Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TERSTUKTRUR FISOLOGI HEWAN I

Digesti dan Simbiosis Mikroba terhadap Kebutuhan Nutrisi Insekta

Oleh :
Maretra Anindya P. (B1J013090)
Iis Islamiyah

(B1J013092)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

I.

PENDAHULUAN

Serangga menempati lebih dari separuh kehidupan makroskospis


organisme dan setengahnya tergolong serangga herbivora. Serangga herbivora
ditemukan pada 8 ordo dari 30 ordo serangga yaitu Coleoptera, Diptera,
Hemiptera, Hymenoptera, Lepidoptera, Orthoptera, Phasmida, dan
Thysanoptera. Seperti binatang lainnya, serangga herbivora makan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya untuk pertumbuhan, reproduksi, dan bertahan
hidup. Perbedaan kebutuhan nutrisi menggambarkan kebutuhan makan
serangga secara alami. Nutrisi dideskripsikan sebagai bahan kimiawi yang
dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhannya, perawatan jaringan,
reproduksi dan energi (Borror, 1996).
Serangga memakan hampir segala zat organik yang terdapat di alam,
dan sistem-sistem pencernaan mereka menunjukkan variasi yang besar.
Saluran pencernaan adalah suatu buluh, biasanya berkelok, yang memanjang
dari mulut sampai anus. Sistem percernaan ini sangat beragam tergantung
macam-macam makanan yang dimakan. Kebiasaan-kebiasaan makan bahkan
mungkin sangat beragam pada satu jenis tunggal. Larva dan serangga dewasa
mempunyai kebiasaan makan yang sama sekali berbeda dan hal ini tentu akan
menyebabkan perbedaan dalam sistem-sistem pencernaan (Hariani, 2011).
Pada umumnya serangga memiliki kebutuhan nutrisi sama seperti
binatang lain. Zat-zat nutrisi yang dibutuhkan serangga pada umumnya
digolongkan menjadi karbohidrat, asam amino dalam protein, lipid dalam lemak,
air, dan beberapa vitamin. Keseimbangan nutrisi sangat penting pada semua
penelitian serangga. Serangga merespon ketidakseimbangan nutrisi dalam tiga
cara:
1. Serangga dapat merubah jumlah total makanan yang dicerna,
2. Serangga dapat pindah dari satu makanan ke makanan lain dengan
keseimbangan nutrisi yang berbeda, dan
3. Serangga dapat mengatur efektifitas nutrisi (Genc, 2006)
Lima parameter indeks nutrisi yang umum dipakai dan dapat
menggambarkan kinerja serangga diantaranya :
1. Laju konsumsi (Consumption Rate/CR)
2. Laju pertumbuhan (Growth Rate/ GR)
3. Perkiraan jumlah makan yang dicerna (Approximate Digestibility/AD)
4. Efisiensi konversi makanan yang dicerna (Efficiency of Conversion of
Digested food/ ECD)
5. Efisiensi konversi makanan yang dimakan (Efficiency of Convesion of
Ingested) (Waldbauer, 1968).
Serangga akan tumbuh dan berkembang dengan normal apabila
mendapatkan pakan dengan jumlah yang cukup baik kualitasnya. Kualitas
pakan banyak ditentukan oleh mutu gizi pakan tersebut, sedangkan mutu gizi
pakan ditentukan oleh nutrisi yang terkandung di dalamnya. Pakan yang
dikonsumsi oleh serangga harus memenuhi kebutuhan serangga terhadap
nutrisi yang sangat kompleks. Meskipun nutrisi yang diperlukan oleh serangga
harus terkandung di dalam pakannya namun ada beberapa nutrisi dapat
diperoleh dari sumber lain yaitu melalui simbiosis dengan mikroorganisme
(Chapman, 1998).

II.

PEMBAHASAN

II.1 Digesti pada Serangga


Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga bagian utama:
1. Saluran pencernaan depan (Stomodeum)
Stomodeum atau usus depan (foregut) terdiri dari faring (pharynx),
oesofagus (oesophagus) dan tembolok (crop). Saluran ini berfungsi sebagai
penyimpan makanan dan sedikit melakukan pencernaan. Pencernaan pada
tempat ini disebabkan masih adanya enzim-enzim yang terbawa dari mulut.
Pada serangga yang memakan makanan padat kerapkali ada organ penghalus
(grinding organ) disebut proventrikulus (proventriculus atau gizzard).
Proventrikulus itu khususnya berkembang baik pada serangga Ordo
Orthoptera, misalnya belalang, lipas dan rayap.
2. Saluran pencernaan tengah (Mesenteron)
Mesenteron atau usus tengah (midgut) berfungsi sebagai pencerna dan
penyerap makanan. Proses pencernaan makanan terutama terjadi di dalam
midgut di mana sel-sel epitelium menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan
juga menyerap makanan yang sudah dicerna. Mesenteron berasal dari
mesodermal sehingga saluran ini tidak memiliki kutikula dan sebagai gantinya
adalah lapisan peritropik yang halus. Otot-otot pada saluran ini berkembang.
Secara umum mesenteron terdiri dari dua bagian, yaitu dari depan
kantung gastrik (gastric caeca) dan ventrikulus (ventriculus). Di ventrikulus,
pada sebagian besar jenis serangga, terdapat membran peritrofik yang
memisahkan epitel dan makanan. Pergerakan makanan ke saluran belakang
pada saluran ini lebih disebabkan oleh membran peritropik. Membran peritropik
adalah suatu lapisan yang meliputi lumen untuk melindungi sel-sel kolumnar
yang berada di bawahnya dari makanan dan mikroba. Membran peritrofik juga
melindungi sel-sel epitel terhadap kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh
abrasi atau gesekan bahan makanan.
Lumen memiliki mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel yang
dapat membentuk started border. Mikropili ini juga berfungsi memperbesar luas
permukaan penyerapan. Pada sel-sel ini terdapat banyak mitokondria sebagai
penghasil energi (ATP) untuk pergerakan makanan. Pada sel ini juga terdapat
banyak retikulum endoplasma sebagai tempat sintesis protein untuk
menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
3. Saluran pencernaan belakang (Proktodeum)
Saluran pencernaan belakang atau hindgut berfungsi sebagai tempat
pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak terserap dan memaksimalisasi
penyerapan sisa makanan yang tidak terserap pada saat di mesenteron seperti
air, garam-garam dan bahan-bahan lain yang berguna (Borror, 1996).
Saluran pencernaan belakang ini berasal dari jaringan ektodermal
sehingga saluran ini memiliki kutikula yang disebut intima. Pada saluran inilah
sifat homeostasis serangga terdapat. Bagian- bagian dari proktodeum secara
berurutan adalah pilorus yang merupakan katup otot, ileum, kolon (colon) dan
rektum (rectum). Di ujung rektum terdapat anus (Borror, 1996).
Serangga memiliki dua jenis pencernaan yaitu:
1. Pencernaan Di Luar Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion)
Jenis pencernaan dimana makanan sebelum masuk ke dalam perut
terlebih dahulu telah mendapat perlakuan pencernaan sebelumnya. Karena iar
liur mengandung enzim, seringkali pencernaan dimulai sebelum makanan

ditelan. Hal ini terjadi pada serangga-seranggga pengisap cairan. Enzim


disemprotkan pada makanan sehingga larut sebelum ditelan.
2. Pencernaan Di Bagian Dalam Usus (Intrainstestinal Digestion)
Jenis pencernaan ini kebanyakan dilakukan oleh mahluk hidup dimana
pencernaan terjadi di dalam perut setelah makanan dimakan. Saluran
pencernaan berperan terutama untuk pencernaan dan penyerapan makanan.
Pada umumnya pencernaan terjadi sebagian besar di dalam usus bagian
tengah, dimana enzim-enzim pencernan bayak diproduksi. Enzim-enzim ini
berfungsi memecahkan substansi yang kompleks di dalam makanan menjadi
subtansi yang lebih sederhana sehingga dapat diserap dan kemudian
diasimilasi oleh serangga. Kebanyakan serangga tidak memiliki enzim yang
dapat memecahkan selulosa yang biasanya terdapat didalam makanan
serangga. Dalam proses pencernaan dan penyerapan makanan ini, kerja enzim
secara optimal dipengaruhi oleh kisaran pH dan suhu (Borror, 1996).
2.2 Kebutuhan Nutrisi pada Serangga
Keseimbangan nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
asam amino, berhubungan dengan makanan alami dari serangga. Serangga
predator memiliki kebutuhan asam amino yang tinggi sama seperti karbohidrat,
yang dibutuhkan adalah kandungan protein dari jaringan binatang mangsa.
Serangga herbivora secara umum membutuhkan jumlah yang hampir setara
antara protein, asam amino dan karbohidrat seperti Orthoptera, Coleoptera, dan
Lepidoptera. Serangga pengorok atau serangga gudang memiliki kebutuhan
karbohidrat yang tinggi. Kebutuhan nutrisi serangga dapat berubah sewaktuwaktu, tergantung pada pertumbuhan, reproduksi, diapauses atau perpindahan.
Biasanya serangga pada fase larva awal membutuhkan kandungan nitrogen
yang tinggi dibandingkan pada fase akhir (Handayani, 2008).
Serangga herbivora, seperti serangga dan binatang lainnya, memiliki
kemampuan untuk biosintesis beberapa nutrisi, hampir seluruh nutrisi yang
dibutuhkan serangga tersebut diperoleh dari tanaman inang. Nutrisi yang tidak
bisa disintesis secara endogenous (di dalam tubuh serangga) dikelompokkan
menjadi nutrisi esensial. Sementara yang dapat diproduksi sendiri
dikelompokkan dalam nutrisi non-esensial (Handayani, 2008).
Karbohidrat secara umum merupakan sumber energi, meskipun tidak
terlalu dibutuhkan tetapi karbohidrat diperlukan untuk pertumbuhan normal.
Kebutuhan akan karbohidrat dapat digantikan oleh protein dan lemak yang
disesuaikan dengan jenis penggunaan dan perubahan energi oleh serangga.
Lipid merupakan asam lemak yang mempunyai fungsi spesifik. Asam lemak
bagi serangga memicu untuk oviposisi. Lemak dan asam-asam lemak
merupakan sumber energi untuk menyusun cadangan lemak dan glikogen.
Serangga membutuhkan lemak untuk pertumbuhan normal dan reproduksi.
Selain itu lemak juga penting untuk pembentukan membran dan sintesa hormon
(Chapman, 1998).
Protein tanaman merupakan sumber dominan dari asam amino.
Serangga membutuhkan protein untuk kebutuhan strukturalnya, sebagai enzim,
reseptor, untuk kebutuhan transport dan penyimpanan (Chapman, 1998).
Beberapa serangga mencerna protein dari makanan untuk mendapatkan asam
amino. Asam amino merupakan senyawa kimia pembentuk protein yang
diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal bagi kelangsungan hidup
serangga. Walaupun terdapat 20 macam asam amino tetapi hanya 10 asam

amino yang dibutuhkan dalam pakan serangga. Serangga herbivora


menggunakan asam amino untuk menyusun protein, yang digunakan untuk
kebutuhan struktural, sebagai enzim, untuk transport dan penyimpanan, atau
sebagai reseptor molekul. Asam amino tunggal juga penting untuk fungsi
fisiologis. Sebagai contoh, tirosin penting untuk pembentukkan kultikula,
triptopan digunakan untuk pembentukkan pigmen, glutamate berguna sebagai
neurotransmitter, dan untuk beberapa serangga herbivora prolin penting
sebagai sumber energi (Behmer, 2006).
Esensial
Arginin
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Metionin
Fenilalanin
Treonin
Triptopan
valin

Non-esensial
Alanin
Asparagin
Aspartat
Sistin
Glutamate
Glisin
Histidin
Prolin
Serin
Tirosin

Secara umum ketiadaan salah satu asam amino esensial akan


menghambat pertumbuhan, dan beberapa asam amino non-esensial juga
dibutuhkan. Walaupun terdapat beberapa asam amino non-esensial,
pertumbuhan optimal biasanya hanya terjadi saat ada campuran yang baik
antara asam amino esensial (Gunduz, 2009).
Vitamin yang diperlukan diantaranya adalah provitamin A (Beta karoten)
yang merupakan kebutuhan nutrisi dalam pakan untuk semua serangga yang
berfungsi untuk pembentukan pigmen. Apabila serangga kekurangan vitamin ini
maka akan memperlambat proses pembentukan pigmen dan pergantian kulit,
selain itu serangga akan berukuran kecil dan kurang aktif. Vitamin lain yang
diperlukan adalah vitamin E yang berfungsi memperbaiki fekunditas dari
serangga jenis ngengat dan kumbang (Chapman, 1998).
2.3. Pengaruh Simbiosis Mikroba terhadap Kebutuhan Nutrisi Serangga
Banyak serangga memperoleh kebutuhan nutrisi dari asosiasi terusmenerus dengan mikroorganisme yang mensintesis beragam nutrisi penting
atau mencerna dan detoksifikasi makanan yang dikonsumsi. Asosiasi ini
disebut simbiosis (Douglas, 2009).
Simbioisis mikroorganisme dengan serangga pemakan getah tanaman
menyediakan asam amino esensial terhadap pemenuhan kebutuhan asam
amino serangga. Selain itu mikroorganisme berperan penting terhadap
degradasi selulosa pada kebanyakan serangga dan penyediaan vitamin B pada
serangga pemakan darah (Douglas, 2009).
Beberapa serangga seperti hemiptera penghisap cairan tumbuhan,
pemakan kayu (rayap), kecoa, semut, bersimbiosis dengan mikroorganisme
baik intra maupun ekstraselular. Serangga predator pada umumnya tidak
mempunyai simbiont. Mikroorganisme tersebut disebut simbiont karena mereka
tergantung dari serangga inangnya. Mereka termasuk bakteria, yeast, fungi
bersel tunggal atau protista dan diduga berperan dalam nutrisi dari inangnya

dengan membantu dalam sintesis dan/atau metabolisme sterol, vitamin,


karbohidrat dan asam amino. Sebagai contoh beberapa jenis semut
(Formicidae) mampu untuk membudidayakan jamur. Semut memakan jamur
yang tumbuh pada daun-daun yang mereka kumpulkan di dalam sarangnya
(fungus garden) (Borror, 1996).

III.

KESIMPULAN

Nutrisi yang dibutuhkan oleh serangga meliputi karbohidrat, protein, lemak,


vitamin dan asam amino. Kebutuhan nutrisi pada serangga berbeda pada
masing-masing spesies dan dapat berubah sewaktu-waktu, tergantung pada
pertumbuhan, reproduksi dan perpindahan.
Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga bagian utama , yaitu
stomodeum (foregut), mesenteron (midgut), proktodeum (hindgut).
Serangga memiliki dua jenis pencernaan, yaitu pencernaan di luar saluran
usus (Ekstrainstestinal Digestion) dan pencernaan di dalam saluran usus
(Intraintestinal Digestion).
Banyak serangga memperoleh kebutuhan nutrisi dari simbiosis dengan
mikroorganisme yang mensintesis beragam nutrisi penting atau mencerna
dan detoksifikasi makanan yang dikonsumsi..
IV.

DAFTAR REFERENSI

Behmer, S. 2006. Insect Dietary Needs: Plants as Food for Insect. Department
of Entomology. Texas: Texas A&M University, College Station.
Borror, D. J., C.A.Tripllehorn, dan N.F.Johnson,. 1996. Pengenalan Pelajaran
Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Chapman, R. F. 1998. The Insects: Structure and Function 4th editions.
Australia: Cambridge University Press. p 69-72.
Douglas, A.E. 2009. The Microbial Dimension in Insect Nutritional Ecology.
Journal of Functional Ecology, 23: 38-47.
Genc, Hanife. 2006. Ecology. General Principles of Insect Nutritional. Trakya
University. Journal of Science, 7 (1): 53-57.
Gunduz, E. Akman and A.E. Douglas. 2009. Symbiotic Bacteria Enable Insect to
Use A Nutritionally Inadequate Diet. Journal of Biological Sciences, 276:
987-991.
Handayani, Fitria Dwi. 2008. Biologi Carpophilus hemipterus L. (Coleoptera:
Nitidulidae) pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya.
Hariani, Nova, Intan Ahmad, dan Resti Rahayu. 2011. Efisiensi Makan
Spodoptera exigua (Lepidoptera, Noctuidae) pada Bawang Daun, Sawi
Hijau dan Seledri di Laboratorium. Jurnal Natur Indonesia, 14 (1): 86-89.
Waldbauer, G.P. 1968. The Consumption and Utilization of Food by Insect.
Advan. Insect Physiol 5 : 229-288.

Anda mungkin juga menyukai