Anda di halaman 1dari 22

IMBIBISI BIJI

LAPORAN

OLEH:
RIYANDI PRATAMA PUTRA
220301096
AGROTEKNOLOGI 2

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
IMBIBISI BIJI

LAPORAN

OLEH:
RIYANDI PRATAMA PUTRA
220301096
AGROTEKNOLOGI 2

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen


Penilaian Di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
Judul : Imbibisi biji Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) dan biji Padi (Oriza
sativa)
Nama : RIYANDI PRATAMA PUTRA
NIM : 220301096
Kelas : AGROTEKNOLOGI 2

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

(Ir. Meiriani, MP)


NIP: 196505181992032001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat rahmat dan karunia nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada

waktunya

Adapun judul laporan ini adalah “Imbibisi Biji” yang merupakann salah satu

syarat untuk memenuhi komponen penilaian di pratikum Fisiologi Tumbuhan, Program

studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan banyak rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada. Selaku dosen penanggung jawab pratikum fisiologi

tumbuhan: Ir. Meiriani,MP serta abang dan kakak asisten laboratorium yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata kesempurnaan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

tercapainya kesempurnaan dalam laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini bermanfaat

bagi yang membutuhkan dan dipergunakan sebaik-baiknya.

Medan, 15 Maret 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

PENDAHULUAN ....................................................................................................1

Latar belakang ............................................................................................1

Tujuan percobaan ....................................................................................... 2

Kegunaan penulisan ....................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................3

BAHAN DAN METODE .........................................................................................5

Tempat dan Waktu Pratikum .....................................................................5

Alat dan Bahan .......................................................................................5

Prosedur Percobaan ....................................................................................5

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................................7

Hasil ..............................................................................................................7

Pembahasan ..................................................................................................8

KESIMPULAN .......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................12

LAMPIRAN .............................................................................................................14

ii
1

PENDAHULUAN
Latar belakang

Benih adalah struktur yang terdiri dari embrio tumbuhan dan makanan
cadangan yang dibutuhkan oleh embrio untuk bertahan hidup selama masa dormansi
sebelum tumbuh menjadi tanaman dewasa. Benih terbentuk setelah proses
penyerbukan dan pembuahan pada bunga dan memiliki kemampuan untuk
berkembang menjadi individu baru. Benih juga memiliki sifat genetik yang dapat
diwariskan dari induknya. Pengertian benih ini mencakup karakteristik dan sifat fisik,
kimia, serta biologi yang mempengaruhi kualitas benih, seperti kadar air, dormansi,
kekuatan kecambah, dan daya simpan. (Ellis, Hong dan Robert, 2018)

Imbibisi biji adalah proses awal perkecambahan biji yang terjadi ketika biji
diletakkan dalam air atau lingkungan yang cukup lembab. Pada saat imbibisi, biji
menyerap air melalui permukaan kulit biji dan memperbesar ukurannya. Proses
imbibisi biji sangat penting untuk memicu perkecambahan biji karena air yang
diserap akan memicu terjadinya aktivitas enzim dalam biji sehingga biji dapat
mengaktifkan cadangan makanan yang ada di dalamnya. Selain itu, imbibisi juga
membantu melunakkan kulit biji dan memudahkan radikel (akar kecil) untuk
menembus kulit biji dan tumbuh keluar. (Sinaga, 2017)

Biji yang mengandung protein tinggi menyerap air lebih cepat sampaitingkat
tertentu daripada biji dengan kadar karbohidrat tinggi. Biji dengan kadarminyak
tinggi tetapi kadar proteinnya rendah, kecepatan serapnya sama dengan biji berkadar
karbohidrat tinggi (Handoko, 2014).

Energi dari proses respirasi dapat digunakan untuk pembentukan kembali senyawa-
senyawa yang lebih kompleks untuk pertumbuhan.. Biji yang memiliki kulit keras
akan menjadi permeable terhadap air apabila biji tersebut dikikir. Metode skarifikasi
memiliki kelemahan yaitu dapat mengakibatkan kerusakan fisik pada benih yang
memudahkan patogenpatogen tertentu dapat berkembang dan menurunkan kualitas
benih selain itu membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk skala besar dan
2

pekerjaannya kurang sederhana dibandingkan penggunaan bahan kimia (Astari dkk.,


2014).

Bibit yang baik merupakan modal keberhasilan pertumbuhan tanaman di


lapangan karena mampu berproduksi secara optimal Kulit biji yang keras
mengakibatkan air dan udara yang dibutuhkan dalam proses perkecambahan tidak
dapat masuk sehingga untuk berkecambah membutuhkan waktu yang lama (Lestari et
al., 2016).

Tujuan percobaan

Adapun tujuan dari pratikum ini adalah untuk menentukan daya hisap biji

terhadap air dan membandingkan daya hisap air beberapa biji tanaman

Kegunaan penulisan

Adapun manfaat atau kegunaan dari penulisan laporan pratikum ini bagi

penulis, diharapkan bisa dijadikan dan dikembangkan menjadi laporan yang lebih

sempurna dan dijadikan referensi yang baik untuk peneliti selanjutnya terkait tentang

imbibisi tanaman
3

TINJAUAN PUSTAKA
Imbibisi adalah pengambilan air yang terjadi pada saat biji dalam keadaan kering
yang tidak mempunyai kulit biji yang kedap diletakkan dalam kontak dengan air
sebagaimana biji tanah. Imbibisi merupakan suatu prasyarat dalam prubahan-
perubahan metabolik di dalam biji dan pertumbuhan sel di dalam embrio. Pada saat
air masuk, maka bahanbahan yang berupa koloid, terutama protein cenderung untuk
menggembung dan penggembungan ini sering kali bertanggung jawab dalam
pemecahan kulit biji (Tamam, 2017).

Imbibisi adalah peristiwa masuknya air ke suatu zat melalui pori-pori, imbibisi
disebut juga dengan imbibisi atau osmosis penyerapan air. Proses imbibisi ini
berguna untuk perkecambahan biji. Imbibisi merupakan tahap yang sangat penting
yang dapat menyebabkan peningkatan kandungan air dari benih biji tersebut yang
diperlukan untuk meningkatkan perubahan kimiawi dalam benih biji sehingga benih
berkecambah. Imbibisi atau nama kata latinnya “imbi bore” artinya menyelundup.
Imbibisi berarti kemampuan dinding sel dan plasma sel untuk menyerap air dari luar
sel, dalam hubungannya dengan pengambilan zat oleh tumbuhan. Pada peristiwa
tersebut, molekul-molekul dinding sel atau plasma sel dan air yang terserap disebut
air imbibisi. Dan akibatnya plasma sel dapat mengembang (Suharyanto, 2019).

Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas permukaan.
Pada keadaan tertentu, bagian khusus pada biji dapat menyerap air lebih cepat. Oleh
karena itu jumlah air yang diserap biji dipengaruhi oleh luas permukaan biji yang
kontak langsung dengan air (Lestari, 2013)

Perkecambahan pada biji ini dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal seperti
air, komposisi udara,cahaya, suhu dan juga zat-zat toksik yang berada di lingkungan
sekitar termasuk didalamnya yaitu zat-zat alelopati dari tumbuhan atau sisa tumbuhan
yang ada disekitarnya. Adaptasi morfologi yang didasarkan pada penghambatan atau
pencegahan masuknya senyawa berbahaya kedalam tubuh tumbuhan ini seperti
lignin. Dengan adanya lignin pada dinding biji dapat mencegah masuknya senyawa
4

alelopati pada membran, sehingga sistem membran tidak akan mengalami kerusakan.
Adanya sifat permeabilitas pada benih juga ditentukan oleh aktor umur jika semakin
tua benih tersebut maka kadar lignin dapat meningkat dan rendah pula tingkat
imbibisinya (Cahyanti, 2019).

Laju imbibisi tergantung pada sifat inheren tertentu dari benih, misalnya,
kandungan substrat yang dapat terhidrasi, permeabilitas kulit benih yang dilihat dari
ketebalan kulit biji, ukuran benih yang dilihat dari luas permukaan dan faktor lainnya
pada kondisi yang berlaku selama hidrasi yakni suhu, kadar air awal, ketersediaan air
yang dapat dilihat dari konsentrasi pelarut dan juga oksigen. (Louf et al., 2018)

Proses perkecambahan mengalami proses penyerapan air dengan cara osmosis


ataupun imbibisi. Pada proses penyerapan air oleh biji biasanya terjadi sampai ke
jaringan pada tahap pertama. Pada tahap kedua penyerapan air pada benih tidak sama,
dikarenakan kulit pada benih biji tersebut mengandung suatu lapisan atau substrat
yang mudah larut dalam air sehingga air yang diserap lebih banyak. Jika suatu
tekanan pada benih kecil dari tekanan larutan maka dapat meningkatkan proses
imbibisi (Wusono & Matinahoru, 2015)

Cara mengoptimalkan proses imbibisi biji untuk mendapatkan hasil yang optimal
dalam pertanian antara lain dengan memberikan kelembaban dan suhu yang tepat
serta menjaga kandungan zat-zat kimia dalam air yang digunakan untuk menyiram
biji (Hilhorst and Karssen, 2018)
5

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Pratikum

Adapun pratikum dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada kamis, 9 September 2023

Vtinggi???

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah Timbangan analitik

sebagai alat untuk mengukur atau menimbang biji dan air yang akan digunakan, Gelas

cup sebagai alat atau media tempat perendaman biji yang akan diteliti, alat tulis(pensil,

pulpen, kertas) sebagai alat pendukung dalam percobaan pratikum untuk menulis data

yang didapat, dan kertas label sebagai alat yang digunakan untuk menandai atau

memberi label pada masing-masing cup tempat perendaman biji.

Adapun bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah 10 gram biji

Padi (Oryza sativa L.) dan 10 gram biji Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) sebagai

objek atau bahan yang akan diteliti, Air sebagai media yang digunakan untuk

merendam biji,

Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan pada percobaan ini adalah :

 Disiapkan gelas cup sebanyak 20 buah

 Ditimbang biji kacang merah dan padi masing-masing 5 gram


6

 Dimasukkan biji kedalam gelas cup

 Direndam biji dengan air sebanyak 25 ml

 Ditunggu masing-masing perlakuan selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam,

6 jam, 8 jam, 12 jam, 24 jam, dan 48 jam.

 Ditimbang berat biji setelah direndam sesuai dengan perlakuan dan sisa air

 Hitung persentase kadar air dengan rumus:

Berat akhir air – Berat awal


7

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Komoditi: Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.)
Selisih Air
yg
Lama Pertum
Berat Berat Air yg diabsorbsi
Peren buhan Kadar Berat Air
Awal Akhir diabsor dgn
daman Berat Air (%) Sisa (g)
Biji (g) Biji(g) bsi (g) Pertambah
(jam) Biji (g)
an Berat
Biji (g)
1 5 8,07 3.07 38.04% 20.04 4.96 1.89
2 5 9.29 4.23 85.5% 20.24 0.76 3.5
3 5 5.95 0.95 19% 21.21 3.79 2.84
4 5 10.06 5.06 50.29% 19.90 5.91 0.85
5 5 9.8 4.8 48.97% 18.2 6.8 2
6 5 8.30 3.30 48.97% 10.58 14.12 11.12
8 5 10.20 5.20 50.98% 19.50 5.5 0.20
12 5 8.63 3.63 33.04% 18.79 6.21 9.57
24 5 10.45 5.45 52.15% 4.82 4.82 0.63
48 5 9.36 4.36 87.2% 11.70 13.3 8.94

Komoditi: Padi (Oryza sativa L.)


Selisih
Air yg
Lama Pertum
Berat Berat Air yg diabsorbs
Peren buhan Kadar Berat Air
Awal Akhir diabsorbs i dgn
daman Berat Air (%) Sisa (g)
Biji (g) Biji(g) i (g) Pertamba
(jam) Biji (g)
han Berat
Biji (g)
1 5 6.17 1.17 18.96% 21.48 3.52 2.35
2 5 7.38 2.38 32.24% 26.12 1.12 3.5
3 5 5.8 0.8 13.79% 18.37 6.63 5.83
4 5 6.03 1.03 17.08% 23.80 1.2 0.17
5 5 7.5 2.5 33.33% 20.05 4.95 2.45
6 5 8.30 3.30 48.97% 10.58 14.42 11.12
8 5 8.25 3.25 39.39% 21.70 3.3 1.05
12 5 5.83 0.83 19.78% 20.87 4.13 4.76
24 5 6.61 1.61 24.35% 20.18 4.82 3.12
48 5 6.81 1.81 36.2% 9.85 15.15 13.34
8

Pembahasan

Imbibisi biji adalah proses penyerapan air oleh biji saat direndam dalam air atau
lingkungan lembap. Proses imbibisi terjadi ketika air menembus kulit biji dan masuk
ke dalam biji melalui celah-celah atau pori-pori pada permukaannya. Ini sesuai
dengan literatur (Suharyanto, 2019) yang mengatakan bahwa imbibisi adalah
peristiwa masuknya air ke suatu zat melalui pori-pori, imbibisi disebut juga dengan
imbibisi atau osmosis penyerapan air. Proses imbibisi ini berguna untuk
perkecambahan biji.

Proses ini sangat penting dalam kehidupan tumbuhan karena memungkinkan biji
untuk mulai tumbuh dan berkembang menjadi tanaman baru. Selama imbibisi, biji
menyerap air dan mengembang, sehingga membran sel di dalamnya meregang dan
mengaktifkan enzim yang bertanggung jawab untuk memecah cadangan makanan di
dalam biji. Ini memungkinkan biji untuk memulai pertumbuhan dan menciptakan
akar dan daun pertama. Hal ini sesuai dengan literatur (Tamam, 2017) yang
menyatakan bahwa pada saat air masuk, maka bahan - bahan yang berupa koloid,
terutama protein cenderung untuk menggembung dan penggembungan ini sering kali
bertanggung jawab dalam pemecahan kulit biji .

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju imbibisi biji, di antaranya
adalah Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan pH dapat mempengaruhi
imbibisi biji. Biji cenderung menyerap lebih banyak air dalam lingkungan yang lebih
lembap dan pada suhu yang lebih tinggi. Kondisi pH juga dapat mempengaruhi
kemampuan biji untuk menyerap air. Hal ini sesuai dengan literatur (Cahyanti, 2019)
yang mengatakan bahwa perkecambahan pada biji ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor eksternal seperti air, komposisi udara,cahaya, suhu dan juga zat-zat toksik yang
berada di lingkungan sekitar.

Laju imbibisi atau penyerapan air oleh benih tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti suhu, kadar air awal, dan ketersediaan air, tetapi juga oleh faktor
9

internal atau karakteristik inheren benih. Salah satu faktor inheren yang
mempengaruhi laju imbibisi adalah kandungan substrat yang dapat terhidrasi dalam
benih. Substrat adalah bahan organik atau anorganik yang menyusun benih, seperti
protein, lemak, dan karbohidrat. Beberapa substrat dapat menyerap air dengan
mudah, sementara yang lain lebih sulit. Oleh karena itu, benih dengan kandungan
substrat yang dapat terhidrasi tinggi cenderung menyerap air lebih cepat daripada
benih dengan kandungan substrat yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan literatur
laju (Louf et al., 2018) yang menyataka bahwa imbibisi tergantung pada sifat inheren
tertentu dari benih, misalnya, kandungan substrat yang dapat terhidrasi, permeabilitas
kulit benih yang dilihat dari ketebalan kulit biji, ukuran benih yang dilihat dari luas
permukaan dan faktor lainnya pada kondisi yang berlaku selama hidrasi yakni suhu,
kadar air awal, ketersediaan air yang dapat dilihat dari konsentrasi pelarut dan juga
oksigen.

Kelembaban dan suhu yang tepat sangat penting dalam proses imbibisi biji.
Kelembaban yang terlalu rendah dapat menghambat proses imbibisi, sedangkan
kelembaban yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada biji dan memicu
pertumbuhan jamur. Selain itu, suhu juga perlu dijaga agar sesuai dengan kebutuhan
biji. Beberapa jenis biji memerlukan suhu yang lebih tinggi untuk proses imbibisi
yang optimal, sementara yang lain memerlukan suhu yang lebih rendah. Kandungan
zat-zat kimia dalam air seperti klorin atau fluor dapat mempengaruhi proses imbibisi
biji. Zat-zat tersebut dapat menghambat kemampuan biji dalam menyerap air dan
mengganggu pertumbuhan awal tanaman. Setelah biji menyerap air dan mulai
tumbuh, penting untuk menjaga kelembaban tanah agar pertumbuhan tanaman dapat
berlangsung dengan optimal. Kelembaban tanah yang tidak cukup dapat menghambat
pertumbuhan akar dan mempengaruhi produksi tanaman. Sebaliknya, kelembaban
tanah yang berlebihan dapat mengakibatkan pertumbuhan akar yang buruk dan
memicu pertumbuhan jamur. Hal ini sesuai dengan literatur (Hilhorst and Karssen,
2018) yang menyatakan bahwa cara mengoptimalkan proses imbibisi biji untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam pertanian antara lain dengan memberikan
10

kelembaban dan suhu yang tepat serta menjaga kandungan zat-zat kimia dalam air
yang digunakan untuk menyiram biji.

Kecepatan penyerapan air oleh biji memang berbanding lurus dengan luas
permukaan biji yang kontak langsung dengan air. Semakin besar luas permukaan
tersebut, semakin banyak air yang dapat diserap oleh biji dalam waktu yang sama.
Selain itu, bagian khusus pada biji seperti kutikula atau lapisan tipis yang melapisi
permukaan biji juga dapat mempengaruhi kecepatan penyerapan air. Kutikula dapat
membantu menghambat penguapan air dari biji, sehingga memungkinkan biji
menyerap lebih banyak air. Hal ini sesuai dengan literatur (Lestari, 2013) yang
menyatakan bahwa kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas
permukaan. Pada keadaan tertentu, bagian khusus pada biji dapat menyerap air lebih
cepat. Oleh karena itu jumlah air yang diserap biji dipengaruhi oleh luas permukaan
biji yang kontak langsung dengan air.

Penyerapan air oleh biji terjadi melalui proses osmosis atau imbibisi. Pada tahap
awal, penyerapan air biasanya terjadi sampai ke jaringan pada biji. Pada tahap kedua,
penyerapan air pada biji tidak sama. Hal ini dikarenakan kulit pada benih biji tersebut
mengandung suatu lapisan atau substrat yang mudah larut dalam air, sehingga air
yang diserap lebih banyak. Ketika tekanan pada biji lebih kecil dari tekanan larutan,
maka proses imbibisi dapat meningkat. Tekanan pada benih dapat ditingkatkan
dengan memberikan suhu dan kelembaban yang tepat pada lingkungan sekitar benih.
Tekanan ini dapat membantu biji menyerap air lebih cepat dan secara efektif. Hal ini
sesuai dengan literatur (Wusono & Matinahoru, 2015) yang menyatakan bahwa
proses perkecambahan mengalami proses penyerapan air dengan cara osmosis
ataupun imbibisi. Pada proses penyerapan air oleh biji biasanya terjadi sampai ke
jaringan pada tahap pertama. Pada tahap kedua penyerapan air pada benih tidak sama,
dikarenakan kulit pada benih biji tersebut mengandung suatu lapisan atau substrat
yang mudah larut dalam air sehingga air yang diserap lebih banyak. Jika suatu
tekanan pada benih kecil dari tekanan larutan maka dapat meningkatkan proses
imbibisi.
11

KESIMPULAN
Imbibisi biji adalah proses penyerapan air oleh biji ketika direndam dalam air atau
lingkungan lembab. Proses ini sangat penting untuk keberhasilan perkecambahan biji
dan pembentukan akar dan daun pertama yang akan memungkinkan tanaman untuk
menyerap nutrisi dari lingkungan sekitarnya dan tumbuh menjadi tanaman dewasa.
Pengaruh faktor-faktor ini pada laju imbibisi biji dapat bervariasi tergantung pada
spesies biji dan kondisi lingkungan yang spesifik. Laju imbibisi atau penyerapan air
oleh biji tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti suhu, kadar air awal,
dan ketersediaan air, tetapi juga oleh faktor internal atau karakteristik inheren biji.
Oleh karena itu, perlu memperhatikan faktor-faktor lingkungan dan mempertahankan
kondisi yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses imbibisi dan
pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Astari, R. P., Rosmayati., dan Bayu, E. S. 2014. Pengaruh pematahan dormansi
secara fisik dan kimia terhadap kemampuan berkecambah benih mucuna (Mucuna
bracteata D.C). Jurnal Agroekoteknologi 2(2) : 803-812

Cahyanti, L. D., 2019. PENGARUH ALELOPATI SERESAH DAUN BAMBU


(Dendrocalamus asper) PADA PERKECAMBAHAN KEDELAI (Glycine max L.
Merril). Florea, 6(1), pp. 16-19.

Ellis, R. H., Hong, T. D., & Roberts, E. H. (2018). Handbook of seed science and
technology. John Wiley & Sons.

Handoko, (2014). Jurnal Imbibisi Biji. Fakultas Pertanian, Universitas


Andalas:Padang

Hilhorst, H. W. M., and C. F. Karssen. 2018. Seed Dormancy and


Germination: The Role

Lestari, D., R. Linda dan Mukarlina. 2016. Pematahan Dormansi dan Perkacambahan
Biji Kopi Arabica

Lestari, R.I., 2013. Imbibisi Biji. Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam,
Universitas Negeri Surabaya: Surabaya

Louf, J. F., Zheng, Y., Kumar, A., Bohr, T., Gundlach, C., Harholt, J., … Jensen, K.
H. (2018). Imbibition in plant seeds. Physical Review E.
https://doi.org/10.1103/PhysRevE.98.042403 (diakses tanggall 13 maret 2023).

Sinaga, S. (2017). Proses Perkecambahan dan Pertumbuhan Awal Tanaman. Agrotek


Jurnal Agroekoteknologi, 1(1), 27-34.

Suharyanto, 2019. Istilah Imbibisi dan Penjelasannya. DosenBiologi.com


https://dosenbiologi.com/tumbuhan/istilah-imbibisi (diakses tanggall 13 maret 2023)
Tamam. (2016.) Imbibisi dan Perkecambahan pada Tumbuhan. [Online]. Tersedia di:
https://www.generasibiologi.com/2016/10/imbibisi-dan-perkecambahan-
padatumbuhan.html . (diakses tanggall 13 maret 2023)

Wusono, S. & Matinahoru, J., 2015. Pengaruh Ekstrak Berbagai Bagian Dari
Tanaman Swietenia Mahagoni Terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau Dan
Jagung. Jurnal Agrologia, 2(4), pp. 105-113.
LAMPIRAN
Saat menjalani praktikum

Biji padi dan kacang merah seberat 5 g


Penimbangan biji padi

Data padi (Oryza sativa L.)


Data kacang merah (Phaseolus vulgaris L.)
Grafik hubungan antara lama perendaman dengan pertambahan biji

Anda mungkin juga menyukai