Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

EKOLOGI PERTANIAN

Oleh :
AHMAD ASYHAR AMRULLAH
NIM :
205040207111086
Asisten :
Ferota Larasati

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : AHMAD ASYHAR AMRULLAH

Kelas : I

Disetujui Oleh :

Asisten Kelas,

Ferota Larasati
NIM : 196040200111031

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah kepada kita sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan
praktikum ekologi pertanian ini dengan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
dari asisten praktikum pada mata kuliah ekologi pertanian.Selain itu, Laporan ini
bertujuan untuk mengetahui dan memahami konsep keseimbangan
agroekosistem, untuk mengetahui komponen-komponen dalam agroekosistem,
untuk mengetahui tipetipe agroekosistem, untuk mengetahui dan memahami
interaksi yang terjadi antara komponen-komponen dalam agroekosistem.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Ferota Larasati selaku asisten
praktikum ekologi pertanian yang telah membimbing dan memberikan tugas
laporan ini sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan sesuai
dengan jurusan yang saya tekuni.Terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik pengetahuan, materi, dan pengamatan laporan ini sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan ini.
Saya menyadari, Laporan ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun akan saya tunggu demi perbaikan laporan
ini sehingga menjadi lebih baik .

Gresik, 09 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………..v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………..vii
1. PENDAHULUAN............................................................................................7
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….7
1.2 Tujuan………………………………………………………………………...8
1.3 Manfaat………………………………………………………………………8

2. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………9
2.1 Agroekosistem……………………………………………………………….9
2.2 Peran Anthropoda dan Biota Tanah dalam Agroekosistem…………….12
2.3 Rantai dan Jaring-jaring Makanan………………………………………..14
2.4 Keseimbangan Agroekosistem……………………………………………14

3. BAHAN DAN METODE...............................................................................17


3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan………………………………………………17
3.2 Alat dan Bahan……………………………………………………………..17
3.3 Metode Pelaksanaan……………………………………………………….17

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Kondisi Umum Wilayah…………………………………………………....20
4.2 Hasil Pengamtan…………………………………………………………...21
4.3 Pembahasan………………………………………………………………..25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
LAMPIRAN..........................................................................................................31
DAFTAR TABEL
Tabel Vegetasi Tanaman……………………………………………………………21

Tabel Kelembapan dan Suhu Udara……………………………………………….22

Tabel Ketebalan Seresah……………………………………………………………23

Tabel Tinggi Tanaman……………………………………………………………….24

Tabel Arthropoda……………………………………………………………………..25
DAFTAR GAMBAR

Gambar Pohon Pisang………………………………………………………………32

Gambar Putri Malu…………………………………………………………………...32

Gambar Tanaman Cabai…………………………………………………………….32

Gambar Semut………………………………………………………………………..32

Gambar Kumbang…………………………………………………………………….32

Gambar Sarang Tikus………………………………………………………………..32

Gambar Plot Seresah………………………………………………………………...32

Gambar Lidah buaya…………………………………………………………………33

Gambar bunga Kamboja……………………………………………………………..33

Gambar Lalat………………………………………………………………………….33

Gambar Pitfall…………………………………………………………………………33

Gambar Jeruk Purut………………………………………………………………….33

Gambar Bunga Keladi………………………………………………………………..33


1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam proses produksinya, pertanian tidak akan lepas dari pengaruh


lingkungan. Lingkungan bisa mendukung pertumbuhan tanaman atau bisa juga
menghambat hasil pertanian itu sendiri. Hubungan antara makhluk hidup dan
lingkungannya tersebut sangat lah penting untuk dipelajari terutama untuk lahan
pertanian. Ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungannya disebut ekologi (Lakitan, 2002).

Pertanian yang merupakan kegiatan budidaya tanaman tentu tidak akan


pernah lepas dengan lingkungan sehingga melahirkan sebuah cabang ilmu baru
yang khusus mempelajari hubungan timbal balik antar faktor abiotik dan biotik
dilahan pertanian yang dikenal dengan nama agroekologi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam suatu


ekologi pertanian, ada dua, yaitu faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor
biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik
hewan maupun tumbuhan. Faktor abiotik merupakan faktor tidak hidup yang
meliputi faktor fisik dan kimia. Dalam hal ini faktor biotik berupa, biota tanah dan
arthropoda sedangkan faktor abiotik nya berupa intensitas radiasi matahari,
kelembaban udara, suhu udara, suhu tanah, seresah, kegemburan, pemberian
air dan cahaya. Dengan terjaganya keseimbangan antarfaktor biotik dan
abiotik tersebut maka akan diperoleh keseimbangan lingkungan. Dengan adanya
keseimbangan tersebut maka seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan dapat berjalan dengan lancar. Atas dasar tersebut saya melakukan
pengamatan Agroekosistem sawah di Desa Abar Abir Kecamatan Bunga,
Kabupaten Gresik. Dengan melaksanakan pengamatan terhadap tiga aspek
ekologi yaitu aspek budidaya pertanian yang meliputi vegetasi tanaman,
intensitas radiasi matahari, kelembaban udara dan suhu udara. Sedangkan untuk
aspek tanah meliputi biota tanah, suhu tanah, seresah dan kegemburan. Untuk
aspek arthropoda dengan menggunakan metode sweep net, pitfall dan yellow
trap.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Ekologi Pertanian pada agroekosistem untuk
mengetahui dan memahami konsep keseimbangan agroekosistem, untuk
mengetahui komponen-komponen dalam agroekosistem, untuk mengetahui tipe
tipe agroekosistem, untuk mengetahui dan memahami interaksi yang terjadi
antara komponen-komponen dalam agroekosistem seperti interaksi komponen
biotik yang menyebabkan terjadinya rantai makanan sehingga terjadi
keseimbangan agroekosistem.

1.3 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari praktikum Ekologi Pertanian mengenai
agroekosistem yaitu mengetahui tingkat keseimbangan agroekosistem,
mengetahui data dan analisis agroekosistem dari aspek HPT, BP, dan tanah,
mengetahui informasi yang diperoleh dari pengamatan untuk memberikan
rekomendasi dalam pencapaian keseimbangan agroekosistem.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agroekosistem
2.1.1 Pengertian Agroekosistem
Menurut Rusna (2008), agroekosistem adalah bagian dari toposekuen
atau katena lahan yang merupakan gabungan dari berbagai relief makro secara
berurutan dari pantai sampai ke puncak gunung, atau dikenali sebagai
perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi yaug diukur secara vertikal disebut
topografi. Relief makro tersebut dapat dibedakan menjadi dataran rendah,
pegunungan rendah, pegunungan menengah dan pegunungan tinggi.
Agroekosistem merupakan suatu ekosistem pertanian dapat dikatakan produktif
jika terjadi keseimbangan antara tanah, hara, sinar matahari, kelembaban udara
dan organisme-organisme yang ada, sehingga dihasilkan suatu pertanaman
yang sehat dan hasil yang berkelanjutan.

2.1.2 Komponen Agroekosistem

Menurut Adnyana (2016) komponen agroekosistem ada dua yaitu


komponen biotik (hama, pathogen, predator, serangga netral dan manusia) dan
komponen abiotik (air, suhu, cuaca, kelembapan).

2.1.1 Abiotik
a. Suhu
Menurut Imran S (2009), suhu dapat mempengaruhi tiga fungsi fisiologi tanaman
yaitu pertumbuhan dan perkembangan, asimilasi dan pernafasan. Suhu minimum
adalah suhu terendah yang di bawahnya pertumbuhan, asimilasi dan pernafasan
menjadi lambat bahkan terhenti. Suhu yang rendah akan mengakibatkan
absorpsi air dan unsur hara terganggu karena transpirasi meningkat. Suhu
minimum, optimum dan maksimum dapat diketahui dalam ruang yang tak
terkendali sehingga dapat mempermudah dalam penyesuaian terhadap keadaan
iklim di suatu tempat.

b. Air
Air sangat penting dalam kehidupan tapi ketersediaanya bervariasi secara
dramatis diberbagai habitat (Imran S, 2009).

c. Cahaya Matahari
Menurut Suci dan Hedi (2018) sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman
untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu
tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat
dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah,
justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.

d. Angin
Angin memperkuat suhu lingkungan pada suatu organisme dengan cara
meningkatkan hilangnya panas melalui penguapan (Evaporasi) dan konveksi
(faktor Wind-Chill) atau pendinginan oleh angina (Suci dan Hedi, 2018).

e. Batu dan Tanah


Struktur fisik, pH, dan komposisi mineral batuan serta tanah akan membatasi
persebaran tumbuhan dan hewan yang memakannya, sehingga menjadi salah
satu penyebab timbulnya pola mengelompok pada area tertentu yang acak
pada ekosistem terrestrial yang sering kita lihat. Oleh karena itu pengolahan
tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada suatu
agroekosistem( Lamid, 2011).

f.Iklim
Menurut Lamid (2011) iklim adalah suatu kondisi cuaca yang dominan pada
suatu lokasi yang terjadi dalam kurun waktu singkat, kita dapat melihat dampak
besar iklim pada persebaran organisme dengan cara membuat suatu
klimograf yaitu suatu plot suhu dan curah hujan dalam bentuk rata tahunan.
Rata ratatahunan untuk suhu dan curah hujan sangat berkorelasi dengan bioma
yangditemukan di wilayah yang berbeda beda.

2.1.2 Biotik
a.Herbivora
Herbivora adalah hewan yang memakan tumbuhan atau tanaman, pada
agroekosistem sawah seperti burung pemakan padi (Sowasono, 2001).
b.Parasit atau patogen
Parasit merupakan organisme yang membutuhkan organisme lain dalam
pemenuhan nutrisi sehingga merugikan inangnya contoh tanaman benalu
dengan inangnya (Soedarto, 2008).
c.Predator
predator merupakan hewan yang memburu dan memangsa hewan lain demi
kelangsungan hidupnya seperti kumbang yang memangsa nyamuk (Kusuma et
al., 2018).
2.1.3 Perbedaan Agroekosistem
Menurut Cahyono (2007), perbedaan agroekosistem dengan ekosistem
alami yaitu:
1. Ekosistem Alami
a. Terdiri dari banyak spesies tanaman dan hewan.
b. Keanekaragaman genetik sangat tinggi.
c. Sinar matahari adalah sumber energi untuk autotrof dan energi ini mendorong
semua siklus biologis.
d. Rantai makanan yang panjang dan rumit.
e. Suksesi ekologi berlangsung dalam ekosistem alami selama periode waktu.
f. Siklus nutrisi Alam memastikan bersepeda maksimal dan efisien nutrisi.
g. Produktivitas sangat bervariasi dan tergantung pada lingkungan. Produktivitas
hutan hujan tropis sangat tinggi, tapi di gurun produktivitas sangat rendah.
h. Keberlanjutan tinggi atau alami yang berkelanjutan.

2. Agroekosistem
a. Terdiri dari tanaman-tanaman utama (monokultur). Spesies lain di sekitar
disebut gulma dan petani menggunakan bahan kimia untuk menghancurkan
gulma.
b. Keanekaragaman genetik sangat rendah dan jenis tanaman lainnya dihapus
dengan menggunakan rumput pestisida.
c. Sinar matahari adalah sumber energi utama untuk autotrof atau tanaman
tetapi pupuk buatan, pupuk dan nutrisi lainnya secara eksternal dipasok ke
tanah.
d. Sederhana dan sering tidak lengkap sebagai spesies lainnya tewas sebagai
hama atau gulma.
e. Tidak ada suksesi ekologi.
f. Tidak lengkap dengan siklus haranya. Pemanenan tanaman menghilang
sejumlah besar nutrisi dari tanah membuat tanah yang kurang subur setiap
kali.
g. Dirancang untuk produktivitas tinggi.
h. Tidak berkelanjutan sebagai mayoritas pupuk berasal dari bahan bakar fosil
yang tidak terbarukan dan semakin menambah polusi air dan gangguan
ekologi lainnya.
2.2 Peran Arthropoda dan Biota Tanah dalam Agroekosistem
Peranan arthropoda dalam mempengaruhi agroekosistem di alam menurut
Herlinda et al. (2008), ada 3 macam. Peranan arthropoda tersebut yaitu :
1. Hama
Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang pada tingkat
populasi tertentu menyerang tanaman budidaya sehingga dapat
menurunkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas dan secara
ekonomis merugikan. Contoh : serangga tikus pada tanaman padi yang
menyebabkan gagalnya panen, serangan Crocidomolia binotalis yang
menyerang pucuk tanaman kubis-kubisan.
2. Predator
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan
memakan atau memangsa binatang lainnya. Contohnya: Menochilus
sexmaculatus yang memangsa Aphid sp.
3. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga
atau binatang arthropoda yang lain. Parasitoid. bersifat parasitik pada
fase pradewasa dan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat
pada inangnya. Contoh: Diadegma insulare yang merupakan parasitoid
telur dari Plutella xylostela. Apabila telur yang terparasit sudah menetas
maka D. insulare akan muncul dan hidup bebas dengan memakan nektar.

Menurut Suwasono (2001), Biota tanah berperan dalam proses dekomposisi


bahan organik tanah menjadi unsur-unsur yang harus tersedia bagi tanaman.
Mikroorganisme memainkan beberapa peran, antara lain adalah
mendekomposisi bahan organik. Salah satu proses dalam tanah yang sangat
tergantung pada keberadaan mikroorganisme tanah adalah proses daur ulang
bahan organik. Bahan organik tanah merupakan produk langsung gabungan dari
aktivitas kimia tumbuhan, mikroorganisme, fauna dan berbagai faktor abiotik.
Biota tanah berperan sebagai agen remediasi, bioremediasi merupakan
pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan
proses biologi menggunakan mikroba bermanfaat dalam mengendalikan
pencemaran.Berperan dalam siklus karbon, karbon masuk ke dalam rantai
makanan melalui herbivora dan predator sebagai konsumer dan mikroba sebagai
dekomposer. Proses ini dimulai ketika tumbuhan dimakan oleh fauna tanah,
maka dalam hal ini karbon yang terkandung dalam tumbuhan tersebut di transfer
ke konsumer. Di dalam sistem pencernaan fauna tanah, bahanbahan tersebut
akan diurasi. Kemudian karbon akan diserap sebagai nutrisi yang dimanfaatkan
oleh fauna tersebut.

2.3 Rantai dan Jaring-Jaring Makanan


Rantai makanan adalah jalur perpindahan energi dari suatu trofik ke tingkat
trofik berikutnya melalui proses makan dan dimakan.Jaring-jaring makanan
adalah sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan.Jaring- jaring
makanan sangat berpengaruh pada agroekosistem, karena dalam ekosistem
terdapat satu rantai makanan yang berhubungan dengan rantai makan yang lain
membentuk jaring-jaring makan yang rumit. Jadi dalam suatu ekosistem sangat
jarang ditemukan suatu jenis hewan yang memiliki satu jenis makanan, misalnya
ular yang tidak hanya makan tikus, tetapi juga makan katak dll. demikian
sebaliknya suatu jenis makahluk hidup tidak hanya dimakan oleh satu jenis
makhluk hidup yang lain. misalnya padi tidak hanya dimakan oleh burung saja,
tetapi dimakan belalang, dll. jika salah satu konsumen dan produsen di dalam
jaring jaring makanan dimusnahkan, maka akan berdampak pada makhluk hidup
lainnya(Pratikno et al., 2010).

2.4 Keseimbangan Agroekosistem


2.4.1 Indeks Nilai Penting
Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan kepentingan suatu jenis
tumbuhan serta peranannya dalam komunitas, dimana nilai penting pada
vegetasi tingkat pohon, tiang dan pancang didapat dari hasil penjumlahan
Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif
(DR) jadi rumus indeks nilai penting yaitu INP = KR + FR + DR (Nuraina
et al., 2018)
a. Kerapatan Jenis (Di) Merupakan jumlah tegakan jenis ke-1 dalam
suatu unit area. Kerapatan = (Individu / 0.2 Ha) * 5

b. Kerapatan Relatif (RDi) Merupakan perbandungan antara jumlah jenis


tegakan jenis ke-I dengan total tegakan seluruh jenis Frekuensi Jenis
(Fi) Yaitu peluang ditemukan suatu jenis ke-I dalam semua petak
contoh disbanding dengan jumlah total petak contoh yang dibuat.
KR = Kerapatan individu sejenis * 100%
Total kerapatan
c. Frekuensi Relatif (RFi) Merupakan perbandingan antara frekuensi jenis
ke-I dengan jumlah frekuensi seluruh jenis.
RFi= Frekuensi individu sejenis * 100%
Total frekuensi
d. Penutupan Jenis (Ci) Merupakan luas penutupan jenis ke-I dalam
suatu unit area tertentu.
e. Penutupan Relatif (RCi) Merupakan perbandingan antara penutupan
jenis ke-I dengan luas total penutupan untuk seluruh jenis.
Indeks nilai penting adalah jumlah nilai kerapatan relative jenis (RDi),
frekuensi relative jenis (RFi) dan penutupan relative jenis (RCi). Indeks
Nilai Penting memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau
peranan suatu jenis tumbuhan dalam komunitas. Indeks Nilai Penting
juga merupakan kepentingan yang menggambarkan pentingnya
peranan suatu jenis vegetasi dalam ekosistemnya.Beragamnya Indeks
Nilai Penting juga menunjukkan adanya pengaruh lingkungan tempat
tumbuh seperti kelembaban, suhu dan tidak mampu atau kalah
berkompetisi.
2.4.2 Prinsip Ekologi
Menurut Zoer’aini (2003) prinsip-prinsip Ekologi sebagai berikut :
a. Suatu ekosistem diatur dan dikendalikan secara alamiah
b. Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam
keadaan berimbang. Di atas kemampuan tersebut ekosistem tidak lagi
terkendali, dengan akibat menimbulkan perubahan-perubahan
lingkungan atau krisis lingkungan yang tidak lagi berada dalam
keadaan lestari bagi kehidupan organisme
c. Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling
mempengaruhi dan bersifat timbal balik.
d. Interaksi terjadi antara (a) Komponen-komponen biotik dengan
komponen-komponen abiotik (b) Sesama komponen biotik (c) Sesama
komponen-komponen abiotik
e. Interaksi senantiasa terkendali menurut suatu dinamika yang stabil,
untuk mnecapai suatu optimum mengikuti setiap perubahan yang
dapat ditimbulkan terhadapnya dalam ukuran batas-batas
kesanggupan
f. Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas disamping yang umum
dan secara bersama-sama dengan ekosistem lainnya mempunyai
peranan terhadap ekosistem keseluruhannya (biosfer)
g. Setiap ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
tempat, waktu dan masing-masing membentuk basis-basis perbedaan
diantara ekosistem itu sendiri sebagai cerminan sifat-sifat yang khas
h. Antara satu dengan lainnya, masing-masing ekosistem juga
melibatkan diri untuk memilih interaksinya pula secara tertentu.
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan fieldtrip dilaksanakan pada tanggal 25 November – 17
Desember yang dilaksanakan tiap minggu pukul 14.00 – 17.00 WIB di
Agroekosistem Sawah Desa Abar – Abir, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik,
Provinsi Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan

Aspek budidaya pertanian alat dan bahan yang digunakan berupa tali
rafia, alat pemotong berupa gunting, meteran jahit, alat tulis berupa pensil
bolpoin dan buku catatan dan kamera handphone.

Aspek hama dan penyakit tanaman alat dan bahan yang dibutuhkan
berupa spidol permanen, gelas mineral, kamera handphone, plastic, karung,
sekop, detergen.

Aspek Tanah alat dan bahan yang digunakan berupa frame dengan
ukuran 50 x 50 berupa pigora foto yang tak terpakai, sekop/cangkul, tas plastic,
Penggaris besi, Kamera handphone, alat tulis berupa bolpoin dan buku tulis, tali
raffia.

3.3 Metode Pelaksanaan

3.3.1 Analisis Vegetasi / Gulma

Analisis vegetasi dilakukan dengan cara mempelajari susunan (komponen jenis)


dan bentuk (struktur) vegetasi atau tumbuh-tumbuhan pada agroekosistem
sawah serta mengamati dan menghitung jumlahnya.Tiap vegetasi yang dijumpai
pada lahan sawah dihitung dan didokumentasikan.Vegetasi merupakan
kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup
bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan
suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.Sedangkan Gulma
merupakan tanaman yang tumbuh di sekitar tanaman utama yang keberadaanya
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman utama sehingga harus segera
dikendalikan agar tidak mengganggu kuantitas maupun kualitas dari tanaman
utama.

3.3.3 Pengamatan Kelembapan dan Suhu Udara

Kelembapan dan suhu udara dilakukan dengan cara melihat data BMKG pada
daerah gresik setiap minggu untuk mengetahui kelembapan udara dan suhu
pada daerah gresik, jawa timur, setelah itu data di masukkan pada table di
laporan.

3.3.6 Pengamatan Ketebalan Seresah

Pengamatan seresah dilakukan dengan cara meletakkan frame pigora 50 x 50


cm pada lokasi yang akan diamati.Setelah ditentukan frame disebar secara acak
sebanyak 10 frame tetapi karena saya hanya memiliki 5 sehingga bergantian dan
dilakukan 2 kali . frame dihitung ketebalanya dengan menekan seresah dengan
tangan dan diukur ketebalanya menggunakan penggaris besi lalu diukur
ketebalanya dan diperoleh datanya. Kekuatan menekan dan posisi yang
bervariasi menyebabkan tiap data ketebalan seresah yang didapatkan menjadi
berbeda – beda.

3.3.8 Pengamatan Biota Tanah

Pengamatan biota tanah dilakukan dengan cara mengamati dan menganalisa


tanah sawah desa abar – abir yang telah di batasi oleh plot. Setelah di amati jika
ditemukan biota tanah pada plot biota tanah di dokumentasikan.

3.3.10 Pengamatan Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan memilih tanaman secara acak


yang akan diamati untuk 4 minggu pengamatan. Setelah itu tanamanya, diukur
dengan penggaris , tali raffia dan meteran.Setelah diukur tingginya kemudian
datanya di catat dan dimasukkan ke laporan praktikum.

3.3.11 Pengamatan Sweepnet


Pengamatan sweepnet dilakukan dengan cara mengayunkan karung 3 kali
ayunan dengan alur membentuk seperti huruf U dan semakin melangkah
maju.Jika ada serangga yang ada di karung dimasukkan ke dalam kantong
plastik.

3.3.13 Pengamatan Pitfall

Pengamatan pitfall dilakukan dengan pertama menyiapkan gelas aqua yang


telah dilubangi.Melubangi tanah di pojok sawah dan memasukkan gelas aqua
yang telah diberi air dan detergen.Setelah di tunggu beberapa hari ditemukan
serangga atau tidak.Jika ditemukan serangga dimasukkan ke dalam kantong
plastic.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Wilayah

Desa Abar-Abir merupakan merupakan daerah yang termasuk dalam wilayah


kecamatan Bungah Kabupaten Gresik bagian utara. Desa ini masih terbilang
sangat subur untuk kegiatan pertanian, perkebunan bahkan pertambakan ikan.
Iklim merupakan salah satu hal yang menentukan kegiatan pertanian di desa ini.
Sebab masyarakat melakukan kegiatan bercocok tanam dengan
menggantungkan iklim. Musim hujan misalnya, masyarakat akan mulai bercocok
tanam padi, karena pengairan sawah bergantung pada air hujan.Desa Abar-Abir
bisa dibilang bukan termasuk desa yang terpencil. Sebab jarak desa ini dengan
Kecamatan Bungah hanya sekitar 2 kilometer. Butuh waktu yang tidak terlalu
lama untuk sampai ke Kecamatan Bungah, yakni kira-kira 10 menit. Sedangkan
dengan Kota Gresik yang tergolong pusat perokonomian masyarakat juga tidak
terlalu jauh yakni sekitar 7,5 kilometer atau sekitar 30 menit untuk sampai ke
Kota Gresik.Kondisi agroekosistem sawah terletak di luar desa Abar – Abir.Lahan
yang berada di desa ini tergolong masih banyak yang kosong sehingga
digunakan untuk agroekosistem sawah berupa sawah padi, labu , bahkan ada
perkembang biakkan ikan koi dan lele jadi satu dengan sawah. Agroekosistem
yang saya amati tanahnya basah dikarenakan pengamatan dilaksanakan pada
musim hujan, Vegetasi yang menjadi tanaman utama adalah padi, selain itu
terdapat banyak tanaman sela maupun gulma yang terdapat di lokasi
tersebut.Hama dan penyakit tanaman ada beberapa ditemukan serangga dan
hama di agroekosistem sawah

Letak Kelurahan Titi Papan berada di Kelurahan Titi papan Kecamatan Deli Kota
Medan, Sumatera Utara. Kelurahan Titi Papan memiliki 16 Lingkungan yang
tersebar diwilayah kelurahan Titi Papan. Masing masing lingkungan dikepalai
oleh seorang kepala lingkungan. Kondisi Agroekosistem berupa agroekosistem
perkarangan rumah yang tanahnya lembab karena jika ditetapkan konsistensi
untuk kondisi lembab dan kering ditentukan dengan meremas segumpal tanah.
Apabila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dinyatakan
berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak.Vegetasi di
agroekosistem perkarangan terdiri dari banyak tanaman pot dan jumlahnya lebih
banyak dari pada agroekosistem sawah. Tanah pada agroekosisem perkarangan
lebih kering berupa tanah yang lembab sedangkan agroekosistem sawah yang
tanahnya terasa lebih gempur dan basah.Hama dan penyakit tanaman di
Agroekosistem sawah lebih banyak dan bervariasi dari pada agroekosistem
perkarangan

4.2 Hasil Pengamatan


4.2.1 Analisis Vegetasi
No Lokasi Nama umum Nama ilmiah Jumlah
1. Desa Abar Abir Padi Oriza sativa 445
Pisang Musa parasidiaca 27
Cabai Capsicum frutescens 6
Labu Cucurbita 1
Rumput Poaceae 45
Putri malu Mimosa pudic 11

2. Desa Titi Papan Bunga Kertas Bougainvillea 2


Tanaman Jeruk purut Citrus hystrix 2
Tanamanjambu Psidium guajava 1
Tanaman anggur Vitis vinifera 1
Cabe Rawit Capsicum frutescens L 1
Kamboja Plumeria 2
Tanamantalas Colocasia esculenta 1
Bunga cendrawasih Strelitzia reginae 1
Bunga beludru Amaranthus caudatus 2
Bunga keladi Caladium 1
Pandan Pandanus amaryllifolius 1
Kari pulih Murraya koenigii 1
Paria/pare Momordica charantia 1
Kunyit Curcuma longa 1
Lidah buaya Aloe vera 1

Dari hasil identifikasi vegetasi pengamatan mandiri dan pembanding berupa


agroekoteknologi sawah dan perkarangan. Agroekosistem sawah ditemukan
vegetasi padi sebagai tanaman pokok dan yang paling dominan serta berjumlah
terbanyak pada agroekosistem, yang lain berupa tanaman sela seperti putri malu
, labu, cabai, pisang sedangkan rumput sebagai gulma.

Sedangkan agroekosistem perkarangan ditemukan beragam vegetasi


diantaranya bunga kertas , jeruk purut, kamboja, bunga beludru yang dominan
berjumlah 2 pot sedangkan lainya berjumlah 1diantaranya tanaman jambu,
anggur, cabe rawit, talas, bunga cendrawasih, bunga keladi, pandan, kari pulih,
pare, kunyit, dan lidah buaya.Untuk vegetasi dapat terlihat biodiversitas lebih
banyak agroekosistem pembanding yaitu perkarangan dari pada agroekosistem
sawah namun untuk jumlah tanaman lebih banyak agroekosistem sawah.

4.2.2 Kelambapan dan Suhu Udara


No Lokasi Suhu (celcius) Kelembapan(%) Minggu ke
1 Desa Abar Abir 33 66 1
Pada sore hari 34 64 2
35 66 3
36 65 4
2 Desa Titi Papan 32 67 1
Pada sore hari 32 67 2
31 65 3
32 67 4
Dari data diatas terlihat bahwa Suhu pada Desa Abar Abir Kota Gresik, Jawa
Timur lebih panas dan suhunya lebih tinggi dengan suhu perminggunya pada
sore hari 33,34,35,36 derajat celcius Sedangkan kelembapan lebih lembab di
Desa Titi Papan dengan kelembapan perminggunya pada sore hari berturut turut
67,67,65,67 persen.

4.2.3 Ketebalan Seresah


Minggu Titik Ketebalan
1 1 10 cm
2 12 cm
3 15 cm
4 14 cm
5 15 cm
6 16 cm
7 16 cm
8 16 cm
9 10 cm
10 14 cm
Rata-rata 13.8 cm

2 1 12 cm
2 12 cm
3 15 cm
4 14 cm
5 10 cm
6 16 cm
7 11 cm
8 16 cm
9 13 cm
10 14 cm
Rata-rata 13,3cm

3 1 14 cm
2 10 cm
3 13 cm
4 14 cm
5 12 cm
6 16 cm
7 11 cm
8 16 cm
9 10 cm
10 12 cm
Rata-rata 12,8 cm

4 1 9 cm
2 10 cm
3 12 cm
4 14 cm
5 15 cm
6 16 cm
7 16 cm
8 14 cm
9 9 cm
10 14 cm
Rata-rata 12,9cm

Setelah dilakukan pengamatan seresah diperoleh data ketebalan seresah yang


dilakukan tiap minggu dan rata rata ketebalan terbesar pada minggu pertama.
Untuk Agroekosistem pembanding tidak melakukan pengamatan ketebalan
seresah dikarenakan agroekosistem berupa perkarangan rumah.
4.2.4 Tinggi Tanaman
No Lokasi Nama umum Nama ilmiah Tinggi (cm)
1. Desa Abar Abir Padi Oriza sativa 110
Pisang Musa parasidiaca 340
Cabai Capsicum frutescens 16
Labu Cucurbita 89
Rumput Poaceae 52
Putri malu Mimosa pudic 35

2. Desa Titi Papan Bunga Kertas Bougainvillea 58


Tanaman Jeruk purut Citrus hystrix 154
Tanamanjambu Psidium guajava 95
Tanaman anggur Vitis vinifera 153
Cabe Rawit Capsicum frutescens L 95
Kamboja Plumeria 90
Tanamantalas Colocasia esculenta 93
Bunga cendrawasih Strelitzia reginae 84
Bunga beludru Amaranthus caudatus 89
Bunga keladi Caladium 84
Pandan Pandanus amaryllifolius 85
Kari pulih Murraya koenigii 82
Paria/pare Momordica charantia 99
Kunyit Curcuma longa 118
Lidah buaya Aloe vera 104

Tinggi tanaman pada agroekosistem sawah paling tinggi adalah tanaman pisang
dengan tinggi 340 cm dan yang paling pendek tingginya tanaman cabai dengan
tinggi 16 cm.Sedangkan pada agroekosistem perkarangan paling tinggi tanaman
jeruk purut dengan tinggi 154 cm dan tanaman bunga kertas paling pendek
tanaman bunga kertas dengan tinggi 58 cm.

4.2.5 Keragaman Arthropoda


Insecta
No Nama Umum Nama Ilmiah Peran
1 Semut Ochetellus Sebagai musuh alami
2 Capung Anisoptera Sebagai musuh alami
3 Kumbang Coleoptera Sebagai musuh alami

4 Lalat Musca Domestica Sebagai Hama

5 Nyamuk Culicidae Sebagai musuh alami


6 Laba Laba Parasteatoda tepidariorum Sebagai musuh alami

Pada Agroekosistem sawah ditemukan semut dengan metode pitfall. Capung


,Lalat , nyamuk ditemukan dengan metode sweepnet sedangkan laba laba dan
kumbang ditemukan pada permukaan tanah

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Biodiversitas Tanaman terhadap Agroekosistem
Biodiversitas tanaman atau keragaman tanaman yang ditemukan pada
agroekosistem sawah berupa tanaman padi sebagai tanaman utama yang
sengaja di kembang biakkan untuk produksi beras, pisang sebagai tanaman sela
yang tumbuh dengan sendirinya, cabai sebagai tanaman sela yang tumbuh
dengan sendirinya, rumput sebagai gulma yang berkompetisi dengan padi dalam
unsur hara air dan nutrisinya sehingga harus dikendalikan agar tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman utama , putri malu sebagai tanaman sela
yang tumbuh dengan sendirinya.Sedangkan pada agroekosistem perkarangan
rumah ditemukan tanaman bunga kertas, jeruk purut, jambu, anggur, cabe rawit,
kamboja, talas, bunga cendrawasih, bunga beludru, bunga keladi, pandan, kari
pulih, pare, kunyit dan lidah buaya yang semua tanaman berperan sebagai
tanaman utama yang sengaja dikembang biakkan.

4.3.2 Pengaruh Komponen Abiotik terhadap Agroekosistem


1.Seresah
Seresah yang ditemukan pada agroekosistem sawah memiliki peran sebagai
bahan yang diuraikan oleh cacing tanah anesik dengan proses bioturbasi dengan
cara seresah yang berada di permukaan tanah akan dihancurkan oleh cacing
ektodemik dan hancuran seresah di bawa ke dalam tanah oleh cacing anesik
menjadi bahan organik tanah sehingga menyuburkan tanah dan baik bagi
tanaman di agroekosistem tersebut.Selain itu petani mengatakan jika ada
seresah tanamannya tumbuh lebih baik dan tidak mudah mengalamai gagal
panen.

2.Cahaya matahari
Seperti yang kita tahu cahaya matahari berperan sebagai sumber energi yang
membantu tanaman melakukan proses fotosintesis sehingga bahan bahan untuk
fotosintesis dapat diolah seperti karbondioksida (CO2), air (H2O) menjadi
karbohidrat (C6H12O6) untuk nutrisi tanaman itu sendiri dan terkadang disimpan
menjadi buah,O2 yang dilepaskan tanaman ke udara lepas untuk kita bernafas.
3. Air
Air pada tanah berfungsi sebagai pelarut bagi masuknya mineral – mineral yang
berasal dari tanah sehingga tanaman dapat melakukan reaksi metabolik.Selain
itu air juga dibutuhkan tanaman untuk proses fotosintesis tanaman.

4.3.3 Peran Arthropoda dan Biota Tanah pada Agroekosistem


1. Capung, Laba – laba, Nyamuk
Capung, Laba-laba dan nyamuk berperan untuk membantu penyerbukan
tanaman. Proses ini terjadi secara alami dan membantu tumbuhan melakukan
penyerbukan lebih cepat
2. Kumbang
Serangga yang satu ini tergolong ordo cleoptera yang berperan sebagai
serangga predator yaitu memangsa serangga hama seperti lalat buah
3. Semut dan cacing
Semut dan cacing memiliki peran sebagai denitrivor pada agroekosistem yang
berperan untuk membantu penguraian bahan bahan organik dari sisa tanaman
yang berada di permukaan tanah.

4.3.4 Perbandingan Keseimbangan Kondisi Agroekosistem pada Kedua Lokasi


Agroekosistem sawah mengalami keseimbangan ekosistem Karena semua
komponen biotik dan komponen abiotik saling berinteraksi sehingga memberikan
pengaruh satu sama lain seperti tanaman padi yang dibantu penyerbukan oleh
capung, terjadi rantai makanan pada ekosistem sawah sehingga salah satu
hewan tidak merajalela dan jumlahnya stabil. Agroekosistem perkarangan rumah
juga agroekosistemnya seimbang karena pada lingkungan perkarangan interaksi
antara komponen biotik dan abiotik terjadi secara alami serta terkendali kondisi
lingkunganya serta di lingkungan perkarangan rumah tidak terjadi interaksi yang
melampaui batas normal atau krisis.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan di agroekosistem sawah dapat
disimpulkan bahwa faktor biotik dan abiotik seperti tanaman utama, tanaman
sela, gulma, hama, hewan, air, suhu, cahaya, kelembapan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman utama.Interaksi biotik akan menimbulkan rantai makanan
sehingga terjadi biodiversitas atau semakin beragam komponen biotiknya yang
akan menyebabkan semakin baik kondisi lingkungan agroekosistem meskipun
lingkunganya mengalami perubahan sehingga agroekosistem menjadi lebih
seimbang.

5.2 Saran
Agroekosistem sawah tempatnya yang agak jauh dari tempat tinggal
sehingga membutuhkan waktu sebelum ke tempat pengamatan, selain itu luas
sawah yang sangat luas menyebabkan pengamatan menjadi lama dan agak sulit
dilaksanakan karena dilaksanakan secara individu.

DAFTAR PUSTAKA

Rusna, I. 2008. Karakteristik Zone Agroekosistem dan Kesesuaian Lahan di


Lereng Selatan Gunung Batukaru Kabupaten Tabanan. Jurnal Media Bumi
Lestari 8 (1).
Adnyana, I. 2006. Teknologi Zone Agroekologi dalam Pembangunan Pertanian
Berwawasan Lingkungan dalam Jurnal Media BUMI LESTARI 6 (1).

Imran, S. 2009. Hubungan Suhu dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta. Raja


grafindo Persada.

Suci, Citra Wulan dan Suwasono Hedi. 2018. Pengaruh Intensitas Cahaya
terhadap Keragaman Tanaman Puring. Jurnal Produksi Tanaman 6 (1) : 161 –
169.

Herlinda, Siti, Waluyo, Estuningsih, Chandra Ihsan. 2008. Perbandingan


Keanekaragaman Spesies dan Kelimpahan Arthropoda Predator Penghuni
Tanah di Lebak yang Diaplikasi dan Tanpa Aplikasi Insektisida. Jurnal Entomol 5
(2) : 96 – 107.

Kusuma, Riska Dwi, Fatchur Rohman, Istamar Syamsuri. 2018. Pengembangan


Atlas Keanekaragaman Hayati Berbasis Potensial Lokal untuk SMK Jurusan
Pertanian. Jurnal Pendidikan 3 (3) : 296 – 301.

Cahyono, B. 2007. Pisang: Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta.


Kanisius.

Pratikno, B., Wiji, Sunarsih. 2010. Model Dinamis Rantai Makanan Tiga Spesies.
Jurnal Matematika 13 (3) : 151-158.

Nuraina, Ismi, Fahrizal, Hari Prayogo. 2018. Analisa Komposisi dan


Keanekaragaman Jenis Tegakan Penyusun Hutan Tembawang Jelomuk di Desa
Meta Bersatu Kecamatan Sayan Kabupaten Melawi. Jurnal Hutan Lestari 6 (1) :
137 – 146.

Zoer’aini, D. I. 2003. Prinsip – Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem


Komunitas dan Lingkungan. Jakarta. Sinar Grafika Offset.
Sowasono, H. 2001. Biologi Pertanian. Jakarta. Rajawali Press.
Soedarto. 2008. Parasitologi . Surabaya. Universitas Airlangga.
LAMPIRAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG FAKULTAS PERTANIAN

LOGBOOK KONSULTASI LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI


PERTANIAN 2020
Komoditas : ………………………………………………………
Kelas : ………………………………………………………
Asisten : ……………………………………………………...
No Hari dan Tanggal Catatan Dokumentasi
Konsultasi (Screenshot
kegiatan
konsultasi)
1
2
3
4
5
6
7

Anda mungkin juga menyukai