Anda di halaman 1dari 5

INDUKSI PERCABANGAN TANAMAN KARET

Budidaya Tanaman Karet ( PTK 1412 )

Dosen Pengampu
Ir.Dedi Supriyatdi., M.P

Disusun Oleh:

1. Ade Muthia Putri NPM. 15721001


2. Ajeng Ramadhanty NPM. 15721003
3. Arly Sadita NPM. 15721012
4. Debby Silvia NPM. 15721016
5. Dhynasty Fatimah Ahmad NPM. 15721019
6. Dian Pansela Widi Astuti NPM. 15721020
7. Ellen Olenska Isadora NPM. 15721023
8. Ida Fitri Kumalasari NPM. 15721035

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
Induksi Percabangan (Branch Induction) pada Tanaman Karet
Pada tanaman karet muda sering dijumpai tanaman yang tumbuhnya
meninggi tanpa membentuk cabang. Tanaman seperti ini pertumbuhan batangnya
lambat sehingga terlambat mencapai matang sadap. Selain itu, pada bagian
ujungnya mudah dibengkokkan oleh angin, akibatnya akan tumbuh tunas cabang
secara menyebelah, sehingga tajuk yang terbentuk tidak simetris. Keadaan
cabang seperti tersebut di atas akan sangat berbahaya karena cabang mudah patah
bila ada angin kencang. Ketinggian cabang yang dikehendaki umumnya antara
2,5 - 3 meter dari atas pertautan okulasi. Bagi klon-klon yang pertumbuhan
cabangnya lambat dan baru terbentuk di atas ketinggian tiga meter, perlu
dilakukan perangsangan untuk mempercepat pembentukan cabang agar tanaman
lebih cepat terbentuk (Sagala, 2009).
Beberapa klon lambat membentuk percabangan yang disebabkan oleh
sifat dominasi pertumbuhan tanaman (dominasi apikal) yang sangat kuat.
Dominasi apikal mendorong pertumbuhan tunas yang ada dipucuk tanaman
(tunas terminal) tapi menghambat pertumbuhan tunas yang ada di ketiak daun
(tunas lateral) sehingga menyebabkan tanaman tinggi dan kurus. Untuk tanaman
seperti itu diperlukan induksi percabangan. Tujuan induksi cabang adalah
mempercepat pertumbuhan lilit batang dan mengurangi kepekaan pohon terhadap
angin (Siagian, dkk., 2001).
Beberapa klon yang pada awal pertumbuhannya cenderung meninggi dan
lambat bercabang, diantaranya adalah klon GT 1 dan RRIM 600. Induksi
percabangan selain untuk memodifikasi bentuk tajuk tanaman juga bertujuan
untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang tanaman.
Bagi klon-klon yang pertumbuhan cabangnya lambat dan baru terbentuk
di atas ketinggian tiga meter, perlu dilakukan perangsangan untuk mempercepat
pembentukan cabang agar tajuk tanaman lebih cepat terbentuk.
Menurut Setyamidjaja (1993), tujuan dari perangsangan percabangan
adalah untuk mendorong tanaman bercabang pada ketinggian yang dikehendaki,
untuk memperoleh cabang sesuai dengan yang diperlukan agar tanaman memiliki
mahkota yang baik (rimbun) sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung
secara optimal, dan untuk menambah kesuburan pertumbuhan tanaman dan
memperoleh pertumbuhan yang rimbun.
Induksi percabangan dapat dilakukan dengan melakukan pemangkasan
daun (clipping), penyanggulan (folding), dan pemenggalan batang (topping).

A. pemangkasan daun (clipping)

Pemangkasan daun dilakukan pada saat payung daun teratas masih


berwarna kuning kemerahan sampai dengan hijau muda yang dimulai pada
ketinggian 2,8 meter diatas pertautan okulasi. Sebagian helaian daun pada
payung teratas yang cukup tua (berumur 1,52 tahun) dipotong hingga tangkai
daun, sehingga hanya menyisakan 3-4 helaian daun yang letaknya paling ujung
saja. Dua-tiga minggu kemudian tunas cabang akan tumbuh. Cabang harus di
pelihara secara bertingkat, agar tanaman lebih kuat terhadap angin kencang dan
serangan jamur upas. Cara pengguguran daun ini kurang efisien, sebab cabang
yang terbentuk hanya sedikit sekali dan tingkat keberhasilannya hanya 55% saja.

b. Penyanggulan (folding)

Penyanggulan adalah suatu teknik perlakuan dalam rangka pengelolaan


percabangan pada TBM karet yang bertujuan merangsang pertumbuhan cabang
dan daun, menekan pertumbuhan batang kearah atas (longitudinal),
meningkatkan pertumbuhan lilit batang (transversal).
Penyanggulan di lakukan pada daun payung teratas yang sudah tua pada
tanaman berumur 1,5 2 tahun diikat dengan tali atau karet menyerupai sanggul.
Penyanggulan dilakukan dengan cara melipat daun dewasa pada payung teratas
secara berkelompok (6 s/d 8 helaian daun) kearah pucuk tanaman menyerupai
sanggul, kemudian lipatan tersebut diikat dengan tali karet. Dengan demikian
titik tumbuh pada pucuk terminalnya mati, sehingga batang utama menjadi tidak
dominan. Keberhasilan cara sanggul lebih tinggi dibandingkan cara
pemangkasan daun (Siagian, dkk., 2001).

c. Pemenggalan batang (topping)

Pemenggalan batang dilakukan pada ketinggian 2,8-3,0 meter, lebih


kurang 5 cm di atas mahkota daun teratas. Pemenggalan batang sebaiknya
dilakukan pada saat musim hujan, menggunakan gunting pangkas yang tajam dan
tangga berkaki tiga. Setelah cabang terbentuk, dilakukan penunasan ringan
terhadap cabang, sehingga tajuk menjadi seimbang. Kelemahan pemenggalan
batang adalah jika dilakukan pada jaringan yang masih muda, batang menjadi
miring, sehingga peka terhadap serangan angin (Siagian, dkk., 2001).
Pemenggalan batang dilakukan pada ketinggian 2,53 m sedikit di atas
kumpulan mata. Pemenggalan ini dilakukan pada waktu tanaman muda berumur
23 tahun, dimana pada waktu tersebut tanaman sudah mencapai tinggi kurang
lebih lima meter. Pemenggalannya dilakukan pada waktu awal musim hujan.
Tanaman-tanaman yang dapat dipenggal adalah tanaman dimana pada tinggi
kurang lebih tiga meter tersebut batangnya sudah berwarna coklat.
Alat-alat yang digunakan dalam pemenggalan adalah gergaji kayu, dan
sebaiknya digunakan gergaji tarik. Arah irisan gergaji harus miring, tidak boleh
mendatar. Luka tanaman karet dipenggal pada tinggi yang diinginkan tersebut, 2
4 minggu kemudian tunas-tunas mulai tumbuh, biasanya lebih dari 10 tunas.
Untuk itu perlu dilakukan penjarangan tunas.
Pembentukan cabang dengan cara pemenggalan batang dapat berhasil
dengan baik dan cukup efisien. Namun kelemahannya adalah mudah terserang
penyakit jamur upas dan tidak tahan terhadap angin, karena cabang tertumpuk
pada bekas penggalan. Untuk menekan kerusakan akibat angin dan serangan
jamur upas, sebaiknya cabang dijarangkan menjadi tiga buah cabang saja agar
tajuk yang terbentuk dapat tumbuh dan kuat dan kokoh. Upaya lebih lanjut untuk
mengurangi kerusakan akibat angin dapat dilakukan pemenggalan kemabi pada
saat tanaman sudah memasuki fase menghasilkan (TM).
Dengan sistem penunasan dan induksi percabangan pertumbahan lilit
batang akan lebih cepat, sehingga usia tanaman belum menghasilkan lebih
pendek. Selain itu, tindakan ini dapat mencegah tanaman karet doyong dan
tumbang. Dengan demikian, tindakan penunasan dan induksi percabangan dapat
menghemat biaya pemeliharaan dan mempercepat tanaman berproduksi (PT.
Perkebunan Nusantara VII , 2007).

Anda mungkin juga menyukai