Anda di halaman 1dari 29

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi.
Dalam jumlah, mereka melebihi semua hewan melata daratan lainnya dan
praktis mereka terdapat dimana-mana.
Banyak sekali serangga yang bermanfaat bagi manusia, tanpa mereka
manusia tidak akan berada dalam bentuk sekarang ini. Bermanfaat mulai dari
proses penyerbukan, sebagai makanan, hingga sebagai bahan dalam bidang
penelitian dan kedokteran. Dan yang sangat pentingnya adalah serangga
sebagai pemakan bahan organik yang membusuk, sehingga membantu
merubah tumbuhan dan hewan yang mati menjadi zat-zat yang lebih
sederhana dan dikembalikan ke tanah.
Sebaliknya, banyak serangga adalah berbahaya atau sebagai perusak.
Mereka menyerang berbagai tumbuh-tumbuhan yang sedang tumbuh,
termasuk tanaman yang bernilai bagi manusia dan makan tumbuh-tumbuhan
tersebut. Serangga menyerang harta benda manusia, termasuk rumah-rumah,
pakaian, persediaan makanan, menghancurkan, merusak dan mencemarinya.
Mereka menyerang manusia dan hewan, banyak serangga adalah agen-agen
dalam penularan berbagai penyakit.
Berdasarkan dua kepentingan yang saling bertolak belakang tersebut di
atas maka sudah menjadi kewajiban kita untuk memikirkan bagaimana
mengendalikan mahluk yang bernama serangga ini agar fungsinya tetap dapat
dirasakan sedangkan kerugian karena kehadiran mereka dapat dihindarkan.
Oleh karena itu ilmu mengenai serangga khususnya fisiologi serangga dapat
digunakan

sebagai

dasar

pengetahuan

bagaimana

serangga

dapat

dikendalikan. Khusus untuk itu dalam tulisan ini disajikan bagian berbagai
fisiologi dari serangga yaitu sistem pencernaan, system respirasi, system

peredaran darah, system syaraf, system gerak, dan system eksresi pada
serangga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu fisiologi serangga?
2. Apa saja sistem-sistem yang ada pada serangga?

C. Tujuan
1. Mengetahui maksud fisiologi serangga.
2. Mengetahui apa saja sistem-sistem yang ada pada tubuh serangga.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pencernaan Serangga


Serangga makan hampir segala zat organik yang terdapat di alam, dan
sistem-sistem pencernaan mereka menunjukkan variasi yang besar. Saluran
pencernaan adalah suatu buluh, biasanya berkelok, yang memanjang dari
mulut sampai anus. Sistem percernaan ini sangat beragam tergantung macammacam makanan yang dimakan. Kebiasaan-kebiasaan makan bahkan
mungkin sangat beragam pada satu jenis tunggal.
1.

Stuktur Umum
Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga bagian utama
yaitu: saluran pencernaan depan (Stomodeum), saluran pencernaan tengah
(Mesenteron), saluran pencernaan belakang (Proktodeum).

Saluran-

saluran pencernaan tersebut berasal dari turunan yang berbeda, saluran


pencernaan depan dan belakang berasal dari jaringan ektodermal dan
saluran pencernaan tengah berasal dari jaringan endodermal. Bentuk
saluran pencernaan ini dipengaruhi oleh cara makan dan makanan
serangga, sehingga hal ini akan menyebabkan adanya perbedaanperbedaan

(penyesuaian-penyesuaian)

diantara

bentuk

pencernaan

serangga.
Pada banyak serangga bagian-bagian utama ini terbagi menjadi bagian
lain dengan berbagai fungsi yaitu faring, esofagus, crop dan proventrikulus
pada saluran pencernaan bagian depan, ventrikulus pada bagian
pencernaan tengah, dan pirolus, illeum serta rektum pada pencernaan
bagian belakang. Beberapa sistem yang mendukung fungsi sistem
pencernaan adalah sistem syaraf pusat, sistem syaraf stomatogastik, sistem
endokrin dan sistem pernapasan. Serangga dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok yaitu: Fitophagus, yaitu serangga pemakan tumbuhan,

segala sesuatu yang berasal atau dihasilkan oleh tumbuhan. Zoophagus,


yaitu serangga pemakan hewan lain baik vertebrata maupun invertebrata.
Serangga yang bersifat predator dan parasit termasuk ke dalam kelompok
ini. Saprophagus, yaitu serangga pemakan materi organik atau organisme
lain yang telah mati. Omnivorus, yaitu serangga pemakan hewan maupun
tumbuhan.

System pencernaan pada serangga


2. Saluran Pencernaan Depan
Pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran
pencernaan bagian depan dilapisi kutikula yang disebut intima, yang
dilepaskan setiap pergantian kulit. Saluran pencernaan depan lebih
berfungsi sebagai penyimpan makanan dan sedikit melakukan pencernaan.
Pencernaan pada tempat ini disebabkan masih adanya enzim-enzim yang
terbawa dari mulut.
Saluran pencernaan depan tersusun dari otot-otot yang memanjang
(longitudinal), otot-otot melingkar (circular), sel-sel ephitelium yang pipih,
sel-sel yang bersifat impermeable. Akibat pergerakan otot-otot melingkar
dan longitudinal menyebabkan makanan dapat bergerak ke saluran tengah.
Saluran pencernaan depan terdiri dari beberapa bagian dan fungsi sebagai
berikut:

Rongga mulut sebagai masuknya makanan

Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah rongga


mulut yang berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus. Otototot yang menempel pada faring berkembang dengan baik, hal ini
sesuai dengan perannya yang mendorong makanan dari mulut ke
oesophagus. Pada serangga dengan tipe menusuk dan mengisap pada
faring terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk mengambil cairan.

Oesophagus adalah bagian usus depan yang tidak berdiferensiasi yang


berfungsi mendorong makanan dari faring ke tembolok.

Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan yang berfungsi


sebagai penyimpan makanan. Pada umumnya sekresi dan penyerapan
tidak terjadi di dalam tembolok, tetapi kadang kala terjadi secara
enzimatik. Enzim didapat dari makanan yang tercampur air liur yang
bergerak ke belakang menuju tembolok serta enzim dari mesenteron
yang dimuntahkan dari usus tengah.

Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi yang beraneka ragam


pada berbagai serangga. Pada serangga pemakan bahan padat,
proventrikulus berfungsi sebagai pemecah makanan, sedangkan pada
serangga pemakan cairan proventrikulus termodifikasi menjadi katup.
Pada lipas dan jangkrik, intima di dalam proventrikulus berkembang
menjadi enam keping otot yang keras atau geligi yang berfungsi untuk
memecah makanan. Proventrikulus secara keseluruhan mengontrol
jalannya makanan dari stomadeum ke mesenteron.

Stomedeum
3. Saluran Pencernaan Tengah
Saluran pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan
penyerap makanan. Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga saluran
ini tidak memiliki kutikula dan sebagai gantinya adalah lapisan peritropik
yang halus. Otot-otot pada saluran ini berkembang. Menurut chapman
(1982) saluran pencernaan ini disusun oleh otot longitudinal, otot
melingkar, sel-sel epitelium yang berbentuk kolumnar, sel-sel regeneratif
(penghasil enzim) dan membran peritropik.
Membran peritropik adalah suatu lapisan yang meliputi lumen untuk
melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya dari makanan dan
mikroba. Membran peritropik terdiri atas khitin dan protein.
Lumen memiliki mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel
yang dapat membentuk started border. Mikropili ini juga berfungsi
memperbesar luas permukaan penyerapan.
Pada sel epitelium yang kolumnar ditemukan sel Goblet. Pada selaput
dasar memiliki banyak lekukan-lekukan dan disana banyak terdapat
mitokondria yang panjang-panjang sehingga hal tersebut menjadi pembeda
dengan sel-sel lain. Saluran pencernaan tengah terdiri dari grastrik kaekum

dan ventrikulus, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis dan


absorbsi nutrisi.

Lapisan epitel perut bagian tengah


4. Saluran Pencernaan Belakang
Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat pengeluaran
sisa-sisa makanan yang tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan
sisa makanan yang tidak terserap pada saat di mesenteron. Saluran
pencernaan belakang ini berasal dari jaringan ektodermal sehingga saluran
ini memiliki kutikula yang disebut intima. Saluran pencernaan belakang
menurut Snogras (1935) tersusun dari otot melingkar, otot longitudinal,
sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus, intima yang bersifat permiabel.
Otot-otot pada saluran ini lebih berkembang sehingga dapat
menyebabkan sisa makanan dapat bergerak ke belakang dan keluar melalui
anus. Saluran pencernaan belakang ini terdiri dari :

Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat berpangkalnya tabung


malphigi

Illeum, berfungsi sebagai penyerapan air dari hemolimfa atau juga


penyerapan amonia pada serangga blowfly. Rektum, berfungsi
sebagai reabsorbsi air, asam amino.

Anus, bagian ujung saluran sebagai tempat keluarnya feces.

Penyerapan di Protodeum

Saluran pencernaan serangga

Terdapat beberapa jenis kelenjar yang dapat berasosiasi dengan sistem


pencernaan diantaranya adalah kelenjer mandibel, kelenjar maksila,
kelenjar faring dan kelenjar labium.
5.

Pencernaan Dan Penyerapan


Pencernaan adalah pemecahan molekul-molekul besar dan komplek
(makro molekul) menjadi molekul-molekul kecil dan sederhana (mikro
molekul) yang dapat melewati seluruh jaringan tubuh. Enzim-enzim yang
berikatan dengan pencernaan ada di dalam air liur dan dalam sekresi usus
bagian tengah. Kecuali itu pencernaan dipermudah oleh mikroorganisme.
Terdapat dua jenis pencernaan yaitu :
a) Pencernaan Di Luar Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion)
Jenis pencernaan dimana makanan sebelum masuk ke dalam perut
terlebih dahulu telah mendapat perlakuan pencernaan sebelumnya.
Karena air liur mengandung enzim, seringkali pencernaan dimulai
sebelum makanan ditelan. Hal ini terjadi pada serangga-seranggga
pengisap cairan. Enzim disemprotkan pada makanan sehingga larut
sebelum ditelan.
b) Pencernaan Di Bagian Dalam Usus (Intrainstestinal Digestion)
Jenis pencernaan ini kebanyakan dilakukan oleh mahluk hidup dimana
pencernaan terjadi didalam perut setelah makanan dimakan. Saluran
pencernaan berperan terutama untuk pencernaan dan penyerapan
makanan. Pada umumnya pencernaan terjadi sebagian besar di dalam
usus bagian tengah, dimana enzim-enzim pencernan bayak diproduksi.
Enzim-enzim ini berfungsi memecahkan subtansi yang komplek di
dalam makanan menjadi subtansi yang lebih sederhana sehingga dapat
diserap dan kemudian diasimilasi oleh serangga.

10

Kebanyakan

karbohidrat

diperoleh

menjadi

monosakarida.

Kebanyakan serangga tidak memiliki enzim yang dapat memecahkan


selulosa yang biasanya terdapat didalam makanan serangga. Dalam
proses pencernaan dan penyerapan makanan ini, untuk melaksanakan
tugas enzim secara optimal dipengaruhi oleh kisaran pH dan Suhu.

6. Penyerapan
Kebanyakan pencernaan terjadi di dalam usus tengah tempat dimana
enzim disekresikan, tetapi karena cairan-cairan usus bagian tengah
dimuntahkan kembali, sejumlah pencernaan dapat terjadi juga di
tembolok. Enzim yang berkaitan dengan pencernaan terdapat dalam air
liur dan sekresi usus bagian tengah. Enzim yang terdapat di bagian usus
tengah disesuaikan dengan makanan. Bila suatu serangga utamanya
memakn protein maka protease menjadi penting, sedangkan serangga yang
makan madu tidak terdapat protease. Serangga yang memakan bagian
floem yang tidak mengandung polisakarida atau protein tidak terdapat
amilase dan protease, tetapi invertase.
Produk pencernaan diserap di dalam usus tengah dan sedikit pada usus
bagian belakang. Terdapat sejumlah penyerapan kembali dari air seni pada
usus bagian belakang ini. Sel-sel yang berhubungan dengan penyerapan
mirip dengan sel-sel yang menghasilkan enzim. Tidak terjadi fagositas
terhadap partikel makanan, semua subtansi diserap dalam bentuk cairan.

11

Proses pencernaan dan penyerapan nutrisi


Proses penyerapan dapat terjadi akibat proses yang aktif dan pasif
terutama tergantung pada konsentrasi relatif subtansi di dalam dan di luar
usus, difusi terjadi dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang
rendah. Pergerakan air yang pasif yang mencakup pergerakan dari larutan
yang mempunyai tekanan osmosis yang rendah ke tekanan osmisis yang
tinggi. Pergerakan aktif tergantung dari beberapa proses metabolik untuk
pergerakan subtansi terhadap konsentrasi.

12

7. Efisiensi Penggunaan Makanan


Efisiensi serangga mengkonsumsi makanannya sangat bervariasi
tetapi kebanyakan serangga fitofaghus mencerna dan meyerap hanya
relatif kecil dari makan yang dimakan dan sebagian besar makanan
dikeluarkan tanpa perubahan sebagai faeses.
Penggunaan makanan beraneka ragam dari suatu serangga ke serangga
lainnya. Pada serangga penghisap cairan sedikit atau tidak ada sisa zat
padat. Penggunaan makanan sangat tinggi pada serangga-serangga seperti
ini. Sebaliknya pada aphid penggunaan makanan biasanya jelek. Cairan
tumbuhan diambil dari tumbuhan dan mengalir terus, kebanyakan keluar
dari duburnya sebagai tetes embun madu. Kira-kira 50-60 % nitrogen yang
dimakan diambil dari tumbuhan.
Biasanya pada serangga fitopagus penggunaan makanan juga buruk.
Pada larva instar kelima Schistocera menggunakan hanya 35 % berat
kering makanannya, tetapi pada instar pertama menggunakan 78 % dari
berat kering makanannya. Hal ini terjadi pada keadaan makanan
berlimpah. Bila serangga kelaparan makanan tertahan di usus jangka yang
lama dan penggunaanya lebih efisien.
B. Sistem Peredaran Darah Serangga
Sistem sirkulatori pada serangga terdiri dari jantung yang hanya
merupakan pembuluh dorsal dengan pergerakan peristaltik untuk memompa
darah atau haemolymph. Haemolymph pada nympha dan imago mempunyai
proporsi kurang dari 20% berat tubuh sedangkan pada larvae berbadan
lunak, proporsi haemolymp lebih besar yaitu 20 24% berat tubuh dan
berfungsi juga sebagai skeleton hidrostatik. Haemolymph yang terdiri dari
larutan berair, ion-ion anorganik, lipid, gula (trehalose), asam amino,
protein, asam organic dan sel-sel darah berfungsi untuk pertukaran zat antar
jaringan, mengangkut hormon dan nutrien dari usus ke jaringan dan barang
buangan dari jaringan ke organ ekskretori. Perubahan pada tekanan
haemolymph akan diteruskan ke tracheae dan menyebabkan ventilasi dan

13

pada saat moulting, tekanan haemolymph menyebabkan pecahnya kutikula


lama dan mengembangnya kutikula baru. Oleh karena komponen utamanya
adalah air maka haemolymph berfungsi juga sebagai tempat cadangan air
dan dengan kapasitas panas yang tinggi dan dengan sirkulasi, haemolymph
berfungsi untuk pengaturan suhu tubuh (thermoregulation).
Kandungan yang tinggi asam-asam amino dan phosphat organik adalah
ciri khas haemolymph serangga yang mungking berhubungan dengan
perlindungan terhadap suhu dingin. Semua sel darah (haemocytes) serangga
berinti dan berfungsi untuk phagocytosis yaitu menelan partikel dan
metabolit, parasit, material asing, dan pembekuan darah serta penyimpanan
dan distribusi nutrien.

Gambar: organ peredaran darah pada serangga

14

Gambar: peredaran darah serangga


C. Sistem Gerak Serangga
Keberhasilan serangga dalam survivalnya terutama berkaitan dengan
kemampuannya untuk mengindera, menafsirkan dan bergerak dalam
lingkungannya. Sekitar tujuh puluh persen dari spesies di dalam biosfer
adalah serangga yang tersebar di berbagai lingkungan. Kemampuan terbang
serangga yang diperkirakan berkembang sejak paling sedikit 300 juta tahun
yang lalu merupakan inovasi dalam kemampuan pergerakan. Selain
pergerakan terestrial dan akuatik yang berkembang dengan baik. Kekuatan
untuk pergerakan berasal dari otot, yang bekerja dengan bertumpu pada
sistem skeleton baik berupa eksoskeleton yang kokoh maupun skeleton
hidrostatik.
1.

Otot
Tidak seperti vertebrata dan invertebrata non-serangga yang
mempunyai baik otot lurik (striated) maupun otot polos (smooth),
serangga hanya mempunyai otot lurik yang masing-masing serabutnya
terdiri dari dari beberapa sel dengan:
a) Suatu plasma membran bersama
b) sarcolemma: lapisan luar. Sarcolemma mempunyai lekukan ke dalam
(invaginasi), di mana tracheole yang mencatu oksigen berhubungan
dengan serabut otot.
c) contractile myofibrils: tersusun sepanjang serabut otot dalam
lembaran yang terdiri dari silinder-silinder.

15

Otot lurik pada serangga


2.

Perlekaan otot
Pada vertebrata, otot-otot bertumpu pada skeleton internal, tetapi
sebaliknya pada serangga otot-otot melekat dan bertumpu pada permukaan
dalam dari skeleton luar. Otot bersambung dengan adanya tonofibrillae.
Skeleton luar tonofibrillae merupakan serabut-serabut penghubung yang
halus berfungsi untuk:
a)

Menghubungkan ujung otot ke lapisan epidermal.

b) Terbuang bersama kutikula lama pada setiap moulting sehingga harus


ada pembentukan tonofibrilae baru kembali.
c)

Pada tempat perlekatan, tonofibrillae melintas epidermis dari otot ke


kutikula.

16

Perlekatan otot pada kaki serangga


3. Pergerakan Serangga
Larvae dengan tubuh lunak bergerak dengan cara merayap.
Pergerakan ini dimungkinkan karena adanya skeleton hidrostatik untuk
perlekatan otot. Otot turgor berkontraksi dan relaksasi secara berurutan
dari kepala ke ekor sehingga membentuk gelombang. Tumpuan pada
substrat terjadi karena adanya kait mulut (mouth hook, misalnya pada larva
diptera) dan kaki lengket (adhesive foot). Beberapa serangga air bergerak
dengan menggeliat seperti ular. Sedangkan pada larvae yang mempunyai
kaki-kaki dada (thoracic legs), gelombang kontraksi dan relaksasi dari
otot-otot turgor dari posterior ke anterior menyebabkan terangkatnya kaki
dari substrat secara berurutan dan menyebabkan gerakan maju.

17

Pergerakan pada cacing


Pada serangga dengan eksoskeleton luar yang kokoh bergerak dengan
cara berjalan atau berlari.
Pergerakan diperoleh dari kontraksi dan relaksasi dari pasangan otot-otot
antogonistik dan agonistic yang melekat pada kutikula. Pergerakan dengan
jalan atau berlari menggunakan enam kaki dada. Dibanding crustacea dan
myriapoda, serangga mempunyai lebih sedikit kaki yang terletak lebih ke
ventral dan berdekatan satu sama lain pada dada memungkinkan
konsentrasi otot-otot pergerakan baik untuk berjalan maupun terbang. Hal
ini menghasilkan pergerakan yang lebih efisien dan lebih mudah
terkontrol. Ketika serangga berjalan, pergantian pertumpuan tripod dari
kaki depan dan kaki belakang pada satu sisi dan kaki tengah pada sisi yang
lain mendorong ke belakang sedangkan kaki-kaki yang lain diangkat ke
depan sehingga menghasilkan gerakan maju. Dengan tripod, pergerakan
menjadi stabil karena titik berat tubuh berada di antara tiga kaki. Tungkai
Cursorial berfungsi untuk berlari yang dicirikan dengan ruas-ruas tungkai
yang ramping. Contohnya tungkai kecoak, kumbang.

18

Gambar: tungkai cursorial


Meloncat
Gerakan meloncat dimungkinkan karena adanya kaki belakang yang
termodifikasi (femur belakang yang membesar, misalnya pada orthoptera
dan kutu) dengan otot-otot yang besar di mana kontraksi secara perlahan
menghasilkan energi yang tersimpan dengan salah satu cara berikut yaitu
distorsi dari sendi femoro-tibial, sklerotisasi berbentuk pegas (spring-like
sclerotization, misalnya perpanjangan jaringan pengikat pada metatibia)
dan

tekanan pada elastic resilin pad pada coxa. Tungkai Saltatorial

berfungsi untuk meloncat yang dicirikan dengan pembesaran femur bagian


belakang. Misalnya pada tungkai belalang dan jangkrik.

Gambar: Tungkai Saltatorial


Mendayung

19

Gerakan mendayung pada lapisan permukaan air dimungkinkan karena


adanya tegangan permukaan air dan pada telapak kaki serangga terdapat
kutikula atau rambut-rambut yang bersifat menolak air. Tungkai Natatorial
berfungsi untuk berenang yang dicirikan bentuk tungkai yang pipih serta
adanya rambut-rambut renang yang panjang. Misalnya tungkai kumbang
air, kepinding kapal.

Gambar: Tungkai Natatorial


Terbang
Kemampuan terbang memungkinkan serangga untuk mempunyai mobilitas
lebih tinggi yang membantu dalam memperoleh pakan, pasangan kawin,
penyebaran dan mengeksploitasi lingkungannya. Kemampuan terbang
hanya dimiliki oleh serangga dewasa. Terbang berarti harus melawan dua
gaya yaitu gravitasi dan gesekan dengan udara. Penerbangan bisa
dilakukan secara aktif menggerakkan otot-otot terbang atau secara pasif
atau melayang relatif terhadap angin. Naik dan turun dalam gerakan
melayang dilakukan dengan mengatur sudut sisi depan sayap yaitu antara
30 dan 50. Kemampuan manuver serangga ini lebih baik dari pada
pesawat terbang yang hanya kurang dari 20. Frekuensi pergerakan sayap
berbeda dari spesies ke spesies, misalnya pada kupu-kupu 5 Hz (5
kali/detik) sedangkan pada lebah 10 Hz. Untuk berbelok, serangga
merubah amplitudo gerakan pada salah satu sisi sayap.

20

Gambar: Salah satu serangga yang terbang


Ditinjau dari hubungannya dengan sayap, otot terbang ada dua macam
yaitu otot langsung dan otot tidak langsung. Otot langsung mempunyai
perlekatan dengan sayap dan bekerja secara langsung menggerakkan
sayap. Otot tidak langsung melekat pada dinding thorax bagian dalam dan
kontraksinya menyebabkan perubahan bentuk dada dan secara tidak
langsung menggerakkan sayap.

Otot pada sayap serangga terbang

21

Proses kontraksi otot pada sayap serangga


D. Sistem Saraf Pada Serangga
Jaringan saraf dapat dibagi ke dalam saraf pusat dan saraf tepi. Saraf
pusat terdiri dari sepasang rantai saraf rantai yang terdapat di sepanjang tubuh
bagian ventral. Sistem saraf serangga berupa sistem saraf tangga tali
berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi ventral tubuhnya. Sistem
saraf yang terdiri dari serangkaian ganglia, dihubungkan dengan tali saraf
ventral terdiri dari dua paralel connectives sepanjang perut. Biasanya, setiap
segmen tubuh memiliki satu ganglion pada setiap sisi, meskipun beberapa
ganglia yang melebur untuk membentuk otak dan ganglia besar lainnya.
Segmen kepala berisi otak, juga dikenal sebagai ganglion supraesophageal.
Dalam sistem saraf serangga, otak anatomis dibagi ke dalam protocerebrum
yang mencakup mata majemuk dan oselli, deutocerebrum yang mencakup
antenna, dan tritocerebrum yang mencakup labrum dan usus depan. Segera di
belakang otak adalah subesophageal ganglion, yang terdiri dari tiga pasang
ganglia menyatu. Ini mengendalikan mulut, kelenjar ludah dan otot-otot
tertentu.

22

Sistem syaraf pada serangga


Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga
tali yang disebut ganglia .Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan
pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia bagian anterior yang lebih besar
berfungsi sebagai otak.
Pada belalang terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul saraf yang
disebut ganglia (jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat peogolah
rangsang.
Ada 3 macam ganglion :
a) Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan antena.
b) Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas sensoris dan
motoris rahang bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan bibir bawah
(labium).
c) Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang menuju ruasruas dada, perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan.
Ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan terletak
dibawah saluran pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang saraf yang
membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan menghubungkan ganglion satu
dengan ganglion yang lain.

23

Diagram system syaraf serangga


Sedangkan sel saraf tepi terdiri dari 3 macam sel saraf, yaitu :
1.

Sel saraf indera: membawa impuls dari salat indera.

2.

Sel perantara (internuncial): mrmbawa impuls antara sel saraf.

3.

Sel saraf motor: membawa impuls dari pusat integrasi ke otot.

Ada 3 macam susunan, yaitu


1.

Monopolar

2.

Bipolar

3.

Multipolar
Susunan di atas disebut sebagai "neuron bipolar", sedang bentuk

lainnya adalah "monopolar Neuron" seperti yang dijumpai pada SSP.


Neuron bipolar dengan demikian lebih banyak dipergunakan untuk
menerima

dan

meneruskan

rangsang,

sementara

yang

monopolar

dipergunakan untuk memproses rangsang dan selanjutnya diantisipasi sesuai


dengan jenis rangsang.

24

Tipe neuron
Organ Peraba, Syaraf, dan Integrasinya
Organ

peraba

dibagi

atas

photoreceptor,

chemoreceptor

dan

mechanoreceptor. Organ yang terlihat dalam photoreceptor adalah mata dan


mata serangga terbagi dalam dua bentuk, yaitu mata majemuk dan mata
sederhana pada chemoreceptor, syaraf pengecap dan syaraf pembau bekerja
untuk menghasilkan impuls. Bentuk mechanoreceptor dapat berupa trichoid,
campaniform atau placoid. Receptor lain yang juga berperan dalam
kehidupan serangga adalah hygroreceptor dan geomagneticreceptor. Siatem
syaraf serangga terbagi menjadi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf
visceral. Sistem syaraf pusat dibagi lagi menjadi supraesophaged ganglion
dan subesophageal ganglion. Komponen utama dari sistem syaraf visceral
adalah stomodeal nervous system. Unit dasar dari sistem geuron motor, dan
interneuron. Acetylcholine adalah transmiter kimia yang penting dalam
membawa impuls melewati synapse.

25

Gambar. Diagram sederhana aliran impuls dalam sistem saraf serangga


E. Sistem Respirasi Serangga
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum
(spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola.
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh
serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang
kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan
pada setiap segmen tubuh.
Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka
dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel
terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.

Trakea pada serangga

26

Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel
menuju pembuluh pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea
bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat
mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak
berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas.
Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini
mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan
(transportasi) pada vertebrata.
Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah
sebagai berikut :
Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga
udara kaya COZ keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka
trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih
kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya
02 masuk ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke
seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk
dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya
berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas
pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah
berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh
dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil
udara.

27

Spirakel pada serangga


Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat
menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp.
mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada
permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan
melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan.
Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang
berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabangcabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen
diedarkan melalui pembuluh trakea
F. Sistem Ekskresi Serangga
Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat
pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh
Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan
dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping pembuluh
Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa
hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru
pada vertebrata.
Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara
konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah
menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat
berbentuk kristal yang tidak larut.

28

Sistem ekskresi pada serangga


Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang.
Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian
proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan
sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali
biasanya secara osmosis dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke
usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat
diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fisiologi serangga adalah studi sifat-sifat fungsional jaringan dan organ
pada serangga. Serangga adalah salah satu kelompok yang paling beragam
binatang di bumi. Mereka telah berevolusi adaptasi yang memungkinkan
mereka untuk hidup dalam berbagai ekosistem. Dasar tubuh rencana terdiri

29

dari exoskeleton keras yang membentuk sebuah pelindung yang menutupi


atas jaringan internal.
Pada serangga memiliki beberapa sistem organ, diantaranya yaitu
sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem gerak pada serangga,
sistem endokrin, sistem pernafasan dan sistem syaraf pada serangga.
B. Saran
Dengan mengetahui sistem fisiologi serangga, semoga kita bisa lebih
mengetahui dan menguasai ilmu-ilmu terhadap tubuh serangga dan dapat
menjadi pembelajaran yang dapat dikembangkan di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai