Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Hama Tanaman Palawija dan Pengendaliannya

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknologi Budidaya


Tanaman

DISUSUN OLEH

SUKMA RUCI ATMOJO (134190099)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKUKTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN


YOGYAKARTA

2019/2020

KATA PENGANTAR
Assalamualaiakum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puji
syukur atas kehadirat-Nya, atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas dari mata kuliah Dasar Teknologi Budidaya Tanaman.

Laporan ini dapat kami selesaikan atas bantuan dari berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Atas kerjasama yang baik
dari semua pihak mulai ,kami menyampaikan terima kasih.

Namun, tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi materi dan bahasa serta keterbatasan kemampuan
kami. Atas segala ketidaksempurnaan makalah ini kami mohon maaf.

Akhirnya penyusun mengharapkan dari makalah ini dapat diambil hikmah,


manfaatnya, dan dapat memberikan inspirasi serta pengetahuan yang berguna bagi
pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………….….. 1

Daftar Isi ………………………………………………………..…. .2

BAB I PENDAHULUAN

1.Latar Belakang…………………....………………………. 3

2. Rumusan Masalah ……….…………………..…………... 3

3. Tujuan ………….…………..……………………………. 3

BAB II MATERI…..…………………………..…………………… 4

BAB III PENUTUP…..…………………………….…………........ 14

DAFTAR PUSTAKA..…………………………………………….. 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyebab menurunnya hasil produksi dalam suatu
budidaya adalah OPT hama.. Dari hal tersebut diperlukan penanggulangan
yang tepat terhadap serangan organisme tersebut karena perkembangan
serangan organisme pengganggu tanaman yang tidak dapat dikendalikan
akan berdampak kepada hasil produksi tanaman itu sendiri.
Penanggulangannya dapat berupa pemberian pestisida yang sudah
ditetapkan dosis dan konsentrasi yang dibutuhkan tergantung jenis hama
yang akan dikendalikan. Dosis merupakan takaran banyak bahan yang
akan digunakan. Sedangkan konsentrasi adalah banyaknya larutan
pengenceran yang diperlukan.
Dalam dunia pertanian dikenal dengan Alelopati. Aleloptai
merupakan hubungan atau interaksi antarorganisme, yang mana
keberadaan satu organisme dapat menghambat pertumbuhan atau
perkembangan organisme lainya melalui pelepasan toksin atau racun.
Salah satu dampak negatifnya adalah menurunkan kecepatan penyerapan
ion-ion oleh tumbuhan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dosis dan konsentrasi?
2. Apa itu Alelopati ?
3. Bagaimana kriteria hama serta pengendalian hama tanaman palawija?

C. TUJUAN
1. Mengetahui informasi tentang dosis dan konsentrasi.
2. Mengetahui informasi tentang alelopati.
3. Mengetahui kriteria hama serta pengendalian hama palawija.

3
BAB II
MATERI

Dosis dan konsentrasi


Dosis adalah takaran obat, pupuk, pestisida dan sebagaianya; menyatakan
banyak bahan (dalam gram) persatuan bobot badan atau satuan luas lahan yang
akan menghasilkan efek opotimal. Banyaknya pestisida dalam per satuan luas
areal kg/Ha atau L/Ha ; banyaknya larutan yang dibutuhkan dalam suatu luasan,
contoh dosis 5 ltr/ha, 5 kg/pokok.
Dosis dalam pestisida adalah adalah jumlah pestisida yang dicampurkan
atau diencerkan dengan air digunakan untuk menyemprot hama atau penyakit
tanaman dengan luas tertentu. Dosis anjuran pemakaian pestisida sebaiknya
dipatuhi. Pemakaiannya secara berlebihan bisa menyebabkan tanaman merana dan
merusak lingkungan. Selain itu juga menyebabkan populasi hama meledak karena
malah merangsang pertumbuhannya. Pemakaian pestisida dalam dosis rendah pun
menyebabkan hama atau penyakit yang dituju tidak mati. Dan mendorong
timbulnya resistensi pada hama atau penyakit yang menyerang tanaman. Contoh
kebutuhan dosis Diazinon 60 EC untuk mengendalikan OPT pada lahan sawah
seluas 1 ha adalah 1 liter untuk 1 kali aplikasi, bila 3 kali aplikasi maka dosis
dibutuhkan adalah 3 liter. Untuk dosis perlu dilihat label yang tertera pada
kemasan pestisida, perhatikan petunjuk penggunaannya sehingga pada waktu
aplikasi tidak terjadi kesalahan dan usaha pengendalian tidak sia-sia.
Konsentrasi adalah banyaknya larutan pengenceran yang diperlukan untuk
melarutan suatu cairan. Ada tiga macam pembagian konsentrasi, yaitu konsentrasi
formulasi, konsentrasi bahan aktif, dan konsentrasi larutan. Konsentrasi formulasi
adalah banyaknya pestisida dihitung dalam cc atau gram bahan pestisida per liter
air yang dicampurkan; sedangkan konsentrasi bahan aktif adalah persentase bahan
aktif yang terdapat dalam larutan jadi (larutan yang sudah dicampur air). Tidak
jauh berbeda dengan dua pengertian di atas, konsentrasi larutan adalam persentase
kandungan pestisida yang terdapat dalam larutan jadi. Contoh konsentrasi

4
formulasi fungisida Antracol 70 WP adalah 2 gram, artinya dalam 1 liter air kita
campur dengan 2 gram Antracol 70 WP.

Alelopati
Warnell (2002) mendefinisikan alelopati sebagai suatu kadungan bahan
kimia yang bersifat aktif maupun pasif yang dibebaskan ke lingkungannya
sehingga mempengaruhi organisme lainnya. Senyawa alelopati kebanyakan
dikandung pada jaringan tanaman, seperti akar, ubi, rhizome, batang, daun, bunga,
buah dan biji yang dikeluarkan tanaman melalui cara penguapan, eksudasi akar,
hasil lindihan dan pelapukan sisa-sisa tanaman (Moenandir, 1988) yang mampu
mengganggu pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya.
Alelopati adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme atau tanaman baik
yang bersifat positif maupun negatif (Molisch,1937 dalam Putnam dan
Duke, 1978). Beberapa senyawa yang diidentifikasi sebagai alelopati adalah
flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat, kumarin, terpenoid, stereoid,
sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya, (Risvi et al.,1992). Alelopati
merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup
yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman, 2001).
Sedangkan menurut Odum (1971) dalam Rohman (2001) alelopati merupakan
suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan
dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan
tumbuhan tersebut.
Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan
sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap
perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu
senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan. Dalam Rohman
(2001) disebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat ditemukan pada
jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji).
Irwan (2007) menyatakan bahwa di alam dapat digolongkan dua bentuk alelopati
yaitu:

5
1. Alelopati yang sebenarnya. Alelopati merupakan pelepasan senyawa
beracun dari tumbuhan ke lingkungan sekitarnya dalam bentuk senyawa
asli yang dilepaskannya.
2. Alelopati yang fungsional. Golongan alelopati ini adalah senyawa kimia
yang dilepaskannya kemudian senyawa tersebut telah mengalami
modifikasi oleh mikroba tanah.

Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap


pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran
melalui serangkaian proses yang cukup kompleks, namun proses tersebut diawali
di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran
membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh
terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi
pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi
dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas
beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan tersebut kemudian
bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang akhirnya
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sasaran.
Setiap jenis alelokimia dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ
pembentuknya dan bentuk atau sifat.
1. Penguapan. Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.
Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui
penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya
termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh
tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula
masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.
2. Eksudat akar. Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh
akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam
benzoat, sinamat, dan fenolat.
3. Pencucian. Alelopati yang dikeluarkan melalui pencucian aialah asam-
asam organik, gula, asam-asam amino, pektat, giberelin, terpenoid dan

6
fenol. Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan
yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun.
Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga
tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan
tumbuhan ini.
4. Pembusukan organ tumbuhan. Setelah tumbuhan atau bagian-bagian
organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci
dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan
permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia
yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni
tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim
berikutnya.

Pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah


sebagai berikut :
1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan
menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
2. Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
3. Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan
mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi
akar.
5. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.
6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran
pada sel tumbuhan.
7. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.

Kriteria hama serta pengendalian hama tanaman palawija


Palawija (Sanskerta: phaladwija) secara harfiah berarti tanaman kedua.
Berdasarkan makna dari bahasa Sanskerta, palawija bermakna hasil kedua, dan
merupakan tanaman hasil panen kedua di samping padi. Tanaman pertanian yang

7
bisa disebut sebagai palawija adalah jagung, sorghum, kacang hijau, kedelai,
singkong, kentang, ubi, gembili, dan lainnya.
Hama merupakan salah satu jenis organisme pengganggu yang
keberadaannya cukup meresahkan kerena besarnya kerugian yang ditimbulkan
akibat aktivitas hidup dari organise ini pada pertanaman. Adapun hama yang
menyerang tanaman palawija seperti pada tanaman kentang, kedelai, dan jagung.
Kentang
1. Ulat penggerek daun Phthorimaea operculella
Hama ini adalah hama utama perusak bibit dan daun tanaman
kentang. Ketika dewasa, ngengat kecil berwarna coklat yang aktif di
malam hari ini akan bertelur di permukaan bawah daun atau pada
permukaan umbi yang muncul di permukaan tanah. Ngengat yang masuk
ke dalam Gudang juga akan bertelur di permukaan umbi di sekitar mata
tunas.
pencegahan keberadaan ngengat ini di antaranya pembumbunan
bedengan budidaya agar umbi tidak tersembul ke permukaan tanah serta
penanaman refugia bunga-bungaan seperti kenikir dan tanaman labu.
Bunga yang dihasilkan dari tanaman refugia tersebut akan mengundang
serangga predator Copidosoma koehleri dan Chelonius blackbernii yang
merupakan musuh utama ngengat Phthorimaea operculella.
Penanganan serangan hama ulat penggerek daun juga dapat
dilakukan secara kimiawi dengan penyemprotan insektisida seperti
Dursban 20 EC dan Bayrusil 25 EC.
2. Ulat tanah Agrotis ipsilon
Ulat ini bersembunyi di dalam tanah dan akan memakan pangkal
batang tanaman muda di malam hari. Biasanya tanaman yang diserang
adalah yang berumur 25-35 hari setelah tanam. Ciri dari ulat tanah ini
berwarna hitam dengan ukuran tubuh 40-48 mm.
Pencegahan secara alami dapat dilakukan dengan cara melakukan
rotasi tanaman. Lakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan satu
keluarga. Lahan yang sebelumnya ditanami kentang atau tanaman

8
keluarga Solanum lain seperti tomat, cabai dan terong berisiko besar
terserang hama ulat tanah dalam skala besar.
Penanganan secara kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi
Chlordane atau Heptachlor dengan dosis 50 kg/ha yang diberikan pada
saat pengolahan tanah. Penggunaan senyawa aktif 5% Carbaryl sebayak
25-60 kg/ha juga dapat menekan serangan ulat tanah secara efektif. Tapi
sekali lagi akan lebih baik jika kita menanggulangi hama secara alami.
3. Oteng-oteng Epilachna viginatioctopunctata
Kumbang kecil berwarna oranye dengan bintik hitam ini memiliki
Panjang 1 cm. Larva oteng-oteng memakan permukaan daun bagian atas
dan bawah. Selain kentang, tanaman bayam, terung, tomat, semangka dan
mentimun juga berisiko terkena serangan hama ini.
Salah satu pencegahan hama ini adalah dengan tidak menanam
kentang di lahan yang sama secara terus menerus. Lahan bekas
tanaman Solanum seperti tomat, cabai dan terong juga berisiko terserang
oteng-oteng lebih besar. Membiarkan lahan selama 1 minggu agar terpapar
sinar matahari juga dapat membunuh telur dan larva oteng-oteng.

4. Aphids Myzus persicae


Serangga berwarna kuning dengan ukuran 1 mm dan memiliki
sayap ini berisiko merusak bagian cabang dan daun tanaman yang masih
muda dengan cara menghisap cairan tanaman. Daun yang teserang akan
berukuran kecil, tergulung dan tidak dapat terbuka dengan sempurna.
Beberapa hari setelah terserang aphids daun akan mengering dan mati.
Serangga aphids ini dapat berpindah dari tanaman satu ke tanaman yang
lain, sekaligus menyebarkan virus leafroll (PLRV) dan virus mosaic
(PVY).
Pencegahan secara alami dapat dilakukan dengan menyediakan
habitat serangga ladybug dengan menanam refugia bunga
matahari. Ladybug dewasa maupun yang masih muda akan memakan
aphids yang menyerang tanaman kentang.

9
Penanganan secara kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi
insektisida Thiamethoxam 25 WG dengan dosis 600 g/ha atau
penyemprotan Imidacloprid 70 WG dengan dosis 125 g/ha.
Pencegahan dapat juga dilakukan dengan pemberian Phorate di
tanah saat dilakukan pengolahan tanah.
Jagung
1. Ulat Tanah (Agrotis sp.)
Hama jenis ini menyerang tanaman jagung muda di malam hari,
sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah. Ulat tanah
menyerang batang tanaman jagung muda dengan cara memotongnya,
sehingga sering dinamakan juga sebagai ulat pemotong. Pengendalian
hama ulat pada budidaya jagung dapat dilakukan menggunakan insektisida
biologi dari golongan bakteri seperti Bacilius thuringiensis atau insektisida
biologi dari golongan jamur seperti Beauvaria bassiana.
2. Belalang (Locusta sp., dan Oxya chinensis)
Belalang yang menyerang tanaman jagung ada dua jenis, yaitu
Locusta sp., dan Oxya chinensis. Seperti halnya ulat tanah, hama jenis ini
menyerang tanaman jagung saat masih muda, dengan cara memakan tunas
jagung muda (baru tumbuh). Hama belalang pada tanaman jagung
merupakan hama migran, dimana tingkat kerusakannya tergantung dari
jumlah populasi serta tipe tanaman yang diserang.
Pengendalian hama belalang pada budidaya jagung secara kimiawi
bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos,
klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
3. Ulat Grayak (Spodoptera sp.)
Larva kecil merusak daun serta menyerang secara serentak
bergerombol dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas,
transparan bahkan tinggal tulang daunnya saja. Biasanya larva berada di
permukaan bawah daun, umumnya terjadi saat musim kemarau.
Pengendalian secara fisik menggunakan alat perangkap ngengat sex

10
feromonoid sebanyak 40 buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2
minggu.
4. Kutu Daun (Mysus persicae)
Hama kutu daun pada tanaman jagung adalah Mysus persicae.
Hama ini mengisap cairan tanaman jagung terutama pada daun muda,
kotorannya berasa manis sehingga mengundang semut serta berpotensi
menimbulkan serangan sekunder yaitu cendawan jelaga. Serangan parah
menyebabkan daun tanaman mengalami klorosis(menguning), serta
menggulung. Kutu daun Mysus juga menjadi serangga vektor penular
virus mosaik. Pengendalian hama kutu daun Mysus persicae dapat
menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid,
asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
Kedelai
1. Lalat bibit/lalat kacang (Ophiomya phaseoli tryon)
Lalat bibit biasanya menyerang benih kedelai yang baru ditanam
dan belum tumbuh. Benih yang terserang terdapat lubang-lubang kecil
bekas gigitan. Serangan bisa menyebabkan benih tidak tumbuh dan
membusuk. Hama ini juga menyerang tanaman muda yang baru tumbuh,
gejalanya terlihat jika terdapat daun yang berlubang-lubang tidak
beraturan.
Pengendalian dapat dilakukan dengan sanitasi lahan dan pergiliran
tanaman. Benih dicampur dengan insektisida lannate atau metindo
sebelum ditanam. Campurkan 10 kg benih dengan 100 gram insektisida
tersebut. Pengendalian dengan penyemprotan dilakukan jika lalat bibit
menyerang tanaman yang baru tumbuh/tanaman muda.
2. Lalat Buah
Lalat buah menyerang buah kedelai dan menyebabkan polong
membusuk. Telur lalat buah disimpan didalam polong dan akan menetas
menjadi larva. Larva kemudian menyerang polong hingga polong menjadi
busuk dan rontok.

11
Pengendalian dapat dilakukan dengan pemasangan perangkap lalat
buah dan penyemprotan insektisida. Gunakan insektisida yang berbahan
aktif profenofos atau dimetoat dicampur dengan insektisida berbahan aktif
metomil. Lakukan penyemprotan mulai saat terbentuknya buah dengan
interval 3 hari sekali.
3. Ulat Grayak (Spodotera litura F)
Ulat grayak menyerang dan merusak seluruh bagian tanaman,
mulai dari daun, batang dan buah. Serangan ulat grayak jika sudah
terlanjur parah akan menyebabkan tanaman mati dan mengering.
Pengendalian dapat dilakukan dengan sanitasi yang baik, pergiliran
tanaman dan penyemprotan insektisida. Gunakan insektisida regent,
metindo, larvin, curacron atau prevathon dengan interval 3 hari sekali.
Gunakan dosis sesuai rekomendasi yang tetera pada kemasan insektisida
tersebut.
4. Penggerek Buah/Penggerek Polong (Etiella zinckenella treit)
Hama ini menyerang polong dan tinggal didalamnya. Serangangan
menyebabkan polong menjadi busuk dan rusak. Serangan pada bunga akan
menyebabkan tanaman tidak dapat membentuk polong.
Pengendalian dapat dilakukan dengan rotasi tanaman, sanitasi dan
penyemprotan menggunakan insektisida regent, metindo, larvin, curacron
atau prevathon dengan interval 3 hari sekali. Gunakan dosis sesuai
rekomendasi yang tetera pada kemasan insektisida tersebut.
5. Ulat Buah/Ulat Polong (Heliothis armigera Hbn)
Ulat polong memiliki tipe serangan yang mirip dengan penggerek
polong, yaitu tinggal didalam polong dan memakannya. Sehingga
menyebabkan polong berlubang dan rusak.
Pengendalian dilakukan dengan penanaman serempak, sanitasi,
rotasi tanaman dan penggunaan insektisida. Penyemprotan bisa dilakukan
dengan menggunakan insektisida regent, metindo, larvin, curacron atau
prevathon dengan interval 3 hari sekali. Gunakan dosis sesuai rekomendasi
yang tetera pada kemasan insektisida tersebut.

12
6. Kutu Daun (Aphids)
Kutu daun menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun
dan menyebabkan daun tanaman menjadi keriting. Serangan kutu aun
mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil dan menurunkan produktifitas.
Pengendalian dapat dilakukan dengan sanitasi yang baik, rotasi
tanaman dan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamectin.
Beberapa jenis insektisida dengan bahan aktif abamectin antara lain
demolish, bamex, numectin, promectin, atau agrimec.
7. Kutu kebul (Bemisia tabacci)
Serangan kutu kebul menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat dan kerdil. Kutu kebul bergerombol dibawah daun dan
menyebabkan daun mengkerut dan menguning.
Pengendalian dapat dilakukan dengan sanitasi yang baik, rotasi
tanaman dan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamectin.
Beberapa jenis insektisida dengan bahan aktif abamectin antara lain
demolish, bamex, numectin, promectin, atau agrimec.

13
BAB III
KESIMPULAN

Dosis adalah takaran obat, pupuk, pestisida dan sebagaianya; menyatakan


banayak bahan (dalam gram) persatuan bobot badan atau satuan luas lahan.
Konsentrasi adalah banyaknya larutan pengenceran yang diperlukan untuk
melarutan suatu cairan. Alelopati adalah peristiwa interaksi kimia yang terjadi
antar tumbuhan ataupun tumbuhan dan mikroorganisme. Senyawa alelopati
ddapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena senyawa
alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan
penyerapan ion-ion oleh tumbuhan. Hama pada tanaman palawija berupa
penggerek daun,kutu kebul, ulat, kutu daun, dan lainya. Hama tersebut dapat
ditanggulangi dengan menggunakan pestisida atau dengan cara alami

14
DAFTAR PUSTAKA
Diakse pada tanggal 8 November 2019
https://www.atobasahona.com/2016/07/pengertian-dan-pengaruh-alelopati.html
http://staff.unila.ac.id/janter/2012/09/10/alelopati/
https://blogepetani.wordpress.com/2017/12/02/dosis-konsentrasi-dan-volume-
semprot-pestisida/
diakses pada tanggal 10 November 2019
http://blog.tanijoy.id/4-jenia-hama-pada-tanaman-kentang-dan-tips-
penanggulangan/
https://mitalom.com/hama-tanaman-kedelai/
https://id.wikipedia.org/wiki/Palawija
diakses pada tanggal 11 November 2019
http://biosbetter.blogspot.com/2015/12/alelopati.html
https://andre4088.blogspot.com/2012/03/konsentrasi-dan-dosis-pestisida.html

15

Anda mungkin juga menyukai