Anda di halaman 1dari 23

KULTUR ANTHER PADA TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.

LAPORAN

OLEH:

FEBBY INDAH SAFIRA


200301019
AGROTEKNOLOGI 1

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN SUB PEMULIAAN TANAMAN

P R O G R A M ST U D I A G R O T E K N O L O G I

FAKULTASPERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
KULTUR ANTHER PADA TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.)

LAPORAN

OLEH:

FEBBY INDAH SAFIRA


200301019
AGROTEKNOLOGI 1

Laporan sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Praktikum Bioteknologi Pertanian Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Diperiksa Oleh :
Asisten Korektor

(Ajifa Anshari)
180301014

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN SUB PEMULIAAN TANAMAN

P R O G R A M ST U D I A G R O T E K N O L O G I

FAKULTASPERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini pada

waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Kultur Anther Pada Tanaman

Pepaya (Carica Papaya L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi

komponen penilaian pada Praktikum Laboratorium Bioteknologi Pertanian

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP., M.Sc., dan Ir. Revandy Iskandar Muda

Damanik, M.Sc., Ph.D selaku dosen mata kuliah Bioteknologi Pertanian, serta

kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kebaikan penulis di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi kita semua.

Selesai, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

PENDAHULUAN .................................................................................................1
Latar Belakang ............................................................................................1
Tujuan Penulisan .........................................................................................2
Kegunaan Penulisan ....................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................3


Botani Tanaman ..........................................................................................3
Syarat Tumbuh Tanaman ............................................................................5
Iklim ......................................................................................................5
Tanah.....................................................................................................5
Kultur Anther pada Tanaman Pepaya (Carica Papaya L.) ........................6

BAHAN DAN METODE .....................................................................................9


Tanggal dan Waktu Praktikum....................................................................9
Alat dan Bahan ............................................................................................9
Prosedur Pengerjaan ....................................................................................9

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................11


Hasil ............................................................................................................11
Pembahasan .................................................................................................13

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pemuliaan anthurium umumnya melalui seleksi biji hasil hibridisasi untuk

mendapatkan jenis-jenis tanaman baru dengan karakter yang diperbaiki dan

mampu melakukan penyerbukan silang. saat ini kultur anther merupakan salah

satu dari teknik-teknik kultur jaringan dan merupakan teknik yang sangat

menjanjikan untuk pemuliaan tanaman dan telah diaplikasikan secara meluas pada

tanaman serealia dan beberapa tanaman lain (Sopory dan Munshi, 2016).

Teknik ini memberi peluang mendapatkan tanaman homozigot murni atau

homozigot haploid ganda yang dapat digunakan sebagai tetua persilangan maupun

tanaman donor untuk tujuan produksi benih dalam waktu yang lebih singkat.

Meskipun kultur anther sering digunakan dalam pemuliaan tanaman, namun

teknik ini dibatasi oleh rendahnya induksi kalus androgenik dan regenerasi

tanaman. Pembelahan cepat pada dinding jaringan anther dapat terjadi, tetapi

menghasilkan tanaman yang tidak seragam dalam ploidinya (Chiang et al. 2015).

Sementara kultur mikrospora mempunyai keuntungan dibanding kultur

anther karena teknik ini selalu menghasilkan tanaman homozigot dan populasi

tanaman yang seragam. Baik kultur anther maupun mikrospora belum pernah

dikembangkan untuk pemuliaan anthurium. Pengembangan teknik tersebut

mempunyai arti penting di masa mendatang untuk pengembangan tanaman

anthurium. Kesuksesan dalam mengembangkan teknik ini akan membantu

meningkatkan keberhasilan pemuliaan tanaman maupun perbenihannya

(Kamemoto dan Kuehnle 2012 ).

Media PDA memiliki formulasi nutrisi yang sederhana. Komponen-

komponen yang sederhana di dalam medium membuat cendawan mudah

menyerap nutrisi. Semakin lama cendawan tumbuh, media PDA semakin


2

mengalami penurunan kadar nutrisi sehingga cendawan melakukan sporulasi yang

banyak. Sedangkan nutrisi pada media instan modifikasi CSA memiliki formula

yang lebih kompleks. Formula nutrisi yang kompleks membuat cendawan uji

membutuhkan waktu lebih lama untuk menguraikan menjadi komponen-

komponen sederhana yang dapat diserap sel. Dengan demikian nutrisi yang

terdapat pada media tidak mudah berkurang (Gandjar et.al.2017).

Kendala utama dalam pengembangan kultur anther dan mikrospora

anthurium adalah tingginya kontaminasi yang disebabkan oleh kontaminasi laten

oleh bakteri (Xanthomonas axonopo discv. Eliminasi bakteriini melalui sterilisasi

menjadi sulit karena bakteri dapat tumbuh dan berkembang secara sistemik,

dengan menempati sel-sel parenkim dan ruang antarsel pada seluruh jaringan

tanaman (Gunson dan Spencer-Philips, 2014).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mempelajari dan

mengaplikasikan Kultur Anther Pada Tanaman Papaya (Carica Papaya L.)

Kegunaan Praktikum

Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Sub

Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Pepaya berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan Hindia Barat

yaitu sekitar Mexico, Costa Rica dan Nikaragua. Melalui pelaut-pelaut

bangsa Portugis pada abad ke-16 tanaman ini tersebar sampai ke Afrika, Asia

serta daerah lainnya. Tanaman pepaya diklasifikasikan sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae (tumbuh-tumbuhan), Sub-kerajaan : Tracheobionta

(tumbuhan berpembuluh), Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbiji), Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil), Subkelas : Dilleniidea, Bangsa :

Violales, Famili : Caricaceae, Marga : Carica, Jenis : Carica papaya L.

(Hamzah, 2014).

Batang (caulis) merupakan bagian yang penting untuk tempat tumbuh

tangkai daun dan tangkai buah. Bentuk batang pada tanaman pepaya yaitu

berbentuk bulat, dengan permukaan batang yang memperlihatkan berkas-

berkas tangkai daun. Arah tumbuh batang yaitu tegak lurus yaitu arahnya

lurus ke atas. Permukaan batang tanaman papaya yaitu licin. Batangnya

berongga, umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, dan tingginya

dapat mencapai 5-10 m (Agustina, 2017).

Daun pepaya tersusun spiral menutupi ujung batang. Daunnya

termasuk tunggal, bulat, ujung meruncing, pangkal bertoreh, dan memiliki

bagian tepi bergigi. Diameter daun berkisar 20-75 cm. Daun papaya ditopong

oleh tangkai daun yang berongga dengan panjang sekitar 20-100 cm. Daun

permukaan atas berwarna hijau tua sedangkan permukaan bawah berwarna

hijau muda. Daun pepaya memiliki pertulangan menjari sehingga helaian

daun menyerupai telapak tangan (Sunarjono, 2018).


4

Akar (radix) pepaya merupakan akar dengan sistem akar tunggang

(radix primaria), karena akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang

bercabang- cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Bentuk akar bulat dan

berwarna putih kekuningan (Indriyani dan Sunarwati, 2018).

Pepaya keluar dari ketiak daun, tunggal atau dalam rangkaian. Bunga

pepaya ada yang berkelamin tunggal (betina/putik atau jantan/benang sari

saja) atau berkelamin sempurna (hermafrodit) yang memiliki putik dan

benang sari yang fertil. Dengan demikian ada pohon betina dan pohon jantan

(pohon gantung), dan pohon sempurna sesuai dengan bunga yang dikandung.

Pepaya tergolong penyerbuk silang dengan perantara angin. Bunganya

berbentuk trompet kecil. Mahkota bunga berwarna kekuningan. Pepaya

jantan mudah dikenal karena ia memiliki bunga majemuk yang bertangkai

panjang dan bercabang-cabang. Bunga pertama yang terdapat pada pangkal

tangkai adalah bunga jantan. Bunga jantan ini memiliki ciri-ciri putik atau

bakal buah yang tidak berkepala karenanya tidak dapat menjadi buah,

sedangkan benang sari susunannya sempurna (Kusumah, 2013).

Buah pepaya memiliki bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan

ujung biasanya meruncing. Warna buah pepaya ketika muda berwarna hijau

gelap, dan setelah masak berwarna hijau muda hingga kuning. Daging buah

berasal dari karpela, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya.

Bagian tengah buah pepaya berongga dengan biji buah berwarna hitam atau

kehitaman dan terbungkus semacam lapisan berlendir untuk mencegahnya

dari kekeringan. Biji yang digunakan untuk ditanam diambil dari tengah

buah (Seftiana, 2012).


5

Syarat Tumbuh Tanaman

Iklim

Tanaman pepaya merupakan tanaman buah-buahan tropika yang beriklim

basah. Di indonesia tanaman ini dapat tumbuh didaerah dataran rendah sampai

dataran tinggi yang mencapai ketinggian 1.000 m diatas permukaan laut.

(Soedirdjoatmodjo, 2015).

Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman pepaya berkisar antara 22-

26°C, suhu minimum 15°C dan suhu maksimal 43°C . Curah hujan yang sesuai

untuk tanaman pepaya berkisar antara 1.5000-2.000 mm per tahun (Kalie, 2015).

Angin diperlukan untuk penyerbukan bunga. Angin yang tidak terlalu

kencang sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman, khususnya pada penyerbukan

tanaman pepaya (Purwaningdyah, 2015).

Tanah

Tanaman pepaya dapat tumbuh diberbagi jenis tanah, namun tanah yang

ideal untuk pertumbuhan pepaya pada lokasi tanah yang gembur dan subur

dengan ketersediaan unsur hara yang cukup serta drainase dan aerasi yang baik

dan memiliki tingkat ke asaman tanah berkisar antara 6-7 (Warisno, 2013).

Pepaya menyukai tanah subur, gembur, mengandung humus, dan mampu

menahan air. Derajat keasaman tanah (pH) yang ideal bagi pertumbuhan pepaya

berkisar 6-7 (pH netral). Kondisi drainase yang buruk akan merusak pertanaman

pepaya, karena pepaya tidak dapat tumbuh dalam keadaan tergenang

(Fardilawati, 2018).

Kandungan air dalam tanah merupakan syarat penting dalam kehidupan

tanaman ini. Air menggenang dapat mengundang penyakit jamur perusak akar

hingga tanaman layu (mati). Apabila kekeringan air, maka tamanan akan kurus,
6

daun, bunga dan buah rontok. Tinggi air yang ideal tidak lebih dalam daripada 50

– 150 cm dari permukaan tanah (Widyastuti, 2019).

Kultur Anther Pada Tanaman Papaya (Carica Papaya L.)

Kultur anter (anther culture) sering juga disebut kultur haploid. Jika

serbuk sari yang digunakan sebagai sumber eksplan maka disebut kultur serbuk

sari (pollen culture). Kultur serbuk sari ini lebih tepat disebut kultur haploid

dibanding dengan kultur anter. Kultur haploid lain adalah kultur ovul, dimana

sebagai sumber eksplannya adalah ovul. Kultur haploid adalah kulturyang

menghasilkan tanaman haploid. Tanaman haploid adalah tanaman yang memiliki

jumlah kromosom yang sama dengan jumlah kromosom garnet (N). Jadi tidak

harus sama dengan kromosom dasar. Untuk tanaman diploid (2N), jumlah

kromosom garnet (N) adalah sama dengan kromosom dasar, tetapi untuk tanaman

tetraploid (4 N) maka jumlah kromosom garnet adalah dua kali kromosom dasar

(N = 2X). Dengan demikian istilah haploid pada tanaman tetraploid dibedakan

atas ctihaploid (N = 2X) dan monohaploid (N =X) (Nugroho, 2016).

Faktor-faktor yang menentukan keberbasilan kultur anther adalah

Lingkungan pertumbuhan tanaman donor, Suhu, Lama penyinaran, Intensitas

cahaya dari tanaman donot; sangat menentukan keberhasilan kultur ini. Faktor ini

juga sangat spesifik untuk masing-masing dari tanaman, umur tanaman donor.

Seharusnya pengambilan anther dilakukan pada saat tanaman yang mulai

berbunga, serta fase perkembangan serbuk sari. Untuk berbagai tanaman yang

berbeda-beda. Pada tembakau, fase yang baik adalah pada waktu serbuk sari

mulai membelah atau fase pollen grain mitosis (PGM). Pada serealia pada fase

gase berinti satu (uni nucleate) (Santoso dan Nursandi, 2013).


7

Keuntungan dari tanaman haploid adalah semua sifat ditampilkan dalam

kondisi monohaploid, baik sifat dominan ataupun resesif. Seleksi pada level

haploid jauh lebih mudah dibanding dengan level ploidi yang tinggi Penggandaan

kromosom tanaman haploid akan menghasilkan tanaman dihaploid yang

homozigot, panggandaan kromosom berikutnya akan menghasilkan tanaman

tetraploid homozigot. Hibridisasi seksual dengan tanaman diploid akan

menghasilkan tanaman triploid Dapat digunakan untuk menghasilkan tanaman

jantan supe.r; yang sudah terlihat hasilnya misal pad a asparagus yang

menghasilkan rebung dalam jumlah tinggi. Tanaman diploid atau tetraploid dapat

dilepas sebagai kultivar baru (Gunawan, 2012).

Hal yang perlu diperhatikan dalam kultur anther adalah penentuan tingkat

perkembangan polen (umur fisiologi bunga dihitung sejak terbentuk bakal bunga)

yang paling tepat untuk digunakan sebagai eksplan sehingga terjadi androgenesis

(uninukleat). Untuk memperoleh tanaman haploid secara in vitro dapat ditempuh

melalui kultur anther (namun ada kemungkinan tanaman berasal dari jaringan

sporofitik), kultur polen (namun keberhasilan rendah), dan kultur ovul. Sejak

pertengahan tahun 1960, kultur anther dari sejumlah tanaman menunjukkan

kemampuan untuk menghasilkan embrio somatik haploid. Androgenesis memiliki

potensi untuk mendapatkan tanaman haploid. Tanaman haploid homozygot dapat

diperoleh dengan penggunaan kolkisin atau dari penggandaaan secara spontan

karena endopoloiploidi (Krikorian, 2015).

Anthera pepaya berasal dari kuncup bunga jantan tanaman pepaya dengan

3 macam ukuran, yaitu besar (bunga tua), sedang (setengah tua), dan kecil

(muda). Ukuran bunga tersebut berkolerasi dengan umur bunga Dari hasil yang

diperoleh terlihat bahwa semakin lama pengamatan, semakin sedikit warna bunga
8

jantan pepaya yang kuning, dan beralih berwarna coklat, selain itu juga semakin

tua bunga jantan maka semakin besar ukuran bunga, semakin berwarna kuning

pekat, dan semakin banyak jumlah anther yang terkandung didalamnya.

Penyebab utama matinya dari anthera pepaya pada praktikum ini adalah karena

adanya kontaminasi dari bakteri dan cendawan (Wiendi, 2017).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum dilaksanakan di Jalan Dr. Wahidin Dusun III Desa

Sei Limbat Kec. Selesai Kab. Langkat, pada hari Jumat, 25 Maret 2022 s/d

Selesai pukul 14.00-15.40 WIB pada ketinggian 0-4 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Lilin

sebagai pengganti bunsen, Handsanitaizer sebagai pengganti alkohol, Pinsset

sebagai alat untuk mengambil bahan, Kertas coklat atau aluminium sebagai

pembungkus media, Kulkas sebagai penyimpan media, laptop/handphone

sebagai alat untuk mengikuti praktikum secara online melalui aplikasi

Google Meet dan laptopsebagai alat untuk membuat laporan praktikum.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Anggrek

sebagai bahan umtuk kultur anther, Wortel sebagai bahan untuk kultur kalus,

Kedelai sebagai bahan untuk kultur embrio, Dan Pucuk Merah sebagai bahan

untuk kultur tunas, literatur sebagai media belajar untuk memahami

praktikum dan proses pembelajaran dan buku sebagai media untuk menulis

materi yang disampaikan.

Prosedur Praktikum

Sterilisasi Eksplan

1. Dipotong potong ke empat bahan bagian yang paling muda kemudian

dimasukkan kedalam gelas masing masing

2. Diremdam dengan detergen sambil di gojrok selama 10 menit kemudian

dibilas 3x dengan air mengalir

3. Direndam dengan betadine(100ml air/5 tetes selama 5 menit sambil di


10
gojrok, Kemudian dibilas 3x emnggunakan air mengalir

4. Direndam dengan pemutih pakaia selama 5 meit sambil di gojrok,

kemudian bilas air aqua sebanyak 3x

Penanaman Eksplan

1. Disiapkan bahan eksplan yang telah di sterilisasi

2. Diambil pinset dan scalpel dimasukkan kedalam alkohol 70% kemudin

dipanaskan diatas bunsen

3. Dibuka botol kultur yang elah disiapkan sebelumnya kemudia dibakar

diatas bunsen

4. Dibka tutup botol kultur dengan menggunakan pinset lalu bakar luar dan

dalam aluminium foil supaya steril

5. Diambil eksplan kemudian dimasukkan kedalam botol kultur

6. Dibakar kembali per,ukaan botol kultur dengan bunsen

7. Ditutup kembali boytol kultur dengan menggunakan aluminium foil

sampai rapat

8. Disemprot alkohol

9. Dimasukkan kembali kedalam pendingin dengan cahaya cukup


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
NO GAMBAR KETERANGAN

1 Dipotong-potong keempat bahan bagian yang

paling muda kemudian dimasukkan kedalam

gelas masing- masing

2 Direndam dengan detergen sambil di gojrok

selama 10 menit kemudian dibilas 3x dengan air

mengalir

3 Direndam dengan betadine (100ml air/5 tetes)

selama 5 menit sambil di gojrok, kemudian

dibilas 3x menggunakan air mengalir

4 Direndam dengan pemutih pakaian selama

5 menit sambil di gojrok, kemudian dibilas air

aqua sebanyak 3x
12

5 Direndam dengan pemutih pakaian selama

5 menit sambil di gojrok, kemudian dibilas air

aqua sebanyak 3x

6 Diambil pinset dan scapel dimasukkan kedalam

alkohol 70% kemudian dipanaskan diatas

bunsen

7 Diambil botol kultur yg telah disiapkan minggu

lalu kemudian dibakar diatas bunsen

8 Diambil eksplan kemudian dimasukkan

kedalam botol kultur

9 Dibakar kembali permukaan botol kultur dengan

bunsen
13

10 Ditutup kembali botol kultur dengan

menggunakan aluminium foil sampai rapat

11 Disemprot alcohol

12 Dimasukkankedalampendingin dengan cahaya

cukup

Pembahasan

Didapat dipraktikum mengenai Kultur anter adalah teknik mendapatkan

tanaman haploid melalui proses embriogenesis untuk mendapatkan tanaman yang

memiliki sifat yang sama dengan induknya. Hal ini sesuai dengan literatur

Nugroho, (2016) yang menyatakan bahwa Kultur anter (anther culture) sering

juga disebut kultur haploid. Jika serbuk sari yang digunakan sebagai sumber

eksplan maka disebut kultur serbuk sari (pollen culture). Kultur serbuk sari ini

lebih tepat disebut kultur haploid dibanding dengan kultur anter. Kultur haploid

lain adalah kultur ovul, dimana sebagai sumber eksplannya adalah ovul. Kultur

haploid adalah kulturyang menghasilkan tanaman haploid. Tanaman haploid

adalah tanaman yang memiliki jumlah kromosom yang sama dengan jumlah

kromosom garnet (N). Jadi tidak harus sama dengan kromosom dasar. Untuk

tanaman diploid (2N), jumlah kromosom garnet (N) adalah sama dengan

kromosom dasar, tetapi untuk tanaman tetraploid (4 N) maka jumlah kromosom

garnet adalah dua kali kromosom dasar (N=2X). Dengan demikian istilah haploid
14

pada tanaman tetraploid dibedakan atas ctihaploid (N = 2X) dan monohaploid (N

=X).

Didapat dipraktikum Faktor yang mempengaruhi kultur anther

diantaranya adalah Lingkungan pertumbuhan tanaman donor, Suhu, Lama

penyinaran, Intensitas cahaya dari tanaman donor sangat menentukan

keberhasilan kultur ini. Faktor ini sangat spesifik untuk masing-masing

tanaman, dan Umur tanaman donor. Seharusnya pengambilan anther

dilakukan pada tanaman yang mulai berbunga. Hal ini sesuai dengan literatur

Santoso dan Nursandi, (2013) yang menyatakan bahwa Faktor-faktor yang

menentukan keberbasilan kultur anther adalah lingkungan pertumbuhan

tanaman donor, Suhu, Lama penyinaran, Intensitas cahaya dari tanaman

donot; sangat menentukan keberhasilan kultur ini. Faktor ini sangat spesifik

untuk masing-masing tanaman, Umur tanaman donor. Seharusnya

pengambilan anther dilakukan pada tanaman yang mulai berbunga, Fase

perkembangan serbuk sari. Untuk berbagai tanaman berbeda-beda. Pada

tembakau, fase yang baik adalah pada waktu serbuk sari mulai membelah

atau fase pollen grain mitosis (PGM). Pada serealia pada fase gase berinti

satu (uni nucleate).

Didapat dipraktikum tentang Keuntungan dari tanaman haploid

adalah: Semua sifat ditampilkan dalam kondisi monohaploid, baik sifat

dominan ataupun resesif. Hal ini sesuai dengan literatur Gunawan, (2012)

yang menyatakan bahwa Keuntungan dari tanaman haploid adalah: Semua

sifat ditampilkan dalam kondisi monohaploid, baik sifat dominan ataupun

resesif. Seleksi pada level haploid jauh lebih mudah dibanding dengan level

ploidi yang tinggi Penggandaan kromosom tanaman haploid akan


15

menghasilkan tanaman dihaploid yang homozigot, panggandaan kromosom

berikutnya akan menghasilkan tanaman tetraploid homozigot. Hibridisasi

seksual dengan tanaman diploid akan menghasilkan tanaman triploid Dapat

digunakan untuk menghasilkan tanaman jantan supe.r; yang sudah terlihat

hasilnya misal pad a asparagus yang menghasilkan rebung dalam jumlah

tinggi. Tanaman diploid atau tetraploid dapat dilepas sebagai kultivar baru.

Dijelaskan dipraktikum tentang Hal yang perlu diperhatikan dalam

kultur anther adalah penentuan tingkat perkembangan polen (umur fisiologi

bunga dihitung sejak terbentuk bakal bunga) yang paling tepat untuk

digunakan sebagai eksplan sehingga terjadi androgenesis (uninukleat). Hal

ini sesuai dengan literatur Krikorian, (2015) yang menyatakan bahwa Hal

yang perlu diperhatikan dalam kultur anther adalah penentuan tingkat

perkembangan polen (umur fisiologi bunga dihitung sejak terbentuk bakal

bunga) yang paling tepat untuk digunakan sebagai eksplan sehingga terjadi

androgenesis (uninukleat). Untuk memperoleh tanaman haploid secara in

vitro dapat ditempuh melalui kultur anther (namun ada kemungkinan

tanaman berasal dari jaringan sporofitik), kultur polen (namun keberhasilan

rendah), dan kultur ovul. Sejak pertengahan tahun 1960, kultur anther dari

sejumlah tanaman menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan embrio

somatik haploid. Androgenesis memiliki potensi untuk mendapatkan

tanaman haploid. Tanaman haploid homozygot dapat diperoleh dengan

penggunaan kolkisin atau dari penggandaaan secara spontan karena

endopoloiploidi.

Didapat dipraktikum mengenai Penyebab utama matinya dari anthera

pepaya pada praktikum ini adalah karena adanya kontaminasi dari bakteri
16

dan cendawan. Hal ini sesuai dengan literatur Wiendi, (2017) yang

menyatakan bahwa Anthera pepaya berasal dari kuncup bunga jantan

tanaman pepaya dengan 3 macam ukuran, yaitu besar (bunga tua), sedang

(setengah tua), dan kecil (muda). Ukuran bunga tersebut berkolerasi dengan

umur bunga Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa semakin lama

pengamatan, semakin sedikit warna bunga jantan pepaya yang kuning, dan

beralih berwarna coklat, selain itu juga semakin tua bunga jantan maka

semakin besar ukuran bunga, semakin berwarna kuning pekat, dan semakin

banyak jumlah anther yang terkandung didalamnya. Penyebab utama

matinya dari anthera pepaya pada praktikum ini adalah karena adanya

kontaminasi dari bakteri dan cendawan.


KESIMPULAN

1. Kultur anter adalah teknik mendapatkan tanaman haploid melalui proses

embriogenesis untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama

dengan induknya.

2. Faktor yang mempengaruhi kultur anther diantaranya adalah Lingkungan

pertumbuhan tanaman donor , Suhu , Lama penyinaran , Intensitas cahaya dari

tanaman donor sangat menentukan keberhasilan kultur ini. Faktor ini sangat

spesifik untuk masing-masing tanaman, dan Umur tanaman donor. Seharusnya

pengambilan anther dilakukan pada tanaman yang mulai berbunga.

3. Keuntungan dari tanaman haploid adalah: Semua sifat ditampilkan dalam kondisi

monohaploid, baik sifat dominan ataupun resesif.

4. Hal yang perlu diperhatikan dalam kultur anther adalah penentuan tingkat

perkembangan polen (umur fisiologi bunga dihitung sejak terbentuk bakal bunga)

yang paling tepat untuk digunakan sebagai eksplan sehingga terjadi androgenesis

(uninukleat).

5. Penyebab utama matinya dari anthera pepaya pada praktikum ini adalah karena

adanya kontaminasi dari bakteri dan cendawan.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2017. Kajian Karakterisasi Tanaman Pepaya ( Carica papaya L.) di


Kota Madya Bandar Lampung. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.176 Hal.

Chiang, M.S., S. Frechette, C.G. Kuo, C. Chong and S.J. Delafield. 2015.
Embryogenesis and Haploid Plant Production from Anther Culture of
Cabbage. Can. J. Plant Sci. 65:1033-1037.

Fardilawati, N. 2018. Pengaruh Perbedaan Umur Pohon Induk Terhadap Karakter


Morfologi Tanaman, Kualitas, dan Produksi Buah Pepaya (Carica papaya
L.). [Skripsi]. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih,
Faperta, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 27 hal.

Gandjar.P.,Intan.N.,Rupita.J.,dan Erlangga.I.I.2017. Teknik kultur jaringan


sebagai alternatif Perbanyakan Tanaman untuk Mendukung Rehabilitasi
Lahan. Balai Penelitian Kehutanan. Makassar.

Gunson, H.E. and P.T.N. Spencer-Philips. 2014. Latent Bacterial Infections:


Epiphytes and Endophytes as Contaminants of micropropagated plants.
In: P.J. Lumsden, J.R. Nicholas and W.J. Davies (Eds). Physiology,
Growth and Development of Plants in Culture. Kluwer Academic
Publishers. Netherlands. p.379- 394.

Gunawan, L, W. 2012. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Depdikbud-


Dirjendikti PAU Bioteknologi IPB. 165 Hal.

Hamzah, A. 2014. 9 Jurus Sukses Bertanam Pepaya California. PT Agro Media


Pustaka, Jakarta.

Indriyani, N. L. dan D. Sunarwati. 2018. Pengelolaan Kebun Pepaya Sehat.Solok


: Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 33.

Kalie, M, B. 2015. Bertanam Pepaya. Karya Bani. Jakarta.

Kamemoto, H. and AR. Kuehnle. 2012. Breedings Anthurium in Hawaii.


University of Hawaii Press, Honolulu, Hawaii. 132p.

Krikorian, A. D. 2015. Hormones in Tissue Culture and Micropropagation. P 774-


796. In P. J. Davies (ed) Plant Hormones. Physiology, Biochemistry and
Molecular Biology. Kluwer Acad. Pub!. The Netherlands.

Kusumah Y. 2013. Hama dan Penyakit Penting Tanaman Pepaya (Bagian 2)


Bogor: Departemen Proteksi Tanaman. IPB.
Nugroho, Y, A. 2016. Studi Kultur Anther Semangka (Citrullus lanatus (Thunb)
Matsum & Nakai). Skripsi Program Studi Pemuliaan Tanaman dan
Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Purwaningdyah, Yunia Galih; dkk. 2015. “Efektivitas Ekstrak Biji Pepaya (Carica
papaya, L.) sebagai Antidiare pada Mencit yang Diinduksi Salmonella
typhimurium”. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 3, No.4.

Santoso, U. dan Nursandi, F. 2013. Kultur Jaringan Tanaman. Malang: UMM


Pres.

Seftiana, L. 2012. Analisis Kelayakan Usahatani Pepaya di Desa Blendung,


Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang. Skripsi.Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.149 Hal.

Soedirdjoatmodjo, M.D Soetomo. 2015. Bertanam Pepaya. Karya Bani. Jakarta.

Sopory, S.K. and M. Munshi. 2016. Anther culture. In Mohan Jain, S., S.K.
Sopory and R.E. Veileux (Eds). In Vitro Haploid Production in Higher
Plants. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht/Boston/London.
p.1:145-176.

Sunarjono, H. 2018. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya.


Jakarta. 176 Hal.

Warisno. 2013. Budidaya Tanaman Pepaya. Yogyakarta: Kanisius.

Widyastuti, W. 2019. Kajian Kualitas Buah Delapan Genotipe Pepaya Koleksi


PKBT pada Dua Stadia Kematangan. [Skripsi]. Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Faperta, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52hal.

Wiendi, N, M, A. 2017. Penanaman Anthera Pepaya Secara In Vitro Untuk


Menghasilkan Tanaman Haploid. Penuntun Praktikum Dasar
Bioteknologi Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai