PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama dan hama telah menjadi
bagian dari budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan
tahun yang lalu. Manusia dengan sengaja menanam tumbuhan yang di
budidayakan untuk diambil hasilnya guna memenuhi kebutuhan mereka berupa
sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan manusia akan makanan secara kuantitas
dan kualitas terus berubah dan meningkat sesuai dengan pertumbuhan populasi
manusia dan perkembangan kebudayaanya. Melalui penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi termasuk teknologi perlindungan tanaman, manusia selalu berupaya
mengubah ekosistem pertanian agar menghasilkan produk yang sesuai dengan
kebutuhan manusia pada suatu saat dan tempat tertentu.(Ali, 1979)
Usaha manusia mengeksploitasi ekosistem pertanian tidak selalu berjalan
lancar, banyak mengalami hambatan dan kendala. Salah satu hambatan utama
yang dialami oleh setiap usaha pertanian berasal dari gangguan berbagai jenis
binatang pesaing, yang ikut memakan berbagai tanaman yang diusahakan manusia
dan juga hama, yang menyerang tanaman dan menurunkan produksi pertanian.
Ada kecendrungan semakin intensif manusia mengupayakan peningkatan
produksi pertanian, gangguan binatang pesaing dan juga hama tersebut semakin
meningkat. Karena kerugian yang diakibatkannya, binatang-binatang pesaing
perusak tanaman dikategorikan sebagai musuh manusia atau hama yang
merugikan dan harus diberantas. (Katakura, 2001)
Keberadaan hama tanaman selalu dianggap merugikan sehingga
manusia berusaha menghilangkannya dengan cara apapun. Semula cara untuk
menghilangkan hama dilakukan secara sederhana, yaitu secara fisik dan mekanik
menggunakan alat sederhana seperti dengan alat pemukul. Semakin luasnya
daerah pertanian membuat cara-cara sederhana tersebut tidak mampu lagi
membendung peningkatan populasi hama dan hama. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi para pakar hama dan hama
menemukan dan mengembangkan banyak metode dan teknik pengendalian hama
yang lebih efektif, seperti dengan menggunakan pestisida. Namun seiring
berjalannya waktu, karena pestisida tidak digunakan secara bijaksana, maka
2
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui definisi
tanaman hortikultura, untuk mengetahui manfaat tanaman hortikultura, untuk
mengetahui jenis hama yang meyerang tanaman kentang, untuk
mengetahui gejala serangan hama pada tanaman kentang, untuk mengetahui cara
mengendalikan hama pada tanaman kentang
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari paper adalah merupakan salah satu syarat untuk
dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Perlindungan
Tanaman Sub-Hama Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanain Universitas
Sumatera Utara, Medan. Dan sebagai bahan bacaan maupun referensi bagi yang
membutuhkan.
4
Biologi Hama
Morfologi elitra kumbang lembing pemakan daun lebih kusam (a) dan
kumbang predator lebih berkilau (b)
Fase pupa disebut juga fase istirahat makan atau fase diam, tetapi di dalam
fase pupasi terjadi aktifitas penyempurnaan struktur organ, termasuk organ
reproduksi sebelum menjadi dewasa. Pada fase pupasi ini terjadi semacam
reorganisasi organ, seperti “histolisis”, “histogenesis” dan “organogenesis” yang
melibatkan banyak hormon dalam proses ini. Fase dewasa atau fase kumbang, saat
dimana semua organ terbentuk dan berfungsi secara sempurna termasuk organ
lokomosi maupun reproduksinya. .(Gordon, 1985)
6
Habitat Hama
Kumbang lembing pemakan daun memakan daun dari inangnya dengan bentuk luka
bekas garukan gigi atau kerusakan daun yang khas. Pada umumnya kumbang lembing
Epilachninae memakan pada permukaan bawah daun pada jaringan mesofilnya, yang
dapat menimbulkan kerusakan yang serius berupa luka-luka garukan pada bagian daun
yang lunak di antara pertulangan daun. Bekas luka garukan pada daun tumbuhan
Cucurbitaceae pada umumnya berbeda, berupa bekas garukan yang dilingkari dengan
potongan berbentuk garis melingkari bekas garukan. (Bernays & Chapman, 1994)
Daun tumbuhan Cucurbitaceae memiliki kemampuan mempertahankan diri dari
kumbang perusak daun dengan cara mengeluarkan cairan beracun pada daun yang
terluka. Agar tidak keracunan dan mati maka sebelum makan, kumbang lembing
memotong tulang-tulang daun dan saluran kelenjar racun sebelum memakan bagian daun
yang berada di dalam lingkaran tersebut.(Amir, 2002)
Tipe kerusakan pada daun inang oleh kumbang lembing pemakan daun
Epilachninae: bentuk garukan pada daun Urticaceae (a dan b) dan potongan
melingkar daun pada kebanyakan daun Cucurbitaceae.
Pengendalian Hama
lembing pemakan daun dewasa sangat disukai oleh predator seperti laba-laba,
bunglon, dan burung (Kahono, 1999).
Peran musuh alam ini sangat penting dalam mengatur irama
fluktuasi setiap tingkatan umur dari kumbang lembing pemakan daun pada
suatu tingkatan umur tertentu yang pada akhirnya akan mempengaruhi
atau bahkan menjadi kunci terhadap pertumbuhan populasinya.
(Kobayashi, 2009)
Cuaca yang ekstrim, misalnya hujan deras yang disertai angin
kencang dapat menyapu bersih seluruh tingkatan umur kumbang lembing
yang tinggal pada tumbuhan inangnya, yang akan membunuh individu-
individu muda. Iklim yang ekstrim kering juga akan membunuh banyak jenis
dan individu tumbuhan inangnya, sehingga pada iklim kering populasi
kumbang lembing akan tertekan karena menurunnya jenis dan jumlah
makanan inangnya.(Fujiyama, 2010)
9
KESIMPULAN
1. Serangga hama ini dikenal dengan kumbang daun kentang atau potato leaf
beetle, termasuk ordo Coleptera, famili Coccinellidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia.
2. Telur Epilanchna Sp diletakkan pada daun yang masih much.
3. Larva berukuran panjang 10 mm den mullah terlillat karena pada bagian
dorsal terdapat duri-duri lunak.
4. Larva ini memakan daun kentang.
5. Kumbangnnya berukuran panjang 10 mm, berwarna merah dengan spot
hitam.
6. Banyaknya spot hiram ini membedakan species yang satu dengan yang
lainnya. Daur hidup kumbang 7-10 minggu.
7. Larva dan kumbang Epilanchna Sp memakan permukaan alas dan bawah
daun kentang sehingga tinggal epidermis dan tulang daunnya (karancang).
8. Tanaman inang Epilanchna Sp adalah kentang, terung, tomat, jagung, padi,
dan kacang tanah.
9. Pengendalian Epilanchna Sp dapat dilakukan dengan pengambilan larva den
imago kemudian dimusnahkan, penyemprotan insektisida sistemik bila sudah
ditemukan gejala serangan, ddan dengan menggunakan musuh alaminya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dieke GH. 1947. Ladybeetles of the genus Epilachna (sens Lat) in Asia, Europe
an Australia. Washington : The Smithsonian Institution.