Anda di halaman 1dari 33

ALELOPATI KACANG HIJAU ( Vigna radiate L ) TERHADAP

PERKECAMBAHAN KEDELAI ( Glycine max Merr )

PAPER

OLEH :
NANDA RAJA
140301110
AGROEKOTEKNOLOGI III A

L A B O R A T O R I U M E K O L O G I T A N A M A N
P R O G RAM S T U D I AG R O E K O T E K N O LO G I
F A K U L T A S
P E R T A N I A N
U N I V E R S I TAS S U M AT E R A U TAR A
2016

ALELOPATI KACANG HIJAU ( Vigna radiate L ) TERHADAP


PERKECAMBAHAN KEDELAI ( Glycine max Merr )

PAPER

OLEH :
NANDA RAJA
140301110
AGROEKOTEKNOLOGI III A
Paper sebagai salah satu syarat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium
Ekologi Tanaman, program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh :
Asisten Korektor I

( Wika W Syahputri )
NIM. 120301070

Diperiksa Oleh :
Asisten Korektor II

( Tri Andra Zulkadifta )


NIM. 130301022

L A B O R A T O R I U M E K O L O G I T A N A M A N
P R O G RAM S T U D I AG R O E K O T E K N O LO G I
F A K U L T A S
P E R T A N I A N
U N I V E R S I TAS S U M AT E R A U TAR A
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatnya Penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.
Adapun

judul

dari

paper

ini

adalah

ALELOPATI

KACANG HIJAU ( Vigna radiate L ) TERHADAP PERKECAMBAHAN


KEDELAI ( Glycine max Merr ) yang berguna sebagai syarat memenuhi komponen
penilaian di Laboratorium Ekologi Tanaman, program studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pada
kepada
Dr.

kesempatan

dosen

Nini

ini

pengasuh

Rahmawati

S.P.,

Penulis
mata
M.Si.,

mengucapkan

kuliah
Dr.

Ekologi
Dra.

terima

kasih

Tanaman

Chairani

M.S.,

Dr. Ir. Yaya Hasanah M.Si., Ir. Irsal M.P., Ir.Haryati M.P., serta abang dan kakak
Asisten Laboratorium yang membantu penyelesaian paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini jauh dari kesempurnaan, dan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan paper ini.
Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, April 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan penulisan
Kegunaan penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani tanaman
Syarat tumbuh
Iklim
Tanah
ALELOPATI KACANG HIJAU ( Vigna radiate L ) TERHADAP
PERKECAMBAHAN KEDELAI ( Glycine max Merr )
Pengertian Alelopati
Mekanisme Alelopati
Mekanisme Alelopati Kacang Hijau ( Vigna radiate L )
Proses Perkecambahan Kedelai ( Glycine max Merr )
Alelopati Kacang Hijau ( Vigna radiate L ) terhadap Perkecambahan
Kedelai ( Glycine max Merr )
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN
Latar belakang
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk
interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup
lainnya melalui senyawa kimia. Pendapat lain mengungkapkan
bahwa alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu
tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat
pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan
tumbuhan tersebut. Istilah ini diartikan sebagai pengaruh negatif
dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan,
pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat
adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu
jenis tumbuhan (Indriyanto, 1999).
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang
sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhankebutuhan yang sama terhadap factor-faktor pertumbuhan, kadangkadang suatu jenis tanaman mengeluarkan suatu jenis senyawa
kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis-jenis tanaman
lain dan mungkin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dari
anakannya

sendiri, dan inilah yang merupakan suatu peristiwa yang dikenal


dengan allelopati (Onrizal. 2008).
Pengaruh

allelopati

bagi

tumbuhan:1)

Menghambat

penyerapan hara oleh akar tanaman. 2). Menghambat pembelahan


sel. 3). Menghambat pertumbuhan tanaman. 4) Menghambat
aktivitas fotosintesis. 5). Memacu atau menghambat respirasi. 6).
Mempengaruhi sintesis protein. 7). Menurunkan permeabilitas
membrane. 8). Menghambat aktivitas enzim. 9). Menghambat
fiksasi

dan

nitrifikasi

(Soejoni, 2007).
Allelokimia (senyawa penyebab allelopati) berasal dari bagian
yang berbeda pada tumbuhan penghasilnya; akan tetapi, bagian
terpenting sebagai sumber allelokimia adalah akar dan daun.
Eksudat akar berperan aktif dalam pengaturan sismbiosis dan
proteksi tumbuhan terhadap mikroorganisme. Dalam interaksi
allelopati, tumbuhan donor menggunakan metabolit sekunder yang
dikeluarkan akar ke rizosfir untuk mengganggu pertumbuhan
tumbuhan

lain

di

sekitarnya

(Bais et al., 2004).


Peristiwa allelopati ialah peristiwa adanya pengaruh buruk
dari zat kimia (allelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang
dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain yang tumbuh di

sekitarnya.Pertumbuhan jagung banyak dipengaruhi oleh berbagai


faktor genetic dan lingkungan, diantara faktor lingkungan adalah
adanya persaingan dengan gulma. Pertumbuhan gulma disekitar
tanaman jagung perlu dikendalikan karena menurunkan kualitas
dan kuantitas hasil panen (Kurniawan, 2006).

Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai syarat mengikuti
praktikuumn di Laboratorium Ekologi Tanaman, program studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Kegunaan penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai syarat pemenuhan
komponen

penilaian

di

Laboratorium

Ekologi

Tanaman,

program

studi

Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, serta sumber


informasi bagi pihak yang membutuhkan

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kacang Hijau
Menurut tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae.
Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan
sebagai berikut. Kingdom : Plantae. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi :
Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosales Famili : Leguminosae
(Papilionaceae)

Genus

Phaseolus

Spesies

Vigna

radiata

( Tjitrosoepomo ,1989)
Akar tanaman kacang hijau merupakan akar tunggang. Sistem perakarannya
dibagi menjadi dua, yaitu mesophytes (mempunyai banyak cabang akar pada
permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar), dan xerophytes (memiliki
akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah) (Sharma, 1993).

Tanaman kacang hijau memiliki batang tegak atau semi tegak dengan
ketinggian antara 30 cm 110 cm. Batang berwarna hijau, kecokelat-cokelatan, atau
keungu-unguan, berbentuk bulat dan berbulu. Pada batang utama tumbuh cabang dan
menyamping (Fachruddin, 2000)
Daunnya terdiri dari tiga helaian (trifoliat) dan letaknya berseling. Tangkai
daunnya lebih panjang dari daunnya dengan warna daun hijau muda sampai hijau tua.
Bunganya berwarna kuning tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang,
dan dapat menyerbuk sendiri. Polongnya berbentuk silindris dengan panjang antara 6
-15 cm dan berbulu pendek. Sewaktu muda berwarna hijau dan berubah hitam atau
berwarna

coklat

ketika

tua,

dengan

isi

polong

10-15

biji

(Andrianto dan Indarto, 2004).


Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna
bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang berwarna
kuning, cokelat dan hitam . Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar
cabang pada permukaan (Soeprapto,1993).
Bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna (hermaprodite), dapat
menyerbuk sendiri, berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning. Biasanya berbunga
30 70 hari, dan polongnya menjadi tua 60 120 hari setelah tanam. Perontokan
bunga banyak terjadi, mencapai 90%. Persilangan masih juga terjadi sampai 5%.
Bunga biasanya diserbuki pada malam hari, sebelum mekar pagi hari berikutnya.
Polong berbentuk silindris dengan panjang antara 6 15 cm dan biasanya berbulu

pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam atau
coklat. Setiap polong berisi 10 15 biji (Somaatmadja, 1993 dan Suprapto, 2007).
Syarat tumbuh
Iklim
Iklim Faktor iklim seperti curah hujan, suhu, radiasi surya, dan kelembaban
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman kacangkacangan
membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhannya (kondisi tanah yang lembab).
Kondisi air yang berlebihan (tergenang) tidak baik bagi pertumbuhan tanaman.
Apabila air irigasi tidak tersedia, maka curah hujan 100 200 mm /bulan dinilai
cukup bagi pertumbuhan tanaman (Arsyad, 2003).
Kacang hijau dapat ditanam di daerah iklim hangat dan di daerah subtropik.
Sebagian besar genotipnya memperlihatkan tanggapan terhadap hari pendek. Kacang
hijau adalah tanaman musim hangat dan tumbuh dibawah suhu rata-rata yang berkisar
20 40 oC dengan suhu optimumnya 20 30 oC (Somaatmadja, 1993).
Pertumbuhan yang optimum yang tercapai pada suhu 20 25 oC. Suhu 12
20 oC adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman,
tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan biji. Pada suhu
yang lebih tinggi dari 30 oC, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Pada banyak jenis tanaman, khususnya pada jenis tanaman semusim suhu
memainkan peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan dan
perkembangan bunga (Barden, Halfacre and Parish, 1987).
Tanah
Jenis tanah yang dikehendaki tanaman kacang hijau adalah liat berlempung
atau tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik, seperti tanah podsolik
merah kuning (pmk) dan latosol. Kacang hijau dapat tumbuh pada ketinggian < 2000
m dpl, dan tumbuh subur pada tanah liat atau liat berpasir yang cukup kering, dengan
pH 5.5 7.0 (Rukmana, 1997).
Tanaman kacang hijau hampir dapat tumbuh pada semua jenis tanah yang
banyak mengandung bahan organik, dengan drainase yang baik. Namun demikian,
tanah yang paling cocok bagi tanaman kacang hijau ialah tanah liat berlempung atau
tanah

lempung,

misalnya

podsolik

merah

kuning

(PMK)

dan

latosol

(Fachruddin, 2000).
Tanah yang mempunyai pH 5.8 paling ideal untuk pertumbuhan kacang hijau,
sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik karena penyediaan makanan terhambat.
Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara fosfor, kalium, kalsium,
magnesium, dan belerang. Unsur hara ini cukup penting untuk meningkatkan
produksinya (Suprapto, 2007).
Suplai nitrogen di dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam
kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah. Peranan N

terhadap pertumbuhan tanaman adalah jelas, karena senyawa organik di dalam


tanaman pada umumnya mengandung N antara lain asam-asam amino, enzim dan
bahan lainnya yang menyalurkan energi (Buckman dan Brady, 1982).
Pori tanah yang lebih besar akan meningkatkan perkembangan akar dan
kemampuan akar menyerap air dan unsur hara yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi pertumbuhan serta hasil tanaman (Buckman dan Brady, 1982).

Botani Tanaman Kedelai ( Glycina max Merr )


Kedelai termasuk kedalam famili leguminosae sub famili papionadeae dan
genus glycine. Sesuai dengan aturan botani Internasional, nama yang benar kedelai
adalah Glycine max L. Merril. Ini diyakini oleh sebagian ahli taksonomi dan Glycine
max diketahui memiliki 40 kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan
( Taksonomi ) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Devisio (devisi) :
Spermatophyta (tanaman berbiji) Subdivisio (subdivisi) :Angiospermae (biji berada
dalam buah) Kelas : Dicotiledoneae Ordo (bangsa) : Polypetales Familia (suku) :
Leguminoceae (kacang-kacangan) Subfamili : Papillionoideae Genus (marga) :
Glycine Spesies : Glycine max ( Tjitrosoepomo ,1989)
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang
lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar akar

cabang terdapat bintil bintil akar berisi bakteri Rhizobium jafonicum, yang
mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian
dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Batang kedelai berasal dari poros janin sedangkan bagian atas poros berakhir
dengan epikotil yang amat pendek dan hypokotil merupakan bagian batang
kecambah. Bagian batang kecambah di bagian atas kotyledon adalah epicotyl. Titik
tumbuh epikotyl akan membentuk daun dan kuncup ketiak. Batang dapat membentuk
36 cabang, berbentuk semak dengan tinggi 30100 cm. Pertumbuhan batang
dibedakan atas tipe diterminate dan indeterminate (Lamina, 1989).
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun
dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning kuningan. Bentuk daun ada
yang oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini tergantung pada
varietas masing masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah tua, maka daun
daunnya mulai rontok (AAK, 1989)
Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga terdapat
alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga berwarna
ungu atau putih. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Di Indonesia
tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 3050 hari (Fachruddin, 2000).
Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 14 biji. Biji umumnya
berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara 6
30g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (610 g/100

biji), biji sedang (1112 g/100 biji) dan biji besar (13 g atau lebih/100 biji). Warna
biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat dan hitam (Fachruddin, 2000)
Syarat tumbuh
Iklim
Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia akan tumbuh subur di daerah
yang berhawa panas, apalagi di tempat yang terbuka tidak terlindung oleh tanaman
lain (Sugeng, 1983).
Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 2025 C. Suhu 1220 C adalah
suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat
menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta pembungaan
dan
dari

pertumbuhan
30

C,

biji.

fotorespirasi

Pada
cenderung

suhu

yang

mengurangi

lebih
hasil

tinggi
fotosintesis

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).


Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungisi sebagai
pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis, karena kekurangan
suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju absorbs air oleh
tanaman. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan generative, akan
menurunkan produksi. Kekeringan juga menurunkan bobot biji, sebab bobot biji
sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan pada musim tanam
(Agung dan Rahayu, 2004)

Jumlah air yang berlebih tidak menguntungkan bagi tanaman kedelai, karena
mangakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat mempengaruhi
aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen. Hasil observasi ini menunjukkan
bahwa pengaruh curah hujan, dan temperatur terhadap pertumbuhan tanaman kedelai
di sepanjang musim adalah sekitar 6070% ( AAK , 1989).
Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat tempat
yang terbuka dan bercurah hujan 100400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai
kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan
laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah beriklim kering
(Andrianto dan Indarto, 2004).
Tanah
Kedelai sebenarnya bisa ditanam pada berbagai macam jenis tanah. Tetapi
,yang paling baik adalah tanah yang cukup mengandung kapur dan memiliki sistem
drainase yang baik. Perlu diperhatikan, kedelai tidak tahan terhadap genangan air.
Kedelai bisa tumbuh baik pada tanah yang struktur keasamannya (PH) antara 5,8 7
(Islami dalam Utomo, 1995).
Tanaman kedelai mempunyai dua periode tumbuh, yaitu periode vegetatif dan
periode produktif. Tanaman kedelai tumbuh subur di daerah tropis, pada tempat
terbuka dan tidak terlindung oleh tanaman liar, karena kedelai menghendaki hawa
yang cukup panas. Kadar keasaman tanah yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman
kedelai pada pH 5,0-7,0. Tanah dengan pH yang lebih besar dari 7,0 akan

mengakibatkan klorosis, yaitu tanaman akan menjadi kerdil dan daunnya menguning.
Pada tanah dengan pH kurang dari 5,0 akan mengakibatkan keracunan pada tanaman
kedelai (Andrianto dan Indarto, 2004).
Tanah yang baru pertama kali ditanam kedelai sebaiknya diberi bakteri
Rhizobium. Kedelai akan tumbuh dengan subur dan memuaskan jika ditanam pada
tanah yang mengandung kapur dan tanah bekas ditanami padi. Kedelai dapat tumbuh
pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi tanahnya cukup baik. Tanahtanah
yang cocok yaitu, alluvial, regosol, grumusol, latotosol, dan andosol (Suhaeni, 2007).

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi manusia.
Tanah yang subur adalah tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara
optimal melalui penyediaan unsur hara dalam keadaan cukup dan seimbang, sirkulasi
udara yang baik dan mempunyai air yang tersedia dalam jumlah yang memadai
(Islami dalam Utomo, 1995).
Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan suptropis.
Kedelai dapat tumbuh di tempat yang berhawa panas, di tempat tempat yang
terbuka dan bercurah hujan 1000 4000 mm per bulan. Kedelai cocok ditanam di
daerah ketinggian 100 500 meter diatas permukaan laut.lazimnya, kedelai ditanam
pada musim kemarau, yakni setelah panen padi pada musim hujan. Pada saat itu,
kelembapan tanh masih bisa dipertahankan. Kedelai memerlukan pengairan yang

cukup, tetapi volume air terlalu banyak tidak mengguntungkan bagi kedelai, karena
akarnya bisa membusuk (Suhaeni, 2007).

ALELOPATI KACANG HIJAU ( Vigna radiate L ) TERHADAP


PERKECAMBAHAN KEDELAI ( Glycine max Merr )
Pengertian Alelopati
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa
bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk
hidup

lainnya

mengungkapkan

melalui
bahwa

senyawa
alelopati

kimia.

merupakan

Pendapat
suatu

lain

peristiwa

dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan


dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh
bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini diartikan sebagai
pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap
perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya.

Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain


merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang
terdapat pada suatu jenis tumbuhan (Indriyanto, 1999).
Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang
sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhankebutuhan yang sama terhadap factor-faktor pertumbuhan, kadangkadang suatu jenis tanaman mengeluarkan suatu jenis senyawa
kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis-jenis tanaman
lain dan mungkin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dari
anakannya
sendiri, dan inilah yang merupakan suatu peristiwa yang dikenal
dengan allelopati (Onrizal. 2008).
Pengaruh

allelopati

bagi

tumbuhan:1)

Menghambat

penyerapan hara oleh akar tanaman. 2). Menghambat pembelahan


sel. 3). Menghambat pertumbuhan tanaman. 4) Menghambat
aktivitas fotosintesis. 5). Memacu atau menghambat respirasi. 6).
Mempengaruhi sintesis protein. 7). Menurunkan permeabilitas
membrane. 8). Menghambat aktivitas enzim. 9). Menghambat
fiksasi

dan

nitrifikasi

(Soejoni, 2007).
Allelokimia (senyawa penyebab allelopati) berasal dari bagian
yang berbeda pada tumbuhan penghasilnya; akan tetapi, bagian

terpenting sebagai sumber allelokimia adalah akar dan daun.


Eksudat akar berperan aktif dalam pengaturan sismbiosis dan
proteksi tumbuhan terhadap mikroorganisme. Dalam interaksi
allelopati, tumbuhan donor menggunakan metabolit sekunder yang
dikeluarkan akar ke rizosfir untuk mengganggu pertumbuhan
tumbuhan

lain

di

sekitarnya

(Bais et al., 2004).


Peristiwa allelopati ialah peristiwa adanya pengaruh buruk
dari zat kimia (allelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang
dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain yang tumbuh di
sekitarnya.Pertumbuhan jagung banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor genetic dan lingkungan, diantara faktor lingkungan adalah
adanya persaingan dengan gulma. Pertumbuhan gulma disekitar
tanaman
kualitas

jagung

dan

perlu

kuantitas

dikendalikan
hasil

panen

karena

menurunkan

(Kurniawan,

2006).

Mekanisme Alelopati
Pada suatu agroekosistem, senyawa alelopati kemungkinan dapat dihasilkan
oleh gulma, tanaman pangan, dan hortikultura (semusim), tanaman berkayu, residu
dari tanaman dan gulma, serta mikroorganisme. Alelopati dari tanaman dan gulma
dapat dikeluarkan dalam bentuk eksudat dari akar dan serbuk sari, luruhan organ
(decomposition), senyawa yang menguap (volatile) dari daun, batang, dan akar, serta

melalui

pencucian

(leaching)

dari

organ

bagian

luar

(Reigosa et al. 2000; Qasem & Foy 2001).


Alelopati kemudian didefinisikan sebagai pengaruh langsung ataupun tidak
langsung dari suatu tumbuhan terhadap yang lainnya, termasuk mikroorganisme, baik
yang bersifat positif/ perangsangan, maupun negatif/penghambatan terhadap
pertumbuhan,

melalui

pelepasan

senyawa

kimia

ke

lingkungannya

(Rice 1995; Inderjit & Keating 1999; Singh et al. 2003).


Selain alelopati, terdapat pula hubungan antar tumbuhan yang disebut
persaingan atau kompetisi. Perbedaan alelopati dari kompetisi, yaitu pada alelopati
terdapat senyawa kimia yang dikeluarkan ke lingkungan, sedangkan pada kompetisi
terjadi pengambilan dan pengurangan beberapa faktor tumbuh (air, hara, cahaya) dari
lingkungan. Fenomena alelopati dan kompetisi pada kenyataannya dalam ekosistem
sulit dipilahkan sehingga Muller pada 1969 memperkenalkan istilah interferensi
(interference) yang mencakup batasan keduanya (Rice 1995; Qasem & Foy 2001).
Alelopati berasal dari kata allelon (saling) dan pathos (menderita). Menurut
Molisch, alelopati meliputi interaksi biokimiawi secara timbal balik, yaitu yang
bersifat penghambatan maupun perangsangan antara semua jenis tumbuhan termasuk
mikroorganisme (Reigosa et al. 2000; Qasem & Foy 2001).

Pembentukan Alelopati Kacang Hijau ( Vigna radiate L )

Proses pembentukan senyawa alelopati merupakan proses interaksi


antar spesies atau antar populasi yang menunjukkan suatu kemampuan organism
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi organisme lain
(Muller, 2008).
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawasenyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel
pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas
membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada
didalamnya

dilepaskan.

Beberapa

jenis

mulsa

dapat

meracuni

tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada


musim berikutnya (Setiadi,2000).

Alelopathi merupakan suatu peristiwa di mana suatu individu tumbuhan


menghasilkan zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan jenis lain yang
tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Senyawa kimia yang bersifat
alelopathi bisa berasal dari bagian tumbuhan di atas tanah seperti daun, batang,
cabang, rizhoma, bunga, buah, dan biji, ataupun bagian tumbuhan di bawah tanah
seperti akar/eksudat akar (Odum, 1971).
Kacang hijau bukan hanya sebagai pesaing bagi tanaman lain
terutama tanaman pangan dalam mendapatkan air, unsur hara dan
cahaya tetapi juga menghasilkan zat alelopati yang menyebabkan
pengaruh negatif pada tanaman lain (Hairiah et al, 2001).

Perkecambahan Kedelai ( Glycine max Merr )


Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari
perubahan-perubahn morfologi, fisiologis dan biokimia. Tahap pertama suatu
perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya
kulit benih, dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatankegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga
merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak
dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik
tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahanbahan yang telah diuraikan tadi di
daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan
komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari
kecambah melalui pembelahan, perbesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh.
Sementara daun belum apat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis sama
pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persedian makanan yang ada dalam
biji (Sutopo, 2004).
Metabolisme benih yang berkaitan dengan proses kehidupan benih, pada
umumnya menjabarkan proses perkecambahan benih dan proses deteriorasi
(kemunduran). Nilai akhir dari uji viabilitas merupakan resultante pengaruh faktor
genetik dan faktor lingkungan melalui proses metabolism (Sutopo, 2004).
Proses metabolisme perkecambahan terdiri dari proses katabolisme dan
anabolisme. Katabolisme terhadap simpanan bahan makanan sehingga menghasilkan

energi terjadi pada organ penyimpanan bahan cadangan seperti endosperm dan daun
lembaga,

dan

anabolisme

yang

menghasilkan

sintesa

protein

baik

sebagai umpan katabolisme ataupun untuk pembentukan sel-sel baru bagi


pertumbuhan

terjadi

dalam

poros

lembaga

(Sadjad, 1994).
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup.
Bila biji kedelai ditanam di dalam tanah, air dalam kapasitas lapang selama 5 hari
setelah tanam merupakan keadaan yang baik untuk perkecambahan biji. Suhu
optimumnya sekitar 270 -300 C. Biji kedelai mudah menurun daya kecambahnya,
terutama bila kadar air dalam biji di atas 13% dan disimpan pada ruangan yang
suhunya diatas 250 C, serta kelembaban nisbah ruang diatas 80%. Biji kedelai yang
disimpan pada gudang tanpa pendingin hanya tahan sekitar 3-5 bulan. Lebih dari 6
bulan sebagian besar biji tidak dapat tumbuh lagi bila ditanam. Kedelai yang bijinya
kecil lebih tahan dalam penyimpanan daripada yang bijinya besar. Kecambah kedelai
tergolong epigeous, yang berarti keping biji muncul di atas tanah. Bagian batang
berkecambah di bawah keping disebut hipokotil. Warna hipokotil ungu atau hijau,
dan erat hubungannya dengan warna bunga. Kedelai yang hipokotilnya ungu
bunganya ungu. Dan yang hijau bunganya berwarna putih (Suprapto, 2001).
Benih bermutu ialah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang
berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul dan memiliki daya tumbuh lebih dari
90%. Memiliki viabilitas atau dapat mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya
menjadi tanaman yang baik atau mampu berkecambah juga tumbuh dengan normal.
Disebut sebagai benih yang matang terdiri dari tiga struktur dasar yaitu embrio,

jaringan penyimpanan bahan makanan dan kulit benih. Embrio terdiri dari sumbu
embrio yang mengandung daun lembaga atau kotiledon, plumula, hipokotil dan bahan
akar. Jaringan penyimpanan bahan makanan dari suatu benih mungkin dalam bentuk
daun

lembaga,

endosperma

atau

perisperma

(Kartasapoetra,

2003)

Alelopati Kacang Hijau ( Vigna radiate L ) terhadap perkecambahan Kedelai (


Glycine max Merr )
Secara statistik pemberian ekstrak kacang hijau tidak berpengaruh nyata
terhadap persentase perkecambahan kedelai (Tabel 4), baik berasal dari ekstrak
jaringan segar atau jaringan yang sudah mati (serasah). Meskipun demikian terdapat
kecenderungan naiknya persentase perkecambahan kedelai dengan pemberian ekstrak
jaringan segar dari daun dan batang, sedangkan pemberian ekstrak jaringan yang
sudah mati (serasah) juga cenderung menurunkan persentase perkecambahan
meskipun nilainya tidak begitu besar.
Persentase perkecambahan kedelai (%) dengan perlakuan pemberian ekstrak
jaringan segar dan serasah kacang hijau setelah masa inkubasi 1 minggu.

Sumber Ekstrak Alelopati


Daun
Batang

Akar

Kontrol

66,67

66,67

66,67

Ekstrak Jaringan Segar


Esktrak Serasah

80,00
60,00

80,00
80,00

66,67
53,33

Perlakuan

Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada setiap kolom menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%

Pengaruh perbedaan konsentrasi dan sumber asal ekstrak kacang hijau


terhadap panjang kecambah (cm) kedelai umur 1 minggu
Sumber ekstrak
Daun
Batang
Akar
Jaringan segar
Rendah
8,16
3,88
8,27
Tinggi
4,08
7,43
6,07
Serasah
Rendah
1,67
1,72
1,32
Tinggi
0,44
0,98
0,67
Pada penelitian ini, perbedaan sumber ekstrak kacang hijau yaitu daun, batang dan

KONSENTRASI

akar belum menunjukkan pengaruh secara nyata terhadap perkecambahan dan


pertumbuhan kedelai. Pengaruh perbedaan sumber ekstrak kacang hijau terhadap
pertumbuhan kecambah kedelai hanya terlihat pada pemberian ekstrak jaringan segar
batang dengan konsentrasi rendah. Pada ekstrak jaringan segar kacang hijau baik dari
daun, batang maupun akar, perbedaan konsentrasi tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan kecambah kedelai. Sedangkan ekstrak kacang hijau dari serasah
khususnya dari daun dan akar berpengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan
kecambah kedelai, meskipun untuk bagian batang pengaruh penghambatannya tidak
nyata
Senyawa

alelokemi

mempengaruhi

pertumbuhan

dan

perkembangan

tumbuhan dalam berbagai tingkatan. Pertama: pengaruh terhadap sintesis hormon,


aktivitas enzim-enzim spesifik dan fungsi membran. Sintesis hormon sangat berperan
dalam pembelahan sel maupun pembesaran sel. Hormon juga berperan dalam aktivasi
gen-gen yang berhubungan sintesis enzim, terutama enzimenzim hidrolisis yang
sangat berperan dalam awal proses perkecambahan. Jika sintesis hormon ini

terhambat maka akan menghambat rangkaian proses metabolisme selanjutnya.


Permeabilitas membran yang terganggu menyebabkan proses imbibisi tidak dapat
berjalan seperti yang seharusnya dan hal ini akan mempengaruhi proses
SOLICHATUN Alelopati Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek) 35
perkecambahan biji. Kedua: pengaruh senyawa alelokemi terhadap respirasi, sintesis
protein, sintesis senyawa-senyawa karbon, sintesis pigmen, status air, pengambilan
ion dan fotosintesis. Pengaruh tingkat kedua ini terkait erat dengan adanya gangguan
fungsi membran yang terjadi pada tingkat pertama. Ketiga: gangguan pada proses
pembelahan dan pembesaran sel yang pada akhirnya mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Meskipun senyawa alelokemi secara umum dapat
mempengaruhi tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan, tetapi pengaruh masingmasing jenis senyawa alelokemi terhadap reaksi metabolisme tumbuhan yang mana
yang dihambat masih belum banyak diketahui dan hal ini memerlukan penelitian
lanjutan yang lebih dalam dan menyeluruh.

KESIMPULAN

1. Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara


makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia.

2.Pada suatu agroekosistem, senyawa alelopati kemungkinan dapat dihasilkan oleh


gulma, tanaman pangan, dan hortikultura (semusim), tanaman berkayu, residu dari
tanaman dan gulma, serta mikroorganisme. Alelopati dari tanaman dan gulma dapat
dikeluarkan dalam bentuk eksudat dari akar dan serbuk sari, luruhan organ
(decomposition), senyawa yang menguap (volatile) dari daun, batang, dan akar, serta
melalui pencucian
3.Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang
mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati
akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa
kimia yang ada didalamnya dilepaskan
4.Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Bila
biji kedelai ditanam di dalam tanah, air dalam kapasitas lapang selama 5 hari setelah
tanam merupakan keadaan yang baik untuk perkecambahan biji. Suhu optimumnya
sekitar 270 -300 C.
5.Perbedaan sumber ekstrak kacang hijau yaitu daun, batang dan akar belum
menunjukkan pengaruh secara nyata terhadap perkecambahan dan pertumbuhan
kedelai. Pengaruh perbedaan sumber ekstrak kacang hijau terhadap pertumbuhan
kecambah kedelai hanya terlihat pada pemberian ekstrak jaringan segar batang
dengan konsentrasi rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Berri, A.M.M. 1984. Germination and Dormancy: Wilkins, M.B. (ed.)


Advanced Plant Physiology. London: Longman, ELBS.

Bewley, J.D. dan M. Black. 1994. Seeds, Physiology of Development and


Germination. New York: Plenum Press.
Chung, Ill-Min dan D.A. Miller. 1995. Differences in Autotoxicity among
Seven Alfalfa Cultivars. Agron. J. 87:596-600.
Dickinson, C.H. and G.J.F. Pugh. 1974. Biology of Plant Litter
Decomposition. London: Academic Press.
Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Jakarta: UI Press.
Gubali, H. 1996. Pengaruh Serasah Acacia auriculiformis A. Cunn. Terhadap
Pembentukan Mikoriza VesikularArbuskular dan Pertumbuhan Bibit Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen. Yogyakarta: Tesis, Fakultas Pasca Sarjana, UGM. Harborne,
J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB.
Larcher, W. 1995. Physiological Plant Ecology. Berlin: Springer-Verlag.
Leopold,

A.C.

and

P.E.

Kriedemann. 1981. Plant Growth and Development. New Delhi: Tata


McGraw

Hill

Publishing

Company

LTD.

Mead, R., R.N. Curnow, and A.M. Hasted. 1993. Statistical Methods in
Agriculture and Experimental Biology. London: Chapman and Hall.
Rice, E.L. 1984. Allelopathy. Academic Press, Inc. Orlando.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit
ITB.

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT Gramedia.


Stevenson, F.J. 1982. Humus Chemistry, Genesis, Composition, Reaction.
New York: John Wiley and Sons.
Sumarno. 1992. Arti Ekonomis dan Kegunaan Kacang Hijau: Adisarwanto, T.,
Sugiono, Sunardi dan Achmad Winarto (eds.). Kacang Hijau. Monograf Balittan
Malang No. 9.
Tambaru, E. 1998. Pengaruh Dekomposisi Serasah Mahoni (Swietenia
macrophylla

King.)

terhadap

Perkecambahan

Biji,

Infeksi

Mikoriza

VesikularArbuskular dan Pertumbuhan Bibit Akasia (Acacia mangium Willd.).


Yogyakarta: Tesis, Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Tang, Chung-Shih dan Baochen Zhang. 1986. Qualitative dan Quantitative
Determination of The Allelochemical Sphere of Germination Mung Bean: Putnam,
A.R. dan C. Tang. (eds.) The Science of Allelopathy.
John Wiley and Sons. New York. Steenis, C.G.G.I. Van. 1975. Flora untuk
Sekolah di Indonesia. Jakarta: Pradya Paramita.
Vaughan, D. and R.E. Malcolm. 1985. Soil Organic Matter and Biological
Activities. Dordercht: Martinus Nijhoff/ DRW Junk Publisher. Waller, G.R., C.S.
Cheng, Chang-Hung Chou, D. Kim, C.F. Yang, S.C. Huang dan Y.F.
Lin. 1995. Allelopathic Activity of Naturally Occuring Compounds from
Mung Bean (Vigna radiata) and Their Surrounding Soil: Inderjit, K.M.M. Dakshini,
and F.A. Einhellig (eds.) Allelopathy, Organisms, Processes, and Applications. ACS
Symposium Series 582. Ames, Iowa.

Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: Pusat Antar
Universitas, Institut Pertanian Bogo

Anda mungkin juga menyukai