar, 1981).

Dalam siklus ini biji digunakan sebagai alat perbanyakan. Sifat turunan

merupakan sumbangan genetis tetuanya. Reproduksi dengan biji akan meyebabkan

variasi antar tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari kecambah

terjadi dalam tiga fase. 1). Fase embrio dimulai dengan fusi antara gamet jantan dan

betina untuk membentuk zigot, 2) Fase Juvenil dimulai dengan perkecambahan biji

dan embrio tumbuh menjadi tanaman muda.Dalam fase ini pertumbuhan vegetatif

yang mendominasi morfologi tanaman berkembmg .secara umum tanaman pada fase

ini tidak respon terhadap zat perangsang pembungaan, 3) Pada fase dewasa tanaman

mencapai ukuran maksimal dan memasuki stadia yang di dominasi oleh pembentukan

bunga buah dan biji, 4) fase transisi adalah fase pada saat tanaman secara bertahap

kehilangan sifat Juvenilitas nya dan memasuki masa dewasa. Perubahan ini di tujukan
5

pada perubahan morfogi seperti hilangya kemampuan berkembang secara vegetatif,

meningkatnya kemampuan untuk memberikan respon kepada zat perangsang

pembungaan ( Gunawan, Endang, 2014)

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan yaitu: 1.

Dalam kaitannya dengan ketersediaan air, perkecambahan biji berbeda antar spesies.

persentase perkecambahan cenderung sama pada kebanyakan kisaran kelembaban

tanah dari kapasitas lapang sampai persentase layu permanan.perbedaan antar spesies

menjadi nyata manakala ketersediaan air tanah mendekati kekeringan. 2. Suhu

merupakan faktor lingkungan yang paling penting mengatur perkecambahan. Setiap

spesies mempunyai batas suhu maksimum dan minimum untuk perkecambahan.

Tuntutan suhu selalu kostan tetapi dapat berubah menurut waktu atau berinteraksi

dengan faktor-faktor lingkungan yang lain seperti cahaya. 3. Gas-gas yang dapat

mempengaruhi perkecambahan adalah oksigen, karbon dioksida, dan etilen. Oksigen

sangat perlu untuk proses respiransi yang apabila aerasi buruk dapat terakumulasi dan

dapat menghambat parkecambahan. Etilen berfungsi merangsang perkecambahan biji

beberapa spesies dan juga memecahkan dormansi. 4. Cahaya dapat merangsang atau

menghambat perkecambahan biji beberapa tanaman. Kebutuhan cahaya cenderung

tidak ada bila biji disimpan di ruang simpan bersuhu dingin, dan sering dapat diatasi

oleh pendinginan, pergantian suhu, atau perlakuan kimia KN03, kinetin, asam

giberelik. 5. Biasanya petani mendapatkan benih dari dua sumber, yaitu dari

pedagang yang berasal dari produsen benih dan dari petani itu sendiri. Keduanya

memerlukan penyimpanan dahulu sebelum ditanam di lapangan. Lingkungan tempat


6

penyimpanan sangat berpengaruh terhadap viabilitas benih dan oleh karena itu harus

dikontrol sebaik-baiknya.Melalui pengaturan lingkungan yang baik, benih dapat

disimpan beberapa tahun tanpa harus kehilangan viabilitas yang berarti. Faktor

lingkungan yang paling berperan dalam mempengaruhi viabilitas benih selama

penyimpanan adalah temperatur dan kadar air benih. Penurunan viabilitas dapat

ditekan serendah mungkin bila benih disimpan pada temperatur dan kadar air benih

yang rendah ( Purnomosidhi, Praktiknyo, 2002).

Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem

perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan sebagai batang

bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan

generatif juga digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan kritis yang lebih

mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya. Bahkan,

kegiatan budidaya tanaman sayur dan beberapa jenis buah-buahan semusim seperti

semangka dan melon tetap menggunakan bibit biji yang berasal dari perbanyakan

secara generatif, tetapi bibit yang digunakan merupakan bibit-bibit unggul atau bibit

biji varietas hibrida yang kualitas dan kuantitas buahnya tidak diragukan lagi.Bahan

tanam hasil pembiakan secara generatif adalah berupa biji (benih). Benih yang

berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tanaman induknya sehingga dapat

dihasilkan dalam jumlah yang besar. Ukuran biji yang kecil juga dapat memberikan

kesempatan untuk penyebaran yang lebih jauh ( Tim Penulis, 2007).

Sedang kekurangan dari pembiakan generatif yaitu sifat biji yang dihasilkan

sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika biji tersebut ditanam, dari ratusan
7

atau ribuan biji yang berasal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan

banyak tanaman baru dengan sifat yang beragam. Namun, ada juga yang sama sekali

tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman

sifat ini terjadi karena adanya pengaruh mutasi gen dari pohon induk jantan dan

betina. Kelemahan lainnya, pertumbuhan vegetatif tanaman hasil perbanyakan secara

generatif juga relatif lambat. Karena diawal pertumbuhannya, makanan yang

dihasilkan dari proses fotosintesa lebih banyak digunakan untuk membentuk batang

dan tajuk tanaman. Akibatnya, tanaman memerlukan waktu yang lama untuk

berbunga dan berbuah. Contohnya tanaman mangga, durian, lengkeng, manggis atau

duku yang berasal dari hasil perbanyakan secara generatif, baru akan berbuah setelah

8-10 tahun setelah tanam (Manuwoto, S. R. Poerwanto dan K. Dharma, 2003)


BAHAN DAN METODE

Waktu Dan Tempat Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 22 Februari

2021, pada pukul 08.00 sampai dengan selesai yang dilaksanakan secara

daring di Perum PKS TAHUAN GANDA, Desa Aek Korsik, Kecamatan

Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara Provinsi Sumatera Utara pada

ketinggian ± 18 mdpl.

Alat Dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah aplikasi

microsoft word untuk mengetik laporan, dan email untuk pengiriman

laporan ke dosen Perbanyakan Tanaman, cangkul untuk mengambil dan

mencampurkan topsoil dengan pupuk kandang, polybag 5 kg sebagai

tempat tumbuhnya biji, mouse sebagai alat pembantu dalam mengerjakan

laporan, laptop sebagai alat dalam mengerjakan laporan, gembor sebagai

alat penyiraman biji, handphone sebagai alat untuk mendokumentasikan

kegiatan kegiatan praktikum.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 6 biji

mangga sebagai objek pengamatan, topsoil sebagai media tanam, pupuk

kandang sebagai media tanam, e-book sebagai sumber bacaan, literature

sebagai sumber pendahuluan dan tinjauan pustaka. Air berfungsi untuk

membantu biji dalam perkembangan nya.


9

Prosedur Praktikum

1. Di sediakan alat dan bahan

2. Di kupas 6 buah mangga

3. Di keringkan biji mangga di bawah terik matahari sekitar 2-3 hari

4. Di kupas biji mangga terluar

5. Di campurkan media tanam nya yaitu topsoil dengan pupuk kandang

dengan rasio 1:1

6. Dimasukkan media tanam kedalam polybag 5 kg

7. Di letakkan biji kedalam media tanam

8. Diletakkan polybag di bawah naungan

9. Disiram secara teratur


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengeringan biji mangga selama 2-3 hari

Pengupasan biji mangga terluar


11
Percampuran topsoil dan pupuk kandang dan dimasukkan kedalam polybag 5 kg

Diletakkan biji mangga yang sudah dikupas kedalam polybag


12

Titik koordinat lokasi biji mangga

Pembahasan

Mekanisme perbanyakan tanaman secara generatif didahului dengan adanya

peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina kemudian menghasilkan zigot

dan zigot akan berkembang menjadi individu baru. Biji merupakan organ

perkembang biakan yang terbentuk dalam buah sebagai hasil pendewasaan bakal biji

yang dibuahi. Hal ini sesuai dengan literature Gunawan (2014) yang menyatakan

bahwa Perbanyakan tanaman secara generatif terjadi juga melalui biji. Biji

merupakan organ perkembang biakan yang terbentuk dalam buah sebagai hasil

pendewasaan bakal biji yang dibuahi. Perbanyakan melalui biji didahului dengan
13

peleburan gamet jantan dan gamet betina tanaman induk. Hal ini merupakan salah

satu kemampuan alami tanaman untuk berkembang biak dan melestarikan

kemampuan kelangsungan hidupnya.

Setelah biji di tanam, biji akan mengalam 4 fase yaitu. Fase embrio,Fase

Juvenil, fase dewasa, dan fase transisi untuk penjelasan yang lebih lengkap saya

membaca literatur Purnomosidhi (2002) yang menyatakan bahwa Reproduksi dengan

biji akan meyebabkan variasi antar tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan

tanaman dari kecambah terjadi dalam tiga fase. 1). Fase embrio dimulai dengan fusi

antara gamet jantan dan betina untuk membentuk zigot, 2) Fase Juvenil dimulai

dengan perkecambahan biji dan embrio tumbuh menjadi tanaman muda.Dalam fase

ini pertumbuhan vegetatif yang mendominasi morfologi tanaman berkembmg .secara

umum tanaman pada fase ini tidak respon terhadap zat perangsang pembungaan, 3)

Pada fase dewasa tanaman mencapai ukuran maksimal dan memasuki stadia yang di

dominasi oleh pembentukan bunga buah dan biji, 4) fase transisi adalah fase pada saat

tanaman secara bertahap kehilangan sifat Juvenilitas nya dan memasuki masa dewasa.

Perubahan ini di tujukan pada perubahan morfogi seperti hilangya kemampuan

berkembang secara vegetatif, meningkatnya kemampuan untuk memberikan respon

kepada zat perangsang pembungaan.

Factor factor ligkungan yang mengalami perkecambahan adalah ketersediaan

air, suhu, pertukaran gas antara embrio dan gas atmosfir, cahaya dan perlakuan dan

penyimpanan benih untuk penjelasan nya lebih lanjut saya membaca literature Tim

Penulis (2007) yang menyatakan bahwa Faktor-faktor lingkungan yang


14

mempengaruhi perkecambahan yaitu: 1. Dalam kaitannya dengan ketersediaan air,

perkecambahan biji berbeda antar spesies. persentase perkecambahan cenderung

sama pada kebanyakan kisaran kelembaban tanah dari kapasitas lapang sampai

persentase layu permanan.perbedaan antar spesies menjadi nyata manakala

ketersediaan air tanah mendekati kekeringan. 2. Suhu, Setiap spesies mempunyai

batas suhu maksimum dan minimum untuk perkecambahan. 3. Gas-gas yang dapat

mempengaruhi perkecambahan adalah oksigen, karbon dioksida, dan etilen. Oksigen

sangat perlu untuk proses respiransi yang apabila aerasi buruk dapat terakumulasi dan

dapat menghambat parkecambahan. Etilen berfungsi merangsang perkecambahan biji

beberapa spesies dan juga memecahkan dormansi. 4. Cahaya dapat merangsang atau

menghambat perkecambahan biji beberapa tanaman. Kebutuhan cahaya cenderung

tidak ada bila biji disimpan di ruang simpan bersuhu dingin, dan sering dapat diatasi

oleh pendinginan, pergantian suhu, atau perlakuan kimia KN03, kinetin, asam

giberelik. 5. Biasanya petani mendapatkan benih dari dua sumber, yaitu dari

pedagang yang berasal dari produsen benih dan dari petani itu sendiri. Keduanya

memerlukan penyimpanan dahulu sebelum ditanam di lapangan. Lingkungan tempat

penyimpanan sangat berpengaruh terhadap viabilitas benih dan oleh karena itu harus

dikontrol sebaik-baiknya.Melalui pengaturan lingkungan yang baik, benih dapat

disimpan beberapa tahun tanpa harus kehilangan viabilitas yang berarti. Faktor

lingkungan yang paling berperan dalam mempengaruhi viabilitas benih selama

penyimpanan adalah temperatur dan kadar air benih. Penurunan viabilitas dapat

ditekan serendah mungkin bila benih disimpan pada temperatur dan kadar air benih

yang rendah.
15

Dalam perbanyakan tanaman mangga secara seksual ada kelebihan yang kita

dapatkan yaitu Kondisi tanaman dari biji biasanya relatif lebih kuat, sehat dan

berumur panjang. Perlakuannya mudah dan murah, Dapat diperoleh varietas baru

yang baik Pada biji poli-embrional dapat menghasilkan tanaman yang sama dengan

sifat dari induknya. Hal ini sesuai dengan literature Manuwoto, S. R. Poerwanto dan

K. Dharma (2003) yang menyatakan bahwa Keunggulan tanaman hasil perbanyakan

secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu,

sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu,

tanaman hasil perbanyakan generatif juga digunakan untuk program penghijauan di

lahan-lahan kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan

produksi buahnya.

Perlu juga memperhatikan kelemahan dari perbanyakan tanaman mangga

secara seksual yaitu Tidak cepat berbuah, Varietas baru yang muncul belum tentu

baik, Biji mono-embrional belum tentu mempunyai sifat yang baik seperti induknya

dan Untuk mengetahui kualitasnya membutuhkan waktu yang cukup lama, demikian

juga soal ketahanan terhadap hama dan penyakit.hal ini sesuai dengan literature

Rohmaningtyas (2010) yang menyatakan bahwa Kelemahannya yaitu pertumbuhan

vegetatif tanaman hasil perbanyakan secara generatif juga relatif lambat. Karena

diawal pertumbuhannya, makanan yang dihasilkan dari proses fotosintesa lebih

banyak digunakan untuk membentuk batang dan tajuk tanaman. Akibatnya, tanaman

memerlukan waktu yang lama untuk berbunga dan berbuah. Contohnya tanaman
16

mangga, durian, lengkeng, manggis atau duku yang berasal dari hasil perbanyakan

secara generatif, baru akan berbuah setelah 8-10 tahun setelah tanam
KESIMPULAN

1. Mekanisme perbanyakan tanaman secara generatif didahului dengan

adanya peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina kemudian

menghasilkan zigot dan zigot akan berkembang menjadi individu baru.

2. Setelah biji di tanam, biji akan mengalam 4 fase yaitu. Fase embrio,Fase

Juvenil, fase dewasa, dan fase transisi.

3. Factor factor ligkungan yang mengalami perkecambahan adalah

ketersediaan air, suhu, pertukaran gas antara embrio dan gas atmosfir,

cahaya dan perlakuan dan penyimpanan benih.

4. Dalam perbanyakan tanaman mangga secara seksual ada kelebihan yang

kita dapatkan yaitu Kondisi tanaman dari biji biasanya relatif lebih kuat,

sehat dan berumur panjang.

5. Kelemahan dari perbanyakan tanaman mangga secara seksual yaitu Tidak

cepat berbuah, Varietas baru yang muncul belum tentu baik, dan Biji

mono-embrional belum tentu mempunyai sifat yang baik seperti induknya.


DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1991. Budidaya Tanaman Mangga. Yogyakarta. Kanisius, hal: 43.

Broto W. 2003. Mangga: Budi Daya. Pascapanen. dan Tata Niaganya. Jakarta:
Agromedia Pustaka.

Gunawan, Endang., (2014), Perbanyakan tanaman, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. CV Yasaguna, Jakarta.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja


Grafindo Persada. Jakarta.

Manuwoto, S., R. Poerwanto, dan K. Darma. 2003. Pengembangan Buah-Buahan


Unggulan Indonesia. Ringkasan Penelitian Riset Unggulan Stategis
Nasional (RUSNAS). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Purnomosidhi, Pratiknyo., (2002) , Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-


buahan., 979-3198-00-1, ICRAF & Winrock International, Bogor

Soedijanto dan Sianipar. 1981. Kelapa. Cv. Yasaguna, Jakarta.

Tim penulis.,(2007),Perbanyakan tanaman, Dinamika Media, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai