Anda di halaman 1dari 9

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Budidaya Tanaman Padi Sawah
Tanaman padi dapat diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae yang berdivisi
Spermatophyta dengan sub divisi Angiospermae. Tanaman padi termasuk berbiji tunggal atau
Monocotyledonae, berordo Poales dengan famili Graminae, genusnya Oryza dan spesiesnya
adalah O. sativa L (Tjitrosoepomo, 2004). Secara morfologi, tanaman padi merupakan
tanaman semusim. Batang padi berbentuk bulat dengan daun panjang yang berdiri pada ruas-
ruas batang dan terdapat sebuah malai pada ujung batang. Bagian vegetatif pada tanaman
padi ialah bagian akar, batang dan daun. Sedangkan bagian generatif tanaman padi berupa
malai dan bulir-bulir padi (Kuswanto, 2007). Morfologi bagian-bagian pada tanaman padi
adalah sebagai berikut: a) Akar Tanaman padi ialah tanaman yang memiliki akar serabut.
Terdapat dua macam perakaran pada tanaman padi, yaitu akar seminal dan akar adventif
sekunder. Akar seminal merupakan akar yang tumbuh dari akar primer radikula pada saat
berkecambah, sedangkan akar adventif sekunder merupakan akar yang bercabang dan
tumbuh dari buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar
seminal. Perakaran yang dalam dan tebal, sehat, mencengkeram tanah lebih luas serta kuat
menahan kerebahan memungkinkan penyerapan air dan hara lebih efisien terutama pada saat
pengisian gabah (Suardi, 2002).

Gambar 1.Morfologi Akar Tanaman Padi (Makarim dan


Suhartatik, 2009)

b) Batang
Batang padi berbentuk bulat, berongga dan beruas-ruas. Antar ruas batang dipisahkan
oleh buku. Ruas-ruas sangat pendek pada awal pertumbuhan dan memanjang serta berongga
pada fase reproduktif. Pembentukan anakan pada batang dipengaruhi oleh unsur hara, cahaya,
jarak tanam dan teknik budidaya. Batang berfungsi sebagai penopang tanaman,
mendistribusikan hara dan air dalam tanaman dan sebagai cadangan makanan. Kerebahan
tanaman dapat menurunkan hasil tanaman secara drastis. Kerebahan umumnya terjadi akibat
melengkung atau patahnya ruas batang terbawah, yang panjangnya lebih dari 4 cm (Makarim
dan Suhartatik 2009)
c) Daun
Daun padi tumbuh pada batang dan tersusun berselang-seling pada tiap buku. Tiap
daun terdiri atas helaian daun, pelepah daun yang membungkus ruas, telinga daun (auricle)
dan lidah daun (ligule). Daun teratas disebut daun bendera yang posisi dan ukurannya tampak
berbeda dari daun yang lain. Satu daun pada awal fase tumbuh memerlukan waktu 4-5 hari
untuk tumbuh secara penuh, sedangkan pada fase tumbuh selanjutnya diperlukan waktu yang
lebih lama, yaitu 8-9 hari. Jumlah daun pada tiap tanaman bergantung pada varietas. Varietas-
varietas baru di daerah tropis memiliki 14-18 daun pada batang utama (Makarim dan
Suhartatik 2009)

Daun pada Tanaman Padi (BPTP, 2014)


d) Bunga Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai
dinamakan spikelet yaitu bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik,
benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior. Tiap unit bunga pada malai
terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan sekunder. Tiap unit
bunga padi pada hakekatnya adalah floret yang hanya memiliki satu bunga, yang terdiri atas
satu organ betina (pistil) dan enam organ jantan (stamen). Stamen memiliki dua sel kepala
sari yang ditopang oleh tangkai sari berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri atas satu ovul
yang menopang dua stigma (Makarim dan Suhartatik 2009).

Bagian-bagian Bunga pada Tanaman Padi


(Makarim dan Suhartatik, 2009)
e) Biji
Butir biji adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma steril, dan ekor
gabah yang menempel sangat kuat. Butir biji padi tanpa sekam (kariopsis) disebut beras.
Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu biji tunggal yang bersatu dengan kulit bakal buah
yang matang (kulit ari), yang membentuk sebuah butir seperti biji. Komponen utama butir
biji adalah sekam, kulit beras, endosperm dan embrio (Makarim dan Suhartatik 2009).
Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang membutuhkan banyak air (waterplant).
Sebagai tanaman air bukan berarti bahwa tanaman padi hanya bisa tumbuh di atas tanah yang
terus menerus digenangi air. Tanaman padi dapat juga tumbuh di tanah kering asalkan curah
hujan mencukupi kebutuhan tanaman. Tanaman padi di Indonesia dibudidayakan pada lahan
kering atau disebut padi ladang (Upland Varieties) dan di lahan basah atau lahan sawah
(Lowland Varieties). Untuk tanaman padi di lahan basah kebutuhan akan air sangat penting
yaitu untuk melunakan tanah sebagai media tumbuh, memudahkan dalam penyerapan unsur
hara dan juga karena sifat tanaman itu sendiri yang merupakan tanaman air. Selain fungsi di
atas penggenangan air dapat juga berfungsi membunuh beberapa jenis gulma (Siregar, 1981).
Kondisi tanah untuk tanaman padi sawah harus berlumpur. Untuk itu selain
penggenangan air diperlukan juga pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang ideal harus
dilakukan dua kali, yaitu pembajakan dan penggaruan. Tujuan dari pembajakan adalah untuk
membalikan tanah, sedangkan penggaruan untuk menghancurkan bongkahan tanah agar
menjadi lebih halus dan siap ditanami (Siregar, 1981).
Pada proses penanaman padi, penancapan bibit padi ke dalam tanah yang terbaik
adalah sedalam 2.5 cm dengan jarak tanam sekitar 20 cm sampai dengan 25 cm. Akan tetapi
banyak petani yang menggunakan kedalaman 5 cm dengan tujuan mencegah robohnya
tanaman padi setelah penanaman (Siregar, 1981).
Perkembangan akar tanaman padi mengarah ke bawah dan sedikit ke arah samping.
Akar tumbuh di sekeliling pangkal batang yang selanjutnya menyebar ke semua arah.
Panjang akar pada saat penanaman sekitar 4 cm sampai 5 cm dan belum menyebar, baru
setelah satu minggu berikutnya akar mulai tumbuh menyebar. Pada saat penyiangan pertama
yaitu padi berumur empat minggu penyebaran akar mencapai radius 6 cm sampai 7 cm, dan
pada saat dewasa mencapai 10 cm sampai 15 cm. Letak susunan perakaran tidak terlalu
dalam sekitar 20 cm sampai 30 cm dengan 6 arah penyebaran tidak terus ke dalam melainkan
ke samping (Surowinoto, 1980).
Ketinggian padi pada saat penanaman sekitar 20 cm. Setelah berumur empat minggu
(penyiangan pertama) ketinggian batang padi ratarata sekitar 30 sampai 35 cm. Jumlah
batang padi setelah berumur satu bulan bertambah kurang lebih mencapai 20 batang
(Surowinoto, 1980).

Gambar 1. Pengolahan Lahan Gambar 5. Fase Pengisian Biji

Gambar 2. Penanaman hanya 1 tanaman Gambar 6. Fase Pematangan


per lubang tanam

Gambar 3. Tampilan gambar anakan Gambar 7. Panen


pertumbuhan vegetatif

Gambar 4. Awal fase pengisian biji (Chairani, Hanum. 2008)


2.2. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
2.1.1. Biaya usahatani
Soekartawi (1995) mengklasifikasikan biaya usahatani menjadi 2 biaya tetap (Fixed
cost) dan biaya variabael (variable cost). Biaya tetap biasanya didefinisikan sebagai biaya
yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh
banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi yang diperleh banyak atau sedikit.Disisi lain biaya variable atau biaya yang tidak
tetap didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnyaa dipengruhi oleh produksi yang
diperoleh. Pegeluaran tetap usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis
dipakai atau dikeluarkan dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga
petani (yeni, 2002).
Menurut Hernanto (1989) biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses
produksi yan semula berupa fisik yang kemudian diberi nilai rupiah. Biaya produksi adalah
biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam produksi serta membawanya menjadi
produk.
Menuru Rahmat Akbar (2003) biaya-biaya petani dalam berusatani padi sawah terdiri
dari biaya benih/bibit, pestisida dan penyusutan alat-alat petanian. Selanjutnya biaya-biaya
tersebut dikelompokan kedalam biaya produksi secara tunai dikeluarkan oleh petani dan
biaya produksi yang bukan tunai diantaranya tenaga kerja dan penyusutan tenaga kerja.
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Total Fixed Cost (TFC): biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang tidak
mempengaruhi hasil output / produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan
biaya tetap itu sama saja. Contoh: sewa tanah, pajak, alat pertanian, iuran irigasi.
2. Total Variable Cost (TVC) yaitu biaya yang besarnya berubah searah dengan
berubahnya jumlah output yang dihasilkan.
3. Total Cost (TC) = FC + VC
4. Average Cost (AC):

 Average Fixed Cost yaitu biaya tetap untuk satuan output yang
dihasilkan.
 Average Variable Cost (AVC) = VC/Q, yaitu biaya variabel untuk setiap
satuan output yang dihasilkan.

 Average Total Cost , biaya persatuan output.


TC = FC + VC dan AC = AFC + AVC
Tingkat output yang dihasilkan pada saat AC minimum / OQ3 satuan disebut tingkat
output minimal / the optimum rate of output.

5. Marginal Cost =
Kurva TC merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap dan biaya tetap
merupakan konstanta, maka MC tidak lain adalah garis singgung pada kurva biaya
total atau garis singgung pada kurva VC. MC memotong FC dan VC pada saat
minimum. (Shinta, Agustina. 2011)
Kesulitan dalam menghitung biaya usahatani biasanya timbul bila tanaman yang
diusahakan lebih dari satu macam tanaman. Misalnya, tumpang sari antara jagung dan
kedelai, sehingga jumlah input yang dipakai tidak diketahui persis siarahkan untuk tanaman
jagung atau kedelai. Dalam hal ini jumlah fisik input tidak penting, tetapi yang perlu dicari
adalah berapa besar rupiah yang dikeluarkan untuk tanaman tersebut. Khusus untuk
menghitung tumpangsari ini, peneliti dihadapkan pada permasalahan “agregasi”, oleh karena
itu diperlukan kehati-hatian dalam menghitung nilai dari biaya itu. (Shinta, Agustina. 2011)
Dalam menghitung nilai dari biaya tersebut dalam analisis biaya ada 2 cara:
1. Analisis Finansial
Dalam analisis finansial, data biaya yang dipakai adalah data riil yang sebenarnya
dikeluarkan.
2. Analisis Ekonomi
Dalam analisis ekonomi, data upah yang dipakai adalah upah menurut harga bayangan.
(Shinta, 2011).
2.1.2.Penerimaan usahatani
Biaya dalam usahatani berkaitan dalam penerimaan dapat di definisikan sebagai
perkalian pengeluaran petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan penunjang
lainnya pada satu kali musim tanam. Menurut Yoyo (2007) penerimaan merupakan hasil
perkalian antara total produksi yang diperoleh dengan harga satuan (jual).
Jadi secara umum penerimaan suatu usaha adalah jumlah seluruh produksi baik yang
dipergunakan sendiri maupun yang terjual dan digunakan untuk keperluan lainnya dikalikan
dengan harga persatuan fisik pada waktu panen di daerah bersangkutan, Sedangkan
pengeluran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai
atau dikeluarkan dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani
(Soekarwati dalam Yeni, M. 2002).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga
jual. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
n
TRi = P x Q ∑ P.Q
i=1

Bila komoditi yang diusahakan lebih dari satu maka rumusnya menjadi:
n
TR= ∑ P . Q
i=1

Bila dalam sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara monokultur (padi, jagung dan ketela
pohon) dan tanaman yang diteliti hanya salah satu macam tanaman saja maka analisisnya
disebut analisis partial, sedangkan jika ketiga-tiganya maka disebut analisis keseluruhan
usahatani (Whole farm analysis)
Dalam menghitung penerimaan usahatani, perlu diperhatikan:
a. Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produk pertanian bisa
dipanen secara serentak.
Contoh:
 Menghitung produksi padi per ha mudah karena proses panennya serentak,
 Menghitung produksi tomat relatif sulit karena tomat dipanen bisa dipanen tidak
berbarengan sesuai tingkat kematangan tomat.
b. Hati-hati dalam menghitung penerimaan :
 Produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi
penjualan
 Produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda
c. Bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik
wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil
penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir. (Shinta, Agustina. 2011).
2.1.3. Pendapatan usahatani
Pendapatan atau income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualan dari
faktor-faktor produksi yang memilikinya kepada sektor produksi. Sektor produksi membeli
faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input produksi dengan harga yang
berlaku di pasar produksi ditentukan oleh kekuatan tarik-menarik antara penawaran dan
permintaan (Michell Rinda Nursandy, 2013).
Selisih antara penerimaan dan pengeluaran disebut pendapatan. Menurut Sumardi
(1985), pendapatan adalah penerimaan seseorang atau kelompok baik berupa uang maupan
barang, baik dari sumber sendiri maupun dari pihak lain yang dinilai dengan uang
berdasarkan atas harga yang berlaku dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan dalam kegiatan
produksi merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan total biaya yang di
keluarkan dalam suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan.
Pendapatan kotor usahatani dari suatu proses produksi tertentu dapat ditentukan
dengan cara mengalihkan produksi dengan harga, sehingga dengan demikan funsi produksi
menjadi fungsi penerimaan (Bishop dan Toussin dalam Yeni, M. 2002).
Mahekam dan Malcomlm (1991), pendapatan usahatani adalah pendapatan dari
kegiatan usahatani setiap tahun. Ada 5 kategori sumber umum dalam/katagori pendapatan
usahatani adalah :
1. Penjualan produk utama, ternak dan hasil-hasil ternak.
2. Produk-produk yang dikonsumsi oleh keluarga petani.
3. Sisa hasil usaha dari koperasi atau kelompok tani dimana petani bersangkutan
menjadi anggota.
4. Pendapatan dan uang tani yang berasal dari perubahan inventaris (stock ekstra yang
ada pada akhir tahun jual beli ).
5. Pekerjaan-pekerjaan diluar usahaytani (seperti bagi hasil, kontrak, atau bekerja
sebagai buruh dikota).
Menurut Rahayu (2001) menyatakan bahwa besarnya pendapatan usahatani pada
musim tanam pertama lebih tinggi dari pada musim tanam kedua, penurunan pendapatan ini
di sebabkan oleh turunnya rata-rata produksi yang dihasilkan oleh petani.
Selanjutnya menurut Soekartawi (1995) pendapatan adalah selisih antara penerimaan
total dan biaya total yang dikeluarkan. Pendapatan adalah imbalan yang diperoleh dari
kegiatan penyelanggaraan usahatani untuk jasa kerja pengelola. Pendapatan ini diperoleh
dengn mengurangkan penerimaan dengan pengeluaran selama berusahatani.
Pendapatan = TR (Total Revenue) - TC (Total Cost).
Pendapatan Usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Bila
menggunakan analisis ekonomi, maka TC biasanya lebih besar daripada menggunakan
analisis finansial. (Shinta, Agustina. 2011)
Untuk menggali data untuk keperluan cash flow maka pertanyaan disajikan dalam 5
komponen:
1. Pengenalan tempat (Propinsi, kabupaten, kecamatan dan seterusnya).
2. Keterangan pencacahan (pewawancara/enumerator) : nama, tanggal, nama supervisi dst.
3. Luas panen dan produksi: jenis tanaman, sistem usahatani, jenis pengairan, jenis program
intensifikasi, keadaan panen dst.
4. Ongkos & pengeluaran: jenis bibit, penggunaan masing-masing saprodi, biaya tetap dst.
5. Keterangan umum tambahan yang berhubungan dengan biaya.
6. Stock pada akhir tahun: adakah sisa persediaan tahun lalu. (Shinta, Agustina. 2011)
Dapat juga tabel-tabel tersebut diteruskan untuk keperluan analisis disesuaikan dengan
tujuan penelitian, misalnya:
 Untuk melihat pendapatan usahatani menurut luasan usaha yang digarap petani, status
luas garapan dst.
 Untuk melihat alokasi penggunaan input luasan garapan, status usahatani dst.
 Pengumpulan data sosial ekonomi rumahtangga, data sosial budaya, kesehatan untuk
mengetahui pengeluaran rumahtangga.
 Pengumpulan data kelembagaan yaitu data yang berkaitan dengan saprodi di KUD,
bagaimana sistem kelembagan keuangan (bank pasar, bank swasta, rentenir) dll.
(Shinta, Agustina. 2011)

Anda mungkin juga menyukai