PENDAHULUAN
Latar Belakang
Duku merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia.
Sekarang populasi duku sudah tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara.
Selain itu, ada yang menyebutkan bahwa duku berasal dari Asia Tenggara bagian
Timur. Jenis ini masih dijumpai tumbuh dengan bebas atau masih liar di wilayah
Kulit buah dan bijinya dapat pula dimanfaatkan sebagai obat anti diare dan
dahulu yang sudah berumur puluhan tahun. Untuk itu, duku perlu perbaikan cara
budidaya dengan manajemen kebun yang baik. Tanaman duku dapat diperbanyak
maupun cangkok belum berhasil untuk menumbuhkan akarnya. Karena itu, pada
buah rambutan cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun, baik di pasar
adalah secara vegetatif, meskipun dengan cara generatif pun bisa dilakukan yaitu
dilakukan dengan okulasi. Untuk menanam rambutan perlu dipilih bibit yang baik,
dalam jangka waktu yang pendek. Apabila salah dalam memilih bibit maka akan
rugi waktu dan biaya, sebab tidak diimbangi dengan perolehan hasil yang baik.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui teknik
Kegunaan Penulisan
Adapan kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Duku
tanah, yang berguna untuk menyerap unsur hara dan air di dalam tanah. Akar
tanaman duku ini sangat kuat dan kokoh memiliki warna keputihan, kecoklatan
hingga kehitaman. Akar pada umumnya terdiri dari akar serabut, akar besar dan
akan bercabang dan menjalar di permukaan tanah (Davis dan Heywood, 1973).
Pohon duku berbatang kuat dan besar, dengan penampang 30-40 cm, dapat
mencapai tinggi 15-20 meter. Batang bercabang, kulit batang tipis berwarna coklat
kehijauan atau keabuan dan agak sukar dilepas dari kayunya. Batang
dangkal yang memanjang. Mahkota tanaman terbuka, teratur dan atau tidak
Panjang rakhis 30-50 cm, dengan pangkal yang membesar. Helaian daun
bertangkai berbentuk elips, bulat panjang atau lonjong. Pangkal daun sempit, agak
meruncing dan agak miring (tidak simetris). Warna helaian daun sisi atas hijau tua
dan mengkilat sedangkan sisi bawah daun tidak mengkilat berwarna hijau muda.
Kedua permukaan daun licin. Panjang helaian daun 12-15 cm dan lebar daun 7-
12,5 cm. Panjang tangkai daun 0,8-1,2 cm dan membesar pada pangkalnya
Bunga ini mempunyai tangkai yang pendek dan berukuran kecil. Bentuk bunga ini
bercabang pada akarnya dan menggantung seperti buah kelapa. Bunga ini
berwarna hijau dan kuning juga mempunyai putik dan benang sari dalam satu
warna kuning mudah ketika masih mentil dan juga kuning tua keputihan jika buah
sudah matang. Buah duku memiliki kulit yang sangat tipis, berdaging tebal
berwarna putih transparan dan juga biji berwarna keputihan (Davis dan Heywood,
1973).
Sebagai tumbuhan dengan kategori dikotil, biji buah duku berbentuk
lonjong bulat. Biji buah duku dilapisi oleh daging buah yang tebal dan kenyal.
duku umumnya dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya tinggi dan merata
sepanjang tahun. Tanaman duku tumbuh secara optimal di daerah dengan iklim
basah sampai agak basah yang bercurah hujan antara 1500-2500 mm/tahun
(Noor, 2009).
Tanaman duku tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari tinggi.
Tanaman duku dapat tumbuh subur jika terletak di suatu daerah dengan suhu rata-
lahan yang memiliki ketinggian tidak lebih dari 650 m dpl (Muas, 2002).
Tanah
Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali pada tanah yang banyak
mengandung bahan organik, subur dan mempunyai aerasi tanah yang baik.
Sebaliknya pada tanah yang agak sarang/tanah yang banyak mengandung pasir,
tanaman duku tidak akan berproduksi dengan baik apabila tidak disertai dengan
walaupun tanaman duku relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah masam. Di
daerah yang agak basah, tanaman duku akan tumbuh dan berproduksi dengan baik
asalkan keadaan keadaan air tanahnya kurang dari 150 m di bawah permukaan
tanah (air tanah tipe a dan tipe b). Tetapi tanaman duku tidak menghendaki air
tanaman. Tanaman duku lebih menyukai tempat yang agak lereng karena tanaman
duku tidak dapat tumbuh optimal pada kondisi air yang tergenang. Sehingga jika
tempatnya agak lereng, air hujan akan terus mengalir dan tidak membentuk suatu
berbunga banyak . Bunganya dapat berbentuk bunga jantan atau bunga sempurna
yang tersusun dalam suatu malai bunga atau panicula . Malai terdiri dari satu
Batangnya bulat atau bulat tidak teratur , berwarna kelabu kecokelatan bercabang
cabang akar tumbuh cabang kecil. Cabang kecil ditumbuhi oleh bulu-bulu akar
yang sangat halus. Akar tunggang rambutan dapat mencapai 6 meter. Daun
tanaman rambutan terdiri dua bagian, yaitu tangkai daun dan badan daun. Badan
daun bertulang dan berurat, dan antara tulang dan urat tertutup daging daun.
Setelah masa berbuah selesai, pohon rambutan akan bersemi atau flushing,
menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini sangat jelas terlihat dengan warna
pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun muda. Sedangkan bunga
pada tanaman rambutan adalah jenis bunga majemuk. Tumbuh dari tunas ujung.
Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga
(Cahyono B, 2003).
7
4-5 cm, dengan duri tempel yang bengkok, lemas, sampai kaku. Buah rambutan
bergantug didahan dengan tangkai panjang. Kulit buah berwarna hijau dan merah
kalau sudah masak. Apabila sudah masak buah rambutan mengeluarkan harum
yang khas. Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki rambut dibagian
Syarat Tumbuh
Iklim
rendah pada ketinggian antara 300 500 meter di atas permukaan laut, rambutan
dapat tumbuh namun pertumbuhannya tidak begitu baik. Curah hujan yang
(kemarau). Musim kering lebih dari 4 bulan akan mengakibatkan bunga yang baru
sejak adanya anthocyanins, yaitu suatu zat yang memberikan warna pada kulit
buah mulai muncul. Zat ini sangat intensif terhadap intensitas matahari. Selain itu
Tanah
Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta
sedikit mengandung pasir, juga dapat tumbuh baik pada tanah yang banyak
mengandung bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.
Pada dasarnya tingkat atau derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda
8
dengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia yaitu antara 6-6,7 dan kalau
kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu. Kandungan air dalam
tanah idealnya yang diperlukan untuk penanaman pohon rambutan antara 100-150
cm dari permukaan tanah. Pada dasarnya tanaman rambutan tidak tergantung pada
letak dan kondisi tanah, karena keadaan tanah dapat dibentuk sesuai dengan tata
cara penanaman yang benar (dibuatkan bedengan) sesuai dengan petunjuk yang
(pepaya dan markisa saja). Biji sekarang lebih banyak ditanam hanya untuk
persemaian atau dapat pula langsung mendeder biji dalam media dalam kantung
plasyik. Daerah persemaian harus mudah diatur pengairannya, yaitu mudah diairi
(dekat dengan sumber air) dan mudah pula dibuang airnya bila kelebihan. Tanah
persemaian harus gembur dan dan berpasir agar akar tumbuh baik. Untuk
memperbaiki aerasi dan retensi air, tanah persemaian harus ditambah pupuk
kecilnya biji. Pada umumnya jarak antar biji dalam barisan adalah 20 - 30 cm dan
bergantung ukuran biji dan kondisi tanah. Semakin kecil biji sebaiknya ditanam
semakin dangkal demikian pula bila semakin berat tanahnya. Biji-biji berkulit
keras seperti sawo, mangga, jambu mete, perlu diberi perlakuan khusus, misalnya
dengan perendaman selama 24 jam atau dikupas sebelum ditanam. Bahkan untuk
biji melinjo perlu dilakukan stratiikasi hangat, caranya dengan mencampurkan biji
9
melinjo dalam abu basah dan disimpan (bila di kampung dikuburkan) pada tempat
bibit manggis, rambutan dan durian. Naungan dapat berupa tanaman hidup seperti
lamtoro, turi, gliricidia dan dadap. Dapat pula naungan dibuat dari atao rumbia
dengan konstruksi dari bambu atau bahan lain yang mudah didapat. Untuk
naungan berupa pohon, perlu pengelolaan tajuk naungan agar berfungsi efektif
beberapa jenis pohon buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 3. berikut. Namun
demikian, ketentuan saat okulasi sekarang ini mungkin telah berubah dengan
diketemukannya sistem okulasi hijau atau sistem sambung mini (Rukmana, 1995).
Bibit sudah siap tanam, dapat dibuat dalam bentuk stump atau bibit
keranjang, kecuali untuk manggis, belimbing, durian dan rambutan tidak dapat
dibuat bibit stump. Bibit stump, sebagian akar dan daunnya dibuang, sedang bibit
pisang, nenas, pepaya, markisa dan salak. Pisang dan nenas dapat diperbanyak
Diinginkan tanaman yang kuat dan panjang umurnya atau untuk batang bawah,
Tanaman apogamous (bunga yang hanya terdiri atas kelopak dan bakal buah)
misalnya manggis, Tanaman bersifat poliembrionik yaitu dalam satu biji terdapat
banyak tunas, misalnya jeruk dan mangga (yang diinginkan tumbuh adalah tunas
yang sullit berbiji atau untuk mempercepat tercapainya umur produktif. Cara
perbanyakan vegetatif sebenarnya juga terjadi bila yang ditanam adalah biji
apomiktik (terbentuk karena pembuahan) atau biji nuselar (jeruk, mangga). Cara
perbanyakan vegetatif selain dengan biji apomiktik antara lain dengan okulasi,
penyambungan, cangkok dan setek. Cara sambungan dan okulasi merupakan cara
menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan/bagian tanaman seperti akar, batang
atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Secara garis besar, langkah-langkah
perbanyakan stek pucuk adalah sebagai berikut : 1. Pilihlah pohon induk yang
dikehendaki untuk sumber pengambilan stek. 2. Pilihlah sesuai dengan sifat yang
dikehendaki, sesuai dengan tujuan pertanaman. 3. Pilihlah cabang yang sehat dan
tidak terlalu tua pada pohon induk yang telah dipilih sebelumnya. 4. Potonglah
cabang yang terpilih dengan arah potong serong/ miring. 5. Pangkaslah daun
11
sehingga tersisa sepasang daun. 6. Patonglah daun yang tersisa sehingga tertinggal
1/3 1/2 bagian. 7. Rendamlah pangkal stek dengan zat perangsang (Misalnya
polibag yang telah diisi dengan media 9. Tempatkanlah polibag dalam naungan.
10. Siramlah dengan teratur (Prihatman, 2000).
Langkah-langkah perbanyakan dengan cara cangkok adalah sebagai
Pilihlah cabang pada pohon induk yang terpilih yang tidak terlalu tua. c. Kupaslah
kulit cabang pada salah satu buku selebar kira-kira 4 cm. d. Bersihkanlah
kambium yang terdapat pada cabang yang telah dikupas, dan keringkanlah selama
1 hari, untuk tanaman yang bergetah keringkanlah 3-4 hari. e. Buatlah adonan
tanah dan pupuk kandang secukupnya. f. Tempelkanlah adonan itu pada cabang
yang telah dikupas dan bungkuslah dengan sabut kelapa atau plastik. g. Ikatlah
cara: - Pilihlah tanaman untuk batang atas dengan sifat yang dikehendaki. - dan
batang bawah. - Batang bawah dan batang atas mempunyai ukuran yang sama. -
Potonglah pucuk untuk batang atas dari pohon induk yang telah terpilih dan
tanah, dan dibelah di bagian atasnya selebar 2 3 cm. -Masukkan batang atas ke
dalam belahan batang bawah. - Ikatlah sambungan pada bagian atas dan
bila batang atas masih segar sambungan berhasil. Pembungkus dan tali dapat
sebagai sumber tunas/batang atas dan tanaman sebagai batang bawah sesuai
dengan sifat-sifat yang dikehendaki. _ Kupaslah kulit batang bawah selebar 5-10
cm di atas permukaan tanah, sesuai dengan ukuran mata tunas dari batang atas._
Kupaslah mata tunas dari batang atas dan tempelkan pada batang yang telah
dikupas secepatnya. _ Ikatlah tempelan mata tunas pada bagian atas dan bawah
dengan tali rafia agar mata tunas menempel dengan baik. _ Biarkanlah kira-kira 2
3 minggu sampai mata tunas menjadi hijau. _ Bukalah ikatan bila mata tunas
sudah menjadi hijau. _ Potong batang bawah di atas tempelan dan rundukkanlah
bila sudah muncul 2 sampai 3 daun. _ Potonglah batang bawah yang dirundukkan
bila tunas sudah kokoh. _ Bila batang bawah terdapat dibedengan, maka hasil
okulasi harus dipindahkan ke polibag dan menunggu waktu yang tepat untuk
hanya perlu menunggu sampai hasil okulasi cukup kuat dipindah ke lapangan
(Brandenburg, 1986).
Perbanyakan Tanaman Dengan Biji
1. Persemaian pertama
a. Persiapan media untuk persemaian
Media yang diperlukan untuk persemaian pertama adalah:
- Pupuk kandang.
- Pasir.
- Tanah.
b. Cara pembuatan persemaian
- Tanah dibajak dua kali dan digaru satu kali.
- Pembajakan kedua dilakukan 7-10 hari setelah pembajakan pertama supaya
rumput mati.
- Bedengan dibuat dengan lebar 80-100 cm dan panjang sesuai keadaan
tempat.
13
Taburkan pupuk kandang dan pasir sampai rata, dengan dosis 1 kaleng
pupuk kandang, sekam padi dan tanah. Ketiga media tersebut diaduk dengan
polibag yang sudah terisi tanah lebih dulu disusun 5 buah memanjang
- Ketika mencabut bibit, diusahakan biji jangan sampai lepas, pilihlah semai
dengan selesai.
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah duku
(Lansium domesticum Corr.), air untuk mencuci buah duku, abu gosok untuk
sebagai tempat menanam buah, (topsoil, kompos dan pasir) sebagai media tanam,
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ember plastik
untuk tempat mencuci buah, pisau untuk membelah buah, cangkul sebagai alat
untuk mencampur media tanam, bak kecambah untuk wadah abu gosok
Metode Percobaan
buah dan tanpa daging buah dalam beberapa metode sebagai berikut:
berikut:
16
Duku
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pengumpulan Buah
Buah duku yang digunakan untuk percobaan dikumpulkan kemudian di
belah dan dikumpulkan bijinya. Masing-masing biji antara manggis dan duku
dipisahkan pada wadah ember dengan biji tanpa daging dan biji dengan daging
buah.
Perendaman Biji dengan Dithane
Perendaman biji manggis dan duku dilakukan kurang lebih 15 menit pada
Media tanam yang digunakan antara lain adalah topsoil, kompos dan pasir dengan
ganjil tanpa daging buah dan genap dengan daging buah. Setelah ditanam
dipolybag kemudian polybag disusun dilahan percobaan dengan rapi sesuai nomor
urut kelompok.
Parameter Pengamatan
serta jumlah daun manggis dan duku yang diamati seminggu sekali setelah
penanaman.
18
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Tanaman Buah Dirjen Bina Produksi Hortikultura. 2002. Profil Sentra
Produksi Manggis.
Edison HS dan Hermanto. 2012. (Aspek Budidaya) Prospek Usaha Tani Tanaman
Duku ( Lansium domesticum Corr. ). Badan Litbang Pertanian. Solok.
Muas, I., M. Jawal, A., dan Yusri Herizal. 2002. Pengaruh Inokulasi Cendawan
Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan Bibit Manggis. J. Hort.
12(3):165-171.
20
Singh G. 1999. Plant Systematics. Science Publishers Inc. USA. Stace CA. 1979.
Plant Taxonomy and Biosystematics. Edward Arnold. London. p. 5-6, 86-
98.
Sunarti S. 1987. Anatomi Daun dan Taksonomi Duku, Kokosan, dan Pisitan.
Floribunda. 1(4):13-16.