PENGENDALIAN HAYATI
ACARA 4
KEMAMPUAN MEMANGSA PREDATOR PADA SERANGGA
OLEH :
Nama : Leonardo Vigorous Silalahi
NPM : E1J018072
Shift : Kamis, 10:00 – 11:40 WIB
Dosen : Dr. Ir. Bilman Wilman S, M.P
Interaksi antara predator dan mangsa memainkan peran penting dalam membentuk
distribusi spasial organisme di komunitas biologi. Teori terbaru telah mempertimbangkan
strategi pilihan habitat yang optimal bagi predator dan mangsa yang berinteraksi secara real
time. Hal itu bisa adaptif bagi predator untuk menilai dan menanggapi kualitas sumber daya
yang dikonsumsi oleh mangsanya (Williams and Flaxman 2012). Agregasi predator dalam
menanggapi kepadatan mangsa berkembang dari tindakan kolektif individu predator, dimana
perilaku mencari makan (foraging behavior) biasanya sangat dipengaruhi oleh tingkat dan
sifat bertemu mangsa (Evans and Toler 2007). Memahami hubungan antara predator dan
mangsa adalah tujuan utama dalam ekologi dan salah satu komponen hubungan predator-
mangsa adalah tingkat makan dari predator pada mangsa. Tingkat makan menggambarkan
transfer biomassa antara tingkat trofik dalam model sederhana dan benar-benar
menggambarkan hubungan dinamis antara kelimpahan predator dan kelimpahan mangsa
(Skalski and Gilliam 2001).
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui kemampuan memangsa Predator pada hama
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara biologi, yaitu
dengan memanfaatkan musuh-musuh alaminya (agen pengendali biologi), seperti predator,
parasit dan patogen. Pengendalian hayati adalah suatu teknik pengelolaan hama dengan
sengaja dengan memanfaatkan/memanipulasikan musuh alami untuk kepentingan
pengendalian, biasanya pengendalian hayati akan dilakukan perbanyakan musuh alami yang
dilakukan dilaboratorium. Sedangkan Pengendalian alami merupakan Proses pengendalian
yang berjalan sendiri tanpa campur tangan manusia, tidak ada proses perbanyakan musuh
alami (Effendi, 2014).
A. Coccineliidae
Identifikasi, deskripsi, pengumpulan data tentang contoh serangga yang diselidiki juga
pencarian pustaka mengenai serangga tersebut seperti adaptasi, distribusi dan macam
tanaman inangnya termasuk dalam ilmu taksonomi. Taksonomi sebagian besar didasarkan
atas persamaan cirinya. Serangga dengan ciri yang sama dimasukkan dalam kelompok yang
sama. Kategori
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Familia : Coccinellidae
Sub-Familia : Epilachninae
Genus : Epilachna
Sekitar 6000 spesies kumbang Coccinellidae dikenal di seluruh dunia, dan memberikan
peran penting dalam bidang pertanian yakni sebagai predator baik dalam stadia larva dan
tahap dewasa pada berbagai hama tanaman penting seperti kutu daun. Kumbang coccinellidae
umumnya dikenal sebagai lady beetles, yang merupakan kelompok penting dari serangga
predator untuk digunakan sebagai agen biokontrol kutu daun dan spesies hama lainnya
(Kumar et al. 2014). Contoh spesies dari famili Coccinellidae yang merupakan predator kutu
daun yaitu Coccinella repanda dan Coccinella arcuata. Bentuk tubuh C. repanda agak
lonjong, berwarna merah coklat, panjang badan sekitar 6 mm, dengan bercak-bercak dan pita
hitam pada elitra. Pronotum hitam, kepala hitam dengan 2 spot merah coklat, elitra berwarna
merah coklat, pada elitra kanan kiri terdapat masing-masing garis zig-zag transversal, dan
garis median hitam besar, terdapat satu buah spot pada garis median.
B. Aphids
Myzus persicae (Kutu daun persik)
Nama Ilmiah : Myzus persicae Sulzer
(1776) Ordo / Famili : Hemiptera /
Aphididae
Tunas-tunas muda pun banyak dikerumuni aphids (Rismayani et al. 2013). A.gossypii
juga menyerang tanaman kopi yang muda, berkoloni di bawah permukaan daun atau di sela-
sela daun kopi, menyebabkan tanaman kopi menjadi kerdil, daun keriting menggulung, dan
mozaik. Pada kasus yang ekstrim, kutu daun yang berkoloni dapat menggugurkan daun kopi.
A. gossypii dapat menusukkan bagian mulutnya ke daun dan batang, lalu mengisap nutrisi
tumbuhan inang sehingga tunas-tunas yang dimakan daunnya menjadi terganggu (Rismayani
et al. 2013). Selain itu, A. Gossypii juga merupakan hama pada tanaman Cabai merah
(Capsicum annum L) (Salbiah et al. 2013).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Adapun tempat dan waktu pelaksaan praktikum diakukan dilokasi tempat yaitu di area
perkebunan rumah saya di Desa Tirta Kencana, Air Rami Mukomuko. Dan waktu
pelaksanaannya dilakukan pada tanggal 23 November 2020 pada pukul 15:00-18:00 WIB
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara ini adalah sebagai
berikut:
Alat Bahan
stoples kaca atau plastik Larva dan dewasa Coccineliidae
kuas kecil aphids atau Belalang sembah dengan hama
lainnya
Daun cabe/tomat atau pakan hama yang
anda gunakan sebagai praktek
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum acara ini adalah sebagai berikut :
Di sini saya melakukan 3 kali pengulaman akan tetapi saat saya mendokumentasi data
yang saya foto dan masuk kedalam word terjadi terkendala crash karena data yang
dimasukkan terlalu besar shingga saya yang masukan hanya foto awal pertama kali akan
tetapi saya akan menjelaskan pembahasan secara lengkap dengan table
B. Pembahasan
Dari hasil pratikum saya dapatkan di amatin di rumah. Saya mendapatkan
hamper kesamaan dalam 3 kali pengulangan. Sehingga itu saya kumpulkan menjadi
satu. Akan tetapi disini saya juga melakukan uji coba dengan melihat si kutu daun
ini sudah di kasih makan sehingga untuk ini saya akan menjelaskan di bawah ini.
Untuk tempat sendiri saya lakukan di air rami Mukomuko Sp1 Tirta kencana.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan predator (lapar &
kenyang) untuk lama pencarian mangsa (searching time) dan lama penanganan mangsa
(handling time) sangat bervariasi berdasarkan jumlah kepadatan mangsa. Selain itu,
perlakuan terhadap predator yang dilaparkan dan tidak dilaparkann juga memberikan hasil
yang berbeda dimana predator yang tidak dilaparkan cenderung lebih banyak memakan
mangsa diandingkan dengan predator yang dilaparkan sebelumnya.
Lama pencarian mangsa (searching time) yang dibutuhkan meningkat pada kepadatan
mangsa yang sedikit untuk predator yang sebelumnya diberi makan dan pada predator yang
tidak diberi makan, meningkat pada kerapatan mangsa yang tinggi (Gambar 1a), sedangkan
untuk lama penanganan mangsa (handling time) yang dibutuhkan larva Coccinellidae
terhadap A. gossypii meningkat pada kepadatan mangsa 8 (Gambar 1b).
a
2500
0
2 4 8 16
b
1200
1000
Laju konsumsi per-kapita
800
f(x) = − 109.83 x² + 522.84 x + 150.02
600 R² = 0.23 Predator dilaparkan
Polynomial (Predator
400 f(x) = − 125.86 x² + 664.72 x − 403.02 dilaparkan)
R² = 1
200
0
2 4 8 16 Kepadatan mangsa
Gambar 1. Lama pencarian mangsa (searching time) (a) dan lama penanganan mangsa
(handling time) (b) oleh larva Coccinellidae terhadap A. gossypii.
Lama pencarian mangsa (searching time) waktu yang dibutuhkan meningkat pada
kepadatan mangsa yang sedikit untuk predator yang tidak dilaparkan dan pada predator yang
dilaparkan, meningkat pada kerapatan mangsa yang tinggi (Gambar 1b). sedangkan lama
penanganan mangsa (handling time) yang dibutuhkan larva Coccinellidae yang dilaparkan
lebih lebih lama dibandingkan dengan larva yang dilaparkan (Gambar 1a). Hal ini disebabkan
karena kekurangan energi sebagai akibat dari perlakuan sebelumnya (dilaparkan) sehingga
adanya perbedaan kecepatan bergerak. Salah satu faktor yang mempengaruhi koefisien laju
pemangsaan dan waktu pemangsaan yaitu kecepatan bergerak (Pervez and Omkar 2005;
Radiyanto et al. 2011).
Kemampuan memangsa larva Coccinellidae terhadap A. gossypii terlihat perbedaan
antara larva yang dilaparkan dan tidak dilaparkan. Kemampuan memangsa meningkat pada
larva Coccinellidae yang tidak dilaparkan. Untuk larva yang tidak dilaparkan, keseluruhan A.
gossypii pada setiap variasi kepadatan dapat dimangsa semuanya, namun untuk larva yang
dilaparkan, A. gossypii tidak seluruhnya termangsa pada kepadatan 8 dan 16. Grafik yang
ditunjukan (Gambar 2) memperlihatkan kemampuan memangsa larva Coccinellidae yang
tidak dilaparkan meningkat seiring dengan bertambhanya kepadatan mangsa.
18
16
Jumlah A.gossypii yang dimangsa
14
Interaksi antara predator dan mangsa merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan keberhasilan predator sebagai egen pengendalian hayati. Salah satu interaksi
predator dan mangsa adalah tanggap fungsional. Grafik tanggap fungsional larva
Coccinellidae terhadap Aphis gossypii menunjukan adanya perbedaan antara larva
Coccinelidae yang tidak dilaparkan dan dilaparkan terhadap. Hal ini memberikan bukti
bahwa faktor kekenyangan, tingkat kelaparan merupakan faktor tanggap fungsional predator.
Menurut Pervez and Omkar (2005) ; Radiyanto et al. (2011) bahwa perbedaan nilai parameter
tanggap fungsional yaitu koefisien laju pemangsaan dan waktu pemangsaan disebabkan oleh
adanya variasi ukuran mangsa, kerakusan pemangsa, faktor kekenyangan, tingkat kelaparan
pemangsa, kemampuan pemangsa untuk mencerna mangsa, dan kecepatan bergerak.
Kemampuan memangsa larva Coccinellidae terhadap A. gossypii menunjukkan adanya
kecenderungan tanggap fungsional tipe 3. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah
A.gossypii yang termangsa tinggi pada kepadatan yang makin tinggi. Peningkatan populasi
A.gossypii yang cukup tinggi membuat jumlah A.gossypii yang dimangsa pun makin
meningkat. Semakin tinggi kerapatan populasi mangsa, semakin tinggi pula peluang predator
bertemu dengan mangsanya (Santoso dan Iswella 2013). Tanggap fungsional tipe 3 memiliki
kestabilan sistem predator-mangsa (Oaten and Murdoch 1975). Hasil ini menunjukan bahwa
menunjukkan bahwa larva Coccinellidae tersebut secara alami dapat mengendalikan
peningkatan populasi A.gossypii, artinya kumbang ini dapat meningkatkan efisiensi pada
penekanan di bidang hama (Cabral et al. 2009).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran saya yaitu semoga corona cepat selesai dan juga untuk dapat pratikum secara tatap
muka
DAFTAR PUSTAKA
Devi, S. 2018. Effect of Intercropping on Sucking Insect Pets and Natural Enemies of Cotton.
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences. 7(4): 1101-
1109.
Evans EW, Toler TR. 2007. Aggregation of Polyphagous Predators in Response to Multiple
Prey: Ladybirds (Coleoptera: Coccinellidae) Foraging in Alfalfa. J Popul Ecol.
49:29–36. doi: 10.1007/s10144-006-0022-4.
Effendi, 2014.Pengendalian Hayati.Yogyakarta:Jaya Pos
Herlinda S, Wati C, Khodijah, Nunilahwati H, Meidalima D, Mazid A. 2010. Eksplorasi dan
Identifikasi Serangga Predator Lipaphis erysimi (Kalt.) (Homoptera: Aphididae) dari
Ekosistem Sayuran Dataran Rendah dan Tinggi Sumatera Selatan. Seminar Nasional
Hasil Penelitian Bidang Petanian [internet]. [Palembang 20 Oktober 2010].
Palembang (ID): hlm 1-13: [diunduh 22 September 2014]. Tersedia pada :
http://eprints.unsri.ac.id/245/1/Eksplorasi%20%20dan%20Identifikasi%20Serangga
%20Predator%20%20Lipaphis%20erysimi.pdf.
Milonas PG, Kontodimas DCh, Martinou AF. 2011. A Predator’s Functional Response:
Influence of Prey Species and Size. J Biol Cont. 59 : 141–146.
doi:10.1016/j.biocontrol.2011.06.016.
Purnomo, Hari. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta : Andi.
Rismayani, Rubiyo, Ibrahim MSD. 2013. Dinamika Populasi Kutu Tempurung (Coccus
viridis) dan Kutu daun (Aphis gossypii) pada Tiga Varietas Kopi Arabika (Coffea
Arabica). J Littri. 19(4):159-166
Rosellia, F. 2018. Model Matematika Sistem Dinamika Mangsa Pemangsa Dengan Respon
Fungsional Akar Kuadrat. Jurnal Ilmiah Matematika. 9(2): 66-69.
Salbiah D, Sutikno A, Turnip BP. 2013. Pengaruh jumlah baris tanaman perangkap pada
tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) Untuk mengendalikan serangan kutu daun
Aphis gossypii Glover (Homoptera: Aphididae). Pest Tropical Journal. 1(2):1-6.
Schirmer S, Sengonca C, Blaeser P. 2008. Influence of Abiotic Factors on Some Biological
and Ecological Characteristics of the Aphid Parasitoid Aphelinus asychis
(Hymenoptera: Aphelinidae) Parasitizing Aphis gossypii (Sternorrhyncha: Aphididae).
Eur J Entomol. 105: 121–129.
Shah MA, Khan AA. 2013. Functional Response a Function of Predator and Prey Species. J
Bioscan. 8(3): 751-758.
Skalski GT, Gilliam JF. 2001. Functional Responses with Predator Interference: Viable
Alternatives to the Holling Type II Model. J Ecol. 82(11): 3083–3092.
Udiarto BK, Hidayat P, Rauf A, Pudjianto, Hidayat SH. 2012. Kajian Potensi Predator
Coccinellidae untuk Pengendalian Bemisia tabaci (Gennadius) pada Cabai Merah. J
Hort. 22(1): 76-84.
Williams AC, Flaxman SM. 2012. Can predators assess the quality of their prey’s resource?.
J Anim Behav. 83: 883-890..
Zhu J, Park KC. 2005. Methyl Salicylate, a Soybean Aphid-Induced Plant Volatile Attractive
to the Predator Coccinella septempunctata. J Chem Ecol. 31(8):1733- 1746. doi:
10.1007/s10886-005-5923-8.