PAPER
OLEH :
NANDA RAJA
140301110
AGROEKOTEKNOLOGI III A
L A B O R A T O R I U M E K O L O G I T A N A M A N
P R O G RAM S T U D I AG R O E K O T E K N O LO G I
F A K U L T A S
P E R T A N I A N
U N I V E R S I TAS S U M AT E R A U TAR A
2016
PAPER
OLEH :
NANDA RAJA
140301110
AGROEKOTEKNOLOGI III A
Paper sebagai salah satu syarat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium
Ekologi Tanaman, program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
Diperiksa Oleh :
Asisten Korektor I
( Wika W Syahputri )
NIM. 120301070
Diperiksa Oleh :
Asisten Korektor II
L A B O R A T O R I U M E K O L O G I T A N A M A N
P R O G RAM S T U D I AG R O E K O T E K N O LO G I
F A K U L T A S
P E R T A N I A N
U N I V E R S I TAS S U M AT E R A U TAR A
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya Penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.
Adapun
judul
dari
paper
ini
adalah
ALELOPATI
kesempatan
dosen
Nini
ini
pengasuh
Rahmawati
S.P.,
Penulis
mata
M.Si.,
mengucapkan
kuliah
Dr.
Ekologi
Dra.
terima
kasih
Tanaman
Chairani
M.S.,
Dr. Ir. Yaya Hasanah M.Si., Ir. Irsal M.P., Ir.Haryati M.P., serta abang dan kakak
Asisten Laboratorium yang membantu penyelesaian paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini jauh dari kesempurnaan, dan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan paper ini.
Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan penulisan
Kegunaan penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani tanaman
Syarat tumbuh
Iklim
Tanah
ALELOPATI KACANG HIJAU ( Vigna radiate L ) TERHADAP
PERKECAMBAHAN KEDELAI ( Glycine max Merr )
Pengertian Alelopati
Mekanisme Alelopati
Mekanisme Alelopati Kacang Hijau ( Vigna radiate L )
Proses Perkecambahan Kedelai ( Glycine max Merr )
Alelopati Kacang Hijau ( Vigna radiate L ) terhadap Perkecambahan
Kedelai ( Glycine max Merr )
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar belakang
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk
interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup
lainnya melalui senyawa kimia. Pendapat lain mengungkapkan
bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu
tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat
pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan
tumbuhan tersebut. Istilah ini diartikan sebagai pengaruh negatif
dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan,
pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat
adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu
jenis tumbuhan (Indriyanto, 1999).
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang
sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhankebutuhan yang sama terhadap factor-faktor pertumbuhan, kadangkadang suatu jenis tanaman mengeluarkan suatu jenis senyawa
kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis-jenis tanaman
lain dan mungkin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dari
anakannya
allelopati
bagi
tumbuhan:1)
Menghambat
dan
nitrifikasi
(Soejoni, 2007).
Allelokimia (senyawa penyebab allelopati) berasal dari bagian
yang berbeda pada tumbuhan penghasilnya; akan tetapi, bagian
terpenting sebagai sumber allelokimia adalah akar dan daun.
Eksudat akar berperan aktif dalam pengaturan sismbiosis dan
proteksi tumbuhan terhadap mikroorganisme. Dalam interaksi
allelopati, tumbuhan donor menggunakan metabolit sekunder yang
dikeluarkan akar ke rizosfir untuk mengganggu pertumbuhan
tumbuhan
lain
di
sekitarnya
Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai syarat mengikuti
praktikuumn di Laboratorium Ekologi Tanaman, program studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Kegunaan penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai syarat pemenuhan
komponen
penilaian
di
Laboratorium
Ekologi
Tanaman,
program
studi
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kacang Hijau
Menurut tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae.
Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan
sebagai berikut. Kingdom : Plantae. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi :
Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosales Famili : Leguminosae
(Papilionaceae)
Genus
Phaseolus
Spesies
Vigna
radiata
( Tjitrosoepomo ,1989)
Akar tanaman kacang hijau merupakan akar tunggang. Sistem perakarannya
dibagi menjadi dua, yaitu mesophytes (mempunyai banyak cabang akar pada
permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar), dan xerophytes (memiliki
akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah) (Sharma, 1993).
Tanaman kacang hijau memiliki batang tegak atau semi tegak dengan
ketinggian antara 30 cm 110 cm. Batang berwarna hijau, kecokelat-cokelatan, atau
keungu-unguan, berbentuk bulat dan berbulu. Pada batang utama tumbuh cabang dan
menyamping (Fachruddin, 2000)
Daunnya terdiri dari tiga helaian (trifoliat) dan letaknya berseling. Tangkai
daunnya lebih panjang dari daunnya dengan warna daun hijau muda sampai hijau tua.
Bunganya berwarna kuning tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang,
dan dapat menyerbuk sendiri. Polongnya berbentuk silindris dengan panjang antara 6
-15 cm dan berbulu pendek. Sewaktu muda berwarna hijau dan berubah hitam atau
berwarna
coklat
ketika
tua,
dengan
isi
polong
10-15
biji
pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau
coklat. Setiap polong berisi 10 15 biji (Somaatmadja, 1993 dan Suprapto, 2007).
Syarat tumbuh
Iklim
Iklim Faktor iklim seperti curah hujan, suhu, radiasi surya, dan kelembaban
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman kacangkacangan
membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhannya (kondisi tanah yang lembab).
Kondisi air yang berlebihan (tergenang) tidak baik bagi pertumbuhan tanaman.
Apabila air irigasi tidak tersedia, maka curah hujan 100 200 mm /bulan dinilai
cukup bagi pertumbuhan tanaman (Arsyad, 2003).
Kacang hijau dapat ditanam di daerah iklim hangat dan di daerah subtropik.
Sebagian besar genotipnya memperlihatkan tanggapan terhadap hari pendek. Kacang
hijau adalah tanaman musim hangat dan tumbuh dibawah suhu rata-rata yang berkisar
20 40 oC dengan suhu optimumnya 20 30 oC (Somaatmadja, 1993).
Pertumbuhan yang optimum yang tercapai pada suhu 20 25 oC. Suhu 12
20 oC adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman,
tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan biji. Pada suhu
yang lebih tinggi dari 30 oC, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Pada banyak jenis tanaman, khususnya pada jenis tanaman semusim suhu
memainkan peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan dan
perkembangan bunga (Barden, Halfacre and Parish, 1987).
Tanah
Jenis tanah yang dikehendaki tanaman kacang hijau adalah liat berlempung
atau tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik, seperti tanah podsolik
merah kuning (pmk) dan latosol. Kacang hijau dapat tumbuh pada ketinggian < 2000
m dpl, dan tumbuh subur pada tanah liat atau liat berpasir yang cukup kering, dengan
pH 5.5 7.0 (Rukmana, 1997).
Tanaman kacang hijau hampir dapat tumbuh pada semua jenis tanah yang
banyak mengandung bahan organik, dengan drainase yang baik. Namun demikian,
tanah yang paling cocok bagi tanaman kacang hijau ialah tanah liat berlempung atau
tanah
lempung,
misalnya
podsolik
merah
kuning
(PMK)
dan
latosol
(Fachruddin, 2000).
Tanah yang mempunyai pH 5.8 paling ideal untuk pertumbuhan kacang hijau,
sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik karena penyediaan makanan terhambat.
Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara fosfor, kalium, kalsium,
magnesium, dan belerang. Unsur hara ini cukup penting untuk meningkatkan
produksinya (Suprapto, 2007).
Suplai nitrogen di dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam
kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah. Peranan N
cabang terdapat bintil bintil akar berisi bakteri Rhizobium jafonicum, yang
mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian
dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Batang kedelai berasal dari poros janin sedangkan bagian atas poros berakhir
dengan epikotil yang amat pendek dan hypokotil merupakan bagian batang
kecambah. Bagian batang kecambah di bagian atas kotyledon adalah epicotyl. Titik
tumbuh epikotyl akan membentuk daun dan kuncup ketiak. Batang dapat membentuk
36 cabang, berbentuk semak dengan tinggi 30100 cm. Pertumbuhan batang
dibedakan atas tipe diterminate dan indeterminate (Lamina, 1989).
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun
dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning kuningan. Bentuk daun ada
yang oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini tergantung pada
varietas masing masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah tua, maka daun
daunnya mulai rontok (AAK, 1989)
Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga terdapat
alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga berwarna
ungu atau putih. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Di Indonesia
tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 3050 hari (Fachruddin, 2000).
Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 14 biji. Biji umumnya
berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara 6
30g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (610 g/100
biji), biji sedang (1112 g/100 biji) dan biji besar (13 g atau lebih/100 biji). Warna
biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat dan hitam (Fachruddin, 2000)
Syarat tumbuh
Iklim
Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia akan tumbuh subur di daerah
yang berhawa panas, apalagi di tempat yang terbuka tidak terlindung oleh tanaman
lain (Sugeng, 1983).
Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 2025 C. Suhu 1220 C adalah
suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat
menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta pembungaan
dan
dari
pertumbuhan
30
C,
biji.
fotorespirasi
Pada
cenderung
suhu
yang
mengurangi
lebih
hasil
tinggi
fotosintesis
Jumlah air yang berlebih tidak menguntungkan bagi tanaman kedelai, karena
mangakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat mempengaruhi
aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen. Hasil observasi ini menunjukkan
bahwa pengaruh curah hujan, dan temperatur terhadap pertumbuhan tanaman kedelai
di sepanjang musim adalah sekitar 6070% ( AAK , 1989).
Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat tempat
yang terbuka dan bercurah hujan 100400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai
kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan
laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah beriklim kering
(Andrianto dan Indarto, 2004).
Tanah
Kedelai sebenarnya bisa ditanam pada berbagai macam jenis tanah. Tetapi
,yang paling baik adalah tanah yang cukup mengandung kapur dan memiliki sistem
drainase yang baik. Perlu diperhatikan, kedelai tidak tahan terhadap genangan air.
Kedelai bisa tumbuh baik pada tanah yang struktur keasamannya (PH) antara 5,8 7
(Islami dalam Utomo, 1995).
Tanaman kedelai mempunyai dua periode tumbuh, yaitu periode vegetatif dan
periode produktif. Tanaman kedelai tumbuh subur di daerah tropis, pada tempat
terbuka dan tidak terlindung oleh tanaman liar, karena kedelai menghendaki hawa
yang cukup panas. Kadar keasaman tanah yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman
kedelai pada pH 5,0-7,0. Tanah dengan pH yang lebih besar dari 7,0 akan
mengakibatkan klorosis, yaitu tanaman akan menjadi kerdil dan daunnya menguning.
Pada tanah dengan pH kurang dari 5,0 akan mengakibatkan keracunan pada tanaman
kedelai (Andrianto dan Indarto, 2004).
Tanah yang baru pertama kali ditanam kedelai sebaiknya diberi bakteri
Rhizobium. Kedelai akan tumbuh dengan subur dan memuaskan jika ditanam pada
tanah yang mengandung kapur dan tanah bekas ditanami padi. Kedelai dapat tumbuh
pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi tanahnya cukup baik. Tanahtanah
yang cocok yaitu, alluvial, regosol, grumusol, latotosol, dan andosol (Suhaeni, 2007).
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi manusia.
Tanah yang subur adalah tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara
optimal melalui penyediaan unsur hara dalam keadaan cukup dan seimbang, sirkulasi
udara yang baik dan mempunyai air yang tersedia dalam jumlah yang memadai
(Islami dalam Utomo, 1995).
Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan suptropis.
Kedelai dapat tumbuh di tempat yang berhawa panas, di tempat tempat yang
terbuka dan bercurah hujan 1000 4000 mm per bulan. Kedelai cocok ditanam di
daerah ketinggian 100 500 meter diatas permukaan laut.lazimnya, kedelai ditanam
pada musim kemarau, yakni setelah panen padi pada musim hujan. Pada saat itu,
kelembapan tanh masih bisa dipertahankan. Kedelai memerlukan pengairan yang
cukup, tetapi volume air terlalu banyak tidak mengguntungkan bagi kedelai, karena
akarnya bisa membusuk (Suhaeni, 2007).
lainnya
mengungkapkan
melalui
bahwa
senyawa
alelopati
kimia.
merupakan
Pendapat
suatu
lain
peristiwa
allelopati
bagi
tumbuhan:1)
Menghambat
dan
nitrifikasi
(Soejoni, 2007).
Allelokimia (senyawa penyebab allelopati) berasal dari bagian
yang berbeda pada tumbuhan penghasilnya; akan tetapi, bagian
lain
di
sekitarnya
jagung
dan
perlu
kuantitas
dikendalikan
hasil
panen
karena
menurunkan
(Kurniawan,
2006).
Mekanisme Alelopati
Pada suatu agroekosistem, senyawa alelopati kemungkinan dapat dihasilkan
oleh gulma, tanaman pangan, dan hortikultura (semusim), tanaman berkayu, residu
dari tanaman dan gulma, serta mikroorganisme. Alelopati dari tanaman dan gulma
dapat dikeluarkan dalam bentuk eksudat dari akar dan serbuk sari, luruhan organ
(decomposition), senyawa yang menguap (volatile) dari daun, batang, dan akar, serta
melalui
pencucian
(leaching)
dari
organ
bagian
luar
melalui
pelepasan
senyawa
kimia
ke
lingkungannya
dilepaskan.
Beberapa
jenis
mulsa
dapat
meracuni
energi terjadi pada organ penyimpanan bahan cadangan seperti endosperm dan daun
lembaga,
dan
anabolisme
yang
menghasilkan
sintesa
protein
baik
terjadi
dalam
poros
lembaga
(Sadjad, 1994).
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup.
Bila biji kedelai ditanam di dalam tanah, air dalam kapasitas lapang selama 5 hari
setelah tanam merupakan keadaan yang baik untuk perkecambahan biji. Suhu
optimumnya sekitar 270 -300 C. Biji kedelai mudah menurun daya kecambahnya,
terutama bila kadar air dalam biji di atas 13% dan disimpan pada ruangan yang
suhunya diatas 250 C, serta kelembaban nisbah ruang diatas 80%. Biji kedelai yang
disimpan pada gudang tanpa pendingin hanya tahan sekitar 3-5 bulan. Lebih dari 6
bulan sebagian besar biji tidak dapat tumbuh lagi bila ditanam. Kedelai yang bijinya
kecil lebih tahan dalam penyimpanan daripada yang bijinya besar. Kecambah kedelai
tergolong epigeous, yang berarti keping biji muncul di atas tanah. Bagian batang
berkecambah di bawah keping disebut hipokotil. Warna hipokotil ungu atau hijau,
dan erat hubungannya dengan warna bunga. Kedelai yang hipokotilnya ungu
bunganya ungu. Dan yang hijau bunganya berwarna putih (Suprapto, 2001).
Benih bermutu ialah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang
berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul dan memiliki daya tumbuh lebih dari
90%. Memiliki viabilitas atau dapat mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya
menjadi tanaman yang baik atau mampu berkecambah juga tumbuh dengan normal.
Disebut sebagai benih yang matang terdiri dari tiga struktur dasar yaitu embrio,
jaringan penyimpanan bahan makanan dan kulit benih. Embrio terdiri dari sumbu
embrio yang mengandung daun lembaga atau kotiledon, plumula, hipokotil dan bahan
akar. Jaringan penyimpanan bahan makanan dari suatu benih mungkin dalam bentuk
daun
lembaga,
endosperma
atau
perisperma
(Kartasapoetra,
2003)
Akar
Kontrol
66,67
66,67
66,67
80,00
60,00
80,00
80,00
66,67
53,33
Perlakuan
Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada setiap kolom menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%
KONSENTRASI
alelokemi
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
A.C.
and
P.E.
Hill
Publishing
Company
LTD.
Mead, R., R.N. Curnow, and A.M. Hasted. 1993. Statistical Methods in
Agriculture and Experimental Biology. London: Chapman and Hall.
Rice, E.L. 1984. Allelopathy. Academic Press, Inc. Orlando.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit
ITB.
King.)
terhadap
Perkecambahan
Biji,
Infeksi
Mikoriza
Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: Pusat Antar
Universitas, Institut Pertanian Bogo