Anda di halaman 1dari 27

LAJU TRANSPIRASI

LAPORAN

OLEH :

RIYANDI PRATAMA PUTRA


220301096
AGROTEKNOLOGI 2

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023
LAJU TRANSPIRASI

LAPORAN

OLEH :
RIYANDI PRATAMA PUTRA
220301060
AGROTEKNOLOGI- 2

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

(Ir. Meiriani, MP.)


NIP. 196505181992032001

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tepat pada waktunya.

Adapun judul laporan ini adalah “ Laju Transpirasi ” yang merupakan salah satu
syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Program
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang


sebesarbesarnya kepada. Selaku dosen penanggung jawab praktikum Fisiologi
Tumbuhan :IrMeiriani, MP serta abang dan kakak asisten laboratorium yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penuliis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.

Medan, 20 Mei 2023

Penulis

ii
1

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………............ 1
PENDAHULUAN..................................................................................................... 2
Latar Belakang……………………………………………………….... 2
Tujuan Praktikum ……………………………………………………... 3
Kegunaan Penulisan …………………………………………………... 4
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 5
Botani Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina L.)…………………. 5
Syarat Tumbuh ………………………………………………………... 8
Iklim ………………………………………………………….. 8
Tanah ………………………………………………………….. 8
Laju Transpirasi…….…………..……………………………………....9
BAHAN DAN METODE ........................................................................................ 12
Tempat dan Waktu Praktikum ………………………………………... 12
Bahan dan Alat ………………………………………………………... 12
Prosedur Percobaan …………………………………………………… 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 14
Hasil ………………………………………………………………....... 14
Pembahasan …………………………………………………………... 15
KESIMPULAN ..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
2

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan

tumbuhan yang disebut dengan stomata. Proses transpirasi berlangsung selama

tumbuhan masih hidup. Uap air yang dikeluarkan oleh tanaman dapat dalam jumlah

yang besar. Transpirasi terlihat tidak memberikan keuntungan atau fungsi bagi

tumbuhan. Akan tetapi laju pengangkutan air terbukti akan berlangsung lebih cepat jika

transpirasi berlangsung secara optimum (Lakitan, 2015).

Setiap tumbuhan memiliki laju transpirasi yang berbeda-beda.Perbedaan ini

disebabkan oleh faktor yang terjadi secara internal dan eksternal.Faktor internal yang

mempengaruhi laju transpirasi adalah jumlah daun,jumlah stomata, luas daun, dan

keberadaan duri pada daun. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi laju

transpirasi adalah cahaya matahari, angin, suhu, kelembapan dan ketersediaan air tanah

(Simajuntak, 2013).

Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam

bentuk uap air ke atmosfer. Proses pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap ini

disebut transpirasi. Transpirasi melalui daun dimulai dengan menguapnya air dari

permukaan sel ke ruang antar sel. Kemudian dengan difusi air bergerak keluar dari daun.

Pada daun, terdapat kutikula berlilin yang menyelimuti permukaan daun, dan menjadi

penghalang yang efektif bagi pergerakan air ke atmotsfer agar tidak berlebihan. Hanya

sekitar 5% air yang hilang melalui kutikula, sedangkan sebagian besar hilang dari daun

dengan cara difusi uap air melalui stomata. Stomata terbanyak ditemukan pada

permukaan bawah daun. Sehingga pergerakan air di sepanjang lintasan ini terjadi secara
3

difusi, dan dikendalikan semata-mata oleh perbedaan (gradient) konsentrasi uap air

(Advinda, 2018) .

Laju transpirasi pada praktikum ini diukur menggunakan metode lysimeter.Pada

metode ini dilakukan penimbangan air lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer,lalu

masukkan tanaman pada erlenmeyer yang berisi air kemudian mulut erlenmeyer

ditutup dengan kapas bersih yang diberi vaselin untuk mencegah tidak ada udara

yang dapat keluar masuk. Erlemeyer diletakkan di tempat terang atau terpapar sinar

matahari dengan waktu yang sama melakukan pengukuran cahaya, kecepatan angin,

temperatur, kelembapan, dan observasi tambahan dengan melihat kondisi sekitar

berawan atau tidak(Dacosta dan Daningsih,2022).

Tanaman pacar air berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara, ada juga yang

menyebutnya dari India. Tanaman ini diperkirakan di Amerika pada abad ke19. Pacar

air dapat hidup pada daerah beriklim semi tropikal, namun tidak dapat hidup pada

daerah yang kering dan gersang. Pacar air sangat peka terhadap hama, begitu terkena

hama, tanaman akan langsung busuk. Pacar air tumbuh di pekarangan rumah pada

ketinggian 1-900 meter diatas permukaan air laut, dengan hanya menebar biji dari buah

tanaman tersebut (Dalimartha, 2013).

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan daerah pengangkutan zat
hara pada tanaman pacar air (Balsamina impatiens L.) dan tanaman bayam duri
(Amaranthus spinosus L.).
4

Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai
salah satu bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
5

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Pacar Air(Balsamina impatiens L.)

Genus Impatiens atau banyak dikenal dengan inai air atau pacar air

merupakan satu-satunya marga dalam suku Balsaminaceae yang mempunyai nilai

ekonomis. Terdapat ±850 jenis inai air di dunia, namun di Indonesia baru sekitar 50

jenis yang diketahui. Daerah Jawa memiliki ±10 jenis inai air yang tersebar, sisanya

ditemukan di Sumatera, Papua, dan Sulawesi. Keanekaragaman pacar air tertinggi

dapat dijumpai di Sumatera. Habitat Impatiens umumnya tumbuh di tempat yang

lembab seperti hutan dan pinggir sungai (Utami, 2014).

Tanaman pacar air merupakan tanaman dari suku Baisaminaceae yang sangat

mudah tumbuh halaman rumah. Tanaman ini banyak ditemukan dibelahan bumi utara,

India dan di daratan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Impatiens balsamina memiliki

klasifikasi sebagai berikut,Kingdom:Plantae, Divisi:Spermatophyta,

Subdivisi:Angiospermae, Kelas:Dicotyledone Ordo:Sapindales, Famili:Balsaminaceas,

Genus:Impatiens , Spesies:Impatiens balsamina (Bole et al., 2013)

Pacar Air (Impatiens balsamina L.) merupakan tumbuhan berbatang basah dan

tegak mempunyai tinggi 30-80 cm dan bercabang. Daun tunggal, bertangkai pendek

Helaian daun berbentuk lanset memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi,

pertulangan menyirip, dan warnanya hijau muda. Bunga keluar dari ketiak daun,

warnanya bermacam-macam, seperti merah, oranye, ungu, dan putih. Bunganya ada yang

engkel dan ada yang dobel. Buahnya buah kendaga, jika masak akan membuka menjadi

lima bagian yang terpilin (Dalimartha, 2013).


6

Genus Impatiens atau banyak dikenal dengan inai air atau pacar air merupakan

satu-satunya marga dalam suku Balsaminaceae yang mempunyai nilai ekonomis.

Terdapat 1850 jenis inai air di dunia, namun di Indonesia baru sekitar 50 jenis yang

diketahui. Daerah Jawa memiliki ±10 jenis inai air yang tersebar, sisanya ditemukan di

Sumatera, Papua, dan Sulawesi. Keanekaragaman pacar air tertinggi dapat dijumpai di

Sumatera. Habitat Impatiens umumnya tumbuh di tempat yang lembab seperti hutan dan

pinggir sungai. Genus Impatiens terbagi menjadi delapan jenis, antara lain Impatiens

balsamina, Impatiens chonocer as, Impatiens microceras, Impatiens sultan, Impatiens

holsti, Impatiens radicans. Impatiens javensis, dan Impatiens platypela (Utami, 2014).

Tanaman pacar air merupakan tanaman dari suku Baisaminaceae yang

sangat mudah tumbuh dipekarangan rumah. Tanaman ini banyak ditemukan

belahan bumi utara, India dan di daratan Asia Tenggara termasuk Indonesia (Bole

et al., 2013).

Tumbuhan pacar air berperawakan tema atau herbaceus. Impatiens balsamina

merupakan tanaman berhabitus tema. Tumbuhan ini memiliki tinggi kurang lebih 30-85

cm(Utami, 2014).

Sementara batang / balsamina merupakan batang basah dengan bentuk insan

melintang bulat/teres. Permukaan batangnya licin yang tumbuh tegak lurus bergitu pula

arah tumbuh cabang juga tegak lurus. Tumbuhan ini termasuk monopodial. Monopodial

adalah tipe percabangan saat kondisi batang pokok jelas dapat dibedakan dengan cabang

(Rosanti, 2018).

Identifikasi daun pacar air dilanjutkan pada kondisi bentuk daun lanset dengan

bagian ujung meruncing, sedangkan pangkal daun runcing. Tepi daun pacar air bertoreh

merdeka yakni sebutan bagi torehan yang tidak memperngaruhi bangun daun, berupa

serratus/bergerigi. Sementara kondisi pertulangan menyirip, peruratan menjala,


7

permukaan atas memiliki bulu yang jarang, dan permukaan bawah licin suram. Daun I.

balsamina berwarna hijau dengan tekstur daging tipis lunak (herbaceus).

(Izza dan Kundariati, 2021).

Sistem perakaran tanaman Pacar Air (I. balsamina) adalah sistem perakaran

serabut. Sistem perakaran I. balsamina muncul sejumlah akar yang kurang lebih sama

besar dan semuanya keluar dari pangkal batang. Perakaran serabut adalah apabila akar

primer tereduksi atau terhenti perkembangannya, kemudian disusul oleh tumbuhnya

sejumlah akar yang besarnya hampir sama dan keluar dari pangkal batang

(Izza dan Kundariati, 2021).

Bunga Impatiens balsamina yang ditemukan di lingkungan FMIPA Universitas

Negeri Malang berwama ungu dan termasuk bunga lengkap karena memiliki semua

bagian bunga serta disebut monoecus karena memiliki bunga betina dan bunga jantan

pada satu individu. Menurut tempatnya bunga termasuk flos axilaris. Menurut besar

jumlahnya merupakan bunga inflorecentia. Tipe perbungaan I. balsamina adalah

inflorecentia racemosa racemus(Izza dan Kundariati, 2021).

Buah / balsamina berwarna hijau dengan tangkai buah yang panjang

dibandingkan dengan badan buah dan memiliki banyak trikoma pada permukaan daun

buah. Buah / balsamina tersusun atas 5 daun buah dengan satu ruang yang didalamnya

terdapat banyak biji, ketika matang bij tersebut berwama hitam kecoklatan berukuran

kurang lebih 0,2 cm.Buah/balsamina termasuk buah sejati tunggal kening jenis buah

kotak yaitu suatu buah yang banyak mengandung biji terdiri atas satu atau beberapa

daun buah yang jika masak lalu pecah tetapi kulit buah yang pecah sampai lama melekat

pada tangkai buah (Izza dan kundariati, 2021).


8

Syarat Tumbuh

Iklim

Dapat dipahami bahwa curah hujan di Desa Selisihan mencapai 1836,3 mm. Jika

dilihat dari syarat-syarat pertumbuhan yang ideal bagi tanaman cabai dengan bunga pacar

air, yaitu membutuhkan curah hujan sekitar 600 hingga 1.900 mm setiap tahunnya, maka

curah hujan di Desa Selisihan dapat dikatakan sangat mendukung untuk pertumbuhan

diversifikasi tanaman cabai dan bunga pacar air. (Purwanti et al.,2013).

Hasil dari perhitungan temperatur daerah penelitian didapatkan bahwa temperatur

rata-rata yang dimiliki daerah Desa Selisihan yakni 21,20 C.Dalam hal ini tanaman cabai

dan bunga pacar air akan tumbuh subur pada daerah yang memiliki temperatur 20-25⸰C.

Maka dalam hal ini temperatur daerah Desa Selisihan mendukung dalam tumbuhnya

diversifikasi tanaman cabai dan bunga pacar air (Purwanti et al.,2013).

Secara umumnya dapat dikemukakan bahwa Desa Selisihan seperti daerah -

daerah yang lain mendapat sinar matahari sepanjang tahun hal ini jika dikaitkan dengan

persyaratan persyaratan intensitas penyinaran matahari yang ideal untuk pertumbuhan

tanaman cabai dan bunga pacar air dimana kedua tanaman ini sangat memerlukan

keberadaan sinar matahari dalam pertumbuhannya, maka dapat dikemukakan bahwa

intensitas penyinaran merupakan faktor geografi yang mendukung diversifikasi tanaman

cabai dan bunga pacar air di daerah penelitian(Purwanti et al.,2013).

Tanah

Tanah yang baik harus memiliki unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan

pacar air, terutama nitrogen, fosfor dan kalium. Dan harus memiliki kandungan bahan

organik yang tinggi. Ketersediaan unsur hara yang cukup dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman dan kualitas tanaman (Prasetya et al., 2016).


9

Desa selisihan merupakan desa yang berbukit-bukit yang memiliki jenis tanah

regosol coklat kekuningan dengan bahan batuan induk abu dan lafa vulkan mediteran.

Jenis tanah ini memiliki ciri-ciri bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 80%

pada umumnya jenis tanah seperti ini sangat cocok untuk pertanian karena subur. jadi

jika dikaitkan dengan syarat tanah tumbuhnya diversifikasi tanaman bunga pacar air

jenis tanah di Desa Selisihan sangat mendukung (Purwanti et al.,2013).

Bunga pacar air akan dapat tumbuh dengan subur dan berbunga dengan baik pada

dataran tinggi, karena tanaman bunga pacar air menghendaki daerah yang sejuk. Desa

Selisihan berada pada ketinggian 1.000 m/dpl, berarti Desa Selisihan memenuhi syarat

bagi tumbuhnya diversifikasi tanaman cabai dan bunga pacar air (Purwanti et al.,2013).

Tanaman pacar air memerlukan tanah yang memiliki sifat drainase yang baik dan cukup

lembap untuk tumbuh optimal. Idealnya, tanah untuk pacar air harus memiliki pH sekitar

5,5 hingga 6,5. Selain itu, tanah juga sebaiknya memiliki kandungan bahan organik yang

tinggi dan kemampuan menahan air yang baik. (Ali et al.,2015)

Laju Transpirasi

Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup

tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan

lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi siang hari

saat panas, melalui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah batang). Transpirasi

berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu

melalui pori-pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi

tanaman. Transpirasi juga merupakan terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui

stomata dan kutikula ke udara bebas (evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi
10

berarti semakin cepat pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya.

Alat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau

transpirometer (Srinatalia, 2021).

Laju transpirasi dipengaruhi berbagai faktor,salah satunya faktor eksternal yaitu

sinar matahari, kelembapan udara, dan kecepatan angin. Sinar matahari,sinar matahari

menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan tertutupnya stomata, jadi

semakin tinggi intensitas sinar matahari yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi

akan semakin tinggi.Lalu temperatur, kenaikan temperatur menambah tekanan uap di

dalam daun, serta menambah tekanan uap di luar daun. Tetapi berhubung udara di luar

daun itu tidak terbatas, maka tekanan uap tidak akan setinggi tekanan yang terkurung di

dalam daun. Akibatnya, uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas.

Jadi semakin tinggi temperatur, kecepatan transpirasi akan semakin tinggi

pula.Kemudian kelembaban udara, udara yang basah akan menghambat transpirasi

sedangkan udara yang kering akan memperlancar transpirasi. Angin mempunyai

pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara

singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung (Silaen, 2021).

Faktor internal antara lain ukuran daun; tebal tipisnya daun; tebal lapisan lilin

pada daun; jumlah rambut daun; jumlah, bentuk dan lokasi stomata; umur jaringan

daun; keadaan fisiologis jaringan daun; dan laju metabolisme tumbuhan (Dacosta dan

Daningsih, 2022).

Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air

di akar. Siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari

tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang

besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai

akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat.
11

Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju

transpirasi lebih lanjut (Benyamin, 2013).

Ada tiga tipe transpirasi yaitu pertama transpirasi kutikula,transpirasi kutikula

merupakan evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula

epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis

tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang

hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui

stomata.Kedua transpirasi stomata,transpirasi stomata merupakan sel-sel mesofil daun

yang tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang

dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-

dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui

stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal

evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi

uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama

lembab.Ketiga transpirasi lentikuler,Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi

sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang

melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari total transpirasi (Silaen, 2021).
12

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Adapun praktikum dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan,

Universitas Sumatera Utara, Fakultas pertanian, Medan pada hari kamis, 11 Mei 2023 s/d

selesai pada ketinggian 25 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 15 buah cup plastik

sebagai wadah tanaman , pisau atau cutter untuk memotong bagian tanaman, kipas angin

sebagai alat untuk percobaan sesuai perlakuan, timbangan analitik sebagai alat untuk

menimbang berat tanaman, gelas ukur sebagai alat untuk mengukur jumlah air dalam

satuan ml, sinar matahari sebagai media pada perlakuan percobaan dan stopwatch untuk

alat ukur waktu.

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah 15 buah tanaman pacar

air (Balsamina impatiens L.) sebagai objek pratikum, kapas sebagai penutup cup tempat

pratikum, air sebagai media percobaan, dan vaselin sebagai pelapis tanaman.

Prosedur Percobaan

 Disiapkan 15 buah tanaman pacar air yang berukuran sama begitu juga jumlah

daunnya

 Disediakan gelas ukur untuk menakar volume air yang digunakan

 Disediakan 15 buah cup plastik, dan diisi air masing-masing sebanyak 250,l

dengan menggunakan gelas ukur

 Disiapkan bahan tanaman dalam 3 kelompok yaitu 5 buah tanaman dalam

kelompok angin, 6 buah tanaman kelompok cahaya matahari, dan 5 buah tanaman

kelompomsuhu ruang
13

 Setiap kelompok tanaman diberi pelakuan, yaitu:

a. Tanpa perlakuan(control)

b. Dilapisi vaseline

c. Tanpa akar(dipotong)

d. Potong setengah daun

e. Tanpa daun

 Dimasukkan bahan tanaman kedalam cup plastik, lalu mulut cup plastic ditutup

dengan menggunakan kapas

 Timbang berat awal masing-maasing Erlenmeyer+pacar air(sebagai bobot awal)

 Letakkan cup sesuai kelompoknya yaitu 5 cup dibawah matahari,5 cup dibawah

kipas angina, dan 5 cup lainnya didalam suhu ruang

 Timbang bobot akhirnya

 Hitung laju transpirasi tanaman:

= Bobot awal - bobot akhir

Waktu


14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
DATA LAJU TRANSPIRASI
Komoditi : Pacar Air (Balsamina impatiens L.)
Cahaya
Perlakuan Berat Berat Selisih Laju Transpirasi
awal (g) akhir
g/menit g/detik

Kontrol 250 gr 167 gr 83 gr 1,383 0,023

Dilapisi Vaseline 250 gr 244 gr 6 gr 0,1 0,001

Tanpa akar 250 gr 233,6 gr 16,4 gr 0,273 0,004

Dipotong ½ daun 250 gr 245,7 gr 4,3 gr 0,071 0,001

Tanpa daun 250 gr 249 gr 1 gr 0,016 0,000

Angin
Perlakuan Berat Berat akhir Selisih Laju Transpirasi
awal (g)
g/menit g/detik

Kontrol 250 gr 226,9 gr 23,1 gr 0,385 0,006

Dilapisi Vaseline 250 gr 190,50 gr 29,5 gr 0,941 0,016

Tanpa akar 250 gr 217,73 gr 32,37 gr 0,537 0,008

Dipotong ½ daun 250 gr 240 gr 10 gr 0,166 0,002

Tanpa daun 250 gr 240 gr 10 gr 0,166 0,002


15

Dalam Ruangan
Perlakuan Berat Berat Selisih Laju Transpirasi
awal (g) akhir
g/menit g/detik

Kontrol 250 gr 226,9 gr 23,1 gr 0,385 0,006

Dilapisi Vaseline 250 gr 236,4 gr 13,6 gr 0,226 0,003

Tanpa akar 250 gr 248 gr 2 gr 0,333 0,005

Dipotong ½ daun 250 gr 155 gr 95 gr 1,583 0,026

Tanpa daun 250 gr 193 gr 57 gr 0,95 0,015

Perhitungan
 Cahaya
 Kontrol
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 167 gr = 83
Waktu 60 menit 60
= 1,383 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 167 gr = 83
Waktu 3600 detik 3600
= 0,023 g/detik
 Dilapisi Vaseline
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 244 gr = 6
Waktu 60 menit 60
= 0,1 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 244 gr = 6
Waktu 3600 detik 3600
= 0,001 g/detik
 Tanpa akar
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 233,6 gr = 16,4
16

Waktu 60 menit 60
= 0,273 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 233,6 gr = 16,4
Waktu 3600 detik 3600
= 0,004 g/detik
 Dipotong ½ daun
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 245,7 gr = 4,3
Waktu 60 menit 60
= 0,071 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 245,7 gr = 4,3
Waktu 3600 detik 3600
= 0,004 g/detik

 Tanpa daun
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 249 gr = 1
Waktu 60 menit 60
= 0,016 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 249 gr = 1
Waktu 3600 detik 3600
= 0,000 g/detik
 Angin
 Kontrol
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 226,9 gr = 23,1
Waktu 60 menit 60
= 0,385 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 226,9 gr = 23,1
Waktu 3600 detik 3600
= 0,006 g/detik
 Dilapisi Vaseline
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 190,50 gr = 59,5
Waktu 60 menit 60
17

= 0,941 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 190,50 = 59,5
Waktu 3600 detik 3600
= 0,016 g/detik
 Tanpa akar
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 217,73 gr = 32,27
Waktu 60 menit 60
= 0,537 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 217,73 gr = 32,27
Waktu 3600 detik 3600
= 0,008 g/detik
 Dipotong ½ daun
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 240 gr = 10
Waktu 60 menit 60
= 0,166 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 240 gr = 10
Waktu 3600 detik 3600
= 0,002 g/detik
 Tanpa daun
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 240 gr = 10
Waktu 60 menit 60
= 0,166 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 240 gr = 10
Waktu 3600 detik 3600
= 0,002 g/detik
 Dalam Ruangan
 Kontrol
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 226,9 gr = 23.1
Waktu 60 menit 60
= 0,385 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 226,9 gr = 23,1
Waktu 3600 detik 3600
18

= 0,006 g/detik
 Dilapisi Vaseline
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 236,4gr = 13,6
Waktu 60 menit 60
= 0,226 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 236,4 gr = 13,6
Waktu 3600 detik 3600
= 0,003 g/detik
 Tanpa akar
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 248 gr = 2
Waktu 60 menit 60
= 0,333 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 248 gr = 2
Waktu 3600 detik 3600
= 0,005 g/detik
 Dipotong ½ daun
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 155 gr = 95
Waktu 60 menit 60
= 1.583 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 155 gr = 95
Waktu 3600 detik 3600
= 0,026 g/detik

 Tanpa daun
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 193 gr = 97
Waktu 60 menit 60
= 0,95 g/menit
= bobot awal – bobot akhir = 250 gr – 193 gr = 97
Waktu 3600 detik 3600
= 0,015 g/detik
19

Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakuakan, dapat kita ketahui bahwa Laju

transpirasi merujuk pada kecepatan atau tingkat di mana tumbuhan menghilangkan air

melalui stomata (pori-pori) pada daunnya dalam bentuk uap air. Proses transpirasi

adalah bagian penting dari siklus air di alam dan terjadi sebagai hasil dari proses

fisiologi tumbuhan. Hal ini sesuai dengan literatur Srinatalia (2021) yang menyatakan

bahwa Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup

tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan

lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi siang

hari saat panas, melalui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah batang).

Proses pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap ini disebut transpirasi.

Sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ke atmosfer. Hal ini

sesuai dengan literature Advinda (2018) yang menyatakan bahwa Proses pengeluaran air

oleh tumbuhan dalam bentuk uap ini disebut transpirasi. Transpirasi melalui daun dimulai

dengan menguapnya air dari permukaan sel ke ruang antar sel. Kemudian dengan difusi

air bergerak keluar dari daun. Pada daun, terdapat kutikula berlilin yang menyelimuti

permukaan daun, dan menjadi penghalang yang efektif bagi pergerakan air ke atmotsfer

agar tidak berlebihan. Hanya sekitar 5% air yang hilang melalui kutikula, sedangkan

sebagian besar hilang dari daun dengan cara difusi uap air melalui stomata.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Laju

transpirasi pada tumbuhan dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal, seperti suhu,

kelembaan udara, intensitas cahaya dan kecepatan angin. Berdasarkan data yang

diperoleh tanaman pacar air yang diletakkan di bawah pancaran matahari laju

transpiransi cenderung lebih cepat daripada pcar air yang ada di dalam ruangan. Hal ini

sesuai dengan literatur Silaen (2021) yang menyatakan bahwa Laju transpirasi
20

dipengaruhi berbagai faktor,salah satunya faktor eksternal yaitu sinar matahari,

kelembapan udara, dan kecepatan angin.

Berdasarkan ppraktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa laju

traspirasi pada tumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor internal seperti daun.

Berdasarkan data praktikum bahwasannya tanaman pacar air dengan perlakuan tanpa

daun, laju transpirasinya paling rendah daripada yang lain. Hal ini sesuai dengan

literatur Dacosat dan Ningsih (2022) yang menyatakan bahwa Faktor internal antara

lain ukuran daun; tebal tipisnya daun; tebal lapisan lilin pada daun; jumlah rambut daun;

jumlah, bentuk dan lokasi stomata; umur jaringan daun; keadaan fisiologis jaringan

daun; dan laju metabolisme tumbuhan.

Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan Tanpa adanya akar tanaman akan

kehilangan organ untuk menyerap air dan nutrisi sehingga menyebabkan kurangnya air

untuk proses transpirasi dan berakibat pada penurunan laju transpirasi pada tanaman. Hal

ini sesuai dengan literatur penelitian dari Taiz et al., (2014) yang menyatakan bahwa

Pada percobaan laju transpirasi, pengaruh tanpa akar terhadap laju transpirasi juga dapat

diamati. Tanpa akar, tanaman kehilangan organ yang berperan dalam menyerap air dan

nutrisi dari tanah sehingga ketersediaan air untuk transpirasi berkurang dan laju

transpirasi menurun secara signifikan.


21

KESIMPULAN

1. Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula,
dan lentisel.
2. Semakin cepat laju transpirasi maka semakin cepat pengangkutan air dan zat hara
terlarut.
3. Tanpa adanya akar, tanaman akan kehilangan organ dalam penyerapan air dan
mineral dari dalam tanah, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya serta mengakibatkan laju transpirasi menurun.
4. Tumbuhan pacar air membutuhkan suhu udara yang hangat antara 20 hingga 35
derajat Celcius agar dapat tumbuh dengan baik.
5. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi pada siang
hari saat panas, melalui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah batang).
6. Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air
di akar.
7. Faktor internal adalah ukuran daun, tebal tipisnya daun, ada tidaknya lapisan lilin
pada permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stoma, bentuk. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi
cahaya, suhu, kelembaban udara, angin kandungan air tanah, gradient potensial
air tanah, atmosfer, serta adanya zat-zat toksik di lingkungannya.
22

DAFTAR PUSTAKA

Advinda, Linda. 2018. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta:


Deepublish.
Ali, M., & Saleem, M. (2015). Pacar Air (Monochoria Vaginalis) Production

Technology. Department of Agronomy, University of Agriculture,

Faisalabad.Astuti, U. P., T. Wahyuni., dan B. Honorita. 2013. Petunjuk Teknis

Pembuatan Pestisida Nabati. Bengkulu: Agroinovasi,

Bole, S., Shivakumara, Singh, S., Rana, N., Kundu, S., Dubey, S., & Ab, V. (2013).

Phytochemical Screening and Biological Activities of Impatiens balsamina L.

Seeds. WJPPS, Volume 2, 5363- 5376

DacostaY. O., & Daningsih E. (2022). Ketebalan Daun dan Laju Transpirasi Pada

Tanaman Hias Dikotil. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 27(1), 40-47.

Dalimartha, S., & Adrian, F. (2013). Ramuan Herbal Tumpas Penyakit. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Izza N.J., Kundariati M. Identifikasi Struktur Morfologi Tanaman Pacar Air (Impatiens

balsamina) sebagai Sumber Belajar Mata Kuliah Struktur dan Perkembangan

Tumbuhan Mahasiswa Calon Guru Biologi Universitas Negeri Malang.

2021;volume 8,N:54–61

Lakitan, Benyamin. 2015. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Padang: PT Raja


Grafindo Persada.
Prasetya, B., Darmawan, T., & Yusnawan, E. (2016). The Effect of NPK
Fertilizeron Growth and Production of Red Spinach (Amaranthus tricol L.) in the
Lowland Area of Sumedang. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of
Agronomy), 44(1), 43-48.
23

Purwanti, N. W. T., Suryadi, M., & Treman, I. W. (2013). DIVERSIFIKASI

TANAMAN CABAI DAN BUNGA PACAR AIR UNTUK

MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI DI DESA SELISIHAN

KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (TINJAUAN

GEOGRAFI EKONOMI). Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha, 1(1).

Rosanti, D. (2018). Struktur Morfologi Batang (Caulis) Vegetasi di Taman Wisata Alam

Punti Kayu Kota Palembang. Sainmatika: Jumal Ilmiah Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam, 15(1), 30.

Setiawan, E. 2015. Perkembangan Tanaman. Madura: Universitas Trunojoyo


Madura Press. 111 hlm.
Silaen, S. (2021). Pengaruh Transpirasi Tumbuhan Dan Komponen Didalamnya.

Agroprimatech, 5(1), 14–20.

Simanjuntak, E. T. (2013). Alat Pengukur Laju Transpirasi Pada Daun Berbasis

Mikrokontroler (Doctoral dissertation, Program Studi Teknik Elektro FTEK-

UKSW).

Taiz, L., E. Zeiger, I.M Moller, A. Murphy. 2014. Plant Physiology and Developement

Sixth Edition. Sinauer Associates. Massachusetts.

Utami, N. (2014). Suku Balsaminaceae di Jawa: Status Taksonomi dan Konservasinya

(Balsaminaceae In Java: Taxonomy and Their Conservation status). Berita

Biologi, 13(1), 49–55.


24

LAMPIRAN

Perlakuan Praktikum

Tabel data hasil laju transpirasi

Anda mungkin juga menyukai