“senyawa struktur & efek toksisitas racun biotis yang berasal dari hewan dan tumbuhan ”
DOSEN PENGAMPUH : RINI PRASTYAWATI S.SI M.SI
Disusun oleh :
NURUL IVANA
20522015
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ” senyawa & struktur kimia yang terkandung pada racun
biotis yang berasal dari hewan & tanaman ”
Saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Rini selaku dosen mata
kuliah Toksikologi klinik yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan
tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga
wawasan terhadap bagaimana mengetahui dan mengidentifikasikan senyawa , struktur kimia yang
terkandung pada racun biotis terhadap hewan dan tumbuhan .
saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para
pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
B. TUJUAN
1. Mengetahui sumber-sumber racun (binatang, tumbuh-tumbuhan,).
2. Mengetahui senyawa , struktur dan gejala klinis keracunan .
C. Rumusan masalah
1. Jelaskan senyawa dan struktur kimia yang terkandung pada racun biotis pada
hewan
2. Jelaskan senyawa dan struktur kimia yang terkandung pada racun biotis pada
tumbuhan
3. Bagaimana efek toksisitas racun biotis pada hewan dan tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tumbuh-Tumbuhan
1. Jamur amanita
Jamur Amanita phalloides dikenal pula sebagai payung maut (DeathCap). Dari sekian banyaknya
jenis jamur beracun, Amanita phalloides merupakan spesies jamur paling berbahaya karena
kematian biasanya terjadi setelah mengonsumsi jamur ini. Masyarakat awam sering sering mengira
jamur ini dengan champignon (jamur agaricus).
Secara morfologi, jamur Amanita phalloides termasuk organismeheterotrof karena tidak
mempunyai pigmen hijau daun (khlorofil) untukmelakukan proses fotosintesis. Tubuh buah seperti
payung dengan tudung berwarna merah, coklat muda, coklat tua sampai kuning dengan bintik-
bintik putih. Dapat hidup sebagai saprofit atau parasit. Menurut Ainsworth (1973),jamur beracun
ini dicirikan sebagai tumbuhan talus dengan struktur tubuhuniseluler atau berfilamen, bersifat
amotil (dengan pengaliran sitoplasma melalui miselium), dinding sel mengandung kitin dan
selulosa, serta memiliki inti sel (eukariot). Pada umumnya dapat berkembang biak secara
seksual(generatif) maupun aseksual (vegetatif). Cara reproduksi jamur Amanitaphalloides secara
aseksual akan menghasilkan spora dengan sporokarpa makroskopik maupun mikroskopik.
Habitatnya tumbuh liar di hutan, tegalan, pekarangan, serta dapat ditemukan pula di antara jatuhan
daun atau pada tanah humus.
Karena efek toksiknya yang sangat berbahaya, maka sejak abad ke-19 para
ahli kimia telah melakukan penelitian terhadap kandungan senyawa kimia pada jamur
Amanita phalloides yang berpotensi sebagai racun. Pada tahun 1891, R. Kobert
menemukan senyawa kimia yang beliau namakan phallin. Walaupun bersifat
haemolitik namun senyawa kimia ini tidak memiliki efek toksik. Kemudian Lynen, F.
dan U. Wieland (1938) menemukan phalloidin sebagai racun utama pada jamur
Amanita phalloides. Dan pada tahun 1941, amanitin ditemukan oleh Wieland, H dan R.
Hallermayer sebagai senyawa berikutnya yang bersifat sebagai racun.
Phalloidin merupakan salah satu kelompok racun death cap (Amanita phalloides) yang sering
dikenal pula sebagai phallotoxin. Berupa rantai bisiklik heptapeptide dan terikat secara khusus
pada interfase subunit F-actin.
Oleh sebab itu,ikatan phalloidin lebih kuat pada actin filament (F-actin) daripada pada actin
monomer.Secara stokiometrik, phalloidin bereaksi dengan actin dan berfungsi menstabilkan
polimer-polimer actin (khususnya struktur F-actin). Ikatan polimerisasi pada struktur actin filament
(F-actin) distabilkan dengan cara mengurangi tingkat konstan untuk peruraian subunit actin
monomer.
Gejala dan Efek Keracunan Jamur Amanita phalloides
Cicuta atau disebut juga water hemlock adalah genus dari empat spesies tanamanan beracun dalam
family Apiaceae . Cicuta memiliki bunga putih yang kecil, tumbuh bersusun dengan bentuk
payung. Pada batang bagian bawah yang tebal terdapat ruang-ruang kecil berisi cairan berwarna
coklat yang sangat beracun. Cairan ini akan keluar jika batang cicuta dipatahkan atau dipotong.
Tingginya sekitar 0,5-1.0 m. Cicuta biasanya tumbuh pada lahan basah, seperti pada padang
rumput yang basah atau disepanjang tepi sungai di daratan Amerika Utara dan Eropa.
Petumbuhannya dimulai pada musim semi, akan meningkat dan berbunga pada bulan Juni atau
Juli.Cicuta terkenal mematikan. Pada bagian batang, akar, dan bunganya mengandung senyawa
beracun yang disebut cicutoxin. Senyawa beracun ini lebih banyak terdapat pada bagian akar dari
tanaman cicuta. Jika termakan dapat menyebabkan denyut nadi cepat, napas cepat, kejang-kejang,
koma, hingga kematian dapat terjadi pada 15 menit setelah dosis mematikan dikonsumsi
Nama IUPAC
(8E,10E,12E,14R)
-heptadeca-8,10,12-triene-
4,6-diyne-1,14-diol
Nama lain
Cicutoxin
Cicutoxin adalah terjadi secara alami beracun senyawa kimia diproduksi oleh beberapa tanaman
dari keluarga Apiaceae termasuk hemlock air (Cicuta spesies) dan dropwort air (Oenanthe
crocata). Senyawa itu mengandung poliena, polyyne, dan alkohol kelompok fungsional dan
merupakan a isomer struktural dari oenanthotoxin, juga ditemukan di dropwort air. Keduanya
adalah milik C17-polyacetylenes .
Itu menyebabkan kematian kelumpuhan pernapasan akibat gangguan pada sistem syaraf pusat.Ini
kuat, tidak kompetitif antagonis dari asam gamma-aminobutyric (GABA) reseptor. Pada manusia,
cicutoxin dengan cepat menghasilkan gejala mual, emesis dan sakit perut, biasanya dalam 60 menit
setelah menelan. Ini bisa menyebabkan tremor, kejang, dan kematian..
3. Strychnine
Strychnine adalah senjata pembunuhan di novel Agatha Christie dan film-film serial detectif.
Strychnine ini merupakan racun yang bertindak cepat, belum ada pengobatan yang efektif untuk
menyelamatkan korban dari gangguan racun ini.
Salah satu dari bentuk racun yang lebih populer pada awal abad kedua puluh. Strychnine menyerang
sistem saraf pusat dan menyebabkan reaksi refleks berlebihan. Dengan dosis yang benar korban bisa
mati dalam waktu sepuluh sampai dua puluh menit.
Striknina adalah sebuah alkaloid kristaline, pahit, tak berwarna dan beracun yang dipakai sebagai
pestisida, terutama untuk membunuh vertebrata-vertebrata kecil seperti burung dan hewan pengerat.
Sumber paling umumnya adalah berasal dari biji-bijian pohon Strychno s nux-vomica.
Strychnineini merupakan racun yang bertindak cepat, pengobatan yang efektif sekarang mungkin tidak ada
dan itu hanya dapat dilihat sebagai senjata pembunuh yang efisien dalam fiksi dan sangat kuno
menunjukkan misteri pembunuhan.
b. efek toksisitas
Tumbuhan ini walau terlihat indah dan menarik, baik buahnya yang seperti bisa di konsumsi, namun
Strychnine memiliki racun yang menyerang saraf pusat dan mengakibatkan kejang-kejang. Dengan
Dosis yang tepat maka korban dapat mengalami kematian dalam waktu 10 - 20 menit. Racun ini
membunuh secara perlahan-lahan dan membuat korban menderita hingga meninggal
Bunga wolfsbane atau yang sering disebut juga dengan bunga aconitum, sudah sejak lama
diandalkan sebagai tanaman herbal. Dalam pengobatan tradisional Cina, bunga herbal ini
digunakan untuk mengatasi peradangan, meringankan gejala kedinginan yang ekstrem, dan
gangguan pencernaan. Sebagian lainnya, menggunakan bunga aconitum sebagai obat untuk
mengatasi kejang, nyeri sendi, kebas, masalah kulit tertentu,
hingga rambut rontok. Bahkan bunga yang punya banyak warna ini
dipercaya mampu merangsang produksi keringat serta
menyembuhkan luka. Meski begitu, bunga yang punya rupa
menawan ini cukup berbahaya jika tidak disengaja dikonsumsi dan
dapat menyebabkan keracunan. Jadi, penggunaan tanaman herbal ini
tidak bisa sembarangan dan harus di bawah pengawasan ahli.
a. Senyawa dan struktur
Bunga wolfsbane mengandung alkaloid, yang merupakan senyawa yang dapat
menurunkan rasa nyeri. Zat ini bekerja dengan cara memengaruhi sistem saraf
kardiovaskular dan saraf pusat, sehingga merangsang rasa nyeri hilang. Bunga aconitum
segar sangat beracun dan dosis yang aman tergantung pada pengolahan. Perendaman dan
pendidihan selama proses merebus dapat menurunkan kadar alkaloidnya sehingga jadi
tidak beracun.
alkaloid
b. Efek toksisitas
Monkshood dapat ditemukan tumbuh di seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Karena
semua bagian tanaman beracun, maka penanganannyapun ekstra hati-hati. Kontak
dengan kulit dapat menyebabkan mati rasa sementara dan anak-anak yang memegang
umbi untuk jangka waktu yang panjang dapat menyerap alkaloid beracun dan mati
penyerapan tanaman dapat menyebabkan gejala jantung dan kelumpuhan.
5. Gympie Gympie
Gympie Gympie dengan nama ilmiah Dendrocnide moroides ini merupakan tumbuhan yang subur di
Hutan Maluku, Indonesia dan Hutan Timur, Australia. Saat memasuki hutan berhati-hatilah dengan
tumbuhan yang satu ini ! Bila kebetulan menjumpainya, segeralah menjauh, karena berada didekatnya
sama saja mengundang bahaya. Namanya memang sekilas terdengar imut tapi jangan sampai terkecoh,
ternyata racunnya mematikan.
Suicide tree dengan nama lain pong-pong dan othalanga adalah sebutan untuk spesies tumbuhan
yang memilki nama ilmiah Cerbera odollam. Bentuk tumbuhan ini sangatlah mirip dengan
oleander flower, karena berasal dari keluarga yang sama. Alasan pemberian nama suicide tree
sendiri adalah karena tumbuhan ini cukup popular untuk senjata pembunuhan diam-diam dan
juga untuk bunuh diri.
a. Senyawa dan struktur
Suicide tree mempunyai bagian bunga berwarna putih seperti melati, namun ukurannya lebih
besar. Tumbuhan ini memiliki kandungan racun bernama cerberin. Cerberin ini dapat
menyebabkan gangguan otot jantung, kegagalan pernapasan, dan kemudian kematian.
b. Efek toksisitas
Biji dari suicide tree ini juga sangatlah beracun dan tidak memberikan rasa pahit akan kandungan
racun maupun bau yang menyengat menyebabkan kegagalan pernapasan, dan kemudian
kematian. . Hal inilah yang membuat biji tumbuhan ini cukup populer digunakan untuk meracuni
seseorang dengan mencampurkannya di dalam makanan, karena rasanya dapat ditutupi oleh
bumbu makanan lainnya. Tidak hanya itu saja, racun dari suicide tree ini sering diabaikan saat
autopsi. Itulah sebabnya mengapa suicide tree sering dikatakan sebagai alat pembunuhan yang
sempurna.
7. Deadly Nightshade
Sekilas, tumbuhan dengan nama ilmiah Atropa belladonna ini terlihat tidak berbahaya bahkan
terlihat dapat dimakan dengan buah berrynya yang berwarna hijau atau hitam mengkilat,
ditambah lagi rasa mereka yang manis. Sayangnya, tumbuhan deadly nightshade ini adalah salah
satu tumbuhan paling mematikan yang ada di dunia. Belladonna, yang punya nama lain Atropa
belladonna atau nightshade, merupakan tanaman semak beracun yang berasal dari Asia dan
Eropa. Tanaman ini menghasilkan buah beri
hitam yang tidak boleh dimakan..
a. Senyawa & struktur
Racun yang terkandung dari tumbuhan ini
adalah atropine dan scopolamine yang
diproduksi alami oleh sel suatu organisme. Anehnya adalah racun atropine dan scopolamine yang
ada di dalam tumbuhan ini tidak memengaruhi hewan tertentu seperti kuda, kelinci, domba dan
beberapa burung diketahui tidak terpengaruh oleh racun mereka.
Scopolamine berfungsi untuk mengurangi sekresi beberapa organ tubuh. Ini juga membantu
mengurangi mual dan muntah akibat asam lambung naik. Selain itu, scopolamine berfungsi untuk
mengendalikan detak jantung dan melemaskan otot. Atropine serupa dengan scopolamine.
Atropine sama-sama digunakan untuk mengurangi sekresi organ tubuh. Namun tidak seefektif
scopolamine bila digunakan untuk meregangkan otot dan mengendalikan denyut jantung.
Atropine juga digunakan sebagai bahan obat tetes mata untuk melebarkan mata. Dalam beberapa
kasus, atropine bekerja sebagai penangkal racun serangga atau insektisida.
b. Efek toksisitas
Belladonna adalah salah satu tanaman paling beracun yang diketahui, dan penggunaannya melalui
mulut meningkatkan risiko dalam berbagai kondisi klinis, seperti komplikasi kehamilan, penyakit
kardiovaskular, gangguan gastrointestinal, dan gangguan kejiwaan. Semua bagian tumbuhan
mengandung alkaloid tropane. Menurut National Institutes of Health (NHS), nightshade tidak
aman dikonsumsi secara langsung. Memakan buah atau daun dari tanaman ini dapat
menyebabkan kematian. Kontak kulit langsung dengan daunnya dapat menimbulkan reaksi alergi
dan ruam kulit kemerahan. Itu sebabnya di zaman dulu, getah tanaman ini sering digunakan
sebagai racun yang dioleskan pada ujung panah.
Brugmansia adalah tanaman berbentuk semak yang besar-besar atau bisa juga merupakan pohon
yang kecil. Batangnya semi-kayu. Dari batangnya itu sering kali tumbuh banyak cabang. Tinggi
tanaman ini bisa mencapai tiga sampai sebelas meter. Nama “angel’s trumpet” merujuk pada
bunganya yang besar, menggantung, dan berbentuk seperti terompet. Panjang bunganya sekitar 14-
50 cm dan lebarnya 10-35 cm. Kebanyakan dari genus brugmansia ini memiliki wangi yang kuat.
Wanginya akan sangat tercium di malam hari.
Bunga terompet ini berasal dari daerah tropis di Amerika Selatan, sepanjang Andes dari Venezuela
sampai daerah utara Chile. Selain itu tanaman ini juga dapat ditemukan tumbuh di daerah tenggara
Brazil. Bunga ini kemudian tumbuh sebagai bunga ornamen yang ditanam di dalam pot di seluruh
dunia. Brugmansia kemudian ternaturalisasi di daerah tropis yang terisolasi di seluruh dunia,
termasuk di Asia.
9. Oleander
Oleander merupakan tanaman yang populeri di negara Amerika Serikat. Tanaman yang indah ini
biasanya dapat ditemukan di pekarangan sekolah, taman bermain, hingga perkebunan. Di balik
parasnya yang indah, ternyata tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang paling mematikan
di dunia.
Oleander mengandung cardiac glycosides yang dapat menurunkan kontraksi jantung dalam jangka
panjang. Jika kamu memakan daunnya, kamu dapat teracuni dengan beberapa gejala seperti diare,
muntah,
b. Efek toksisitas
2.2 HEWAN
Seperti racun tanaman, racun hewan terdiri dari beragam struktur dan modus
tindakan Sebuah contoh sederhana dan terkenal adalah asam formiat yang ditemukan pada
semut (nama ini berasal dari kata Latin, formika, untuk semut). Racun hewan sering
campuran protein kompleks.Sebagian besar dari kita menderita racun hewan di
beberapawaktu dalam kehidupan kita bahkan jika itu hanya sengatan lebah waspor.
Namun, di beberapa negara kematian dan penyakit akibat racun hewan merupakan
proporsipenting kasus keracunan dan penyebab signifikan penyakit dan kematian.Dalam
penggolongan permulaan ini meliputi bisa-bisa dan toxin-toxin yang dihasilkan didalam
organ-organ khusus dari ular, laba-laba dan binatang-biatang laut. Penggolongan modern
yang didasarkan atas pendekatan ini akan melibatkan organisme-organisme laut karena
racun ikan seperti toxin ciquatera
1. DeathStalker scorpion
Deathstalker (Leiurus quinquestriatus) adalah spesies kalajengking juga dikenal sebagai Palestina
kalajengking kuning, kalajengking kuning Israel, Omdurman kalajengking, Naqab gurun kalajengking.
Terlihat di bawah cahaya hitam di sini. Stalker Scorpion banyak ditemukan di daerah Afrika Utara dan Timur
Tengah Ada yang menganggap sengatan kalajengking relatif tidak berbahaya,hanya menyebabkan efek lokal
saja Namun jenis Stalker Scorpion memiliki racun neurotoksin yang sangat kuat pada ujung ekornya.
b. Efek toksisitas
Sengatan Deathstalker dikenal sangat menyakitkan, dan begitu racunnya menembus kulit
manusia, bisa menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, diare, dan kram perut, serta
pembengkakan yang terlihat di tempat sengatan. Korban yang lebih rentan, anak-anak dan
orang tua, juga dapat mengalami kejang dan retensi cairan di paru-paru. Untuk orang-orang
seperti itu, kematian bisa datang melalui kolaps jantung dan pernapasan.
2. Ubur ubur jellyfish
Penghargaan ‘Binatang paling beracun di dunia’ sementara ini masih
dipegang oleh ubur-ubur Jellyfish. Sejak tahun 1954, sudah tercatat angkat
kematian sedikitnya 5.567 orang akibat terkena racunnya. Jellyfish banyak
ditemukan di perairan Asia dan Australia.
b. Efek toksisitas
Sengatan ubur-ubur dapat menyebabkan gejala reaksi lokal dan reaksi sistemik
pada manusia. Sengatan ubur-ubur dapat menimbulkan gangguan jantung dan paru
serta syok anafilaktik hingga kematian. Selain itu, gejala kematian yang terjadi pada
hewan coba mencit yang diinduksi racun ubur-ubur adalah terjadi peningkatan
aktivitas, iritasi lokal pada bagian tempat injeksi, ataksia, penurunan tonus otot, dan
flaccid paralysis sampai akhirnya kejang-kejang sebelum mengalami kematian.
Racun ubur-ubur juga memiliki potensi yang menyebabkan terjadinya hemolisis
karena memiliki komponen hemolisin yang mengganggu transpor ion membran
plasma dan menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma yang menyebabkan
eritrosit mudah pecah atau lisis.
3. Ikan buntal
ikan ini adalah salah satu ikan paling beracun di dunia. Ikan buntal paling banyak berenang di
perairan Jepang, Cina, dan Filipina dan Meksiko. Meski berbisa, ikan buntal dapat dimakan bila
disajikan dengan mengikuti langkah keamanan pangan yang benar. ikan ini memiliki racun
yangsangat mematikan, racun ini bahkan tidak dapat hilang walaupun ikan ini sudah di masak,
di Jepang hanya sedikit pembuat sushi
yang memiliki ijin untuk menyajikan
ikan ini direstoran-restoran, di
karenakan di butuhkan teknik
memotong ikan ini dikenal dengan
masakan ikan "Fugu".
a. Senyawa & strukur kimia
Kulit, jaringan otot, hati, dan gonad (kelenjar kelamin) ikan buntal semuanya mengandung
racun yang disebut tetrodoxin. Racun pada ikan ini di kenal sebagai tetrodotoxin
(TTX).Tetrodotoxin adalah racun saraf yang sangat kuat, mematikan pada dosis sekitar 10
G kg/ 1 berat badan. Efek awalan dalah kesemutan di mulut diikuti dalam 10-45 menit
dengan otot inkoordinasi
b. Efek toksisitas
Jika kurang beruntung saat mengonsumsinya, kamu akan mengalami sensasi geli, rasa
terbakar di mulut, mual, sakit kepala, dan masalah bicara hingga koordinasi. Sementara
itu, jika menelan terlalu banyak, kamu akan mengalami kejang, kelumpuhan, aritmia
jantung dan kematian.
4. Laba-Laba Fiddleback
Walaupun hanya memiliki ukuran 1/2 inch (1,27 cm) namun laba-
laba ini dapat di katakan sebagai laba-laba paling beracun di dunia.
Gigitan oleh laba-laba ini pada umumnya tidak terasa sakit, namun
setelah 8 jam maka korban akan berada dalam kondisi kesakitan
maupun sekarat. Gigitannya pada umumnya menyebabkan
muntah-muntah, pembengkakan dan nekrosis (Kematian SeL )
5. ular Diamondback
Ular berbisa diamondback timur ( Crotalus adamanteus ) adalah ular berbisa terberat di Amerika
Utara. Hal ini mudah dikenali dari pola sisik berbentuk berlian di punggungnya. Diamondback
adalah jenis ular berbisa terbesar dan ular berbisa terberat. Rata-rata orang dewasa berukuran
panjang 3,5 sampai 5,5 kaki dan berat 5,1 pon. Namun, orang dewasa bisa menjadi jauh lebih
besar. Satu spesimen yang dibunuh pada tahun 1946 memiliki panjang 7,8 kaki dan berat 34 pon.
Laki-laki cenderung lebih besar dari perempuan. Kulit ular berbisa punggung berlian dihargai
karena polanya yang indah. Spesies ini memiliki reputasi sebagai ular berbisa paling berbahaya di
Amerika Utara, dengan tingkat kematian akibat gigitan berkisar antara 10-30% (tergantung
sumber). Gigitan rata-rata dapat menghasilkan 400-450 miligram racun, dengan perkiraan dosis
mematikan manusia hanya 100-150 miligram. The racun mengandung senyawa yang disebut
crotolase bahwa pembekuan fibrinogen, akhirnya mengurangi platelet count dan pecah sel darah
merah. Komponen racun lainnya adalah neuropeptida yang dapat menyebabkan serangan
jantung. Racun ini menyebabkan pendarahan di tempat gigitan, pembengkakan dan perubahan
warna, nyeri hebat, nekrosis jaringan, dan tekanan darah rendah. Dua antivenom yang efektif
telah dikembangkan, tetapi salah satunya tidak lagi diproduksi.
Katak corroboree terdiri dari dua spesies, yaitu Pseudophryne corroboree dan
Pseudophryne pengilleyi. Katak ini memiliki kemampuan menghasilkan racun sendiri
dan bukan berasal dari sumber makanan tertentu seperti katak beracun lainnya di
dunia.Kedua katak tersebut berasal dari Southern Tablelands, Australia.
Hewan amfibi beracun ini mampu menghasilkan alkaloid sebagai racun pertahanan diri
dan melindungi kulit dari mikroba. Jika racun katak ini masuk ke tubuh pemangsa akan
sangat mematikan. Katak Corroboree adalah vertebrata pertama yang ditemui yang
mampu menghasilkan alkaloid beracun mereka sendiri, berbanding memperolehnya
melalui diet seperti katak lain. Alkaloid dirembeskan dari kulit sebagai pertahanan
terhadap pemangsa, dan berpotensi melawan jangkitan kulit oleh mikroba. Ia telah
digambarkan berpotensi mematikan mamalia jika tertelan. Alkaloid unik yang dihasilkan
telah diberi nama pseudo-phrynamine. - https://ms.wikiwagsdisposables.com/744098-
corroboree-frog-EDILIK
b. Efek toksisitas
Katak ini dapat membunuh dan memangsa para predator yang mengabaikan warna
terang mereka sebagai peringatan , menyebabkan pembengkakakan dan sensasi
bakar
9. Siput kerucut
Bab 3
Penutup
A, kesimpulan
Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang
merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi diatas, jelas terlihat bahwa dalam
Toksikologi terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksidengan suatu cara-cara tertentu
untuk menimbulkan respon pada system biologi yang dapat menimbulkan kerusakan
pada system biologi tersebut. Bapak Toksikologi, Paracelsus, menyatakan bahwa:
Segala sesuatu adalah racun dan tidak ada yang tanpa racun. Hanya dosis yang
membuat sesuatu menjadi bukan racun (Dosis solum facit venum). Istilah racun
bersinonim dengan kata toksin dan bisa, namun memiliki definisi yang berbeda antara
yang satu dengan lainnya. Kata "toksin" didefinisi sebagai racun yang dihasilkan dari
proses biologi, atau sering disebut sebagai biotoksin.
B. SARAN
Setelah memahami materi ini secara mendalam, saya harapkan pembaca dapat mengerti dan
menambah ilmu serta wawasannya. Semoga tulisan yang saya buat ini dapat membantu
pembaca dalam menyelesaikan tugas atau materi yang bersangkutan dengan pokok bahasan
senyawa dan struktur racun biotis pada hewan dan tumbuhan Apabila ada kekurangan dari
penulisan makalah yang ini, harap pembaca dapat memakluminya.
Daftar pustaka
Conant, R. dan JT Collins. A Field Guide to Reptiles and Amphibians: Eastern and Central North America
(3rd ed.), 1991. Houghton Mifflin Company, Boston, Massachusetts.
Ernst, CH dan RW Barbour. Ular dari Amerika Utara bagian Timur . George Mason University Press,
Fairfax, Virginia, 1989.
McDiarmid, RW; Campbell, JA; Touré, T. Spesies Ular Dunia: Referensi Taksonomi dan Geografis ,
Volume 1, 1999. Washington, District of Columbia. Liga Herpetologis. 511 hlm. ISBN 1-893777-00-6
Jürgen Müller: Die Konstitutionserforschung der Alkaloide: Die Pyridin - Piperidin- Gruppe. Deutscher
Apotheker Verlag (1998), ISBN 3-7692-0899-4
Waltraud Stammel, Helmut Thomas: Endogene Alkaloide in Säugetieren. Ein Beitrag zur Pharmakologie
von körpereigenen Neurotoxinen. In: Naturwissenschaftliche Rundschau. 60(3), S. 117–124 (2007), ISSN
0028-1050
Terlau H, Olivera BM (2004). "Conus venoms: a rich source of novel ion channel-targeted
peptides". Physiol. Rev. 84 (1): 41–68. doi:10.1152/physrev.00020.2003. PMID 14715910.
Olivera BM, Teichert RW (2007). "Diversity of the neurotoxic Conus peptides: a model for
concerted pharmacological discovery". Molecular Interventions. 7 (5): 251–60. doi:10.1124/mi.7.5.7.
PMID 17932414.
"Archived copy" (PDF). Archived (PDF) from the original on 2017-08-29. Retrieved 2017-03-31.
Olivera BM, Watkins M, Bandyopadhyay P, Imperial JS, de la Cotera EP, Aguilar MB, Vera EL,
Concepcion GP, Lluisma A (September 2012). "Adaptive radiation of venomous marine snail lineages and
the accelerated evolution of venom peptide genes". Ann. N. Y. Acad. Sci. 1267 (1): 61–70.
Czarnetzki, B. M.; Thiele, T.; Rosenbach, T. (February 1990). "Evidence for leukotrienes in animal
venoms". Journal of Allergy and Clinical Immunology. 85 (2): 505–509. doi:10.1016/0091-6749(90)90162-
W. PMID 1968071.
Meier J, White J (1995). Clinical toxicology of animal venoms and poisons. CRC Press, Inc. ISBN 0-8493-
4489-1.
Aufschnaiter, Andreas; Kohler, Verena; Khalifa, Shaden; Abd El-Wahed, Aida; Du, Ming; El-Seedi,
Hesham; Büttner, Sabrina (2020-01-21). "Apitoxin and Its Components against Cancer, Neurodegeneration
and Rheumatoid Arthritis: Limitations and Possibilities". Toxins. 12 (2): 66. doi:10.3390/toxins12020066.
ISSN 2072-6651. PMC 7076873. PMID 31973181.