Anda di halaman 1dari 16

KULTUR ANTHER

LAPORAN

OLEH :

JEMYS BASTANTATARIGAN
190301207
AGROTEKNOLOGI 4

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI SUB PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
ii

LAPORAN

OLEH :

JEMYS BASTANTA TARIGAN


190301207
AGROTEKNOLOGI 4

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Bioteknologi Sub Pemuliaan Tanaman Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh
Asisten Korektor

(Merline Putri Utami Simatupang)


Nim : 160301014

ii
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah "Kultur Anther” yang merupakan

salah satu syarat untuk melengkapi komponen penilaian di Laboratorium

Bioteknologi Sub Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

mata kuliah Bioteknologi yaitu Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP., M.Sc., Ph.D.

dan Ir. Revandy Iskandar Muda Damanik, MSi.,M.Sc., Ph.D. Selaku dosen mata

kuliah Bioteknologi Sserta abang kakak asisten yang telah membantu dalam

menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam

kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan

Medan, Maret 2021

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang........................................................................................1

Tujuan Praktikum...................................................................................2

Kegunaan Penulisan................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum...............................................................5

Alat dan Bahan Praktikum....................................................................5

Prosedur Praktikum..............................................................................6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil.....................................................................................................7

Pembahasan.........................................................................................8

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teknik budidaya tanaman dengan menggunakan metode konvensional

dalam medium tanah atau pasir seringkali menghadapi kendala teknis, lingkungan

maupun waktu. Sebagai contoh perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji

memerlukan waktu yang relative lama dan seringkali hasilnya tidak seperti

tanaman induknya. Kebutuhan akan bibit tanaman dalam jumlah besar,

berkualitas, bebas hama dan penyakit serta harus tersedia dalam waktu singkat

seringkali tidak dapat dipenuhi dengan menggunakan metode konvensional baik

secara generatif maupun vegetatif (Rahardja , 2001)

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang

akan diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan unsur hara

baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino, sumber karbohidrat,

zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air kelapa,

ekstrak buah dll, bahan pemadat : agar-agar dan gelrite dan juga menyediakan

arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman (Harianto, 2009) .

Teknik kultur jaringan tersebut dilakukan sebagai alternative perbanyakan

tanaman bukan dengan menggunakan media tanah, melainkan dalam medium

buatan di dalam tabung.teknik ini sekarang sudah berkembang luas sehingga

bagian tanaman yang digunakan sebagai awal perbanyakan tidak hanya berupa

jaringan melainkan juga dalam bentuk sel sehingga juga dikenal teknik kultur sel.

(Sandra,2006)

1
2

Kultur jaringan tanaman merupakan teknik budidaya (perbanyakan) sel,

jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam

keadaan aseptik atau bebas dari mikroorganisme. Secara umum perbanyakan

tanaman berdasarkan perkembangan dan siklus hidupnya dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu perbanyakan secara seksual dan perbanyakan secara aseksual

(Pramono 2007)

Berdasarkan bagian tanaman yang dikulturkan secara lebih spesifik

terdapat tipe-tipe kultur yaitu, kultur kalus, kultur suspensi sel, kultur anter, kultur

akar, kultur pucuk tunas, kultur embrio, kultur ovul, dan kultur kuncup bunga.

Kultur jaringan bermula dari adanya pembuktian sifat totipotensi sel, yaitu bahwa

setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat

fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh,

jika berada dalam kondisi yang sesuai. (Zulkarnain, 2000)

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari praktikum ini agar mengetahui tahapan-tahapan pada

metode kultur anther .

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat

memenuhi komponen penilaian pada praktikum di Laboratorium Bioteknologi

Sub Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang

membutuhkan.

2
3

TINJAUAN PUSTAKA

Kultur anther atau kultur mikrospora merupakan teknik perbanyakan

tanaman yang jauh lebih efisien dari kultur jaringan meristem pucuk/tunas, kultur

suspensi sel, dan kultur protoplas. Hal ini dapat dicapai karena jumlah mikrospora

dalam satu bunga, jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah sel pada

jaringan meristem pucuk/tunas, suspensi sel, dan protoplas pada penggunaan satu

pohon sumber eksplan. Setiap mikrospora berpeluang untuk berkembang menjadi

individu tanaman lengkap apabila dikulturkan di dalam medium yang kaya nutrisi

karena sel tersebut memiliki sifat totipotensi (Suaib, et.al., 2014).

Kegunaan kultur anther antara lain mampu menghasilkan tanamn

monohaploid yang dapat digunakan untuk pemuliaan tanaman selanjutnya dan

dapat menghilangkan sifat resesif, serta dari monohaploid dapat dihasilkan

derivate yang dihaploid (diploid) dengan cara merangkapkan kromosom dengan

perlakuan kolkisin dan mengadakan silangan tanaman monohaploid dan untuk

membuat tanaman homozigot (Bennet dan O’neil, 1989).

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kultur haploid

adalah: (1) genotipe tanaman donor, (2) komposisi media kutur (kandungan hara),

media padat atau cair, tekanan osmotik, mineral, vitamin, zat pengatur tumbuh,

bahan organik, Nitrogen, (3) kondisi pertumbuhan tanaman donor seperti suhu,

fotoperiode, intensitas cahaya terkontrol, (4) umur tanaman donor, (5) tahap

perkembangan polen (tergantung spesies), (6) praperlakuan dengan shock thermal

(suhu), (7) metode sterilisasi, (8) kondisi lingkungan ruang kultur (Nugroho ,

2006).

3
4

Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam,

dari lingkungan kultur, maupun dari praktikannya. Beberapa kemungkinan yang

bisa terjadi kenapa tidak terbentuk kalus, yaitu kemungkinan lingkungan

pertumbuhan donor yang tidak baik sehingga terjadi stress pada tanaman dan hal

tersebut mempengaruhi pertumbuhan bunga pada tanaman turi putih.Umur

tanaman donor juga ikut berpengaruh bila tanaman donor sudah terlalu tua maka

kemungkinan gagalnya semakin tinggi, dan sebaliknya apabila tanaman donor

dari tanaman yang masih muda kemungkinan keberhasilan kultur anther semakin

tinggi, hal ini dikarenakan pada tanaman muda jaringannya masih terus tumbuh

dan berkembang sehingga kemungkinan regenerasi pada in vitro lebih

mendukung (Suliansyah,2013).

Induksi yang terjadi pada eksplan kemudian diikuti dengan tahap

pembentukan kalus. Proses induksi kalus ini diawali dengan mengelembungnya

atau melengkungnya eksplan kemudian dilanjutkan dengan munculnya tonjolan-

tonjolan bewarna putih pada bagian luka bekas potongan yang akan terus

berkembang menjadi kalus. Kalus merupakan proliferasi massa jaringan yang

belum terdiferensiasi, massa jaringan ini terbentuk akibat adanya luka atau bekas

potongan pada eksplan sehingga sel-sel yang kontak dengan media akan menjadi

meristematis (Katuuk, 1989).

4
5

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah dirumah masing-

masing praktikkan. Untuk pelaksanaan praktikum yang dilakkan oleh penulis

berada di rumah penulis yang berada di Jalan Ir.H.Juanda No. 174A Gambi,

Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian 21 mdpl, pada hari Rabu, 24 Maret

2021 ,pukul 14.30 sampai dengan selesai.

Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini laptop untuk

mengerjakan laporan, handphone alat untuk dokumentasi praktikum dan mencari

informasi, pulpen untuk menulis, kertas atau untuk menulis atau mencatat hasil

praktikum, pisau/scapel untuk memotong bahan, pinset untuk membuka tutup

media dan memasukkan eksplan ke media, botol kultur yang sudah berisi media

untuk tempat menanamkan media, botol/gelas untuk wadah mengojrok bahan

eksplan, stopwatch untuk menentukan waktu pengonjrokan eksplan, korek untuk

menghidupkan bunsen/lilin, karet gelang untuk mengikat alumunium foil, wadah

untuk meletakkan media, kulkas untuk mendinginkan media.

Adapun bahan yang digunakan adalah materi pembahasan untuk petunjuk

pengerjaan laporan, paket data dan wifi untuk mencari sumber informasi serta

jurnal sebagai bahan informasi, bunga kembang sepatu untuk bahan ekspaln, lilin/

bunsen untuk memanaskan botol kultur, air/aquades untuk mencuci eksplan,

aluminium foil untuk menutup botol kaca, detergen, betadine dan pemutih pakain

untuk bahan mengojrok eksplan, alcohol/hand sanitizer untuk mensterilkan media.

5
6

Prosedur Praktikum

-Dipotong-potong keempat bahan bagian yang paling muda kemudian dimasukkan

kedalam gelas masing-masing

-Direndam dengan detergen sambil di gojrok selama 10 menit kemudian dibilas 3x

dengan air mengalir

-Direndam dengan betadine (100ml air/5 tetes) selama 5 menit sambil di gojrok,

kemudian dibilas 3x menggunakan air mengalir

-Direndam dengan pemutih pakaian selama 5 menit sambil di gojrok, kemudian

dibilas air aqua sebanyak 3x

-Disiapkan bahan eksplan yang telah disterilisasi

-Diambil pinset dan scapel dimasukkan kedalam alkohol 70% kemudian

dipanaskan diatas bunsen

-Diambil botol kultur yg telah disiapkan minggu lalu kemudian dibakar diatas

bunsen

-Dibuka tutup botol kultur dengan menggunakan pinset lalu bakar luar dan dalam

aluminium foil supaya steril

-Diambil eksplan kemudian dimasukkan kedalam botol kultur

-Dibakar kembali permukaan botol kultur dengan bunsen

-Ditutup kembali botol kultur dengan menggunakan aluminium foil sampai rapat

-Disemprot alkohol

-Dimasukkan kedalam pendingin dengan cahaya cukup

6
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Judul Praktikum : Kultur Anther

Tanggal Penanaman : 27 Maret 2021

Tanggal Pengamatan : 10 April 2021

Bahan Tanam : Kembang Sepatu ( Hibiscus rosasinensis .L )

A. Persentase Sterilitas

% Tanaman yang terkontaminasi :


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚
= 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
2
= 𝑥 100%
2
= 100 %

% Tanaman tak terkontaminasi :


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑚
= 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
0
= 𝑥 100%
2
= 0%

7
8

B. Persentase Pertumbuhan

% Tanman yang tumbuh :


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ
= 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛

0
= 𝑥 100%
2

= 0%

% Tanaman yang tak tumbuh

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑘 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ


= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑥 100%

2
𝑥 100%
= 2

= 10 0 %

Pembahasan

Kultur anther adalah salah satu teknik pada perbanyakan tanman yang

lebih efisien. Hal ini sesuai dengan literature Suaib, et.al., (2014) yang

menyatakan bahwa kultur anther atau kultur mikrospora merupakan teknik

perbanyakan tanaman yang jauh lebih efisien dari kultur jaringan meristem

pucuk/tunas, kultur suspensi sel, dan kultur protoplas. Hal ini dapat dicapai karena

jumlah mikrospora dalam satu bunga, jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan

jumlah sel pada jaringan meristem pucuk/tunas, suspensi sel, dan protoplas pada

penggunaan satu pohon sumber eksplan. Setiap mikrospora berpeluang untuk

8
berkembang menjadi individu tanaman lengkap apabila dikulturkan di dalam

medium yang kaya nutrisi karena sel tersebut memiliki sifat totipotensi .

Tujuan dari kultur anther adalah menghasilkan tanaman monohapolid dan

menghilangkan sifat resesif serta membuat tanaman homozigot . Hal ini sesuai

dengan literataur Bennet dan O’neil (1989) yang menyatakan bahwa kegunaan

kultur anther antara lain mampu menghasilkan tanamn monohaploid yang dapat

digunakan untuk pemuliaan tanaman selanjutnya dan dapat menghilangkan sifat

resesif, serta dari monohaploid dapat dihasilkan derivate yang dihaploid (diploid)

dengan cara merangkapkan kromosom dengan perlakuan kolkisin dan

mengadakan silangan tanaman monohaploid dan untuk membuat tanaman

homozigot .

Pada keberhasilan kultur anther memerlukan beberapa faktor yang penting

seperti genotip taanaman donor yang baik , komposisi media kultur dan beberapa

faktor lainnya . Hal ini sesuai dengan literature Nugroho (2006) yang menyatakan

bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kultur haploid

adalah: (1) genotipe tanaman donor, (2) komposisi media kutur (kandungan hara),

media padat atau cair, tekanan osmotik, mineral, vitamin, zat pengatur tumbuh,

bahan organik, Nitrogen, (3) kondisi pertumbuhan tanaman donor seperti suhu,

fotoperiode, intensitas cahaya terkontrol, (4) umur tanaman donor, (5) tahap

perkembangan polen (tergantung spesies), (6) praperlakuan dengan shock thermal

(suhu), (7) metode sterilisasi, (8) kondisi lingkungan ruang kultur .

Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan terdapat persentase

pertumbuhan sebesar 0% , tidak terbentuknya kalus merupakan tanda kegagalan

yang dapat disebabkan karena umur bahan tanam . Hal ini sesuai dengan literatur
10

Suliansyah (2013) yang menyatakan bahwa gangguan kultur secara umum dapat

muncul dari bahan yang ditanam, dari lingkungan kultur, maupun dari

praktikannya. Beberapa kemungkinan yang bisa terjadi kenapa tidak terbentuk

kalus, yaitu kemungkinan lingkungan pertumbuhan donor yang tidak baik

sehingga terjadi stress pada tanaman dan hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan

bunga .Umur tanaman donor juga ikut berpengaruh bila tanaman donor sudah

terlalu tua maka kemungkinan gagalnya semakin tinggi, dan sebaliknya apabila

tanaman donor dari tanaman yang masih muda kemungkinan keberhasilan kultur

anther semakin tinggi, hal ini dikarenakan pada tanaman muda jaringannya masih

terus tumbuh dan berkembang sehingga kemungkinan regenerasi pada in vitro

lebih mendukung .

Setelah dilakukan pengamatan tidak ditemukannya proses induksi yang

dimulai dengan menggelembung dan melengkungnya eksplan karena hal tersebut

merupakan tanda keberhasilan pada kultur anther. Hal ini sesuai dengan literature

Katuuk (1989) yang menyatakan bahwa induksi yang terjadi pada eksplan

kemudian diikuti dengan tahap pembentukan kalus. Proses induksi kalus ini

diawali dengan mengelembungnya atau melengkungnya eksplan kemudian

dilanjutkan dengan munculnya tonjolan-tonjolan bewarna putih pada bagian luka

bekas potongan yang akan terus berkembang menjadi kalus. Kalus merupakan

proliferasi massa jaringan yang belum terdiferensiasi, massa jaringan ini terbentuk

akibat adanya luka atau bekas potongan pada eksplan sehingga sel-sel yang

kontak dengan media akan menjadi meristematis .

10
11

KESIMPULAN

1. Kultur anther adalah salah satu teknik pada perbanyakan tanman yang

lebih efisien

2. Tujuan dari kultur anther adalah menghasilkan tanaman monohapolid dan

menghilangkan sifat resesif serta membuat tanaman homozigot .

3. Pada keberhasilan kultur anther memerlukan beberapa faktor yang penting

seperti genotip taanaman donor yang baik , komposisi media kultur dan

beberapa faktor lainnya .

4. Persentase pertumbuhan yang didapat sebesar 0%.

5. Tidak ditemukannya proses induksi yang dimulai dengan menggelembung

dan melengkungnya eksplan karena hal tersebut merupakan tanda

keberhasilan pada kultur anther.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Bennet dan O’Neil, S. 1989. Horticultural Biotechnology. Willey – Liss Inc


Publication. New York

Harianto,Wijaya,2009,Pengenalan teknik in vitro, Bumi Aksara. Jakarta.

Katuuk, J.R.P. 1989. Tekhnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman.


Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.

Nugroho, Yogo Adi. 2006. Studi Kultur Anther Semangka (Citrullus lanatus
(Thunb) Matsum & Nakai). Skripsi Program Studi Pemuliaan Tanaman
dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Pramono H .2007. Teknik Kultur Jaringan. Jakarta: Penerbit Kanisius.


Rahardja DC. 2001. Kultur Jaringan, Teknik Perbanyakan Tanaman Secara
Modern. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Sandra E. 2006. Kultur jaringan anggrek skala rumah tangga. Jakarta: Agromedia
pustaka
Suaib, Arma, M.A. & Muhidin. 2014. Morfologi Bunga yang sesuai bagi Kultur
Mikrospora pada Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Jurnal
Agroteknos. Vol. 4 (1): 1-9.

Suliansyah, Irfan. 2013. Kultur Jaringan Tanaman. Serial Online. Diakses


melalui: http://www.cs.unsyiah.ac.id/~frdaus/PenelusuranInformasi/File-
Pdf/Kultur%20Jaringan%20Tanaman%20SAMPLE%20DOWNLOAD.pd
f pada 21 Mei 2017.

Zulkarnain H. 2000. Kultur Jaringan TanamanSolusi Perbanyakan Tanaman


Budidaya. Jakarta: Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai