Anda di halaman 1dari 28

GEOTROPISME

LAPORAN

OLEH:

JEREMI SABATIAN PELAWI


220301154
AGROTEKNOLOGI 3

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023
GEOTROPISME

LAPORAN

OLEH:

JEREMI SABATIAN PELAWI


220301154
AGROTEKNOLOGI 3

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Mengetahui:
Dosen Penanggung Jawab

(Ir. Meiriani, MP)


NIP: 196505181992032001

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun laporan ini berjudul “Geotropisme” yang merupakan salah satu

syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Fisiologi

Tumbuhan, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada

Ir. Meiriani, MP; Ir. Revandy Iskandar Muda Damanik, MSi., M.Sc., Ph.D;

Ir. Lisa Mawarni, MP; Ir. Haryati, MP; dan Ir. Ratna Rosanti Lahay, MP selaku

dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dan kepada abang dan kakak asisten

Laboratorium Fisiologi Tumbuhan yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang......................................................................................1

Tujuan Praktikum .................................................................................2

Kegunaan Penulisan..............................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)................................................4

Syarat Tumbuh

Iklim............................................................................................6

Tanah...........................................................................................7

Geotropisme..........................................................................................8

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum..............................................................11

Alat dan Bahan Praktikum....................................................................11

Prosedur Praktikum...............................................................................11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil .....................................................................................................13

Pembahasan...........................................................................................14

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gerak merupakan salah satu ciri adanya aktivitas kehidupan setiap

organisme, akan tetapi berbeda dengan organisme pada kingdom animalia yang

pada umumnya dapat berpindah-pindah tempat, tumbuhan terikat pada satu

tempat sehingga gerak untuk merespon stimulus dari lingkungan dilakukan

dengan menggerakkan sebagian organ penyusunnya. Gerakan tersebut

memungkinkan tumbuhan untuk beradaptasi serta menentukan posisi yang tepat

dalam menyerap nutrisi dan energi dari lingkungan. Gerak yang ditunjukkan oleh

tumbuhan ini cukup lambat untuk dapat diamati secara langsung. Meskipun

demikian pada beberapa spesies terdapat juga gerak yang dapat diamati dengan

jelas (Pramesti, 2015).

Tumbuhan sebagai mahluk hidup juga melakukan gerak. Namun, gerak

yang dilakukan oleh tumbuhan tidak seperti yang dilakukan oleh hewan maupun

manusia. Gerakan pada tumbuhan sangat terbatas. Gerakan yang dilakukan oleh

tumbuhan hanya dilakukan pada bagian tertentu. Misalnya bagian ujung tunas,

bagian ujung akar, ataupun pada bagian lembar daun tertentu (Rumanta, 2019).

Gerakan tumbuhan terjadi karena adanya proses pertumbuhan dan adanya

kepekaan terhadap rangsang atau iritabilita yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut.

Seperti makhluk hidup lainnya, tumbuhan juga memiliki kepekaan

terhadap rangsang tertentu. Tumbuhan juga melakukan gerak, gerakan pada

tumbuhan sangat terbatas, biasanya gerakannya tidak berpindah tempat (kecuali

yang bersel satu). Gerakan tumbuhan dapat diamati dengan adanya pertumbuhan

tanaman yang menuju atau ke arah tertentu (Pandey, 2021).


2

Pergerakan tanaman terjadi karena adanya proses pertumbuhan dan adanya

kepekaan terhadap rangsang atau iritabilitas yang dimiliki oleh tumbuhan baik itu

mendekati atau menjauhi arah rangsangan. Pergerakan dipengaruhi oleh faktor

rangsangan luar seperti cahaya, sentuhan dan gravitasi bumi serta dalam bagian

tumbuhan sendiri seperti pergerakan sitoplasma sel. Pertumbuhan tanaman

dipengaruhi oleh panjang gelombang, durasi, intensitas, dan arah datangnya sinar

cahaya. Secara fisiologis, cahaya mempengaruhi baik langsung maupun tidak

langsung bagi tubuh tanaman. Pengaruhnya pada metabolisme secara langsung

melalui fotosintesis, sedangkan pengaruh tidak langsungnya melalui pertumbuhan

dan perkembangan tanaman yang merupakan respon metabolik dan lebih

kompleks (Franklin, 2014).

Arah gerak pada tumbuhan ada yang ditentukan oleh rangsangan (menuju

atau menjauhi sumber rangsang) dan ada yang tidak ditentukan oleh rangsangan.

Umumnya gerak pada tumbuhan berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi

tiga bagian yaitu higroskopik dipengaruhi oleh kadar air, gerak elsionom

dipengaruhi oleh rangsangan luar sedangkan gerak endonom/otonom disebabkan

oleh rangsangan yang diduga berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri (Ferdinand,

2013).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh

rangsangan gravitasi bumi terhadap pembengkokan akar tanaman jagung.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan dari laporan ini adalah sebagai salah satu

syarat masuk untuk memenuhi komponen penilaian pada praktikum Laboratorium


3

Fisiologi Tumbuhan, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak

yang membutuhkan pengetahuan tentang geotropisme.


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Sistematika tanaman jagung adalah sebagai berikut; Kingdom: Plantae;

Divisi: Spermatophyta; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Graminae; Famili:

Graminaceae; Genus: Zea; Spesies: Zea mays L. (Muazizah, 2016).

Tanaman jagung merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya

terjadi selama 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian (serelia)

dari keluarga rumput-rumputan (Bahiyah, 2013).

Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar utama,

akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi

sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam mineral yang terdapat dalam

tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat

pernapasan. Akar jagung termasuk dalam akar serabut yang dapat mencapai

kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman

yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah

yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Sihotang, 2014).

Tanaman jagung tidak bercabang, tetapi berbentuk silindris, dan terdiri

atas beberapa jumlah ruas dan buku ruas. Dua tunas yang berkembang menjadi

tongkol terdapat pada buku ruas. Dalam dua tunas teratas akan berkembang

menjadi tongkol produktif yang memiliki tiga komponen jaringan paling utama,

yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang

(pith). Genotip jagung semakin kuatnya batang maka semakin banyak lapisan
5

jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan di sekitar

bundles vaskuler. Batang tanaman jagung bulat silindris dan beruas-ruas, dan pada

bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8 – 20 ruas.

Dan rata-rata tinggi tanaman jagung antara satu sampai tiga meter di atas

permukaan tanah (Subekti et al, 2017).

Tanaman jagung umumnya mempunyai daun yang berkisar antara 10 – 18

helai. Proses munculnya daun sempurna berada pada hari ke 3 – 4 setiap daun.

Besar sudut suatu daun mempengaruhi tipe daun. Jagung mempunyai daun yang

beragam, mulai dari sangat kecil hingga sangat besar. Bentuk ujung daun juga

berbeda yaitu, ada yang runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan

tumpul. Sedangkan berdasarkan tipe daun digolongkan menjadi dua, yaitu tegak

dan menggantung. Untuk pola daun bisa berbentuk bengkok atau lurus. Daun

yang mempunyai tipe tegak memiliki kanopi kecil dan bisa ditaman pada kondisi

populasi tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi dapat memberikan hasil yang

tinggi pula(Bilman, 2013).

Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah.

Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga

betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga betina dan tongkol dapat muncul dari

perkembangan axillary apices tajuk. Sedangkan, pertumbuhan bunga jantan

(tassel) melakukan pertumbuhan dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman.

Tanaman jagung adalah protandri, yang mana sebagian besar varietas, bunga

jantannya akan muncul pada hari ke 1-3 sebelum muncul rambut bunga betina.

Serbuk sari (pollen) mulai terlepas dari spikelet yang berada pada spike di tengah

berukuran 2-3 cm dari ujung malai (tassel), Selanjutnya polen akan turun ke
6

bawah dan pada satu bulir anther akan melepas 15-30 juta serbuk sari (Cair dan

Oktavia, 2019).

Buah jagung tersusun dari tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung

mempunyai mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm bervariasi

tergantung jenisnya. Umumnya buah jagung tersusun dalam barisan yang melekat

secara lurus atau berkelok-kelok (Antony, 2016).

Tongkol tanaman jagung terdiri dari 1 atau 2 tongkol dalam satu tanaman,

tergantung jenis varietas tanaman tersebut. Daun kelobot adalah daun yang

menyelimuti tongkol jagung. Letak tongkol jagung berada pada bagian atas dan

pada umumnya terbentuk lebih awal dan lebih besar dibandingkan dengan tongkol

jagung yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol jagung terdiri atas 10-16

baris biji. Biji tanaman jagung terdiri dari 3 bagian utama, yaitu dinding sel,

endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang terpenting dari

hasil pemanenan (Permanasari et al, 2015).

Syarat Tumbuh

Iklim

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adalah antara 21 ℃ - 30℃ . Akan

tertapi, untuk pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung khususnya jagung

hibrida, suhu optimum adalah 23℃ - 27℃ . Suhu yang terlalu tinggi dan

kelembaban yang rendah dapat mengganggu proses persarian. Jagung hibrida

memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat berbunga dan

pengisian biji. Curah hujan normal untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah

sekitar 250 mm/tahun sampai 2000 mm/tahun (Herlina, 2020).


7

Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Sinar

matahari yang baik mencapai l00 % (tempat terbuka). Tanaman jagung yang

ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/merana, dan memberikan hasil biji

yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah (Iskandar, 2018).

Jagung dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi yang

memiliki ketinggian 1000 m atau lebih diatas permukaan laut. Umumnya jagung

yang d tanam di daerah dengan ketinggian kurang dari 800 m dpl akan

memberikan hasil yang tinggi. Jagung yang ditanam dengan ketinggian antara 800

– 1200 m dpl masih dapat juga berproduksi dengan baik (Pandia, 2015).

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah

daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis yang

basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0 – 50 ° LU hingga 0 –

40° LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan

curah hujan ideal sekitar 85 – 200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase

pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.

Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan dan menjelang musim kemarau

(Hanum, 2018).

Tanah

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai

kandungan hara yang cukup. Tersediaanya zat makanan di dalam tanah sangat

menunjang proses pertumbuhan tanaman hingga menghasilkan/berproduksi.

Tanah yang gembur, subur, dan kaya akan humus dapat memberi hasil yang baik.

Drainase dan aerasi yang baik serta pengelolaan yang bagus akan membantu

keberhasilan usaha pertanaman jagung. Jagung tidak memerlukan persyaratan


8

tanah yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk

pertanaman jagung (Purwono dan Hartono, 2013).

Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, latosol, dan

Grumosol. Namun yang terbaik untuk pertumbuhan jagung adalah Latosol.

Keasaman tanah antara 5,6 – 7,5 dengan aerasi dan ketersediaan air yang cukup

serta kemiringan optimum untuk tanaman jagung maksimum 8%. Dan ketinggian

antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50 – 600 m 12 dpl

(Fabiens et al, 2016).

Jagung (Zea mays L.) memiliki kedalaman penanaman tertentu dalam

tanah, hal ini berlaku untuk menunjang pertumbuhan jagung secara maksimal.

Kedalaman penanaman jagung di dalam tanah juga membantu dalam

memudahkan perawatan jagung itu sendiri. Kedalaman air tanah yang cocok

untuk tanaman jagung adalah sekitar 50 – 200 cm dari permukaan tanah

sedangkan kedalaman tanah yang baik bagi jagung adalah 20 – 60 cm dari

permukaan tanah (Nurhidayah, 2015).

Unsur hara di dalam tanah sangat dibutuhkan jagung untuk

pertumbuhannya, salah satunya adalah kebutuhan jagung akan nitrogen. Nitrogen

dibutuhkan jagung dalam jumlah yang sangat besar, oleh karena itu semakin

banyak nitrogen yang terkandung di dalam tanah maka semakin baik tanah

tersebut jika ditanami jagung (Budi et al, 2015).

Geotropisme

Geotropisme adalah pengaruh gravitasi bumi terhadap pertumbuhan organ

tanaman. Bila organ tanaman yang tumbuh berlawanan dengan gravitasi bumi,

maka keadaan tersebut dinamakan geotropisme negatif. Akar selalu tumbuh ke


9

arah bawah akibat rangsangan gaya tarik bumi (gaya gravitasi). Gerak tumbuh

akar ini merupakan contoh lain dari gerak tropisme. Gerak yang disebabkan

rangsangan gaya gravitasi disebut geotropisme. Karena gerak akar diakibatkan

oleh rangsangan gaya tarik bumi (gravitasi) dan arah gerak menuju arah

datangnya rangsangan, maka gerak tumbuh akar disebut geotropisme positif.

Sebaliknya gerak organ tumbuhan lain yang menjauhi pusat bumi disebut

geotropisme negatif (Putra, 2020).

Rangsangan yang mempengaruhi terjadinya suatu gerak pada

tumbuhan, antara lain: cahaya, air, sentuhan, suhu, gravitasi dan zat kimia.

Rangsangan tersebut, ada yang menentukan arah gerak tumbuhan dan ada pula

yang tidak menentukan arah gerak tumbuhan. Rangsangan yang menentukan arah

gerak akan menyebabkan tumbuhan bergerak menuju atau menjauhi sumber

rangsangan. Pada tumbuhan, rangsangan disalurkan melalui benang plasma

(plasmodesmata) yang masuk ke dalam sel melalui celah antar sel (noktah) yang

terdapat pada dinding sel (Rinaldi, 2020).

Geotropisme dibagi menjadi dua, yaitu geotropisme positif (gerakan

pertumbuhan akar menuju arah gravitasi bumi) dan geotropisme negatif (gerakan

pertumbuhan akar menjauhi gravitasi bumi). Namun pada umumnya akar bersifat

geotropisme positif (Putra, 2020).

Akar tanaman, tumbuh atau berkembang pada tunas dengan pertumbuhan

ke atas dan ke bawah. Bagian tanaman yang paling menunjukkan beberapa respon

geotropik ialah pada pertumbuhan batang seperti rimpang dan stolon pada sudut

kanan medan gravitasi yang disebut diageotropik, sebuah gerakan pertumbuhan

dalam menanggapi gravitasi tersebut (Ting, 2014).


10

penyinaran sepihak merangsang penyebaran yang berbeda dari IAA. Sisi

tanaman yang disinari mengandung IAA lebih rendah daripada sisi gelap.

Akibatnya sel-sel pada sisi yang gelap tumbuh lebih memanjang daripada sel-sel

yang disinari. Bila respon akar dan batang tumbuhan yang diletakkan horizontal

diperbandingkan, akar akan bereaksi geotropisme positif, sedangkan batang

geotropisme negatif. Pada kedua keadaan tersebut, posisi horizontal

mengakibatkan perpindahan IAA ke belahan bawah batang dan akar. Konsentrasi

yang tinggi pada bagian bawah akar menghambat pemanjangan sel, sedangkan

konsentrasi IAA di belahan atas mendorong pemanjangan sel (Advinda, 2018).

Pemotongan ujung akar bertujuan untuk menghilangkan hormon auksin

pada ujung apikal akar dan bagian statolit tersebut. Statolit merupakan molekul-

molekul pati yang terdapat dalam sel statolit yang berada dalam plastida sehingga

disebut amiloplas. Sel-sel dimana terdapat amiloplas disebut sel kolumela. Sifat

statolit yang berat akan mendorong kolumela menuju arah datangnya gravitasi.

Hal ini menyebabkan arah tumbuh akar mengikuti arah datangnya gravitasi karena

sel kolumela berada tepat di bawah tudung akar (Durner, 2013).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Program

Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

pada hari Jumat, 19 Mei 2023 pada pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai pada

ketinggian ±25 mdpl.

Bahan dan Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lempeng kaca

sebanyak 3 buah sebagai media/wadah perkecambahan, gunting kecil untuk

pemotongan akar jagung, karet gelang agar kertas tisu tidak bergerak dari

tempatnya, dan kamar gelap sebagai tempat perlakuan dilakukan.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji jagung

yang telah dikecambahkan selama 2 hari sebagai objek pengamatan sebanyak 27

biji, air untuk merendam jagung dan menyemprot tisu, dan kertas tisu sebagai

media perkecambahan.

Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum “Geotropisme” adalah sebagai berikut.

1. Diambil 3 buah lempeng kaca, lapisi dengan kertas tisu lalu basahi sampai

lembab.

2. Diikat karet gelang 3 buah vertikal dan 3 buah horizontal.

3. Diikat kecambah jagung pada tiap titik pertemuan karet gelang dengan

arah lembaga menghadap ke atas.

4. Dimasukkan ketiga lempeng kaca ke dalam kamar gelap selama 48 jam,

setelah itu diamati.


12

5. Dipotong semua akar kecambah jagung pada salah satu lempeng sepanjang

3 mm.

6. Diputar ketiga lempeng kaca sebesar 90° searah jarum jam sehingga

kedudukan kecambah horizontal dan masukkan kembali ke kamar gelap.

7. Diamati kembali setelah 48 jam.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengamatan 48 Jam Pengamatan 48 Jam Pengamatan 96 Jam

Setelah Akar Dipotong

dan Diputar 90°

Gelap Gelap Gelap

Semi Gelap Semi Gelap Semi Gelap

Terang Terang Terang


14

Pembahasan

Pada hasil percobaan terlihat bahwa biji jagung mulai berkecambah di plat

kaca yang dilapisi tisu. Biji jagung ini tidak ditanam di media yang semestinya,

yaitu tanah tetapi biji jagung ini masih tetap bisa berkecambah. Kejadian ini

dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, gerak ini disebut dengan geotropisme.

Sebagian benih tumbuh mengikuti arah gravitasi bumi dan sebagian lagi tidak,

disebut sebagai geotropisme positif dan negatif. Hal ini sesuai dengan penelitian

Putra (2020) yang menyatakan bahwa, geotropisme adalah pengaruh gravitasi

bumi terhadap pertumbuhan organ tanaman. Bila organ tanaman yang tumbuh

berlawanan dengan gravitasi bumi, maka keadaan tersebut dinamakan

geotropisme negatif. Akar selalu tumbuh ke arah bawah akibat rangsangan gaya

tarik bumi (gaya gravitasi). Gerak tumbuh akar ini merupakan contoh lain dari

gerak tropisme. Gerak yang disebabkan rangsangan gaya gravitasi disebut

geotropisme. Karena gerak akar diakibatkan oleh rangsangan gaya tarik bumi

(gravitasi) dan arah gerak menuju arah datangnya rangsangan, maka gerak tumbuh

akar disebut geotropisme positif. Sebaliknya gerak organ tumbuhan lain yang

menjauhi pusat bumi disebut geotropisme negatif .

Dari data yang diperoleh pada pengamatan, di dapat bahwa perlakuan 48

jam yang kamar gelapnya tertutup merupakan perlakuan yang tepat pada kegiatan

geotropisme. Hal ini menunjukkan bahwa akar tanaman menunjukkan rangsangan

geotropisme positif, yaitu mengarah ke pusat bumi, sedangkan bagian tunas

batang menunjukkan geotropisme negatif, yaitu menjauhi gravitasi bumi. Hal ini
15

sesuai dengan penelitian Putra (2020) yang menyatakan bahwa, Geotropisme

dibagi menjadi dua, yaitu geotropisme positif (gerakan pertumbuhan akar menuju

arah gravitasi bumi) dan geotropisme negatif (gerakan pertumbuhan akar

menjauhi gravitasi bumi). Namun pada umumnya akar bersifat geotropisme

positif.

Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa perlakuan 48 jam pada

lempeng I dengan kamar gelap merupakan perlakuan yang tepat pada kegiatan

geotropisme, begitu juga pada lempeng II dan lempeng III terlihat bahwa akar

tanaman menunjukkan rangsangan geotropisme positif, yaitu mengarah ke pusat

bumi, sedangkan bagian tunas batang menunjukkan geotropisme negatif, yaitu

menjauhi gravitasi bumi. Hal ini sesuai dengan penelitian Putra (2020) yang

menyatakan bahwa geotropisme dibagi menjadi dua, yaitu geotropisme positif

(gerakan pertumbuhan akar menuju arah gravitasi bumi) dan geotropisme negatif

(gerakan pertumbuhan akar menjauhi gravitasi bumi). Namun pada umumnya

akar bersifat geotropisme positif.

Pada praktikum ini dilakukan pemotongan akar terhadap kecambah

jagung. Ujung akar yang dipotong tersebut merupakan bagian tudung akar di

mana pada bagian tersebut terdapat statolit. Hal ini sesuai dengan penelitian dari

Durner (2013) yang menyatakan bahwa pemotongan ujung akar bertujuan untuk

menghilangkan hormon auksin pada ujung apikal akar dan bagian statolit tersebut.

Statolit merupakan molekul-molekul pati yang terdapat dalam sel statolit yang

berada dalam plastida sehingga disebut amiloplas. Sel-sel dimana terdapat

amiloplas disebut sel kolumela. Sifat statolit yang berat akan mendorong

kolumela menuju arah datangnya gravitasi. Hal ini menyebabkan arah tumbuh
16

akar mengikuti arah datangnya gravitasi karena sel kolumela berada tepat di

bawah tudung akar.

Pada lempeng I, II, dan III terlihat jelas bahwa kegiatan geotropisme

terjadi pada tempat yang gelap. yaitu pada lempang I, begitu juga pada lempeng

II, tidak seluruhnya akar tanaman atau tunas berkembang dengan pertumbuhan ke

atas dan ke bawah. Sedang pada lempeng III, karena banyaknya distribusi cahaya,

akar menjadi tidak berkembang. Setelah dilakukan perputaran 90 0, tidak

mempengaruhi perkembangannya, karena sekali lagi respon cahaya yang

mempengaruhinya. Walaupun cabang lateral sering berorientasi pada sudut 90 0.

Hal ini sesuai dengan penelitian Ting (2014) yang menyatakan bahwa akar

tanaman, tumbuh atau berkembang pada tunas dengan pertumbuhan ke atas dan

ke bawah. Bagian tanaman yang paling menunjukkan beberapa respon geotropik

ialah pada pertumbuhan batang seperti rimpang dan stolon pada sudut kanan

medan gravitasi yang disebut diageotropik, sebuah gerakan pertumbuhan dalam

menanggapi gravitasi tersebut.

Adapun alasan dari pemutaran 90° adalah untuk mengetahui bahwa

perlakuan 48 jam diputar 90° seluruh lempengan terlihat bahwa pada posisi

horizontal akar tetap mengarah ke pusat bumi dikarenakan penyinaran sepihak,

seperti pada perlakuan seperti ini, dapat menyebabkan perangsangan yang berbeda

dari IAA. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Advinda (2018) yang menyatakan

bahwa, penyinaran sepihak merangsang penyebaran yang berbeda dari IAA. Sisi

tanaman yang disinari mengandung IAA lebih rendah daripada sisi gelap.

Akibatnya sel-sel pada sisi yang gelap tumbuh lebih memanjang daripada sel-sel

yang disinari. Bila respon akar dan batang tumbuhan yang diletakkan horizontal
17

diperbandingkan, akar akan bereaksi geotropisme positif, sedangkan batang

geotropisme negatif. Pada kedua keadaan tersebut, posisi horizontal

mengakibatkan perpindahan IAA ke belahan bawah batang dan akar. Konsentrasi

yang tinggi pada bagian bawah akar menghambat pemanjangan sel, sedangkan

konsentrasi IAA di belahan atas mendorong pemanjangan sel.

Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi geotropisme adalah faktor dalam dan faktor luar. Kalau faktor

dalam gen dan hormon, sedangkan faktor luar adalah cahaya, kelembaban, air,

suhu, nutrisi, dan gravitasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Rinaldi (2020) yang

menyatakan bahwa, Rangsangan yang mempengaruhi terjadinya suatu gerak pada

tumbuhan, antara lain: cahaya, air, sentuhan, suhu, gravitasi dan zat kimia.

Rangsangan tersebut, ada yang menentukan arah gerak tumbuhan dan ada pula

yang tidak menentukan arah gerak tumbuhan. Rangsangan yang menentukan arah

gerak akan menyebabkan tumbuhan bergerak menuju atau menjauhi sumber

rangsangan. Pada tumbuhan, rangsangan disalurkan melalui benang plasma

(plasmodesmata) yang masuk ke dalam sel melalui celah antar sel (noktah) yang

terdapat pada dinding sel.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum “Geotropisme” ini adalah sebagai

berikut.

1. Geotropisme adalah pengaruh gravitasi bumi terhadap pertumbuhan organ

tanaman.

2. Akar tanaman menunjukkan rangsangan geotropisme positif, yaitu mengarah

ke pusat bumi, sedangkan bagian tunas batang menunjukkan geotropisme

negatif, yaitu menjauhi gravitasi bumi.

3. geotropisme dibagi menjadi dua, yaitu geotropisme positif (gerakan

pertumbuhan akar menuju arah gravitasi bumi) dan geotropisme negatif

(gerakan pertumbuhan akar menjauhi gravitasi bumi). Namun pada umumnya

akar bersifat geotropisme positif.

4. Pemotongan ujung akar bertujuan untuk menghilangkan hormon auksin pada

ujung apikal akar dan bagian statolit tersebut.

5. Pada setiap lempeng, akar tanaman membengkok dan panjang, terutama pada

tempat gelap.

6. Alasan kita memutar 90° dikarenakan untuk mengetahui seluruh lempeng

terlihat bahwa pada posisi horizontal akar tetap mengarah ke pusat bumi

dikarenakan penyinaran sepihak seperti pada perlakuan ini yang dapat

menyebabkan perangsangan berbeda dari IAA.

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam gerak tumbuhan terdapat 2, yakni

faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal terdiri dari hormon,

keseimbangan hara di dalam tubuh. Faktor eksternal, yaitu cahaya matahari


(dipengaruhi oleh intensitas, durasi dan sudut penyinaran), respirasi, polinasi

dan unsur hara di lingkungan.

Saran

Sebaiknya saat pemutaran 90° kelembaban tisu diperhatikan kembali, agar

pertumbuhan akar dapat tumbuh secara maksimal dan arah akar dapat diamati

secara seksama.
DAFTAR PUSTAKA

Advinda, Linda. Dasar–Dasar Fisiologi Tumbuhan. Deepublish, 2018.

Antony, J. 2016. Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Daerah Dataran Tinggi.

Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar.

Bahiyah, K. 2013. Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol dan Suhu Penyimpanan

Terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea mays L.) pada Berbagai Umur

Simpan. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri.

Bilman, WS. 2013. Analisis Pertumbuhan Jagung Manis (Zea mays saccharata),

Pergeseran Komposisi Gulma pada Beberapa Jarak Tanam, 3(1) : 25.

Budi, S dan Sasmita, S. 2015. Ilmu dan Implementasi Kesuburan Tanah. Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang.

Cair dan Octavia, N. D. 2019. Morfologi dan Tumbuh Kembang Jagung. UB

Press.

Durner, E. F. 2013. Principles of Horticultural Physiology. London: CABI, p. 46.

Fabians J.D Hitijahubessy dan Addina Siregar. 2016. Peranan Bahan Organik dan

Pupuk Majemuk NPK Dalam Menentukan Percepatan Pertumbuhan

Tanaman Jagung (Zea mays saccharate L.) pada Tanah Inceptisol (Suatu

Kajian Analisis Pertumbuhan Tanaman). Jurusan Budidaya Pertanian,

12(1) :1 – 9.

Ferdinand, F. 2013. Praktis Belajar Biologi. Grafindo, Yogyakarta.

Hanum, C. 2018. Teknik Budidaya Tanaman. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.
Herlina, N. 2020. Pengaruh Perubahan Iklim pada Musim Tanam dan

Produktivitas Jagung (Zea mays L.) di Kabupaten Malang, 25(1) : 118 -

128

Iskandar, D. 2018. Budidaya Jagung Manis. Fakultas Pertanian Universitas

Lancang Kuning. Palembang.

Muazizah, T. 2016. Kurva Sigmoid. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Nurhidayah. 2015. Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis (Zea mays

saccharata Sturt) terhadap Kombinasi Pupuk Bio-Slurry Padat dan Pupuk

Anorganik. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

Pandey, S. N. dan B. Sinha. 2021. Plant Physiology. Vikas Publishing House Pvt.

Ltd., New Delhi.

Pandia, A. 2015. Budidaya Jagung Manis dengan Pengurangan Penggunaan

Pupuk. Bogor: IPB press

Permanasari, I dan D. Kastono. 2015. Pertumbuhan Tumpangsari Jagung dan

Kedelai pada Perbedaan Waktu Tanam dan Pemangkasan Jagung. Jurnal

Agroteknologi, 3(1) : 13 – 20.

Pramesti, D. I., 2015. Analisis Materi Gerak pada Tumbuhan dalam Buku Teks

IPA SMP/MTS Kelas VIII, Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP

UNS, 10 (19): 1179-1182.

Purwono, M dan Hartono, R. 2013. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya.

Bogor. 68 hal

Putra, I. 2020. Penetapan Kuosien Respirasi Jaringan Tumbuhan. Jurnal Pertanian

Terpadu, Vol. 1. No. 6, hal 36-42.


Rinaldi. 2020. Gerak Pada Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Rumanta, M. 2019. Praktikum IPA di SD. Jakarta: PT. Prata Sejati Mandiri.

Sihotang, B. P. 2014. Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis

(Zea mays L.) Terhadap Pemberian Limbah Kopi dan Tepung Darah Sapi.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Subekti, N. A., Syarifuddin, R, Efendi dan S. Sunarti. 2017. Morfologi Tanaman

dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia,

Marros. Hal 185 – 204.

Ting, P.I. 2014. Plant Physiology. Addison-Wesley Publishing Company,

California.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai