Anda di halaman 1dari 20

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Duku merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia.

Sekarang populasi duku sudah tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara.

Selain itu, ada yang menyebutkan bahwa duku berasal dari Asia Tenggara bagian

Barat, Semenanjung Thailand di sebelah Barat sampai Kalimantan di sebelah

Timur. Jenis ini masih dijumpai tumbuh dengan bebas atau masih liar di wilayah

tersebut dan merupakan salah satu buah-buahan unggulan


(Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 2000).

Kulit buah dan bijinya dapat pula dimanfaatkan sebagai obat anti diare dan

obat menyembuhkan demam. Sedangkan kulit kayunya yang rasanya sepet

digunakan untuk mengobati disentri, sedangkan tepung kulit kayu digunakan

untuk menyembuhkan bekas gigitan kalajengking (Almeyda dan Martin, 1976).


Permasalahan yang sering terjadi pada budidaya tanaman duku yaitu

penggunaan bibit yang kurang bermutu, pemeliharaan secara tradisional,

pengelolaan tanaman yang minim (tanpa/sedikit sentuhan teknologi), tidak

dilakukannya pemupukan, buah tidak tahan simpan sehingga mengakibatkan

produktivitas tanaman duku terus menurun (Edison dan Hermanto, 2012).


Tanaman duku di Indonesia sebagian besar adalah warisan dari zaman

dahulu yang sudah berumur puluhan tahun. Untuk itu, duku perlu perbaikan cara

budidaya dengan manajemen kebun yang baik. Tanaman duku dapat diperbanyak

secara vegetatif ataupun secara generatif. Perbanyakan vegetatif dengan stek

maupun cangkok belum berhasil untuk menumbuhkan akarnya. Karena itu, pada

umumnya perbanyakan tanaman duku dilakukan menggunakan biji

(Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 2000).

Rambutan (Nephelium lappaceum) merupakan salah satu jenis buah tropis

yang layak dirancang sebagai komoditas unggulan pertanian. Peluang pemasaran


2

buah rambutan cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun, baik di pasar

domestik (dalam negeri) maupun pasar internasional. Kondisi ini mengisyaratkan

adanya peluang yang baik bagi pengembangan agribisnis tanaman rambutan di

berbagai daerah yang mempunyai keunggulan komparatif. Dalam rangka

memasuki pasar global, diperlukan adanya peningkatan kuantitas dan kualitas

produk buah rambutan serta kemampuan kontinuitas penyediaannya, sesuai

dengan permintaan pasar (konsumen) (Budiman dkk, 2005).

Dalam memperbanyak tanaman rambutan, yang umum dilaksanakan

adalah secara vegetatif, meskipun dengan cara generatif pun bisa dilakukan yaitu

dengan menggunakan bijinya. Perbanyakan vegetatif pada buah rambutan

dilakukan dengan cara mencangkok, sedang perbanyakan vegetatif generatif

dilakukan dengan okulasi. Untuk menanam rambutan perlu dipilih bibit yang baik,

karena tanaman rambutan bukanlah jenis tanaman yang mampu menghasilkan

dalam jangka waktu yang pendek. Apabila salah dalam memilih bibit maka akan

rugi waktu dan biaya, sebab tidak diimbangi dengan perolehan hasil yang baik.

Berikut merupakan gambar buah rambutan (Pudjiati, 2007)

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui teknik

pembibitan pada tanaman duku dan rambutan.

Kegunaan Penulisan
Adapan kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Hias dan Buah-Buahan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan

informasi bagi pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Duku

Adapun klasifikasi tanaman duku sebagai berikut : Kingdom : Plantae,

Sub Divisi : Spermatophyta, Divisi : Angiospermeae, Kelas : Dicotyledoneae,

Ordo : Sapindales, Famili : Meliaceae, Genus : Lansium, Spesies : Lansium

domesticum Corr. (Harjadi, 2002).

Tanaman duku memiliki akar tunggang, yang berarah ke bagian bawah

tanah, yang berguna untuk menyerap unsur hara dan air di dalam tanah. Akar

tanaman duku ini sangat kuat dan kokoh memiliki warna keputihan, kecoklatan

hingga kehitaman. Akar pada umumnya terdiri dari akar serabut, akar besar dan

akan bercabang dan menjalar di permukaan tanah (Davis dan Heywood, 1973).

Pohon duku berbatang kuat dan besar, dengan penampang 30-40 cm, dapat

mencapai tinggi 15-20 meter. Batang bercabang, kulit batang tipis berwarna coklat

kehijauan atau keabuan dan agak sukar dilepas dari kayunya. Batang

menghasilkan cairan seperti susu, sepanjang kulit batang terdapat celah-celah


4

dangkal yang memanjang. Mahkota tanaman terbuka, teratur dan atau tidak

teratur, berbentuk bulat (Jawal,2007).


Daun tanaman duku berselang-seling bersirip ganjil dengan 5-7 anak daun.

Panjang rakhis 30-50 cm, dengan pangkal yang membesar. Helaian daun

bertangkai berbentuk elips, bulat panjang atau lonjong. Pangkal daun sempit, agak

meruncing dan agak miring (tidak simetris). Warna helaian daun sisi atas hijau tua

dan mengkilat sedangkan sisi bawah daun tidak mengkilat berwarna hijau muda.

Kedua permukaan daun licin. Panjang helaian daun 12-15 cm dan lebar daun 7-

12,5 cm. Panjang tangkai daun 0,8-1,2 cm dan membesar pada pangkalnya

(Davis dan Heywood, 1973).

Bunga pada tanaman duku keluar dari pertemuan percabangan ranting.

Bunga ini mempunyai tangkai yang pendek dan berukuran kecil. Bentuk bunga ini

bercabang pada akarnya dan menggantung seperti buah kelapa. Bunga ini

berwarna hijau dan kuning juga mempunyai putik dan benang sari dalam satu

tandan (Muas, 2002).

Tanaman duku memiliki buah berbentuk bulat seperti kelereng, memiliki

warna kuning mudah ketika masih mentil dan juga kuning tua keputihan jika buah

sudah matang. Buah duku memiliki kulit yang sangat tipis, berdaging tebal

berwarna putih transparan dan juga biji berwarna keputihan (Davis dan Heywood,

1973).
Sebagai tumbuhan dengan kategori dikotil, biji buah duku berbentuk

lonjong bulat. Biji buah duku dilapisi oleh daging buah yang tebal dan kenyal.

Panjang biji pada buah duku sekitar 2 mm (Muas, 2002).


Iklim
Angin tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman duku tetapi

tidakdapat tumbuh optimal di daerah yang kecepatan anginnya tinggi. Tanaman


5

duku umumnya dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya tinggi dan merata

sepanjang tahun. Tanaman duku tumbuh secara optimal di daerah dengan iklim

basah sampai agak basah yang bercurah hujan antara 1500-2500 mm/tahun

(Noor, 2009).
Tanaman duku tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari tinggi.

Tanaman duku dapat tumbuh subur jika terletak di suatu daerah dengan suhu rata-

rata 19 derajat C. Kelembaban udara yang tinggi juga dapat mempercepat

pertumbuhan tanaman duku, sebaliknya jika kelembaban udara rendah dapat

menghambat pertumbuhan tanaman duku. Umumnya tanaman duku menghendaki

lahan yang memiliki ketinggian tidak lebih dari 650 m dpl (Muas, 2002).
Tanah
Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali pada tanah yang banyak

mengandung bahan organik, subur dan mempunyai aerasi tanah yang baik.

Sebaliknya pada tanah yang agak sarang/tanah yang banyak mengandung pasir,

tanaman duku tidak akan berproduksi dengan baik apabila tidak disertai dengan

pengairan yang cukup (Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. 2008)


Derajat keasaman tanah (pH) yang baik untuk tanaman duku adalah 67,

walaupun tanaman duku relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah masam. Di

daerah yang agak basah, tanaman duku akan tumbuh dan berproduksi dengan baik

asalkan keadaan keadaan air tanahnya kurang dari 150 m di bawah permukaan

tanah (air tanah tipe a dan tipe b). Tetapi tanaman duku tidak menghendaki air

tanah yang menggenang karena dapat menghambat pertumbuhan dan produksi

tanaman. Tanaman duku lebih menyukai tempat yang agak lereng karena tanaman

duku tidak dapat tumbuh optimal pada kondisi air yang tergenang. Sehingga jika

tempatnya agak lereng, air hujan akan terus mengalir dan tidak membentuk suatu

genangan air (Brandenburg, 1986).


6

Botani Tanaman Rambutan

Berikut klasifikasi tanaman rambutan : Kingdom : Plantae, Subkingdom :

Tracheobionta, Super Divisi : Spermatophyta, Divisi : Magnoliophyta, Kelas :

Magnoliopsida, Sub Kelas : Rosidae, Ordo : Sapindales, Famili : Spindaceae,

Genus : Nephelium, Spesies : Nephelium lappaceum L (Kartasapoetra G, 2004).

Tumbuhan rambutan (Nephelium Lappaceum L.) tergolong tanaman yang

berbunga banyak . Bunganya dapat berbentuk bunga jantan atau bunga sempurna

yang tersusun dalam suatu malai bunga atau panicula . Malai terdiri dari satu

tangkai utama yang panjangnya 15 20 cm dengan banyak cabang . Tanaman

rambutan merupakan jenis pohon berukuran sedang dengan tinggi 12 25 meter .

Batangnya bulat atau bulat tidak teratur , berwarna kelabu kecokelatan bercabang

banyak dan lurus berdiameter 40 60 cm (Mahisworo dkk, 2009).

Pohon rambutan memiliki akar tunggang yang bercabang-cabang. Dari

cabang akar tumbuh cabang kecil. Cabang kecil ditumbuhi oleh bulu-bulu akar

yang sangat halus. Akar tunggang rambutan dapat mencapai 6 meter. Daun

tanaman rambutan terdiri dua bagian, yaitu tangkai daun dan badan daun. Badan

daun bertulang dan berurat, dan antara tulang dan urat tertutup daging daun.

Setelah masa berbuah selesai, pohon rambutan akan bersemi atau flushing,

menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini sangat jelas terlihat dengan warna

pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun muda. Sedangkan bunga

pada tanaman rambutan adalah jenis bunga majemuk. Tumbuh dari tunas ujung.

Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga

(Cahyono B, 2003).
7

Buah rambutan berbentuk lonjong dinding buah tebal. Panjangnya berkisar

4-5 cm, dengan duri tempel yang bengkok, lemas, sampai kaku. Buah rambutan

bergantug didahan dengan tangkai panjang. Kulit buah berwarna hijau dan merah

kalau sudah masak. Apabila sudah masak buah rambutan mengeluarkan harum

yang khas. Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki rambut dibagian

luarnya(eksokrap). Endokrap berwarna putih, menutup daging

(Baga dan Moehd, 2004).

Syarat Tumbuh

Iklim

Menurut Mahisworo (2001), umumnya rambutan dapat tumbuh di dataran

rendah pada ketinggian antara 300 500 meter di atas permukaan laut, rambutan

dapat tumbuh namun pertumbuhannya tidak begitu baik. Curah hujan yang

dikehendaki tanaman rambutan berkisar antara 1.500 2.500 mm dan turun

merata sepanjang tahun. Ketika berbunga, rambutan membutuhkan 3 bulan kering

(kemarau). Musim kering lebih dari 4 bulan akan mengakibatkan bunga yang baru

terbentuk gugur. Cahaya matahari berpengaruh terhadap perkembangan buah

sejak adanya anthocyanins, yaitu suatu zat yang memberikan warna pada kulit

buah mulai muncul. Zat ini sangat intensif terhadap intensitas matahari. Selain itu

angin juga berperan dalam penyerbukan bunga (Tjahjadi N, 2008).

Tanah

Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta

sedikit mengandung pasir, juga dapat tumbuh baik pada tanah yang banyak

mengandung bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.

Pada dasarnya tingkat atau derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda
8

dengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia yaitu antara 6-6,7 dan kalau

kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu. Kandungan air dalam

tanah idealnya yang diperlukan untuk penanaman pohon rambutan antara 100-150

cm dari permukaan tanah. Pada dasarnya tanaman rambutan tidak tergantung pada

letak dan kondisi tanah, karena keadaan tanah dapat dibentuk sesuai dengan tata

cara penanaman yang benar (dibuatkan bedengan) sesuai dengan petunjuk yang

ada (Prajnanta F, 2008).

Pembibitan Tanaman Buah


Mungkin hanya sedikit buah-buahan yang diperbanyak dengan bijinya

(pepaya dan markisa saja). Biji sekarang lebih banyak ditanam hanya untuk

batang bawah. Untuk memproduksi batang bawah perlu dipersiapkan bedengan

persemaian atau dapat pula langsung mendeder biji dalam media dalam kantung

plasyik. Daerah persemaian harus mudah diatur pengairannya, yaitu mudah diairi

(dekat dengan sumber air) dan mudah pula dibuang airnya bila kelebihan. Tanah

persemaian harus gembur dan dan berpasir agar akar tumbuh baik. Untuk

memperbaiki aerasi dan retensi air, tanah persemaian harus ditambah pupuk

kandang (Syukron, 2001).


Jarak tanam biji (bila pada bedengan) bervariasi bergantung pada besar

kecilnya biji. Pada umumnya jarak antar biji dalam barisan adalah 20 - 30 cm dan

jarak antar barisan 50 70 cm untuk biji-biji besar. Kedalaman tanam biji

bergantung ukuran biji dan kondisi tanah. Semakin kecil biji sebaiknya ditanam

semakin dangkal demikian pula bila semakin berat tanahnya. Biji-biji berkulit

keras seperti sawo, mangga, jambu mete, perlu diberi perlakuan khusus, misalnya

dengan perendaman selama 24 jam atau dikupas sebelum ditanam. Bahkan untuk

biji melinjo perlu dilakukan stratiikasi hangat, caranya dengan mencampurkan biji
9

melinjo dalam abu basah dan disimpan (bila di kampung dikuburkan) pada tempat

gelap selama 2 3 bulan sebelum ditanam (Yee TF, 1993).


Untuk beberapa jenis tanaman, pembibitan perlu dinaungi misalnya untuk

bibit manggis, rambutan dan durian. Naungan dapat berupa tanaman hidup seperti

lamtoro, turi, gliricidia dan dadap. Dapat pula naungan dibuat dari atao rumbia

dengan konstruksi dari bambu atau bahan lain yang mudah didapat. Untuk

naungan berupa pohon, perlu pengelolaan tajuk naungan agar berfungsi efektif

sebagai naungan, yaitu pemangkasan (Syukron, 2001).


Persemaian harus basah tetapi tidak tergenang air. Kelebihan air harus

segera dibuang. Untuk menghindari percikan air hujan dan mengurangi

penguapan, kadanh-kadang diperlukan mulsa atau sungkup plastik. Setelah bibit

cukup umurnya, maka dapat dipindahkan ke pembibitan untuk diokulasi atau

disambung. Beberapa contoh waktu tumbuh dan saat pemindahan di pembibitan

beberapa jenis pohon buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 3. berikut. Namun

demikian, ketentuan saat okulasi sekarang ini mungkin telah berubah dengan

diketemukannya sistem okulasi hijau atau sistem sambung mini (Rukmana, 1995).
Bibit sudah siap tanam, dapat dibuat dalam bentuk stump atau bibit

keranjang, kecuali untuk manggis, belimbing, durian dan rambutan tidak dapat

dibuat bibit stump. Bibit stump, sebagian akar dan daunnya dibuang, sedang bibit

keranjangan utuh (Syukron, 2001).


Perbanyakan Tanaman Buah
Beberapa pohon buah-buahan berumur pendek dan tidak berkayu seperti

pisang, nenas, pepaya, markisa dan salak. Pisang dan nenas dapat diperbanyak

dengan mudah melalui anakan. Salak diperbanyak dengan anakan atau

mencangkok anakannya seperti perbanyakan salak pondoh. Pepaya dan markisa

diperbanyak dengan bijinya (Muas, 2002).


10

Secara umum pohon buah-buahan dapat diperbanyak dengan jalan

generatif (menggunakan biji) maupun secara vegetatif. Perbanyakan secara

generatif umumnya menghasilkan tanaman yang lebih lambat berproduksinya.


Perbanyakan tanaman secara generatif dilakukan untuk: Perbanyakan tanaman

yang sulit diperbanyak secara vegetatif, Tanamannya homozigot atau hampir

serupa dengan induknya (duku, jambu bol, belimbing, sirsak, apokad),

Diinginkan tanaman yang kuat dan panjang umurnya atau untuk batang bawah,

Tanaman apogamous (bunga yang hanya terdiri atas kelopak dan bakal buah)

misalnya manggis, Tanaman bersifat poliembrionik yaitu dalam satu biji terdapat

banyak tunas, misalnya jeruk dan mangga (yang diinginkan tumbuh adalah tunas

vegetatif) (Syukron, 2001).


Pada umumnya perbanyakan secara generatif ditujukan untuk tanaman

yang sullit berbiji atau untuk mempercepat tercapainya umur produktif. Cara

perbanyakan vegetatif sebenarnya juga terjadi bila yang ditanam adalah biji

apomiktik (terbentuk karena pembuahan) atau biji nuselar (jeruk, mangga). Cara

perbanyakan vegetatif selain dengan biji apomiktik antara lain dengan okulasi,

penyambungan, cangkok dan setek. Cara sambungan dan okulasi merupakan cara

yang sekarang paling banyak digunakan (Rukmana, 1995).


Perbanyakan dengan stek adalah perbanyakan tanaman dengan cara

menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan/bagian tanaman seperti akar, batang

atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Secara garis besar, langkah-langkah

perbanyakan stek pucuk adalah sebagai berikut : 1. Pilihlah pohon induk yang

dikehendaki untuk sumber pengambilan stek. 2. Pilihlah sesuai dengan sifat yang

dikehendaki, sesuai dengan tujuan pertanaman. 3. Pilihlah cabang yang sehat dan

tidak terlalu tua pada pohon induk yang telah dipilih sebelumnya. 4. Potonglah

cabang yang terpilih dengan arah potong serong/ miring. 5. Pangkaslah daun
11

sehingga tersisa sepasang daun. 6. Patonglah daun yang tersisa sehingga tertinggal

1/3 1/2 bagian. 7. Rendamlah pangkal stek dengan zat perangsang (Misalnya

Rootone F) untuk mempercepat tumbuhnya akar stek. 8. Tanamlah stek dalam

polibag yang telah diisi dengan media 9. Tempatkanlah polibag dalam naungan.
10. Siramlah dengan teratur (Prihatman, 2000).
Langkah-langkah perbanyakan dengan cara cangkok adalah sebagai

berikut: a. Pilihlah pohon induk sesuai dengan sifat-sifat yang dikehendaki.b.

Pilihlah cabang pada pohon induk yang terpilih yang tidak terlalu tua. c. Kupaslah

kulit cabang pada salah satu buku selebar kira-kira 4 cm. d. Bersihkanlah

kambium yang terdapat pada cabang yang telah dikupas, dan keringkanlah selama

1 hari, untuk tanaman yang bergetah keringkanlah 3-4 hari. e. Buatlah adonan

tanah dan pupuk kandang secukupnya. f. Tempelkanlah adonan itu pada cabang

yang telah dikupas dan bungkuslah dengan sabut kelapa atau plastik. g. Ikatlah

kedua ujung bungkusan dengan tali. h. Siramlah cangkokan secara teratur. i.

Tunggulah sampai akar berkembang. j. Potonglah cangkokan di bawah bungkusan

bila akar sudah banyak (Brandenburg, 1986).


Perbanyakan tanaman dengan cara sambungan dapat dilakukan dengan

cara: - Pilihlah tanaman untuk batang atas dengan sifat yang dikehendaki. - dan

batang bawah. - Batang bawah dan batang atas mempunyai ukuran yang sama. -

Potonglah pucuk untuk batang atas dari pohon induk yang telah terpilih dan

buanglah daunnya sehingga tersisa sepasang daun. -Runcingkan bagian bawah

batang atas. -Potonglah batang bawah pada ketinggian 25 cm di atas permukaan

tanah, dan dibelah di bagian atasnya selebar 2 3 cm. -Masukkan batang atas ke

dalam belahan batang bawah. - Ikatlah sambungan pada bagian atas dan

dibungkus dengan sungkup plastik. -Periksalah sambungan sampai 2-3 minggu,


12

bila batang atas masih segar sambungan berhasil. Pembungkus dan tali dapat

dibuka. -Tunggu sampai tanaman siap dipindahkan (Prihatman, 2000).


Perbanyakan tanaman buah dengan okulasi adalah:_ Pilihlah pohon induk

sebagai sumber tunas/batang atas dan tanaman sebagai batang bawah sesuai

dengan sifat-sifat yang dikehendaki. _ Kupaslah kulit batang bawah selebar 5-10

cm di atas permukaan tanah, sesuai dengan ukuran mata tunas dari batang atas._

Kupaslah mata tunas dari batang atas dan tempelkan pada batang yang telah

dikupas secepatnya. _ Ikatlah tempelan mata tunas pada bagian atas dan bawah

dengan tali rafia agar mata tunas menempel dengan baik. _ Biarkanlah kira-kira 2

3 minggu sampai mata tunas menjadi hijau. _ Bukalah ikatan bila mata tunas

sudah menjadi hijau. _ Potong batang bawah di atas tempelan dan rundukkanlah

bila sudah muncul 2 sampai 3 daun. _ Potonglah batang bawah yang dirundukkan

bila tunas sudah kokoh. _ Bila batang bawah terdapat dibedengan, maka hasil

okulasi harus dipindahkan ke polibag dan menunggu waktu yang tepat untuk

dipindahkan ke lapangan, tetapi bila batang bawah terdapat di polibag, maka

hanya perlu menunggu sampai hasil okulasi cukup kuat dipindah ke lapangan

(Brandenburg, 1986).
Perbanyakan Tanaman Dengan Biji
1. Persemaian pertama
a. Persiapan media untuk persemaian
Media yang diperlukan untuk persemaian pertama adalah:
- Pupuk kandang.
- Pasir.
- Tanah.
b. Cara pembuatan persemaian
- Tanah dibajak dua kali dan digaru satu kali.
- Pembajakan kedua dilakukan 7-10 hari setelah pembajakan pertama supaya
rumput mati.
- Bedengan dibuat dengan lebar 80-100 cm dan panjang sesuai keadaan

tempat.
13

- Tinggi bedengan 20 cm, jarak antar bedengan 30 cm (selebar cangkul).

Taburkan pupuk kandang dan pasir sampai rata, dengan dosis 1 kaleng

minyak tanah untuk setiap 1 m2.


- Aduk tanah pupuk kandang dan pasir sampai rata dan siramlah dengan air
Secukupnya.
- Selanjutnya siap untuk menyemaikan benih.
c. Pengadaan benih yang akan disemai
- Biji dari buah yang sudah masak (merah).
- Memenuhi persyaratan untuk batang bawah.
- Dikupas kulitnya dan dihamparkan di tempat yang teduh.
Cara menyemai biji di persemaian pertama
- Sebelum disemai benih diberi perlakuan pendahuluan untuk mempercepat

perkecambahan. Jenis perlakuan tergantung jenis tanaman.


- Semaikan benih dengan jarak tanam 2 x 5 cm (Gambar 7 dan 8).
- Tutup benih dengan tanah setebal -1 cm.
- Taburkan furadan diatasnya secukupnya untuk mencegah hama.
- Siram bedengan sampai basah.
- Tutup bedengan dengan plastik tipis sampai rapat.
- Satu minggu kemudian tutup dibuka dan bedengan disiram, kemudian

plastik ditutupkan kembali.


- Lakukan penyiraman seminggu sekali.
- Lakukan penyiangan bila banyak gulma dan penyemprotan dengan Delsin

2-5 gr/l untuk mencegah serangan jamur.


- Setelah satu bulan kemudian plastik penutup pada kedua ujungnya dibuka.
2. Persemaian kedua
a. Pembuatan persemaian kedua
Persemaian kedua dilakukan pada polibag yang diisi media campuran

pupuk kandang, sekam padi dan tanah. Ketiga media tersebut diaduk dengan

perbandingan 1:1:1 dan dimasukkan ke dalam polibag. Polibag berisi media

disusun 5 barisan memanjang.


b. Memindahkan bibit ke persemaian kedua
- Sebelum bibit dipindahkan ke persemaian kedua atau di polibag, sebaiknya

polibag yang sudah terisi tanah lebih dulu disusun 5 buah memanjang

(berderet-deret) untuk memudahkan perawatan.


- Buatlah naungan.

- Siramlah polibag yang sudah dipersiapkan dengan air secukupnya


14

- Ketika mencabut bibit, diusahakan biji jangan sampai lepas, pilihlah semai

yang sudah berdaun 2- 4 helai.

- Tanamlah semai satu persatu ke dalam polibag dan diusahakan agar

tertanam dengan tegak lurus.

- Siramlah 2 hari sekali.


- Lakukan pemberantasan hama dan penyakit bila diperlukan.
- Untuk merangsang pertumbuhan bisa diberi pupuk daun Gandasil D.
- Setelah 2 -3 bulan dipersemaian, bibit sudah siap untuk penyambungan

maupun okulasi (Prihatman, 2000).


15

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Tanaman Hias dan

Buah-Buahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal

ketinggian tempat + 25 m dpl. Dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai

dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah duku

(Lansium domesticum Corr.), air untuk mencuci buah duku, abu gosok untuk

membersihkan daging buah duku, dithane sebagai larutan fungisida, polybag

sebagai tempat menanam buah, (topsoil, kompos dan pasir) sebagai media tanam,

gembor untuk menyiram tanaman.

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah ember plastik

untuk tempat mencuci buah, pisau untuk membelah buah, cangkul sebagai alat

untuk mencampur media tanam, bak kecambah untuk wadah abu gosok

Metode Percobaan

Percobaan ini menggunakan metode Analisis Deskriptif dan

membandingkan setiap parameter yang diamati dari masing-masing

perlakuan. Adapun perlakuan dalam percobaan ini menggunakan daging

buah dan tanpa daging buah dalam beberapa metode sebagai berikut:

Ganjil : Tanpa Daging Buah

Genap : Dengan Daging Buah

Adapun Parameter yang diamati pada percobaaan ini adalah sebagai

berikut:
16

Duku

Parameter 1 : Tinggi Tanaman

Parameter 2 : Jumlah daun


17

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pengumpulan Buah
Buah duku yang digunakan untuk percobaan dikumpulkan kemudian di

belah dan dikumpulkan bijinya. Masing-masing biji antara manggis dan duku

dipisahkan pada wadah ember dengan biji tanpa daging dan biji dengan daging

buah.
Perendaman Biji dengan Dithane
Perendaman biji manggis dan duku dilakukan kurang lebih 15 menit pada

larutan dithane, perendaman bertujuan untuk menghindari biji terserang jamur

atau patogen yang mungkin ada pada buah asal biji.


Persiapan Media Tanam
Disiapkan polybag untuk tempat penanaman buah manggis dan duku.

Media tanam yang digunakan antara lain adalah topsoil, kompos dan pasir dengan

perbandingan 2:1:1 yang dicampurkan sehingga homogen. Kemudian diisi media

tanam ke dalam polybag dan disusun rapi


Penanaman Biji
Biji manggis dan duku ditanam didalam polybag yang sudah disediakan

sesuai dengan perlakuan masing-masing kelompok praktikum yaitu keloppok

ganjil tanpa daging buah dan genap dengan daging buah. Setelah ditanam

dipolybag kemudian polybag disusun dilahan percobaan dengan rapi sesuai nomor

urut kelompok.

Parameter Pengamatan

Adapun parameter pengamatan yang dilakukan adalah tinggi tanaman

serta jumlah daun manggis dan duku yang diamati seminggu sekali setelah

penanaman.
18

DAFTAR PUSTAKA

Abdul dan Adi. 2008. Budidaya Tanaman Buah-Buahan. Pusat pembukuan


Departemen Pertanian. Jakarta.

Almeyda, N. and Martin, F. W. 1976. Cultivation of Neglected Tropical Fruits


with Promise. Part I. The Mangosteen Agricultural Research Service. U.S.
Department of Agriculture.

Baas, R. and H. Lambers. 1988. Effects of VA-Mycorrhizal Infection and


Phosphate on Plantago major spp. Pleiosperma in Relation to the Internal
Phosphate Concentration. Physiol. Plant. 74:701-707.
19

Baga K, dan Moehd. 1994. Budidaya Rambutan Varietas Unggul. Kanisius.


Yogyakarta. Bank Indonesia Direktorat Kredit, BPR dan UMKM. Jakarta

Brandenburg WA. 1986. Classification of cultivated plants. Acta Horticulturae.


182: 109-115.

Budiman, Arie, dan Kuswanta. 2005. Peningkatan Penelitian dan Pengembangan


Penelitian Biologi. LIPI. Bogor.

Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Davis PH & Heywood VH. 1973. Principles of Angiosperm Taxonomy. Robert E.


Krieger Publishing Company, Inc. Huntington. New York.

Direktorat Tanaman Buah Dirjen Bina Produksi Hortikultura. 2002. Profil Sentra
Produksi Manggis.

Edison HS dan Hermanto. 2012. (Aspek Budidaya) Prospek Usaha Tani Tanaman
Duku ( Lansium domesticum Corr. ). Badan Litbang Pertanian. Solok.

Fortunata, F. 2008. Daya Antifugal Ekstrak Manggis Garcinia mangostana L.


Universitas Airlangga. Surabaya.

Harjadi S. S. Widodo, W.D. Suketi K. Aspek-Aspek Penting Budidaya Tanaman


Buah-Buahan.

Hatikah. 2004. Teknik Budidaya Rambutan. Grafindo. Bandung.

Henry. 2007. Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana) Sebagai Antibakteri


Terhadap Pseudomonas Aeruginosa diakses dari
http://aresearch.upi.edu/operator/upload/bab_2(2). Pada tanggal 10
Desember 2016.

Jawal, Syah M. A, T. Purnama, D. Fatria, dan F. Usman.2007. Pembibitan


Manggis Secara Cepat Melalui Teknik Penyungkupan Akar Ganda dan
Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskular. Balai Penelitian Tanaman
Buah Tropika. Solok Jl. Ring Road Utara Condong Catur, Depok, Sleman.
Yogyakarta.

Kartasapoetra, G. 2004. Morfologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Mahisworo, Kusno S, dan Agustinus. 2009. Bertanam Rambutan. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Muas, I., M. Jawal, A., dan Yusri Herizal. 2002. Pengaruh Inokulasi Cendawan
Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan Bibit Manggis. J. Hort.
12(3):165-171.
20

Noor, I. 2009. Teknik Budidaya Tanaman Manggis. Perhimpunan Penyuluh


Pertanian Indonesia. Bandung.

Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan.

Prajnanta, F. 2008. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prihatman, K. 2000. Duku ( Lansium domesticum Corr. ). Sistim Informasi


Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Jakarta.

Pudjiati dan Rosni. 2007. Budidaya Tanaman. Ganeca Exact. 2007.

Purnomosidhi, P. Suparman, James, M. R dab Mulawarman.2002. Perbanyakan


dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan. International Centre For Research
In Agroforestry andWinrock International.

Rahardi F, Rina S, dan Imam S. 2004. Agribisnis Tanaman Perkebunan. Penebar


Swadaya. Jakarata.

Rismunandar. 1983. Tanaman Buah-Buahan. Sinar baru. Bandung.

Rukmana, R. 1995. Budidaya Manggis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Singh G. 1999. Plant Systematics. Science Publishers Inc. USA. Stace CA. 1979.
Plant Taxonomy and Biosystematics. Edward Arnold. London. p. 5-6, 86-
98.

Sunarti S. 1987. Anatomi Daun dan Taksonomi Duku, Kokosan, dan Pisitan.
Floribunda. 1(4):13-16.

Syukron , R. Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan. Stmik Amikom.

Tjahjadi, N. 1991. Bertanam Buah. Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai