OLEH
ADEODATUS K. BIAN
17012124
FAKULTAS AGROINDUSTRI
YOGYAKARTA
2019
A. Morfologi dan Taksonomi Tanaman Patah Tulang
Patah tulang merupakan salah satu dari 8000 tumbuhan yang berasal dari suku
Euphorbiaceae. Patah tulang merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis seperti Afrika,
menyukai tempat terbuka dan banyak sinar matahari langsung. Indonesia merupakan negara
tropis, sehingga tanaman patah tulang dapat tumbuh dengan subur di Indonesia. Tanaman patah
tulang di Indonesia biasanya ditanam di halaman rumah, di pot, atau sebagai tanaman pagar
(Absor, 2006). Patah tulang yang memiliki nama lain atau nama daerah kayu urip dalam bahasa
Jawa, kayu tabar dalam bahasa Madura, dan susuru pada bahasa Sunda dan di luar negeri seperti
Tiongkok disebut sebagai Lu San Hu (Dalimartha, 2007).
Pengelompokan tanaman patah tulang dalam sistem binomial, adalah sebagai berikut
menurut Mwine dan Damme (2011):
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Malpighiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Euphorbia
Tanaman patah tulang berbentuk perdu yang tumbuh tegak, mempunyai tinggi 2-6 meter
dengan pangkal berkayu, bercabang banyak, dan bergetah seperti susu tetapi bersifat toksik
terhadap kulit, mata, dan beberapa hama/serangga (Gambar 1). Patah tulang mempunyai ranting
yang bulat silindris berbentuk pensil, beralur halus membujur, dan berwarna hijau. Ranting patah
tulang setelah tumbuh sekitar satu jengkal akan segera bercabang dua yang letaknya melintang
demikian seterusnya, sehingga tampak seperti percabangan yang terpatah-patah (Tabel 1)
(Dalimartha, 2007).
Daunnya jarang, terdapat pada ujung ranting yang masih muda, kecil-kecil, bentuknya
lanset, panjang 7 – 25 mm, dan cepat rontok. Patah tulang memiliki bunga dan buah, tetapi di
Indonesia patah tulang jarang berbunga dan berbuah, karena penyinaran dan faktor tanah yang
berbeda (Absor, 2006). Perbanyakan patah tulang dilakukan dengan stek batang (Dalimartha,
2007).
Tabel 1. Deskripsi bagian tanaman Keterangan
patah tulang Bagian tumbuhan
1. Ranting
2. Daun
3. Bunga
6. Buah
Karena tanaman patah tulang selain sebagai tanaman hias juga bisa dimanfaatkaan sebagai
tanaman obat-obatan. Tahapan budi daya tanaman obat tidak jauh berbeda dengan tahapan
budi daya tanaman sayuran. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budi
daya tanaman patah tulang agar memperoleh hasil yang maksimal.
a. Pembibitan
Cara perbanyakan bibit merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan budi
daya tanaman obat. Perbanyakan bibit dapat dilakukan dengan cara vegetatif atau generatif.
1) Perbanyakan generatif
2) Perbanyakan vegetatif
a) Stek
Stek dilakukan dengan menanam potongan bagian tumbuhan. Bagian yang dapat
dipotong misalnya batang dan daun. Tanaman obat yang dapat diperbanyak dengan stek
batang adalah sirih, brotowali, dan lada. Batang dipotong sepanjang 10-30 cm dan ditanam
pada polybag yang telah berisi media tanam.
Cara membudidaya tanaman patah tulang sangat mudah dan sama halnya seperti budidaya
tanaman yang lainnya, namun ada sedikit perbedaannya. Baik kita akan mengulas cara
budidaya tanaman patah tulang:
Silakan kalian potong tanaman patah tulang di bagian pangkalnya jangan pada bagian
tengahnya.
Kemudian pada bagian ujung pangkal silahkan kalian kupas kulitnya menggunakan
pisau hingga di sepanjang 10 cm.
Kemudian tancapkan pada tanah gembur atau tanah yang sudah dicampur dengan
pupuk. Selesai.
b. Pengolahan tanah
Setiap jenis tanaman obat membutuhkan kondisi tanah tertentu agar dapat tumbuh dan
berkembang optimal. Kondisi tanah yang gembur penting untuk pertumbuhan tanaman obat,
khususnya untuk perkembangan rimpang pada tanaman temu-temuan. Jenis tanaman obat
semusim atau tanaman berbentuk perdu membutuhkan bedengan untuk tempat tumbuhnya,
tetapi tanaman obat tahunan tidak membutuhkan bedengan.
c. Penanaman
Lubang dan alur tanam dibuat pada bedengan. Jarak lubang tanam disesuaikan dengan
kondisi tanah dan jenis tanaman. Saat penggalian lubang tanam, sebaiknya tanah galian
tersebut dicampur dengan pupuk kandang atau kompos. Tanaman obat yang tumbuhnya
merambat, seperti sirih dan lada, membutuhkan tegakan. Tegakan dapat berupa panjatan
hidup atau mati. Tegakan dapat dipasang kira-kira 10 cm dari tanaman. Tanaman panjatan
hidup harus dipilih yang tumbuh cepat, kuat, dan berbatang lurus.
d. Pemeliharaan
1) Penyiraman
Frekuensi penyiraman dapat diatur sesuai dengan kondisi kelembapan tanah. Sebaiknya
penyiraman dilakukan setiap hari, saat pagi dan sore. Sistem pembuangan air juga perlu
diperhatikan karena beberapa jenis tanaman obat tidak tahan genangan air.
2) Penyulaman
Penyulaman adalah penanaman kembali tanaman yang rusak, mati atau tumbuh tidak
normal.
3) Pemupukan
Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk organik (pupuk alami). Penggunaan pupuk
anorganik dikhawatirkan dapat menimbulkan pengaruh kurang baik bagi senyawa/kandungan
berkhasiat obat pada tanaman obat.
4) Penyiangan
Penyiangan gulma harus dilakukan agar tidak ada kompetisi antara tanaman budi daya dan
gulma dalam mendapatkan hara dan cahaya matahari.
5) Pembumbunan
Pengendalian OPT dilakukan secara mekanis dan kimia. Pengendalian mekanis dilakukan
dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit.
Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida, disarankan
menggunakan pestisida alami.