Anda di halaman 1dari 22

“TEKNIK PERSILANGAN ANTARA CABAI MERAH

KERITING (Capsicum annum L.) dan CABAI RAWIT


(Capsicum frustescens L.)”

OLEH:

KHAIRUL AZMI
174110331

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2018/2019

“TEKNIK PERSILANGAN ANTARA CABAI MERAH


KERITING (Capsicum annum L.) dan CABAI RAWIT
(Capsicum frustescens L.)”
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan mata kuliah

Dasar-Dasar Agronomi dengan judul “tanaman cabe rawit dan cabe merah

keriting”

Laporan ini saya susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-dasar

Agronomi, dengan terselesaikannya laporan ini, saya mengucapkan terima kasih

kepada bapak DR.Faturrahman,Sp.,MSc dan terima kasih Kepada Nadya ulfha

selaku asisten dosen (asdos). Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada

teman-teman yang telah memberikan saran dan masukannya sehingga

terselesaikannya laporan Genetika tanaman..

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu kritik beserta saran yang membangun sangat penulis butuhkan demi

tercapainya laporan yang layak diterima oleh seluruh kalangan.


DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR................................................................................................i

BAB I

PENDAHULUAN

 LATAR
BELAKANG.........................................................................................1.1
 TUJUAN
PERAKTIKUM.....................................................................................1.2

BAB II

PEMBAHASAN

 TANAMAN CABE
RAWIT...................................................................................................1.3
 TANAMAN CABE MERAH KERITING ............................................1.4
 BAHAN DAN ALAT.............................................................................1.5
 DOKUMENTASI ...................................................................................1.6

BAB III

PENUTUP

 KESIMPULAN.....................................................................................1.7
 SARAN
................................................................................................................1.8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cabai Merah Keriting (Capsicum annum L.) merupakan tanaman


perdu dari family terong-terongan. Cabai berasal dari benua Amerika
tepatnya daerah Peru dan menyebar ke Negara-negara benua Amerika,
Eropa dan Asia termasuk Indonesia (Miskun, 2013). Cabai merah
keriting merupakan tanaman musiman yang berkayu, tumbuh di daerah
dengan iklim tropis. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang biak
didataran tinggi maupun dataran rendah. Hampir semua jenis tanah
yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi
tanaman cabai merah keriting. Untuk mendapatkan kuantitas dan
kualitas hasil yang tinggi, cabai merah keriting cocok dengan tanah
yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek
(menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah.
Kisaran pH tanah yang ideal adalah 5,5 – 6,8 (Mulyadi, 2011).

Cabai merah keriting (Capsicum annuum L.) adalah tanaman


yang termasuk ke dalam keluarga tanaman Solanaceae. Cabai
mengandung senyawa kimia yang dinamakan capsaicin (8methyl-N-
vanillyl-6-nonenamide). Selain itu, terkandung juga berbagai senyawa
yang mirip dengan capsaicin, yang dinamakan capsaicinoids. Buah
cabai merupakan buah buni dengan bentuk garis lanset, merah cerah,
dan rasanya pedas. Daging buahnya berupa keping-keping tidak berair.
Bijinya berjumlah banyak serta terletak di dalam ruangan buah
(Setiadi, 2008). Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan
vitamin, diantaranya

kalori, protein, lemak, kabohidrat, kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C


(Piay, 2010)
Menurut Pickersgill (1989) terdapat lima spesies cabai, yaitu
Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense,
Capsicum bacctum, dan Capsicum pubescens. Di antara kelima spesies
tersebut yang memiliki potensi ekonomis ialah C. annuum dan C.
frutescents (Santika,1999). Klasifikasi Tanaman Cabai Divisi:
Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae,
Subkelas: Metachlamidae, Ordo: Tubiflorae, Famili: Solanaceae,
Genus: Capsicum, Spesies : Capsicum annuum L. Ada spesies cabai
yang terkenal yaitu cabai besar atau cabai merah. Cabai yang termasuk
ke dalam cabai besar atau cabai merah adalah paprika, cabai manis,
dan lain-lain (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Di Indonesia pengembangan budidaya tanaman cabai mendapat


prioritas perhatian sejak tahun 1961. Tanaman cabai menempati urutan
atas dalam skala prioritas penelitian pengembangan garapan Puslitbang
Hortikurtura di Indonesia bersama 17 jenis sayuran komersial lainnya
(Tim Bina Karya Tani, 2008). Menurut Piayet al (2010), banyak
varietas cabai hibrida maupun non hibrida yang telah dilepas di
Indonesia sudah banyak. Berikut beberapa varietas cabai hibrida dan
non hibrida dengan ciri dan potensi yang dihasilkan.

1. Cabai Merah Keriting Varietas TM 99

Cabai ini merupakan cabai jenis hibrida. Potensi hasil


mencapai 14 t/ha dan dapat dipanen pertama umur 80 – 85 hari
setelah tanam (hst). Tinggi tanaman ± 65 cm, diameter buah ± 1,3
cm dan panjang buah ± 12 cm. Bentu
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Tanaman cabai rawit merupakan tanaman perdu dari famili terong –terongan yang
memiliki nama ilmiah capsicum spp. Cabai rawit berasal dari benua Amerika
tepatnya daerah Peru dan menyebar ke Negara-negara Amerika, Eropa dan Asia
Termasuk Negara Indonesia. Tanaman cabai rawit banyak ragam tipe
pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang
sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya
mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan
paprika. Secara umum cabai rawit memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin
(Harpenas, 2010).

Cabai rawit merupakan tanaman berkayu dengan panjang batang utama berkisar
antara 20-28 cm dan diameter batang antara 1.5-2.5 cm (Herdiawati, 2006).
Percabangan batang berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm dengan
diameter cabang dikotom sekitar 0.5-1 cm. Bentuk percabangan menggarpu
dengan posisi daun berselang-seling, daun berbentuk hati, lonjong atau agak bulat
telur (Dermawan, 2010).

Cabai rawit masuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan


tanaman yang mudah ditanam didataran rendah ataupun didataran tinggi. Organ
penting dalam tanaman cabai meliputi bagian cabai rawit merupakan tanaman
tahunan yang tumbuh tegak (Cahyono, 2003). Tanaman cabai banyak
mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung atsiri kapsaisin, yang
menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan bila digunakan untuk
bumbu dapur (Dewanti dkk, 2010).
Menurut Rukmana (2002), tanaman cabai rawit dalam botani tumbuhan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatopyta

Divisi : Magnoliopyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum frutescens L.

Buah muda berwarna hijau tua setelah masak menjadi merah cerah. Biji yang
masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi coklat, berbentuk pipih,
berdiameter sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata
orang yang menciumnya. Cabai rawit dapat diperbanyak dengan biji (Dalimartha,
2003).
Kandungan Gizi Cabai Rawit

Menurut Setiadi (2006), cabai rawit banyak mengandung vitamin A dibandingkan


cabai lainnya. Cabai rawit segar mengandung 11.050 SI vitamin A, sedangkan
cabai rawit kering mengandung mengandung 1.000 SI. Sementara itu, cabai hijau
segar hanya mengandung 260 vitamin A, cabai merah segar 470, dan cabai merah
kering 576 SI. Kandungan vitamin A pada cabai rawit bermanfaat untuk
kesehatan mata dan untuk menyembuhkan sakit tenggorokan.

Cabai mengandung kurang lebih 1,5% rasa pedas. Rasa pedas tersebut disebabkan
oleh senyawa kapsaisin dan dihidrokapsaisin. Kandungan kapsaisin pada cabai
bersifat sebagai pembangkit selera makan. Kapsaisin menstimulus hormon
ebdophrin yang memberi efek nikmat, sehingga ketika seseorang menyantap
makanan berbumbu cabai cenderung menambah porsi makannya (Trubus, 2011).

Jumlah kadar nutrisi cabai rawit yang luar biasa Cabai mengandung

banyak vitamin dan mineral.100 g cabai rawit menyumbangkan kebutuhan asupan


gizi harian yang direkomendasikan. Berikut ini ditunjukkan dalam % : Vitamin C,
240% dari asupan harian yang disarankan Vitamin B6, 39% dari asupan harian
yang disarankan Vitamin A, 32% dari asupan harian yang disarankan Vitamin E,
4,5 dari asupan harian yang disarankan Vitamin K, 11,5% dari asupan harian yang
disarankan Zat besi13% dari asupan harian yang disarankan Tembaga 14% dari
asupan harian yang disarankan Kalium 7% dari asupan harian yang disarankan

Kadnungan cabai merah keriting


Selain berfungsi sebagai pemeriah bumbu masakan, cabai keriting juga memiliki
banyak kandungan gizi yang baik bagi tubuh seperti vitamin A dan vitamin C.
Vitamin A dalam cabai sangat berkhasiat untuk meningkatkan sistem penglihatan
manusia dan vitamin C sangat membantu tubuh dalam menangkal radikal bebas.
Produksi cabe merah dan cabe rawit kertitng di riau tahun 2016 yaitu
:

CABAI MERAH KERITING CABE RAWIT

TON/TAHUN TAHUN /TON


12.002 6.642

dalam persilangan cabai merah keriting dan cabai rawit kenapa melakukan nya
karena untuk mengatahui hasil dari persilangan cabai merah keriting dan cabai
rawit, dan juga memperbaiaki kualitas pada tanaman cabai dan juga hasil produksi
nya.
1.2tujuan Pratikum

1. Untuk mengetahui Teknik persilangan cabai merah keriting ke cabai rawit

2. Untuk mengetahui Teknik persilangan cabai rawit ke cabai merah keriting.


BAB II

PEMBAHASAN

1.3 Tanaman Cabai Rawit

Sejarah Penyebaran

Sekitar sejak 2.500 tahun sebelum Masehi, tanaman cabai sudah


tumbuh di daratan Amerika Selatan dan Amerika Tengah, Termasuk Meksiko
(Wijoyo, 2009). Awal penyebaran cabai di duga bersamaan dengan datangnya
Christhoper Columbus ke Amerika pada 14 Oktober 1492. Selama di sana, ia
menemukan penduduk pribumi yang banyak menggunakan cabai sebagai
bumbu masakan. Saat pulang, Columbus tertarik untuk membawa biji cabai ke
Eropa beserta biji-bijian khas Amerika yang lain, seperti jagung dan tomat
untuk di tanam di Eropa. Sejak itulah, biji-bijian tersebut dibudidayakan oleh
para petani Spanyol dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Cabai di
Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang pelaut Portugis bernama Ferdinand
Magellan (1480-1521). Ia melakukan pelayaran hingga ke Maluku pada tahun
1519 melalui jalur laut dari sebelah barat. Selain itu juga para pedagang India
juga turut andil dalam penyebaran cabai hingga ke Tanah air. Mereka
membawa cabai melalui pulau Sumatera (Djarwaningsih, 2005).

Klasifikasi tanaman cabai rawit

 Kingdom : Plantae (Plant)


 Sub kingdom : Tracheabionta (Vascular Plants)
 Division : Spermatophyta (Seed Plant)
 Sub division : Magnoliophyta (Flowering Plant)
 Classing : Magnolipsida (Dycotyledons)
 Sub classis : Asteredae
 Ordo : Solanales
 Famili : Solanaceae (Potato family)
 Genus : Capsicum L. (pepper)
 Species : Capsicum frustescens L
Morfologi tanaman cabai rawit

 Daun

Tiap tanaman cabe mempunyai karakteristik tersendiri yang terlihat dari daunnya.
Pada cabai rawit, daun bunga warnanya bisa sangat bervariasi tergantung iklim
lingkungan tempat tanaman ditanam.

Kebanyakan warna daun cabai rawit berwarna hijau muda. Panjang daun sekitar
3-4 cm dan lebar daun berkisar 1-2 cm. Ruas pada daun cabai merah berkisar dari
5-9 ruas.

 Batang

Maksimal tinggi tanaman cabai rawit adalah 80 cm. Sedangkan panjang batang
tanaman cabai rawit hanya berkisar 20 cm, kemudian langsung membentuk suatu
percabangan yang acak.

Warna pada batang tanaman biasanya berwarna hijau tua ketika masih dalam
keadaan produktif dan akan berubah menjadi coklat ketika ketika sudah tua.

 Akar

Tanaman cabai rawit termasuk ke dalam kategori akar serabut. Pada akar tanaman
cabai terdapat banyak bintil-bintil kecil yang berfungsi untuk mencari sumbar
makanan dengan menyerap unsur hara dari tanah.

Pada bagian ujung akar terdapat akar semu yang berfungsi mencari nutrisi dari
dalam tanah.
 Bunga

Pada cabai rawit, bentuk bunga biasanya menyerupai bintang meskipun tidak
semua. Bunga akan keluar di dekat daun, dan bisa berbentuk tunggal atau
komunal. Dalam satu tandan umumnya terdapat 2-3 bunga.

Mahkota bunga mempunyai warna putih dengan diameter antara 5-20 mm.
Terdapat bunga jantan dan betina dalam satu tangkai.

 Buah

Buah tanaman cabai pada awalnya akan berwarna hijau tua kemudian akan
berubah warna menjadi merah ketika sudah tua.

Syarat tumbuh cabe rawit

1.Tanah

 gembur
 subur atau banyak mengandung zat makan
 pembuangan airnya baik (tidak tergenang), dan
 banyak mengandung humus

2. Tempat tumbuh (daerah)

 dataran rendah
 dataran tinggi

3. Iklim tanaman cabai rawit dapat tumbuh, baik pada daerah yang kurang
hujan maupun yang sering hujan. Suhu udara yang diperlukan tanaman ini
adalah berkisar antara 25 derajat - 31 derajat celcius.

Tanaman cabai (Capsicum annum L.) adalah tanaman yang berasal dari
benua Amerika yang menyebar hingga mencapai negara-negara Asia termasuk
Indonesia dengan bantuan pedagang Spanyol dan Portugis. Tanaman cabai
merupakan tanaman perdu dan termasuk famili dari terong-terongan dengan
bentuk dan ukuran yang bervariasi (Harpenas dan Dermawan, 2010). Cabai
keriting adalah salahsatu tanaman musiman dengan daun berwarna hijau, tua,
tinggi bisa mencapai satu meter, bunga berwarna putih dan soliter, dan
termasuk tanaman yang dapat berbuah baik di dataran rendah hingga dataran
tinggi (Tjahjadi, 1991).
1.4 Klasifikasi Tanaman Cabai Keriting

berikut klasifikasi tanaman cabai keriting :

 Divisi : Spermatophyta
 Sub Divisi : Angiospermae
 Kelas : Monocotyledonae
 Genus : Capsicum
 Family : Solaneceae
 Spesies : Capsicum annuum L

Morfologi tanaman cabe merah

Tumbuhan cabe tersusun dari akar, batang daun, buah dan biji, berikut
penjelasnnya :

• Daun

Bentuk daun pada tanaman cabe berbeda – beda, ada berbentuk lonjing, oval,
lanset dengan permukaan daun atas berwarna hijau bahkan kebiruan.

Sedangkan permukaan bawah daun berwarna hijau muda, tua atau pucat dengan
panjang sekitar 3 – 11 cm dan lebar 1 – 5 cm.

Semua variasi tersebut tergantung jenis dari varites dan spesies cabe yang
ditanam.

• Batang

Batang tanamna cabe umunya berwarna hijau tua, muda dan kecoklatan jika sudah
adanya kerusakan pada jaringan parenkim dengan ukuran sekitar 1 – 2 m. Pada
ketinggian tertentu akan mengalami percabangan.
• Akar

Tumbuhan cabe memiliki akar tunggang semu, akarnya juga berserabut dan
biasanya terdapat bintil – bintil yang merupakan hasil dari simbiosis dari beberapa
organisme yang ada di tanah.

• Bunga

Bunga tanaman cabe memiliki bentuk yang sama yaitu bintang meskipun bunga
tersebut bervariasi.

Bunga tersebut tumbuh di bagian dekat demam daun baik secara tunggal atau
kelompok pada tandan.

Biasanya pada satu tandan ada 2 – 3 bunga sedangkan mahkota bunga memiliki
macam – macam warna seperti putih, putih keunguan atau kehijauan dengan
diameter sekitar 5 – 20 mm.

Bunga pada tanaman cabe adalah salah satu bunga yang sempurna karena bunga
matan dan betina mengalami pemasakan pada waktu yang sama, sedangkan
penyerbukan di bantu dengan angin yang berkecepatan 10 – 20 km / jam.

• Buah dan biji

Menurut Samadi, 1997, buah cabai pada umumnya muncul dari ketiak daun atau
percabangan dan posisi buahnya menggantung, sedangkan masing – masing buah
memiliki berat sekitar 5 -25 gram. Buah cabe awalnya berwarna hijau setelah
matang akan berubah jadi warna merah tua.

Persilangan (bahasa inggris: hybridization atau crossing) dalam biologi adalah


perkawinan antar individu ataupun populasi yang berbeda secara genetik untuk
menghasilkan gabungan sifat dari tetua ataupun rekombinasi gen-gen pada
keturunannya.[1] Dalam ilmu biologi molekuler persilangan diartikan sebagai
teknik berikatannya suatu untaian tunggal DNA atau RNA dengan untaian
komplemen yang berasal dari RNA atau DNA yang berbeda.[2] Persilangan dapat
terjadi di antara individu yang berbeda spesies (persilangan interspesifik) maupun
antar individu dalam satu spesies (persilangan intraspesifik) yang umumnya
dikenal sebagai persilangan antar galur (untuk tanaman) atau antar aksesi.[3]
Perkembangbiakan manusia melalui perkawinan adalah contoh persilangan dalam
satu spesies.[3] Dalam ilmu peternakan istilah persilangan lebih sering disebut
dengan perkawinan.[4] Individu keturunan hasil proses persilangan dapat bersifat
subur, mandul, maupun mandul sebagian.[3]

Generasi keturunan hasil suatu persilangan disebut filial disimbolkan dengan


huruf F besar dan angka yang menandakan urutan generasi.[3] Contoh penulisan
generasi keturunan yaitu: F1 untuk generasi pertama hasil persilangan dan F2
untuk generasi kedua hasil persilangan.[3] Awalnya tujuan utama dari persilangan
ialah menggabungkan dua sifat baik atau unggul dari dua tetua dalam satu
individu atau populasi.[5] Lebih lanjut dalam kegiatan pemuliaan, persilangan
digunakan untuk membuat keragaman genetik pada suatu populasi misalnya
jagung dengan harapan akan muncul fenotipe-fenotipe baru yang sifatnya berbeda
dari kedua tetuanya.[6]

Teknik persilangan

Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda


susunan genetiknya. Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan
langkah awal pada program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua.
Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan
menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman
menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua
atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida.
Selain itu, hibridisasi juga dimaksudkan untuk memperluas keragarnan
1.5 BAHAN DAN METODE

A. Praktikum Mata Kuliah Genetika tanaman ini di laksanakan di Kebun


Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution
Km 11, Kelurahan simpang tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kotamadya Pekanbaru.
Waktu praktikum di laksanakan dari tanggal 8 september 2018 – 8 desember
2018.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah benih
cabai merah keriting dan cabai rawit, dolomit, pupuk urea, pupuk kendang, pupuk
NPK. Sedangkan alat yang yang digunakan pada praktikum ini adalah gembor,
garu, cangkul, meteran, plastik, cotton buds, sedotan, alat tulis dan kamera.
C. Pelaksanaan Praktikum
1. Pengolahan lahan
Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya, kemudian
dicangkul dan tanah digemburkan. Masing-masing individu luas bedengan 2 x 1
meter

2. Pemberian pupuk dasar.


Pemberian pupuk dasar pada praktikum ini ialah, pemberian pupuk
kandang sebanyak 1 karung/plot. Pupuk kandang dibiarkan selama seminggu.

3. Penanaman
Pada praktikum ini jenis-jenis benih cabe merah keriting dan cabai rawit
yang digunakan. Benih cabai merah keriting dan cabai rawit di tanam dalam
polibet terlebih dahulu selama dua minggu. Setelah itu bibi cabai merah keriting
dan cabai rawit di pindahkan ke bedengan dengan jarak tanam 70 cm x 40 cm
dengan populasi 3 cabai merah keriting dan 3 cabai rawit setiap bedengan dengan
tata letak untuk cabai merah keriting berada didepan dan cabai rawit berada di
belakang . Penyisipan dilakukan 1 minggu setelah tanam terhadap bibit yang
mati.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk urea, pupuk dolomit
dengan takaran 1kg dan pupuk NPK Mutiara degan takaran 7 gram untuk setiap
satu batang tanaman .

5. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi kelembaban tanah. Hal ini
menyangkut ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman, Akan tetapi
penyiraman biasanya dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 1 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman cabai
merah keriting dan cabai rawit yang masih muda dapat dengan tangan
atau cangkul kecil, garpu dll.

6. Persilangan
Pada pratikukm ini tanaman yang disilangkan yaitu : cabai merah keriting
x cabai rawit dan cabai rawit x cabai merah keriting. Persilangan ini dilakukan
dengan cara megambil serbuk sari dari tanaman yang satu ke kepala putik
tanaman yang satunya lagi dengan menggunakan cotton buds. Persilangan pagi
hari jam 6 sebelum matahari terbit karena pada saat itu kelopak bunga membuka.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit


Pada praktikum ini tidak dilakukan pengendalian hama dan penyakit
secara quratif, namun hanya pengendalian secara preventif dengan kultur teknik.

8. Panen
Pemanenan cabai rawit mauoun cabai merah keriting agar memperoleh
hasil yang terbaik, maka perlu mengetahui waktu panen yang tepat. Sebaiknya
panen dilakukan waktu pagi hari kisaran 07.00 s.d 10.00ataua pada sore hari
ketika cahaya matahari tidak terlalu panas. Panen dilakukan saat tanaman berusia
60 hari hingga 80 hari ,pemanenan dilakukan secara terus menerus 2 atau 3 hari
sekali tergantung hasilnya buahnya.
1.6 DOKUMENTASI PENANAMAN CABE SAMPAI PANEN
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam mengembangkan dan pembudidayaan cabe rawit tidak hanya
sekedar menanam sesuai dengan keadaan yang ada. Karena kita harus
mempertimbangkan dan bisa mengetahui hal – hal yang munkin terjadi dalam
proses pengembangan budidaya cabe rawit tersebut. Baik dalam hal biaya maupun
kemampuan dalam mengolah cabe rawit tersebut. Karena hal – hal yang awalnya
dianggap remeh dan dirasa tidak penting justru itu yang akan berdampak besar
kedepannya. Maka dari itu saran saya bagi yang ingin bergerak dalam bidang ini
harus mempertimbangkan betul hal positif dan negatifnya baik dari segi keuangan
maupun kemampuan dan keterampilan dalam mengolah tanaman ini. Dan juga
tidak lupa untuk meninjau prospek pemasarannya maksudnya ketika setelah
dipanen mau di suplai kemana hasil cabe rawit. Agar tidak terjadi penimbunan
yang tidak berguna yang akhirnya akan membusuk dan ujung- ujungnya kerugian
yang akan kita dapat.

B. Saran

Membudidayakan cabe rawit haruslah memperhatikan tahapan-tahapannya


dengan benar dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Prajanata, Final. 2007. Kiat Sukses Bertanam Cabai Di musim Hujan. Penebar
Swadaya. Cetakan ke XII. Jakarta 64h.

Redaksi TRUBUS. 2001. Bertanam Cabai Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta.
42 ha.

Mulyati dan Suriyadikarta,. 2006. Pupuk Dan Pemupukan. UPT Mataram


University press. Cetakan I. Mataram.

Budidaya Cabe. http://epetani.deptan.go.id/blog/budidaya-cabe

Hatta M., 2010. Hortikultura. http://emhatta.wordpress.com/

Polengs, 2011. Cabai, Pertanian, Tanaman http:// budidayanews.blogspot.com/


2011/03/cara-budidaya-cabai-rawit.html

Sihotang B., 2010.

Sophia N., 2012. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman


cabe Rawit.http://sophianirmalida.blogspot.com/2012/03/pertumbuhan-dan-
perkembangan-tanaman.html

Anda mungkin juga menyukai