Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMOTONGAN UMBI

TERHADAP PRODUK BAWANG MERAH(Allium cepa L.)

LAPORAN

OLEH :
JEMYS BASTANTA TARIGAN
190301207
AGROTEKNOLOGI 3

LABORATORIUM DASAR AGRONOMI


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
PENGARUH MEDIA TANAM DAN PEMOTONGAN UMBI
TERHADAP PRODUK BAWANG MERAH(Allium cepa L.)

LAPORAN

OLEH :
JEMYS BASTANTA TARIGAN
190301207
AGROTEKNOLOGI 3

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Dasar Agronomi Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

LABORATORIUM DASAR AGRONOMI


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
Judul : Pengaruh Media Tanam Dan Pemotongan Umbi Terhadap
Produk Bawang Merah (Allium cepa L.)
Nama : Jemys Bastanta Tarigan
NIM : 190301207
Program Studi : Agroteknologi 3

Diperiksa Oleh : Diperiksa Oleh :


Asisten Korektor I, Asisten Korektor II,

(Dody Ari Adi Pratama Ginting) (Patresia Daniora Br Bangun )


NIM. 160301186 NIM. 170301208
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Pengaruh Media Tanam Dan Pemotongan

Umbi Terhadap Produk Bawang Merah (Allium cepa L.)” yang merupakan

salah satu syarat untuk melengkapi komponen penilaian pada Praktikum Dasar

Agronomi Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen penanggung jawab,

yaitu : Ir.Rosita Sipayung, MP,serta kakak dan abang asisten Laboratorium Dasar

Agronomi yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat diharapkan demi

perbaikan penulisan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih.

Medan, Mei 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan Praktikum
Kegunaan Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

Botani tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.)


Syarat Tumbuh
Iklim
Tanah
Pertumbuhan dan Perkembangan

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum


Bahan dan Alat
Prosedur Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat

mudah dijumpai di berbagai tempat. Tanaman ini merupakan bumbu yang wajib

ada disetiap masakan, sehingga tidak heran bawang merah sangat populer,

khususnya dikalangan ibu rumah tangga. Selain bumbu masak juga dijadikan

campuran acar atau campuran bumbu mentah seperti bumbu sate dan lain

sebagainya, bahkan ada yagng dimakan mentah sebagai pengobatan tradisional.

Pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan

organik bagi tanaman, dapat menunjang perkembangan organisme tanah, sehingga

tanah semakin baik dan tersedianya unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh

tanaman. Mikroorganisme merupakan faktor penting pada proses pengomposan

bahan organik, mikroorganisme tersebut terutama bakteri dan jamur. Daerah

Tanjung Rawo kelurahan Bukit Lama Palembang merupakan daerah yang tidak ada

mempunyai lahan untuk bercocok tanam karena semakin banyaknya lahan yang

dijadikan tempat pemukiman. Salah satu alternatif adalah bercocok tanam dalam

polybag.( Estu, R., Berlian VA dan Nur. 2007)

Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia Tengah, terutama di

sekitaran Palestina dan India. Namun sebagian literatur juga memperkirakan

tanaman bawang merah berasal dari Asia Tenggara dan Mediterranean. Tanaman

bawang merah merupakan tanaman tertua dari budidaya tanaman lainnya. Hal ini

bisa dibuktikan karena bangsa Mesir pada zaman I dan II atau 3200-2700 sebelum

masehi, sering melukiskan bawang merah pada patung dan tugu- tugu

mereka.Sementara di Israel tanaman bawang merah diperkirakan telah dikenal sejak


tahun 1500 sebelum masehi. Sedangkan di Yunani Kuno bawang merah telah

dikembangkan sebagai sarana pengobatan sejak tahun 2100 sebelum masehi.

Salah satu unsur penunjang keberhasilan usaha produksi bawang

merah (Allium cepa var. ascalonicum) adalah penggunaan benih bermutu. Benih

merupakan komponen teknologi yang signifikan meningkatkan produksi bawang

merah, karena itu penciptaan varietas diprioritaskan pada perbaikan hasil, daya

tahan terhadap hama dan penyakit, dan memiliki adaptasi tinggi terhadap

agroekosistem wilayah setempat. Petani bawang merah menggunakan

bermacammacam varietas baik yang lokal maupun impor. Beberapa varietas lokal

yang dominan ditanam adalah Kuning Tablet, Bima Curut, Bima Juna, Batu,

Bima Karet, Samosir, Tuk-tuk dan Sumenep. Benih impor didatangkan dari

Filipina, Vietnam dan Thailand (Samadi, B dan Cahyono. 2009)

Saat ini kondisi perbenihan bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum)

di Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius. Hal ini karena petani

masih menggunakan benih asal-asalan dan tidak bersertifikat sehingga benih yang

digunakan kurang bermutu (Santoso, 2008).

Ketersediaan bibit bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum)

mengalami kesulitan karena keterbatasan varietas lokal yang ada, karena petani

lebih memilih untuk mengembangkan varietas asal impor, seperti varietas impor

Thailand dan Peking yang ukurannya lebih besar, kandungan airnya lebih banyak

serta warnanya lebih pucat, sementara aromanya jauh lebih rendah dibandingkan

bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) varietas lokal. Meski demikian,

bawang merah varietas ini dinilai lebih tahan terhadap serangan hama bawang

sehingga banyak ditanam petani (Hidayat,2005)


Benih bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) yang diimpor dari

Thailand, Vietnam dan Filipina dikhawatirkan mengandung organisme pengganggu

tanaman karantina (OPTK) yang tidak ada di Indonesia. Dari hasil pemeriksaan

yang dilakukan tim dari karantina didapati bawang merah impor dari Thailand

mengandung 15 organisme pengganggu tanaman karantina yang tidak ada di

Indonesia. Sebanyak 15 organisme pengganggu tanaman karantina serupa 3 juga

didapati pada benih bawang merah impor asal Filipina sedangkan asal Vietnam

mengandung 12 organisme pengganggu tanaman karantina (OPTK) yang tidak ada

di Indonesia (Sunarjono, H. 2008)

Produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009

menurut Dinas Pertanian yang dikutip dari BPS (2010) adalah 12.655 ton,

sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton. Dari data tersebut,

produksi bawang merah Sumatera Utara masih jauh di bawah kebutuhan. Untuk

memenuhi kebutuhan bawang merah, maka dilakukanlah impor dari luar negeri.

Rendahnya produksi tersebut salah satunya dikarenakan belum optimalnya sistem

kultur teknis dalam budidayanya (Anonim, 2014)

Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media tanam atau

tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga

mampu berproduksi dengan baik. Pupuk terdiri dua macam yaitu pupuk organik

dan pupuk anorganik atau kimia. Untuk menerapkan sistem pertanian organik maka

direkomendasikan saat pemupukan menggunakan pupuk organik. Dalam

pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tanaman tersebut, agar tanaman

tidak mendapat terlalu banyak zat makanan (Hanafiah. 2008).


Penggunaan media tanam yang tepat akan menentukan pertumbuhan

bibit yang ditanam. Secara umum media tanam yang digunakan haruslah

mempunyai sifat yang ringan, murah, mudah didapat, gembur dan subur, sehingga

memungkinkan pertumbuhan bibit yang optimum (Erlan, 2005). Pengaplikasian

kompos sebagai media tanam harus memperhatikan kualitas dan kemampuan

kompos tersebut dalam mensuplai kebutuhan hara tanaman. Upaya yang dilakukan

untuk meningkatkan kualitas kompos adalah dengan penambahan pupuk. Pupuk

merupakan salah satu sumber unsur hara utama yang sangat menentukan tingkat

pertumbuhan dan produksi hortikultura atau sayuran. Setiap unsur hara memiliki

peranan masing-masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman

apabila ketersediaannya dalam tanah sangat kurang. Penyediaan hara dalam tanah

melalui pemupukan harus seimbang yaitu disesuaikan dengan kebutuhan tanaman

(Buana et al. 2008).

Bawang merah tergolong komoditi yang mempunyai nilai jual tinggi

dipasaran. Pada saat ini sentra produksi dan budi daya bawang merah perlu

ditingkatkan mengingat permintaan konsumen dari waktu ke waktu terus meningkat

sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan daya belinya.

Mengingat kebutuhan terhadap bawang merah yang kian terus meningkat maka

pengusahanya memberikan prospek yang cerah (Basuki,RS.2012) Produksi

bawang merah tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 1,234 juta ton,

dibandingkan tahun 2013 sebesar 1, 011 juta ton. Konsumsi bawang merah di

Indonesia 4,56 kg/kapita per tahun atau 0,38 kg/kapita per bulan, sehingga

konsumsi nasional diperkirakan mencapai 1.608.000 ton per tahun


(Direktorat Jenderal Hortikultura 2014). Hal tersebut membuktikan bahwa

ketersediaan bawang merah dalam negeri belum mencukupi kebutuhan bawang

merah yang tinggi, dengan demikian produktivitas bawang merah perlu

ditingkatkan lagi.

Dari aspek budidayanya, faktor benih menjadi faktor utama penentu

keberhasilan produksi. Benih yang digunakan seharusnya adalah benih yang

bermutu baik dengan ciri-ciri umbi sehat, berjumlah tunggal, berukuran sedang

(diameter umbi 1,5-2 cm), berbentuk simetris dan bersertifikat. Rendahnya mutu

umbi juga disebabkan karena kurangnya penanganan pascapanen umbi yang baik.

Kegagalan dalam penanganan pascapanen yang menimbulkan kerusakan umbi,

susut bobot dan kehilangan hasil (BB-Pascapanen 2009) mengakibatkan hasil

bawang merah semakin menurun. Salah satu teknologi budidaya yang belum

diperhatikan petani adalah cara pemotongan umbi yang tepat, kebanyakan petani

tidak mengetaui manfaat dilakukan pemotongan pada ujung umbi.

Menurut Jumini et al. (2010), pemotongan ujung umbi bibit kira-kira 1/3

atau 1/4 bagian dari panjang umbi, bertujuan agar umbi tumbuh merata, dapat

merangsang tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, dapat merangsang

tumbuhnya umbi samping dan dapat mendorong terbentuknya anakan. Rendahnya

hasil tanaman bukan hanya disebabkan oleh teknik budidaya yang belum intensif,

kurang tepatnya pengendalian hama dan penyakit, tetapi juga masih kurangnya

pengetahuan petani tentang jarak tanam. Salahsatu teknik budidaya yang perlu

diperbaiki ialah pengaturan jarak tanam. Kerapatan jarak tanam berhubungan

sangat erat dengan populasi tanaman per satuan luas, dan persaingan antar tanaman

dalam penggunaan cahaya matahari, air, unsur hara, dan ruang, sehingga dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah (Rismawita

Sinaga. 2015)

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

guna mengetahui pertumbuhan dan produksi bawang merah pada pemotongan

umbi dan media tanam.

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui tentang

Pengaruh Media Tanam Dan Pemotongan Umbi Terhadap Produk

Bawang Merah (Allium cepa L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan dari laporan ini adalah sebagai salah

satusyarat untuk memenuhi komponen penilaian pada praktikum di Laboratorium

Dasar Agronomi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang

membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Benih bawang

Botani tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.)

Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum) merupakan sayuran umbi

yang cukup populer di kalangan masyarakat, selain nilai ekonomisnya yang tinggi,

bawang merah juga berfungsi sebagai penyedap rasa dan dapat juga digunakan

ebagai bahan obat tradisional atau bahan baku farmasi lainnya(Wibowo,s. 2005)

Deskripsi dari bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum), habitus termasuk

herba, tanaman semusim, tinggi 40-60 cm. Tidak berbatang, hanya mempunyai

batang semu yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain.

Berumbi lapis dan berwarna merah keputih-putihan. Daun tunggal memeluk umbi

lapis, berlobang, bentu lurus, ujung runcing. Bunga majemuk, bentuk bongkol,

bertangkai silindris, panjang ± 40 cm, berwarna hijau, benang sari enam, tangkai

sari putih, benang sari putih, kepala sari berwarna hijau, putik menancap pada dasar

mahkota, mahkota berbentuk bulat telur, ujung runcing (Yudono, 2003).

Tanaman bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) dapat ditanam di

dataran randah maupun di dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl.
Secara umum tanah yang dapat ditanami bawang merah (Allium cepa var.

ascalonicum) adalah tanah yang bertekstur remah, sedang sampai liat, berdrainase

baik, memiliki bahan organik yang cukup, dan pH-nya antara 5,6-6,5. Syarat lain,

penyinaran matahari minimum 70 %, suhu udara harian 25-32oC, dan kelembaban

nisbi sedang 50-70 % (Wiguna, G,2011)

Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum) termasuk family Liliaceae

dan sistimatika klasifikasinya secara rinci sebagai berikut :


Kingdom : Plantae

Divisi : Spematophyta

Kelas : Monocotyledonal

Ordo : Liliaceae

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa var. ascalonicum


Sumber : Rahayu dan Berlian (1999) dalam Dewi (2012)

Morfologi Bawang Merah (Allium cepa var. Ascalonicum)

Struktur morfologi tanaman bawang merah (Allium cepa var.

ascalonicum) terdiri atas akar, batang, umbi, daun, bunga, dan biji. Tanaman

bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) termasuk tanaman semusim,

berumbi lapis, berakar serabut, berdaun silindris seperti pipa, memiliki batang sejati

(diskus) yang berbentuk sperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya

perakaran dan mata tunas (titik tumbuh) (Gardner, F. K. 2006).

Akar
Gambar 2. Akar tanaman bawang merah

Secara morfologi akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar,

dan tudung akar. Sedangkan secara anatomi (struktur dalam) akar tersusun atas

epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat. Ujung akar merupakan titik

tumbuh akar. Ujung akar terdiri atas jaringan meristem yang sel-selnya berdinding

tipis dan aktif membelah diri. Ujung akar dilindungi oleh tudung akar (kaliptra). 8

Tudung akar berfungsi melindungi akar terhadap kerusakan mekanis pada waktu

menembus tanah (Anonim , 2008).

Pada akar, terdapat rambut-rambut akar yang merupakan perluasan

permukaan dari sel-sel epidermis akar. Adanya rambut-rambut akar akan

memperluas daerah penyerapan air dan mineral. Rambut-rambut akar hanya

tumbuh dekat ujung akar dan relatif pendek. Bila akar tumbuh memanjang kedalam

tanah maka pada ujung akar yang lebih muda akan terbentuk rambutrambut akar

yang baru, sedangkan rambut akar yang lebih tua akan hancur dan mati. Akar

merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai alat untuk menyerap air

dan garam mineral dari dalam tanah, dan untuk menunjang dan memperkokoh

berdirinya tumbuhan di tempat hidupnya (Badan Litbang

Pertanian. 2006)
Batang

Gambar 3. Batang tanaman bawang merah

Batang pada bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum.) merupakan

batang yang semu yang terbentuk dari kelopak-kelopak daun yang saling

membungkus. Kelopak-kelopak daun sebelah luar selalu melingkar dan menutupi

daun yang ada didalamnya. Beberapa helai kelopak daun terluar mengering tetapi

cukup liat. Kelopak daun yang menipis dan kering ini membungkus lapisan kelopak

daun yang yang ada didalamnya yang membengkak. Karena kelopak daunnya

membengkak bagian ini akan terlihat mengembung, membentuk umbi yang

merupakan umbi lapis (Anonim , 2008).

Bagian yang membengkak pada bawang merah (Allium cepa var.

ascalonicum ) berisi cadangan makanan untuk persediaan makanan bagi tunas yang

akan menjadi tanaman baru, sejak mulai bertunas sampai keluar akarnya.

Sementara itu, bagian atas umbi yang membengkak mengecil kembali dan tetap

saling membungkus sehingga membentuk batang semu (Hidayat, A., 2005)

Pada pangkal ubi membentuk cakram yang merupakan batang pokok

yang tidak sempurna. Dari bagian bawah cakram ini tumbuh akar-akar serabut yang

tidak terlalu panjang. Sedangkan dibagian atas cakram, diantara lapisan kelopak
daun yang membengkak, terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman

baru (Sutanto, 2005).

Daun

Gambar 4. Daun tanaman bawang merah

Secara morfologi, pada umumnya daun memiliki bagian-bagian helaian

daun (lamina), dan tangkai daun (petiolus). Daun pada bawang merah (Allium cepa

var. ascalonicum) hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil dan

memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunya meruncing dan bagian

bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak (Anonim4 , 2008). Pada

bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum), ada juga yang daunya membentuk

setengah lingkaran pada penampang melintang daunya. warna daunya hujau muda.

Kelopak-kelopak daun sebelah luar melingkar dan menutup daun yang ada

didalamnya (Anonim, 2008).

Bunga

Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) dapat membentuk bunga

yang keluar dari dasar cakram dengan bagian ujungnya membentuk kepala yang

meruncing sperti tombak dan terbungkus oleh lapisan daun (seludang).

Pertumbuhan bunga bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) dimulai dari
keluarnya tangkai bunga dari cakram melalui ujung umbi seperti pemunculan daun

biasa, tetapi lebih ramping, berbentuk bulat panjang dan kuat, serta pada ujungnya

terdapat benjolan runcing seperti mata tombak. Seludang ini kemudian akan

membuka sehingga tampak kuncup-kuncup bunga beserta tangkainya (Anonim4 ,

2008).

Bunga bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) merupakan bunga

majemuk berbentuk tandan. Setiap tandan mengandung 50-200 kuntum bunga.

Bunga bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) termasuk bunga sempurna

yang setiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Biasanya terdiri atas 5-6

benang sari dan sebuah putik dengan daun bunga berwarna hijau bergsris

keputihputihan atau putih, serta bakal buah duduk diatas membentuk suatau bangun

seperti kubah (Anonim , 2008).

Bakal buah terbentuk dari tiga daun buah yang disebut carpel,

membentuk tiga buah ruang dan setiap ruang mengandung 2 bakal biji (ovulum).

Benang sari tersusun dalam dua lingkaran, 3 benang sari pada lingkaran dalam, dan

benag sari 10 yang lainya pada lingakaran luar. Tepung sari dari benang sari pada

lingkaran dalam biasanya lebih cepat matang dibandingkan dengan teapung sari

pada lingkaran luar. Penyerbukan antarbunga dalam satu tandan, maupun

penyerbukan antarbunga dengan tandan yang berbeda berlangsung dengan

perantaraan lebah atau lalat hijau (Anonim4 , 2008).

Buah dan Biji


Gambar 5. Buah tanaman bawang merah

Dewi ( 2012), buah bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum)

berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir.

Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setalah

tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan

perbanyakan tanaman. (Sutedjo, M. M., 2001).

Syarat Tumbuh

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk budidaya tanaman bawang merah

(Allium cepa var. ascalonicum) antara lain adalh iklim meliputi ketinggian tempat,

suhu udara yang cukup hangat, angin, curah hujan, intensitas sinar matahari, dan

kelembaban nisbi. Faktor lain yang juga sangat penting di perhatikan adalah faktor

tanah, meliputi keadaan fisik dan kimia tanahnya

(Hidayat, 2005).
a. Iklim

Menurut Rismunandar (1986) dalam Sumarni dan Hidayat (2005)

dikatakan bahwa tanaman bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) lebih

senang tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap
curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini 15

membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70%

penyinaran), suhu udara 25-32°C, dan kelembaban nisbi 50-70% (Sumarni dan

Hidayat, 2005).

Tanaman bawang merah dapat membentuk umbi di daerah yang suhu

udaranya rata-rata 22°C, tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang suhu

udara lebih panas. Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) akan membentuk

umbi lebih besar bilamana ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam.

Di bawah suhu udara 22°C tanaman bawang merah tidak akan berumbi. Oleh

karena itu, tanaman bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) lebih menyukai

tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah. Tanaman bawang merah masih

dapat tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih

panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah(Gunadi, N. 2009)

Ketinggian Tempat

Tanaman bawang merah merupakan komoditas sayuran yang tergolong

tanaman semusim yang mudah beradapatasi pada dataran rendah sampai dataran

tinggi.Ketinggian tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

bawang merah adalah 0-1000 m dpl, sedangkan ketinggian optimum adalah 0-450

m dpl. Selain itu perlu diketahui juga, sekarang ini sudah dikembangkan beberapa

varietas bawang merah yang mampu tumbuh baik pada ketinggian di atas 1000 m

dpl. Diantara varietas bawang merah yang dapat beradaptasi secara luas mulai

dataran rendah hingga dataran tinggi (>1000 m dpl) adalah Sumenep (Purnawanto,

A.M., G.P. Budi. 2008)


Kemiringan Lahan

Kemiringan lahan menjadi salah satu syarat tumbuh yang penting untuk

diperhatikan karena selain terkait dengan erosi tanah juga terkait dengan aplikasi

pemupukan dan pengairan yang efektif dan efisien serta memudahkan dalam

pengolahan lahan. Kemiringan lereng sangat berpengaruh terhadap proses

pelapukan dan perkembangan tanah, pencucian dan pengangkutan tanah.

Penggerusan tanah oleh air pada daerah berlereng juga mengakibatkan tanah mulai

terkikis dan terangkut, pada akhirnya meninggalkan tanah yang kurang subur

sehingga produktivitas tanah dan tanaman menurun.

Bermanakusumah (1978), mengungkapkan bahwa kecepatan aliran

permukaan yang tinggi menyebabkan kapasitas penghancuran semakin tinggi pula,

sehingga apabila kemiringan semakin curam maka akan lebih cepat pula tanah

tersebut megalami penurunan kualitasnya. Penggunaan lahan mempengaruhi

besarnya kandungan C-organik, nitrogen, fosfor, kapasitas tukar kation,

permeabilitas, porositas, infiltrasi (Arifin et al., 2003), serta erosi tanah.

Kemiringan lahan untuk budidaya tanaman bawang merah menurut GAP adalah

≤30%.

Temperatur (Suhu)

Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik langsung

maupun tidak langsung terhadap tanaman bawang merah. Diantara peran suhu

secara langsung adalah mengontrol laju proses-proses kimia dalam tanaman

bawang merah. Sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi

faktorfaktor lainnya terutama suplai air.


Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja

keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari tanaman bawang merah.

Tanaman bawang merah memerlukan iklim kering. Suhu rata-rata untuk tanaman

bawang merah adalah 25 – 32 °C, sedangkan suhu optimum adalah 22°C.

Kelembaban

Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini

dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau

kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer.

Kelembaban yang berpengaruh dalam budidaya tanaman dapat berasal dari

kelembaban udara dan kelembaban tanah.

Kelembaban udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan atau

transpirasi. Jika kelembaban rendah, maka laju transpirasi meningkat dan

penyerapan air dan zat-zat mineral juga meningkat. Hal itu akan meningkatkan

ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman bawang merah. Dan sebaliknya,

jika kelembaban tinggi, maka laju transpirasi rendah dan penyerapan zat-zat nutrisi

juga rendah. Hal ini akan mengurangi ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan

tanaman bawang merah sehingga pertumbuhannya juga akan terhambat. Selain itu,

kelembaban yang tinggi akan menyebabkan tumbuhnya jamur yang dapat merusak

atau membusukkan akar tanaman bawang merah. Dan apabila kelembabannya

rendah akan menyebabkan timbulnya hama yang dapat mengganggu pertumbuhan

dan perkembangan tanaman bawang merah. Kelembaban tanah

berperan untuk mengontrol pembagian air hujan yang turun ke bumi menjadi run

off ataupun infiltrasi. Kelembaban tanah sangat penting untuk studi potensi air dan

studi neraca air. Dengan arti lain kelembaban tanah berkaitan erat dengan tingkat
ketersediaan air dalam tanah.Kelembaban optimum bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman bawang merah adalah

50-70%.

Cahaya Matahari (Lama Penyinaran)

Cahaya Matahari memiliki peran penting bagi tanaman bawang merah,

terutama dalam proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada

tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan

menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

Cahaya dibutuhkan oleh tanaman bawang merah mulai dari proses pertumbuhan

tunas sampai tanaman dewasa hingga proses pembentukan umbi. Tanaman bawang

merah termasuk jenis tanaman yang tidak menyukai naungan. Tanaman bawang

merah akan tumbuh optimal jika terkena cahaya matahari langsung. Lama

Penyinaran matahari yang optimal bagi tanaman bawang merah berkisar antara 11-

16 jam/hari, tergantung varietasnya. Oleh karena itu, bawang merah paling baik

ditanam di awal musim kemarau, yakni pada bulan Maret atau April sampai dengan

bulan Oktober (Budi Samadi dan

Bambang Cahyono, 2009).

Curah Hujan

Curah hujan bermanfaat untuk membantu menempatkan mineral alami

kembali ke tanah, sebagai sumber pengairan lahan pertanian, cadangan air saat

kemarau, selain memiliki potensi yang menguntungkan, curah hujan juga dapat

memberikan kerugian bagi bidang pertanian. Dampak langsung dari curah hujan

ada yang dirasakan seketika, dan ada yang dirasakan.secara.lambat. Dampak

langsung seketika, misalnya curah hujan yang lebat atau terus menerus dapat
menimbulkan tanah longsor saat itu, angin kencang menimbulkan kerusakan batang

tanaman, dapat menggangu bahkan merusak pada saat pembunggaan pada tanaman.

Sedangkan dampak yang dirasakan lambat yaitu kadar cuaca yang baru dirasakan

setelah berkali-kali terjadi misalnya tanah menjadi lembap setelah beberapa hari

turun hujan, tanah menjadi kering setelah beberapa hari hujan berkurang.

Curah hujan yang tinggi juga dapat meningkatkan berkembangnya populasi

serangga sebagai hama yang dapat merusak tanaman. Curah hujan yang tinggi

secara terus-menerus dapat menyebabkan pelindihan pada tanah khususnya pada

daerah yang berlereng. Hal ini menyebabkan tanah yang subur sedikit demi sedikit

akan tergerus sehingga lama kelamaan tanah yang subur akan hilang. Intensitas

curah hujan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

bawang merah adalah 300 - 2500 mm/tahun dan curah hujan optimum adalah 1000

– 1.500 mm/tahun.

Media Tumbuh (Tanah)

Tanah adalah bagian permukaan bumi yang terdiri dari mineral dan

bahan organik. Tanah sangat penting peranannya bagi tanaman bawang merah,

karena tanah mampu menyediakan makanan dan oksigen kemudian menyerap

karbon dioksida dan nitrogen.

Tanah yang baik bagi tanaman bawang merah adalah tanah yang

memilikidrainase dan kesuburan baik, mengandung cukup bahan organik, tekstur

lempungberpasir struktur tanah remah dan lebih baik ditanam di tanah Alluvial atau

kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol. Tingkat kemasaman tanah

(pH tanah) berkisar antara 5,5–7. Jika pH < 5,5 tanaman akan teracuni Al sehingga
tanaman bawang merah menjadi kerdil dan pH >6,5 unsur Mn tidak tersedia, yang

menyebabkan tanaman bawang merah juga menjadi kerdil.

Ketersediaan Air

Air merupakan salah satu faktor pembatas bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman bawang merah. Manfaat dan fungsi air bagi tumbuhan

sangatlah banyak, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Air sebagi salah satu senyawa dalam pembentukan protoplasma

2. Sebagai pelarut untuk proses masuknya mineral dari tanah ke tanaman

3. Untuk proses reaksi metabolic tumbuhan

4. Untuk rektan pada beberapa jumlah reaksi pada metabolism, contohnya

pada siklus asam trikarboksilat

5. Untuk bahan penghasil hydrogen dalam proses fotosintesis

6. Untuk menjaga turgiditas pada sel dan untuk menghasilkan tenaga mekanik

pada proses pembesaran suatu sel

7. Guna mengatur suatu mekanisme pergerakan membuka dan menutup

stomata pada tumbuhan

8. Untuk membantu berlangsungnya respirasi

Angin

Angin juga merupakan factor yang memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman bawang merah. Sistem perakaran bawang merah sangat

dangkal, sehingga angin yang berhembus kencang secara terus-menerus dapat

menyebabkan kerusakan tanaman, selain tanaman menjadi roboh juga dapat

mencabut umbi dari dalam tanah. Angin juga dapat berpengaruh terhadap kondisi
tanah, dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman

bawang merah.

Angin yang berhembus kencang secara terus-menerus akan mempercepat

proses penguapan air, sehingga tanah menjadi cepat kering dan mengeras, yang

dapat menyebabkan udara dan air dalam tanah tidak cukup seimbang banyaknya.

Akibatnya pertumbuhan tanaman bawang merah tidak optimal pertumbuhannya

diakibatkan oleh kebutuhan air dan oksigen untuk pengangkutan unsur hara dan

pernapasan tidak tercukupi.

b. Tanah

Tanaman bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) memerlukan tanah

berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drainase/aerasi baik, mengandung

bahan organik yang cukup, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah :

5,6 – 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah

Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol (Sutarya dan

Grubben 1995).

Di Pulau Jawa, bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) banyak

ditanam pada jenis tanah aluvial, tipe iklim D3/E3 yaitu antara (0-5) bulan basah

dan (4-6) bulan kering, dan pada ketinggian kurang dari 200 m di atas permukaan

laut. Selain itu, bawang merah juga cukup luas diusahakan pada jenis tanah

Andosol, tipe iklim B2/C2 yaitu (5-9) bulan basah dan (2-4) bulan kering dan

ketinggian lebih dari 500 m di atas permukaan laut (Nurmalinda dan Suwandi,

1995).

Waktu tanam bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) yang baik

adalah pada musim kemarau dengan ketersediaan air pengairan yang cukup, yaitu
pada bulan April/Mei setelah panen padi dan pada bulan Juli/Agustus. Penanaman

bawang merah di musim kemarau biasanya dilaksanakan pada lahan bekas padi

sawah atau tebu, sedangkan penanaman di musim hujan dilakukan pada lahan

tegalan. Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) dapat ditanam secara

tumpangsari, seperti dengan tanaman cabai merah (Sutarya dan Grubben, 1995).

Penyiapan Benih

Benih bermutu merupakan salah satu kunci utama dalam keberhasilan

suatu usahatani. Persyaratan benih bawang merah yang baik antara lain: umur

simpan benih telah memenuhi, yaitu sekitar 3-4 bulan, umur panen 70-85 hari,

ukuran benih 10-15 gram. Kebutuhan benih setiap hektar 1000-1200 kg. Umbi

benih berwarna merah cerah, padat, tidak keropos, tidak lunak, tidak terserang oleh

hama dan penyakit (Erytrina, 2013).

Sebelum ditanam, umbi dibersihkan, dan bila belum kelihatan pertunasan,

maka ujung umbi dipotongg 1/4 untuk mempercepat tumbuh tunas. Selain benih

umbi, juga bisa menggunakan biji botani (TSS = true shalot seed ). Keuntungan dari

penggunaan TSS antara lain penyimpanan dan biaya pengangkutan lebih murah,

kebutuhan benih lebih sedikit sekitar 2 kg per ha, dibandingkan benih umbi, dan

dapat menghasilkan benih bebas virus (Erytrina, 2013).


Pertumbuhan dan Perkembangan

Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Tumbuhan

tumbuh dari kecil menjadi besar dan berkembang dari satu sel zigot menjadi embrio

kemudian menjadi individu dewasa (Suprapto dan H.A. Rasyid Marzuki, 2002)

Definisi pertumbuhan dalam arti sempit berarti pembelahan sel

(peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran). Kedua proses ini

merupakan proses yang tidak dapat berbalik (irreversible). Pertumbuhan tanaman

sering didefinisikan sebagai pertambahan ukuran, karena organism multisel tumbuh

dari zigot, pertambahan itu bukan hanya volume, tetapi juga dalam bobot, jumlah

sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Selama pertumbuhan tanaman

akan membentuk berbagai macam organ. Organ tanaman dibedakan menjadi organ

vegetatif dan organ generatif. Akar, batang dan daun tergolong dalam organ

vegetatif. Bunga, buah dan biji termasuk dalam organ generatif. Organ-organ

vegetatif akan terbentuk lebih awal dibandingkan organ-organ

generative.(Suparmuji,2013).

Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di antaranya adalah faktor

genetik untuk internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu,

air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor

cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut

leteratur perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auxin, jika melakukan

perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat namun

bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auxin sangat peka terhadap cahaya, jika

pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan

terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh hormon auxin yang aktif
secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan yang normal

atau lurus menjulur ke atas (Simamora, T.J. L. 2006)

Perkembangan merupakan istilah umum, mengacu pada jumlah dari

semua perubahan yang sel, jaringan, organ, atau organisme menuju kedewasaan.

Perkembangan yang paling tampak dimanifestasikan sebagai perubahan bentuk

organ atau organisme, seperti transisi dari embrio ke bibit, dari primordial daun ke

daun sepenuhnya diperluas, atau dari produksi organ vegetatif untuk produksi

struktur bunga. Perkembangan dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan teratur

dan berkembang, seringkali menuju suatu keadaan yang lebih tinggi, lebih teratur,

atau lebih kompleks, atau dapat pula dikatakan sebagai suatu seri perubahan pada

organisme yang terjadi selama daur hidupnya yang meliputi pertumbuhan dan

diferensiasi. Perkembangan dapat terjadi tanpa pertumbuhan dan demikian juga

halnya pertumbuhan dapat terjadi tanpa perkembangan, tetapi kedua proses ini

sering bergabung dalam satu proses.( Muh. Akhsan Akib.2012)

Perkembangan dan pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam

dan luar dan penyesuaian diri antara geneti& dan lingkunga. Faktor lingkungan juga

penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tidak hanya lingkungan

yang mempengaruhi pertumbuhan, tetapi juga banyak faktor seperti cahaya,

temperature, kelembaban dan faktor nutrisi mempengaruhi akhir morfologi dari

tanaman. Cahaya meliputi pada lekukan dari batang morfogenesis.Temperature,

kelembaban dan nutrisi mempunyai efek yang lebih halus, tetapi juga

mempengaruhi perubahan morfologi(Soerjandono, N. B. 2008).

Fase Pertumbuhan dan Perkembangan yaitu Proses atau fase pertumbuhan dan

perkembangan dibagi menjadi 3 yaitu ; Perkecambahan, Pertumbuhan


Perimer dan Pertumbuhan Sekunder.

a. Perkecambahan

Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan dari

embrio yang mengalami perubahan dimana plumula tumbuh dan berkembang

menjadi batang dan radikula tumbuh menjadi akar. Berdasarkan letak kotiledon saat

berkecambah ada dua tipe perkecambahan yaitu, perkecambahan hipogeal dan

perkecambahan epigeal.

b. Pertumbuhan Primer

Pertumbuhan primer terjadi karena sel-sel pada jaringan meristem

melakukan pembelahan secara terus-menerus.

c. Pertumbuhan Sekunder

Pertumbuhan sekunder disebabkan oleh aktivitas jaringan meristem

sekunder seperti pada jaringan kambium pada batang tumbuhan dikotil dan

Gymnospermae. Semakin tua umur tumbuhan, batang tumbuhan dikotil akan

semakin besar. Hal ini disebabkan adanya proses pertumbuhan sekunder.

Pertumbuhan sekunder ini tidak terjadi pada tumbuhan monokotil. Bagian yang

paling berperan dalam pertumbuhan sekunder ini adalah cambium. Sel-sel jaringan

kambium senantiasa membelah yaitu ke arah dalam membentuk xylem atau kayu

sedangkan pembelahan ke luar membentuk floem atau kulit kayu yang

menyebabkan diameter batang dan akar bertambah besar.


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum dilaksanakan di Dusun II Keriahen Tani Desa Sembahe

Baru , Pancur Batu, Deli Serdang , Sumatera Utara 20353 Indonesia 3⁰32'34",

98⁰39'14", 25,0 m, 224⁰ 25-37,5 mdpl yang dilakukan Pada tanggal Sabtu, 27

Februari 2021.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1. Umbi Bawang Merah (Allium cepa L.)

2. Pasir/ Biocar

3. Kompos

4. Topsoil

5. Pupuk

6. Polibag

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1. Cangkul

2. Ember

3. Karung

4. Sekop

5. Label nama

6. Penggaris

7. Timbangan analitik
8. Pisau
Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan yang diterapkan untuk dilaksanakannya

budidaya tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.) ialah sebagai berikut dengan

mengikuti perlakuan dibawah :

Perlakuan : Media Tanam (M)

M1 = Top Soil

M2 = Top Soil : Kompos : Pasir/Biochar 2 : 1 : 1

Pemotongan Umbi (P)

P0 = Umbi tidak dipotong

P1 = Umbi dipotong 1⁄4 bagian dari ujung Sehingga

diperoleh kombinasi perlakuan :

1. M1P0

2. M1P1

3. M2P0

4. M2P1

Langkah – langkah :

1. Disediakan 4 polybag masing-masing polybag berukuran 3 Kg.

2. Disediakan benih bawang merah 2 biji yang sudah dipotong ¼ (P1) bagian

ujungnya dan 2 biji yang tidak dipotong atau keadaan utuh(P0)

3. Disediakan media tanam hanya dengan Top Soil dan Top Soil : Kompos :

Pasir/Biochar 2 : 1 : 1

4. Disediakan alat bantu/alat ukur seperti ember dan karung untuk

perbandingan media tanam yang akan dimasukkan ke dalam polibag


5. Dilakukan penanaman dengan cara memasukkan bawang merah langsung

ke dalam tanah dengan memperhatikan perlakuan bawang merah serta

kombinasi perkaluan terhadap tanaman bawang merah

6. Dilakukan perawatan terhadap tanaman bawang merah setiap minggunya

baik penyiangan gulma, penyiraman, penggemboran tanah, pendataan,

pengukuran (kalau sudah bertunas, tumbuh, dan berkembang), serta

dokumentasi untuk pengisian logbook

7. Dilakukan pemupukan ada umur 15-30 hst dengan pupuk unsur N dan S

untuk pembentukan daun, batang dan akar. Pupuk susulan kedua diberikan

saat tanaman berumur 30-35 hst

Deskripsi Tanaman
No Deskripsi Tanaman
1 Asal
2 Umur
3 Tinggi tanaman
4 Banyak anakan
5 Banyak daun
6 Bentuk daun
7 Warna daun
8 Warna bunga
9 Bentuk bunga
10 Warna biji
11 Bentuk biji
12 Warna umbi
13 Bentuk umbi
14 Produksi umbi
Sifat Morfologi Dan Produksi Tanaman Dalam penelitian ini sifat

morfologi yang akan diamati adalah sebagai berikut:

➢ Umur Panen (hari)

Bawang merah dapat dipanen setelah berumur cukup tua, yaitu pada umur

70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60% batang

lunak, tanaman rebah, dan daun mulai menguning.

➢ Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari leher umbi sampai ujung tanaman tertinggi

dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan sekali yaitu pada tanaman

berumur 60 hari.

➢ Jumlah Anakan (buah)

Pengamatan jumlah anakan dilakukan dengan menghitung jumlah anakan

setiap sampel tanaman yang dilakukan setelah tanaman panen.

➢ Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun yang dihitung adalah jumlah helaian daun dalam satu rumpun

tanaman bawang merah. Daun yang dihitung adalah daun yang masih segar dan

daun yang telah dihitung diberi tanda sehingga untuk pengitungan helaian daun

berikutnya tidak ikut dihitung kembali.

➢ Warna Daun

Pengamatan warna daun dilakukan dengan menggunakan bagan warna daun

dengan empat tingkatan warna yaitu warna hijau kekuningan, warna hijau muda,

warna hijau, dan warna hijau tua


➢ Bentuk Umbi

Bentuk umbi yang akan diamati adalah bentul bulat, bentuk lonjong, dan

bentuk ujung meruncing.

➢ Warna Umbi

Dalam pengamatan warna umbi bawang merah didasarkan pada 3

tingkatan warna yaitu warna merah, merah tua dan merah kehitaman.

➢ Bobot basah umbi per rumpun (gr)

Bobot basah yang dihitung adalah bobot umbi per rumpun setelah

dibersihkan dari tanah yang menempel.

➢ Bobot kering umbi ekonomi (gr)

Bobot kering umbi ekonomi adalah bobot umbi yang telah dijemur dan siap

untuk dijual. Penjemuran umbi dilakukan selama 3 hari.

➢ Produksi Umbi (ton/ha)

Produksi umbi dihitung dengan mengkonversikan hasil bobot umbi yang

diperoleh dari 4 polybag


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

A. Persentase Pertumbuhan

Persentase Pertumbuhan

B. Tanggal Bertunas
Perlakuan Bawang Merah Tanggal Bertunas

M1P1 14 Maret 2021


M1P0 16 Maret 2021
M2P1 13 Maret 2021
M2P0 14 Maret 2021
C. Rataan Tinggi(cm) Dan Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah
NO MST Rataan Tinggi Tanaman Rataan Jumlah Daun Tanaman

Bawang Merah(cm) Bawang Merah

M1PO M1P1 M2PO M2P1 M1PO M1P1 M2PO M2P1

1 3 - 4,5 2,3 3 - 6 3 3

2 4 7,91 8,32 9,6 5,71 12 13 10 7

3 5 8,3 10,5 9,8 6,3 14 17 11 8

4 6 13,25 14 14,13 17,2 16 19 15 10

5 7 16,25 18 16,54 18,2 20 25 19 17

6 8 18,25 25 19,54 19,28 26 35 23 19

7 9 19,85 34 22,58 24 29 40 30 20

8 10 25 37 29 26 35 45 34 25

Tinggi tanaman merupakan peubah yang sering diamati baik sebagai indikator

pertumbuhan maupun untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang

diterapkan. Hal ini didasarkan karena tinggi tanaman merupakan ukuran

pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Nispatullaila, 2014).

Berdasarkan hasil rataan tinggi tanaman bawang merah diatas dapat kita peroleh

dimana :

MST 3 : M1P1 > M2P0 > M2P2 > M1P0

MST 4 : M2P0 > M1P1 > M1P0 > M2P2

MST 5 : M1P1 > M2PO > M1PO > M2P2

MST 6 : M2P2 > M2PO > M1P1 > M1PO

MST 7 : M2P2 > M1P1 > M2P0 > M1P0


MST 8 : M1P1 > M2P0 > M2P2 > M1P0

MST 9 : M1P1 > M2P2 > M2P0 > M1P0

MST 10 : M1P1 > M2P0 > M2P2 > M1P0

Berdasarkan hasil rataan jumlah daun tanaman bawang merah diatas dapat kita

peroleh dimana :

MST 3 : M1P1 > M2P0 = M2P1 > M1P0

MST 4 : M1P1 > M2P0 > M1P0 > M2P1

MST 5 : M1P1 > M1PO > M2PO > M2P1

MST 6 : M1P1 > M1PO > M2P1 > M2P1

MST 7 : M1P1 > M1P0 > M2P0 > M2P1

MST 8 : M1P1 > M1P0 > M2P0 > M2P1

MST 9 : M1P1 > M2P0 > M1P0 > M2P1

MST 10 : M1P1 > M2P0 > M1P0 > M2P1

D. Morfologi Tanaman
Deskripsi Amatan Gambar Keterangan

Pemanenan dilakukan pada


Jumat, 30 April 2021 jam
17.00 WIB dengan umur
panen 64 HST.
Umur panen
Jumlah umbi M1P0 = 6 biji
Jumlah umbi M1P1 = 5 biji
Jumlah anakan Jumlah umbi M2P0 = 4 biji
Jumlah umbi M2P1 = 12 biji

warna hijau muda


warna hijau tua warna
Warna Daun hijau kekuningan

Pada hasil panen kali ini


Bentuk Umbi
didapat bentuk bawang merah
= lonjong

Hasil panen yang didapat


Warna Umbi dengan warna = Merah Pucat
Bawang (M1P0) = 27 g

Bawang (M1P1) = 28 g

Bobot Basah

Bawang (M2P0) = 20 g

Bawang (M2P1) = 20 g

Produksi Bawang

Merah Dalam 4 Hasil = 95 g

Polibag
Pembahasan

A. UMUR ASLI PANEN BAWANG MERAH??

Budidaya tanaman hortikultura selain berupaya meningkatkan nilai produksi juga

meningkatkan kualitas hasil panen sehingga dalam setiap budidaya tanaman

hortikultura tersebut maka selalu melewati waktu panen di lapangan.

Berkaitan dengan panen, maka dibutuhkan penentuan waktu panen yang tepat dan

bisa dilakukan melalui berbagai pendekatan. Wahyono et al. (2013) menjelaskan

bahwa panen yang dilakukan saat budidaya bisa didasarkan atas pendekatan umur,

ciri tanaman dan prediksi cuaca, namun semuanya berdasarkan pengalaman di

lapangan berupa hasil pengamatan.

Sunaryo (2019) Bawang Merah dapat di panen setelah 85 persen bagian daun

rebah pada umur tanaman berkisar 98-110 hari setelah tanam (hst),". Panen dapat

secepatnya dilakukan dengan cara mencabut tanaman secara hati-hati agar umbi

tidak rusak/tertinggal di dalam tanah.

Holtikultura, Bandung (2020) “Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya

cukup tua, biasanya pada umur 60–70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah

terlihat tanda-tanda berupa leher batang 60% lunak, tanaman rebah dan daun

menguning. Produksi umbi kering mencapai 6-25 ton/ha. Nah, berdasarkan hasil

pemanenan bawang merah diatas yang panen pada umur 64 HST (berdasarkan

argumen Holtikultura, Bandung(2020)) sudah dapat dikatakan bisa untuk dipanen

jika dilihat dari segi umur namun dari segi pengamatan dan ciri-ciri panen bahwa

tanaman bawang tersebut belum bisa untuk dipanen.

Tapi, berdasarkan (Sunaryo (2019) jika dilihat dari hasil bentuk tanaman bawang

tersebut memang dikatakan kurang umur untuk dilakukan pemanenan. Jadi, hasil
bawang diatas dapat kita tarik kesimpulan bawang tersebut memang belum bisa

dilakukan pemanenan karena kurang umur dan tidak memenuhi syrat unruk

dilakukan pemanenan.

B. MENGAPA TANAMAN BAWANG BISA KERDIL??

Penyakit mantek atau kerdil “stunting” merupakan salah satu penyakit utama

tanaman bawang merah.Mantek bawang merah juga disebut “mbiting” karena

daunnya kecil, tidak tegak/layu dan pertumbuhan lambat.Penyakit kerdil dapat

menyebabkan gagal panen dan mengakibatkan kerugian pada usaha budidaya

tanaman bawang merah.Mantek atau kerdil menyebabkan tanaman bawang merah

tumbuh tidak sempurna dan tanaman tidak mampu membentuk umbi.

Banyak faktor yang menyebabkan tanaman bawang merah tumbuh lambat,

kerdil/mbiting. Cuaca yang tidak mendukung merupakan salah satu penyebab

tanaman bawang merah tumbuh kerdil.Bibit yang tidak berkualitas serta faktor

tanah juga turut mempengaruhi terjadinya stunting pada budidaya bawang

merah.Berikut ini beberapa penyebab tanaman bawang merah tumbuh kerdil atau

mantek:

1).Cuaca yang kurang mendukung

2).Bibit yang tidak berkualitas

3). Jarak tanam terlalu rapat

5). Kerusakan tanah

6). Serangan virus mosaik bawang (onion yellow dwarf virus)


Penyakit kerdil atau mantek (Stunting) pada tanaman bawang merah dapat terjadi

pada semua fase pertumbuhannya, baik fase pertumbuhan vegetatif maupun

generatif.Gejala penyakit kerdil/mantek pada bawang merah antara lain ;

pertumbuhan bawang merah lambat, daun menguning dan layu, ukuran daun kecil

“mbiting” dan terkulai lemas/tidak tegak serta tanaman tumbuh kerdil.Umbi

bawang merah yang terserang mantek/kerdil terbentuk tidak sempurna, bahkan ada

yang tidak mampu membentuk umbi.

Cara Mengatasi MANTEK/KERDIL pada Bawang Merah

Penyakit kerdil/mantek pada bawang merah dimasa pertumbuhan generatif masih

ada kemungkinan untuk diselamatkan.Akan tetapi jika menyerang pada masa

vegetatif (telah membentuk umbi), mantek/kerdil atau stunting sangat sulit untuk

diatasi.

Berikut ini beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit

kerdil/mantek pada bawang merah ;

1. Menggunakan bibit unggul bersertifikat atau bibit berkualitas.

Bibit yang asal-asalan, misalnya usia belum cukup pertumbuhannya lambat dan

kerdil. Gunakan bibit bawang merah yang sesuai dengan ketinggian tempat dimana

bawang merah akan di tanam.

2. Atur jarak tanam

Jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan tanaman bawang merah

tumbuh lambat dan kerdil, daun kecil tidak subur.

3. Gunakan pestisida sesuai anjuran


Penggunaan fungisida yang berlebihan (over dosis) dapat menyebabkan tanaman

bawang merah keracunan, sehingga pertumbuhannya lambat dan kerdil/mantek.

Gunakan pestisida dengan dosis sesuai anjuran dan seperlunya

saja.

4. Kerusakan kesuburan tanah

Penggunaan herbisida dan pupuk kimia (anorganik) yang terus menerus dalam

jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan tanah, merusak kesuburan

tanah serta membunuh organisme-organisme penyubur tanah. Meminimalkan

penggunaan herbisida dan mengimbangi penggunaan pupuk kimia dengan pupuk

organik merupakan langkah efektif untuk menjaga kesuburan

tanah.

5. Memperbaiki kesuburan tanah

Pada tanaman bawang merah yang terserang mantek/kerdil di masa pertumbuhan

(usia dibawah 25 hst) kemungikan masih bisa diselamatkan dengan cara

memperbaiki kesuburan tanah (aplikasi pupuk organik dan pembenah tanah untuk

memperbaiki sifat-sifat fisik tanah).

6. Serangan virus mosaik bawang (onion yellow dwarf virus)

Tanaman bawang merah yang tumbuh kerdil/mantek bisa juga diakibatkan oleh

serangan virus mosaik bawang (onion yellow dwarf virus). Penularan virus ini

paling umum melalui umbi yang telah terinfeksi. Virus yang juga disebut virus

kerdil kuning ini dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama pada sisa-sisa

tanaman di tanah/lahan. Cara mengatasinya dengan menggunakan bibit yang sehat,

memusnahkan tanaman terinfeksi dan rotasi tanaman.


Nah, berdasarkan tanaman bawang merah saya pada perlakuan tanaman M1P0

mengalami pertumbuhan yang lambat dan kerdil. Nah berdasarkan hasil argumen

di atas dapat kita simpulkan yang terjadi pada tanaman M1P0 adalah :

1. Bibit yang digunakan kurang bagus karena bibit yang saya gunakan pada

saya melekukan penanaman tanaman bawang adalah bibit dari bawang

dapur yang tidak tau asal usul bawang tersebutseperti varietas apakah

bawang yang saya gunakan.

2. Kelembaban, pada saat penyiraman saya selalu tanpa sengaja melakukan

penyiraman secara berlebihan menyebabkan tanaman bawang pada M1P0

jadi tergenang namun seperti yang kita tahu bahwa tanaman bawang merah

sensitive pada genangan air

3. Media tanam, pada perlakuan ini didapat hanya menggunakan media tanam

top soil dan ditanami bibit bawang merah yang tidak dipotong. Maka

tanaman tersebut kerdil karena perlakuan yang didapat kurang efektik dan

efisien

C. PERBEDAAN BAWANG MERAH DIPOTONG ¼

BAGIAN UJUNGNYA DAN BAWANG MERAH YANG TIDAK

DIPOTONG

Salah satu teknologi budidaya yang belum diperhatikan petani adalah cara

pemotongan umbi yang tepat, kebanyakan petani tidak mengetaui manfaat

dilakukan pemotongan pada ujung umbi. Menurut Jumini et al. (2010), pemotongan

ujung umbi bibit kira-kira 1/3 atau 1/4 bagian dari panjang umbi, bertujuan agar

umbi tumbuh merata, dapat merangsang tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman,


dapat merangsang tumbuhnya umbi samping dan dapat mendorong terbentuknya

anakan.

Seleksi umbi bibit merupakan langkah awal yang sangat menen-tukan keberhasilan

produksi. Bebe-rapa perlakuan perlu mendapat perhatian setelah umbi dipilih dan

siap untuk ditanam. Menurut Wibowo (2005), pemotongan ujung umbi bibit dengan

pisau bersih kira-kira 1/3 atau ¼ bagian dari panjang umbi, yang bertujuan agar

umbi tumbuh merata, dapat merangsang tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman,

dapat merangsang tumbuh-nya umbi samping dan dapat mendorong terbentuknya

anakan. Selanjutnya Samadi dan Cahyono (2005) menambahkan sebelum dita-nam

umbi bibit bawang merah pada bahagian ujung umbi dipotong sebe-sar 1/3 – ¼

bahagian, sesuai dengan kondisi bibit.

Hasil penelitian Jumini, et. al., (2010) pada pemotongan bawang merah, bahwa

pemotongan umbi bibit bawang merah yang dicobakan, pertumbuhan dan hasil

bawang merah yang lebih baik dijumpai pada tingkat pemotongan umbi ¼ bagian,

yang ditunjukkan pada peubah jumlah anakan umur 30 HST, jumlah umbi per

rumpun dan bobot umbi basah per rumpun, akan tetapi nyata berbeda dengan

perlakuan tanpa pemotongan umbi bibit . Hal ini diduga pemotongan ¼ bagian umbi

mampu merangsang pembentukan hormon tumbuh tanpa mengganggu mata

tunas.

Berdasarkan hasil dari pemanenan bawang pada tabel 4 diatas dapat kita peroleh

berdasarkan perlakuan serta kombinasi perlakuan pada tanaman bawang merah

yakni :

M2P1 > M2P0 > M1P1 > M1P0


Nah, berdasarkan hasil diatas tidak sesuai dengan argumen Jumini, et. al., (2010)

.Mengapa demikian karena :

Bawang yang dipotong ¼ bagian ujungnya akan lebih baik dan

menghasilkan hasil panen yang cukup optimal jika media tanam yang digunakan

sesuai seperti top soil, kompos, biocar denganpengaplikasian yang tepat. Kita lihat

pada kombinasi perlakuan M2P0 mengapa kurang menghasilkan hasil optimal

dibandingkan dengan kombinasi perlakuan M2P1 padahal sudah memenuhi kriteria

yang seurut dengan pernyataan dari Jumini, et. al., (2010) karena adanya beberapa

faktor yang dapat menghambat pertumbuhan serta perkembangan

tanaman tersebut yakni seperti iklim, perawatan, dll.

D. PENGARUH MEDIA TANAM

Menanam bawang merah di polybag sama halnya dengan menanam di lahan,

hanya saja menanam di polybag lebih mudah mengkondisikan media tanamnya,

kita dapat mencampur media seperti yang di inginkan. Baik perbandingan jenis

media maupun penggunaan ragam medianya.

Selain itu menanam bawang di polybag dapat memanfaatkan pekarangan yang

belum termanfaatkan secara maksimal disekitar rumah, dalam perawatan akan lebih

mudah karena terjangkau oleh ibu-ibu rumah tangga.

Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat

menentukan dalam kegiatan bercocok tanam. Media tanam akan menentukan baik

buruknya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi.

Jenis-jenis media tanam sangat banyak dan beragam. Apalagi dengan

berkembangnya berbagai metode bercocok tanam, model urban farming.


Setiap jenis tanaman membutuhkan sifat dan karakteristik media tanam yang

berbeda. Misalnya, tanaman buah membutuhkan karakter media tanam yang

berbeda dengan tanaman sayuran. Tanaman buah memerlukan media tanam yang

solid agar bisa menopang pertumbuhan tanaman yang relatif lebih besar, sementara

jenis tanaman sayuran daun lebih memerlukan media tanam yang gembur dan

mudah ditembus akar.

Top soil merupakan tanah yang diambil pada kedalaman 5 cm di bawah

permukaan. Bagian tanah ini bisa menjadi campuran media tanam yang bagus untuk

tanaman sayuran karena mengandung banyak humus dan bahan organik.

Keuntungan lain bagian tanah ini adalah bertekstur remah dan ringan sehingga bisa

digunakan sebagai media persemaian atau penanaman.

Hasil pelapukan bahan organik ini yang umum dikenal masyarakat sebagai

kompos. Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dikenal luas di

masyarakat. Kompos berasal dari hasil pelapukan dari bahan organik, baik secara

sengaja maupun tidak disengaja.

Penggunaan top soil bisa dilakukan dengan mencampurkan pupuk organik.

Sebelum digunakan, bagian tanah ini harus diayak terlebih dahulu agar tidak

tercampur dengan kerikil sehingga komposisi media tanam yang didapatkan dalam

kondisi yang baik.

Penting untuk mengetahui asal-usul tanah tersebut. Pastikan tanah tersebut terbebas

dari serangan hama dan tidak berjamur. Tanah yang berjamur dikhawatirkan dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman, terutama pada pertumbuhan benih tanaman.

Penggunaan media tanam harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang digunakan.

Tiap jenis tanaman memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum
memutuskan media tanam apa yang digunakan, perhatikan terlebih dahulu

karakteristik dan kebutuhan tanaman.

Namun, pada umumnya tanaman sayuran bisa menggunakan media tanam top soil.

Tanaman sayur dapat tumbuh subur pada media tanam top soil yang dicampur

dengan bahan media tanam lainnya.Pencampuran media tanam berfungsi untuk

mendapatkan kriteria media tanam yang sesuai dengan kriteria tanaman. Oleh

karena itu, pencampuran media tanam tidak bisa dilakukan sembarangan. Pasalnya,

media tanam yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan pertumbuhan

tanaman yang baik.

Berdasarkan hasil dari pemanenan bawang pada tabel 4 diatas dapat kita peroleh

berdasarkan perlakuan serta kombinasi perlakuan pada tanaman bawang merah

yang menggunakan media tanam berbeda yakni :

M2P1 > M2P0 > M1P1 > M1P0

Nah, dapat diperoleh bahwa asil yang didapat lebih maksimal jika menggunakan

media tanam dengan top soil, biocar, dan kompos.

E. MANFAAT BAWANG MERAH

Kandungan Bawang Merah

Manfaatnya yang kaya bagi kebugaran tubuh tak lepas dari banyaknya kandungan

yang berkhasiat di dalamnya, salah satu yang paling powerful adalah kayanya

antioksidan. Berikut kandungan yang terdapat dalam bawang merah dalam porsi

setengah cangkir per saji:

• Kalori = 32 kalori

• Protein = 1 gram (g)


• Lemak = 0 g

• Karbohidrat = 7 g

• Serat = 1 g

• Gula = 3 g

• Vitamin B6

• Biotin

• Tembaga
1. Meningkatkan Sistem Imun

Sistem imun tentunya sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menyerang kuman, virus

maupun bakteri yang masuk dari luar tubuh. Kandungan selenium di bawang merah

dipercaya dapat meningkatkan sistem imun di dalam tubuh,

sehingga kita dapat terhindar dari penyakit.

2. Menyehatkan Jantung

Manfaat bawang merah yang sangat penting yaitu bisa menyehatkan jantung.

Kandungan sufida methylallyl dan asam amino sulfur yang ada di dalam bawang

merah dapat menurunkan kadar kolesterol jahat yang terkandung dalam tubuh.

Selain itu, bawang merah juga dapat mengontrol tekanan darah tinggi serta

membuka arteri yang tersumbat.

3. Mengatasi Sembelit

Pernah merasakan susah buang air besar? Bawang merah adalah rempah yang tepat

untuk mengatasi masalah ini. Kandungan yang terdapat di bawang merah dapat

membantu proses pembuangan racun oleh tubuh, sehingga

pencernaan akan lebih lancar.

Pernah merasakan susah buang air besar? Bawang merah adalah rempah yang tepat

untuk mengatasi masalah ini. Kandungan yang terdapat di bawang merah dapat
membantu proses pembuangan racun oleh tubuh, sehingga pencernaan akan lebih

lancar.

5. Memperkuat Pengelihatan

Selain wortel, ternyata bawang merah juga baik untuk mata lho. Kandungan sulfur

pada bawang merah dapat merangsang produksi protein berupa glutathione yang

mempunyai antioksidan.

Kandungan vitamin E pada bawang merah juga sangat baik untuk kesehatan mata

kita.

6. Meningkatkan Kualitas Tidur

Khasiat bawang merah untuk tubuh selanjutnya adalah dapat

meningkatkan kualitas tidur kamu di malam hari.

Pasalnya, kandungan probiotik di bawang merah dapat mengurangi stres, sehingga

kamu bisa tidur lebih nyenyak dan berkualitas. Dengan begini, kamu akan bisa lebih

semangat dalam beraktivitas.

7. Menurunkan Berat Badan

Jika kamu sedang ingin menurunkan berat badan, mungkin kamu bisa

menambahkan bawang merah di menu diet kamu. Kandungan kromium yang

terdapat di dalam bawang merah dapat membantu menurunkan berat badanmu.

Untuk mendapat khasiatnya, rutin lah mengonsumsi 3-4 siung bawang merah per

harinya.

8. Mencegah Kanker

Kanker merupakan salah satu penyakit mematikan yang dapat berujung pada

kematian. Bawang merah bisa membantu kamu untuk terhindar dari penyakit

berbahaya ini. Bawang merah dapat mencegah terjadinya kanker, karena


terdapatnya kandungan belerang dalam bawang merah. Senyawa aktif yang ada di

dalam bawang merah dapat menghambat sel kanker yang ada di dalam tubuh.

9. Menurunkan Kadar Gula Darah

Selain mencegah kanker, bawang merah juga dapat membantu kamu

terhindar dari penyakit diabetes. Jika kamu memiliki kadar gula darah tinggi,

mungkin kamu harus mencoba untuk mengonsumsi bawang merah secara rutin.

Pasalnya, kandungan sulfur pada bawang merah dipercaya dapat menurunkan kadar

gula dalam darah.

10. Menjaga Kesehatan Tulang

Tulang merupakan salah satu hal terpenting di dalam tubuh yang bertugas untuk

menopang tubuh kita. Untuk menjaganya, selain mengonsumsi makanan dan

minuman yang kaya kalsium seperti susu, memakan bawang merah ternyata juga

dipercaya dapat mencegah osteoporosis, serta dapat menjaga massa tulang.

11. Membantu Mengobati Sariawan

Sariawan akibat infeksi jamur ini bisa disembuhkan dengan cara merebus bawang

merah yang ditambahkan belimbing sayur, daun saga dan adas pulosari. Air rebusan

ini berperan sebagai antiseptik yang efektif menyembuhkan sariawan serta

mengatasi inflamasi dan peradangan yang terjadi dalam mulut.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Benih bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) yang diimpor dari

Thailand, Vietnam dan Filipina dikhawatirkan mengandung organisme

pengganggu tanaman karantina (OPTK) yang tidak ada di Indonesia.

2. Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum) merupakan sayuran umbi

yang cukup populer di kalangan masyarakat, selain nilai ekonomisnya yang

tinggi, bawang merah juga berfungsi sebagai penyedap rasa dan dapat juga

digunakan ebagai bahan obat tradisional atau bahan baku farmasi lainnya.

3. Tanaman bawah merah merupakan tanaman yang mudah didapat dan sangat

mudah dibudidayakan, baik dalam polybag maupun dilahan yang

luas.

4. Salah satu teknologi budidaya yang belum diperhatikan petani adalah cara

pemotongan umbi yang tepat, kebanyakan petani tidak mengetaui manfaat

dilakukan pemotongan pada ujung umbi.

5. Cara tanam bawang merah dengan melakukan pemotongan 1/4 bagian ujung

umbi bawang merah cenderung dapat meningkatkan hasil bawang merah.


6. Pemotongan umbi dengan ukuran 1/4 berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun dan berat basah umbi dan Pemotongan umbi dengan ukuran 1/4 bagian

(P0) menghasilkan nilai rata-rata tertinggi pada parameter jumlah anakan,

berat basah umbi

7. Penggunaan media tanam(M2) memberikan nilai rata-rata tertinggi pada

parameter jumlah daun dan berat basah umbi sehingga media M2 dianggap

lebih efisien karena memberikan hasil produksi yang baik

8. Penggunaan top soil yang lebih efektif bisa dilakukan dengan

mencampurkan kompos, biocar, atau pasir

9. Bawang Merah dapat di panen setelah 85 persen bagian daun rebah pada

umur tanaman berkisar 98-110 hari setelah tanam (hst)

10. Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan

dalam kegiatan bercocok tanam.

11. faktor utama yang menyebabkan tanaman bawang merah tumbuh lambat

dan kerdil/mbiting adalah faktor cuaca dan tanah

12. Pada praktikum kali ini, hasil yang maksimal diperoleh pada M2P1 >

M2P0 > M1P1 > M1P0

Saran

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti menyarankan bahwa untuk

menanam bawang merah sebaiknya dipotong terlebih dahulu ¼ bagian ujungnya

dan menggunakan media tanam yang lengkap seperti top soil, biocar atau pasir

dengan memperhatikan juga kualitas benih yang kita gunakan agar hasil yang kita

peroleh dapat meningkatkan hasil yang optimal.


DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E., dan Yudono.2003. “Keragaan Stabilitas Hasil Bawang Merah”.

Jurnal Ilmu Pertanian, 10 (2), 1-10.

Anonim, 2014. Manfaat Bawang Merah untuk Kesehatan dan Kesuburan Rambut.

http:// Manfaat Bawang Merah untuk Kesehatan dan Kesuburan Rambut -

Tips Kesehatan.html. (diakses tanggal 10 Mei).

Azmi, c., Hidayat, I., dan Wiguna, G., (2011), “Pengaruh Varietas Dan Ukuran

Umbi Terhadap Produktivitas Bawang Merah”. J.Hort. 21(3):206-213.

Badan Litbang Pertanian. 2006. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis

Bawang Merah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian.

Estu, R., Berlian VA dan Nur. 2007. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Fitri, L. 2017. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium

ascolanicum L) Akibat Pemberian Pupuk Kandang Sapi. [SKRIPSI] Aceh

Utara: Universitas Malikussaleh.

Gardner, F. K. 2006. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indinesia Press.

Jakarta.

Gunadi, N. 2009. Kalium Sulfat dan Kalium Klorida sebagai Sumber Pupuk

Kalium Tanaman Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran,

Lembang. Bandung.

Latarang, B., A. Syakur. 2006. Pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium

ascalonicum.) pada berbagai dosis pupuk kandang. J. Agroland. 13(3):

265-269.
Nani, S., A. Hidayat. 2005. Budidaya Bawang Merah (Panduan Teknis). Balai

Penelitian Tanaman Sayuran dan Pusat Pengembangan Hortikultura.

Bandung.

Purnawanto, A.M., G.P. Budi. 2008. Kajian pengembangan bawang merah pada

lahan berkadar liat tinggi (Vertisol) dengan penambahan pupuk organik. J.

Agritec. 10(2): 22-31

Samadi, B dan Cahyono. 2009. Bawang Merah. Kanasius. Jogjakarta. 35 hlm

Simamora, T.J. L. 2006. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L) Varietas DK3.

http:// respository.usu.ac.id/bitstream/1234 6789/7568/1/09E00237.Pdt.

Soerjandono, N. B. 2008. Teknik Produksi Jagung Anjuran di Lokasi Peima Tani

Kabupaten Sumenep. Buletin Teknik Pertanian.

Sumarni, N. dan Hidayat A. 2005. Budidaya Bawang merah. Balai Penelitian

Tanaman Sayuran. Jakarta Selatan.

Sumarni, N, Rosliani, R dan Basuki,RS.2012.Respon Pertumbuhan, Hasil Umbi,

dan Serapan Hara NPK Tanaman Bawang Merah terhadap Berbagai dosis

pemupukan NPK pada tanah Alluvial. Balai Penelitian Tanaman

Sayur.Bandung

Sumarni, N, dan Hidayat, A., 2005. Panduan Teknis Budidaya Bawang Merah.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

Sunarjono, H. 2008. Bertanam 30 jenis sayuran. Penerbit Penebar Swadaya.

Jakarta.

Sutanto, R. 2005. Pertanian Organik. Kanisius. Jakarta.


Sutedjo, M. M., 2001. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta. Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2

: 825 - 836, Maret 2014 836

Waluyo Nurmalita dan Rismawita Sinaga. 2015. Bawang Merah yang di Rilis oleh

Balai Penelitian Sayuran. Iptek Tanaman Sayuran No. 004, Januari 2015.

Tanggal diunggah 21 Januari 2015.

Wibowo,s. 2005. Budidaya Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta. 212 Hlm

Anda mungkin juga menyukai