Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terdapat banyak sekali spesies serangga di Indonesia, namun masih banyak
spesies serangga di Indonesia yang tidak di kenali. Padahal serangga adalah
salah satu keanekaragaman yang di miliki, bagaimana upaya
untuk menjaganya jika tidak mengetahui keanekaragaman jenis serangga
tersebut. Serangga atau insekta dalam taksonomi adalah salah satu kelas di
dalam filum Arthropoda. Arthropoda adalah salah satu filum dalam kerajaan
binatang. Sebagian besar serangga yang diketahui secara umum merupakan
serangga bersayap.
Serangga ialah benda hidup dari kelompok hewan Invertebrata, kelas
Insecta, yang mempunyai bilangan spesies terbanyak. Di habitat daratan,
serangga paling luas tersebar berbanding dengan kelas-kelas yang lain dalam
filum Arthropoda. Anggaran jumlah keseluruhan spesies kini, termasuk yang
belum dikenali oleh sains sekitar dari dua hingga tiga puluh juta, dengan
kebanyakan pakar cenderung kepada jumlah pertengahan. Walaupun telah
diketahui hampir satu juta spesies serangga, masih banyak lagi serangga yang
belum diketahui dan direkodkan kehadirannya. Tidak dapat dinafikan banyak
serangga yang akan pupus, sebelum dapat direkodkan kewujudannya, akibat
aktiviti pembangunan hutan yang dilakukan.
Serangga boleh didapati berbagai habitat di bumi ini, banyak serangga
berkongsi habitat dengan manusia, sama ada di halaman rumah ataupun di
dalam rumah. Serangga mempunyai banyak kepentingan sama ada secara
langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan manusia di bumi ini.
Serangga memiliki peran yang menguntungkan dan merugikan bagi
manusia, peran yang menguntungkan antara lain kupu-kupu atau lalat dapat
membantu mempercepat proses penyerbukan pada tanaman berbuah, Penghasil

1|Page
madu, yaitu lebah (Apis indica), Penghasil bahan kain sutera, yaitu pupa kupu-
kupu sutera (Bombyx mori).
Serangga yang memiliki peran merugikan antara lain Kayu dimakan rayap
Tanaman padi diserang wereng, vektor beberapa penyakit pada manusia,
misalnya Plasmodium, penyebab penyakit demam berdarah, menimbulkan
gangguan pada manusia, misalnya kutu kepala (Pediculus capitis), sebagai
hama tanaman pangan, misalnya wereng coklat (Nilaparvata lugens),walang
sangit (Leptocorisa acuta), perusak gabah, oleh kutu gabah (Rhyzoperta
doninica), perusak produk berbahan baku alam, misalnya rayap (Helanithermis
sp.),dapat menghancurkan kayu-kayu karena didalam ususnya terdapat
Protozoa yang bersimbiosis yaitu Trichonympha yang menghasilkan enzim
pengurai selulosa, dan kutu buku Lepisma sacharina).
Serangga (Insekta) digolongkan dalam phylum Arthropoda. Serangga
sebagai salah satu golongan hewan penghuni terbesar dimuka bumi.
Diperkirakan bahwa jumlah seluruh serangga menduduki tiga perempat bagian
dari semua hewan yang ada, dan dari jumlah tersebut 750.000 spesies telah
berhasil diketahui dan diberi nama. Jumlah tersebut merupakan lebih kurang
80% dari phylumnya sendiri Tumbuhan merupakan salah satu dari makhluk
hidup yang tidak dapat.
Sebagai bagian dari komunitas ekosistem bumi, serangga telah menjadi
penentu keberadaan dan perkembangan ekosistem di muka bumi.Serangga
mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Serangga merupakan
golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini. Dalam jumlah,
mereka melebihi semua hewan melata daratan lainnya dan praktis
mereka terdapat di mana-mana. Bebrapa ratus ribu jenis yang berbeda telah
diuraikan tiga kali lebih banyak daripada sisa dunia hewan dan beberapa
pengarang percaya bahwa jumlah keseluruhan jenis-jenis yang berbeda dapat
mencapai 30 juta. Lebih daripada seribu jenis terdapat pada satu lapangan yang
sedang ukurannya, dan populasi mereka seringkali berjumlah jutaan pada tanah
Oleh karena jutaan jenis dari serangga inilah maka perlu untuk
mengklasifikasikan serangga-serangga ini sehingga dapat di kelompokkan

2|Page
dengan melihat dari beberapa sifat yang dimiliki oleh setiapa serangga agar
lebih mudah untuk mengenali termasuk dalam klasifikasi apakah serangga
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan serangga?
2. Apa yang di maksud dengan klasifikasi ?
3. Apa tujuan dari klasifikasi ?
4. Apa manfaat dari klasifikasi ?
5. Bagaimana sistem tata nama serangga?
6. Bagaimana klasifikasi dari serangga ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari serangga.
b. Untuk mengetahui pengertian dari klasifikasi
c. Untuk mengetahui tujuan dari klasifikasi
d. Untuk mengetahui manfaat dari klasifikasi
e. Untuk mengetahui sistem tata nama dari serangga
f. Untuk mengetahui klasifikasi dari serangga

3|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Serangga
Serangga disebut pula insecta, dibaca "insekta", berasal dari bahasa
Latin insectum, sebuah kata serapan dari bahasa Yunani ἔντομον [éntomon],
"terpotong menjadi beberapa bagian") adalah salah satu kelas avertebrata di
dalam filum arthropoda yang memiliki exoskeleton berkitin , tubuh yang
terbagi tiga bagian (kepala, thorax, dan abdomen), tiga pasang kaki yang
pangkalnya menyatu, mata majemuk, dan sepasang antena. Serangga termasuk
salah satu kelompok hewan yang paling beragam, mencakup lebih dari satu
juta spesies dan menggambarkan lebih dari setengah organisme hidup yang
telah diketahui (Chapman, 2006).
Jumlah spesies yang masih ada diperkirakan antara enam hingga sepuluh
juta dan berpotensi mewakili lebih dari 90% bentuk kehidupan hewan yang
berbeda-beda di bumi. Serangga dapat ditemukan di hampir semua lingkungan,
meskipun hanya sejumlah kecil yang hidup di lautan, suatu habitat yang
didominasi oleh kelompok arthropoda lain, krustasea (Chapman, 2006).
Jumlah spesies yang masih ada diperkirakan antara enam hingga sepuluh
juta dan berpotensi mewakili lebih dari 90% bentuk kehidupan hewan yang
berbeda-beda di bumi. Serangga dapat ditemukan di hampir semua lingkungan,
meskipun hanya sejumlah kecil yang hidup di lautan, suatu habitat yang
didominasi oleh kelompok arthropoda lain, Crustasea (Novoty, 2002)
Serangga merupakan kelompok makhluk hidup yang memiliki jumlah
spesies terbanyak. Tulisan ini disusun dari studi literatur dan bertujuan
menginformasikan peran negatif dan positif serangga dalam bidang pertanian
dan kehidupan. Beberapa anggota dari serangga memiliki peranan positif
maupun negatif di bidang pertanian dan kehidupan (Meilin, 2016).
Peran negatif serangga dibidang pertanian dan kehidupan adalah sebagai
pemakan tumbuhan budidaya, sebagai vektor penyebab penyakit pada tanaman,
dan sebagai penyebab penyakit pada manusia. Peran positif serangga adalah

4|Page
sebagai polinator atau penyerbuk, sebagai dekomposer atau pengurai, sebagai
predator atau parasitoid (musuh alami), sebagai bioindikator lingkungan,
sebagai penghasil bahan-bahan berguna dan bermanfaat dalam bidang
kesehatan (Meilin, 2016).
Serangga atau insekta termasuk di dalam filum Arthropoda. Arthropoda
terbagi menjadi 3 subfilum yaitu Trilobita, Mandibulata, dan Chelicerata.
Subfilum Mandibulata terbagi menjadi 6 kelas, salah satu diantaranya adalah
kelas insecta (Hexapoda). Subfilum Chelicerata terbagi menjadi 3 kelas,
sedangkan sedangkan subfilum Trilobita telah punah. Kelas Hexapoda atau
Insecta terbagi menjadi subkelas Apterygota dan Pterygota (Meilin, 2016).

B. Pengertian Klasifikasi
Klasifikasi merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, classificatie, yang
sendirinya berasal dari bahasa Prancis classification. Istilah ini menunjuk
kepada sebuah metode untuk menyusun data secara sistematis atau menurut
beberapa aturan atau kaidah yang telah ditetapkan. Secara harafiah bisa pula
dikatakan bahwa klasifikasi adalah pembagian sesuatu menurut kelas-kelas.
Menurut ilmu pengetahuan, klasifikasi adalah Proses pengelompokkan benda
berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan (Hadi, 2009).
Klasifikasi adalah penyusunan makhluk hidup secara teratur ke dalam suatu
herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi makhluk hidup
secara individual yang menggambarkan kekerabatan. Klasifikasi adalah
pembentukan takson-takson dengan tujuan mencari materi keseragaman dalam
keanekaragaman. Dikatakan pula bahwa klasifikasi adalah penempatan
organisme secara berurutan pada kelompok tertentu (takson) yang didasarkan
pada perbedaan dan persamaan (Anwar, 1984).
Dasar pengadaan klasifikasi adalah keseragaman kesamaan-kesamaan itulah
yang dijadikan dasar klasifikasi. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem
klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki
persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupu hewan
tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya

5|Page
yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan
oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh
Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang
dikenal pada masa sekarang dengan Carolus Linnaeus (Dwidjoseputro, 1986).
Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena
sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organisme baru tetap
dapat dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang
digunakan dalam sistem klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena
pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk
pendidikan resmi (Dwidjoseputro, 1986).

C. Tujuan Klasifikasi
Menurut Kimbal (1993) tujuan dari klasifikasi makhluk hidup adalah :
1. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang
dimiliki
2. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya
dengan makhluk hidup dari jenis lain
3. Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup
4. Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum
memiliki nama

D. Manfaat Klasifikasi
Menurut Fried (2005) klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia, antara lain
adalah :
1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mempelajari makhluk hidup yang
sangat beraneka ragam
2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis
makhluk hidup
3. Klasifikasi dapat mempermudah kita untuk mengetahui urutan proses
evolusi atau perkembangan suatu makhluk hidup

6|Page
E. Sistem Tata Nama Serangga
Tata nama serangga digunakan sistem penamaan binominal. Artinya adalah
pemberian nama ilmiah spesies atau jenis serangga dengan dua kata atau nama
yaitu istilah umum (nama genus) plus istilah khusus (nama spesies), kedua
nama ini harus ditulis miring atau digaris bawah atau ditulis berbeda dengan
tulisan yang lain (Lumowa, 2015).
Nama ilmiah binatang mengikuti aturan-aturan tertentu, secara garis besar
digambarkan dalam the international Code Of Zoological Nomenclature (Stoll
et latin al. 1964 dalam Borrod dan Delong, (1970). Nama ilmiah ditulis dalam
huruf latin (Latinized), atau mungkin diambil dan suatu bahasa atau dan nama-
nama orang atau tempat. Sebagian besar nama diambil dari bahasa latin atau
bahasa yunani dan biasanya berhubungan dengan beberapa ciri dan binatang
atau nama kelompok (Lumowa, 2015).
Nama untuk kelompok diatas genus adalah kata benda yang dilatinkan
dalam nominatif jamak, sedangkan nama-nama dan genera dan subgenera
adalah kata benda yang dilatinkan dalam nominatif tunggal. Nama spesies dan
subspecies mungkin kata sifat, kata kerja bentuk present atau participle atau
kata benda, kata sifat dan bentuk participle harus sesuai dengan jenis kalimat
nama genus, dan kata benda dalam bentuk nominatif atau genetif.
Nama ilmia untuk species adalahbinomal. Oleh karena itu terdiri atas dua
kkata yaitu nama genus dan sebuah nama spesifik (spesific name), sehingga
oleh karena itu nama subspecies adalah trinominal (nama genus, nama spesifik
dan sebuah dan nama subspesifik). Nama selalu ditulis dalam cetak miring
tetapi apabila dtulis tangan atau diketik tegak maka huruf cetak miring
ditunjukan dengan garis bawah (underlining). Nama species atau subspecies
diikuti dengan nama penemunya (auther), yaitu orang yang telah mendeskripsi
spesies atau subspesies. Nama author tidak dicetak miring ditulis lengkap atau
disingkat dengan tanda titik. Nama-nama genera dan kategori yang lebih tinggi
selalu dimulai dengan sebuah huruf besar, nama spesifik dan subspesifik tidak.
Jika nama author ditulis dalam kurung, itu berarti bahwa dia mendeskripsi
species (atau subspecies, dalam kasus dan sebuah nama spesies) dalam

7|Page
beberapa genus berlainan dengan sekarang yang menempatinya (Lumowa,
2015).

F. Klasifikasi Serangga
Suatu skema klasifikasi yang dikembangkan untuk kelompok binatang akan
dipengaruhi oleh ciri-ciri yang utama digunakan. Seandainya orang
menggunakan ciri-ciri yang berbeda mereka akan sampai pada skema
klasifikasi yang berbeda. Pekerja-pekerja modern di dalam mengembangkan
skema klasifikasi tidak hanya menggunakan ciri-ciri struktural (termasuk ciri-
ciri dan organ-organ di dalam tubuh) tetapi juga data tentang fisiologinya,
perilaku, sejarah hidup dan tingkat ia saat belum dewasa (Lumowa, 2015).
1. Klasifikasi Serangga Berdasarkan Bentuk Mulut
Menurut Suherianto (2014), tipe mulut dari serangga dapat dibedakan
menjadi:
a. Tipe pengunyah (Chewing)
Tipe mulut ini merupakan tipe yang sering dijumpai pada serangga
muda dan dewasa. Mandibula serangga tipe ini mengalami sklereoitasi,
bergerak secara transversal, bergerak sehingga dapat digunakan
memeototng seperti pisau. Serangga biasanya mampu menggigit dan
mengunyah makanannya.

Gambar. Tipe Serangga Pengunyah


(Sumber: https:// tipe-mulut-serangga)

8|Page
b. Tipe pemotong-penyerap (Cutting-sponging)
Tipe pemotong-penyerap dapat ditemukan pada lalat hitam. Serangga
tipe ini mempunyai mandibula dan maksila dan memanjang dan
berfungsi sebagai silet untuk menusuk kulit.

Gambar. Tipe Serangga Pemotong dan Penyerap


(Sumber: https:// tipe-mulut-serangga)

c. Tipe penjilat (Sponging)


Pada lalat rumah memiliki tipe mulut yang termodifikasi sperti spon.
Lalat ini terlebih dahulu membasahi makanan dengan sekresi air liurnya,
kemudian menjilati makanan tersebut.

Gambar. Tipe Serangga Pengunyah


(Sumber: https:// tipe-mulut-serangga)

9|Page
d. Tipe penyedot (Shiponing)

Tipe ini biasanya ditemukan pada kupu-kupu dengan ngangat.


Serangga tersebut mengisap cairan melalui probosis. Bentuk probosis
memanjang dan terguling. Saat kupu-kupu hinggap disekuntum bunga,
maka mereka akan membuka gulungan proboscis dan menyedot cairan
nektra kedalam tubuh. Probosis menggulung kembali secara alami dan
kupu-kupu akan pindah ke bunga yang lainnya.

Gambar. Tipe Serangga Penyedot


(Sumber: https:// tipe-mulut-serangga)

e. Tipe penusuk-pengisap (Piercing-sucking)


Tipe mulut penusuk-pengisap ini termodifikasi untuk mempenetrasi
penghalang luar dari inang dan cairan dikeluarkan dari tubuh untuk
mempermudah proses penyerapan makanan. Alat-alat mulut ini terdiri
dari stilet yaitu gabungan dari mandibel, maksila dan kadang-kadang
hipofarinks serta labrum tertutup oleh lapisan pembungkus atau labium
untuk menjaga stilet pada posisinya. Jumlah stilet ini berfariasi dari tiga
sperti kutu penghisap dan enam pada nyamuk. Stilet ini bergerak naik-
turun menusuk jaringan sampai menemukan tabung kapiler darah dan
mengeluarkan cairan ludah yang berfungsi sebagai cairan racun dan
antikoagulan pada hewan. Serangga yang mempunyai tipe mulut ini
biasanya berperan sebagai fektor penyakit, seperti parasit (kutu dan
nyamuk) dan karnivora (kutu pembunuh).

10 | P a g e
Gambar. Tipe Serangga Pengunyah
(Sumber: https:// tipe-mulut-serangga)

f. Tipe pengunya-penelan (Hewing-lapping)


Laba madu dan jenis labah lainnnya memiliki tipe alat mulut khusus
untuk menggunakan cairan makanan, yaitu dalam hal ini nektar dan
madu. Alat mulut utama terdiri dari kompleks maxillabial. Disekeliling
pusat lidah, glosa labium, adalah tabung yang dibentuk dari bagian
galemaksila. Melalui aksi kombinasi pompa penghisap dan lidah yang
bergerak naik turun, nektar dan madu diisap kedalam tubuh.

Gambar. Tipe Pengunyah-penelan


(Sumber: https:// tipe-mulut-serangga)

2. Klasifikasi Serangga Berdasarkan Bentuk Antena


Menurut Hadi (2014) macam-macam bentuk antenna dari serangga
adalah:
a. Staceus, seperti duri atau rambut kaku dan ruas-ruas menjadi menjadi lebih
langsing kearah ujung. Misalnya, capung, capung jarum, dan peloncat
daun

11 | P a g e
b. Filifrom, seperti benang ruas-ruasnya berukuran hampir sama dari pangkal
ke ujung dan bentuknya membulat. Misalkan, kumbang tanah.
c. Monilifrom, seperti manik-manik, ruas-ruasnya berukuran sama dan
bentuknya membulat. Misalnya, kumbang keriput kayu.
d. Serrate, seperti gergaji, ruas-ruas antena berbentuk segitiga, terutama pada
bagian pertengahan atau dua pertiga ujungnya. Misalnya, kumbang loncat
balik.
e. Pektinat, seperti sisir, segmen memanjang kearah lateral, langsing dan
panjang. Misalnya, kumbang warna api.
f. Bentuk gada, ruas-ruas meningkat garis tengahnya kearah distal atau
semakin keujung semakin besar bentuk gada ini dapat dibedakan menjadi:
1) Clavate, bila peningkatan besar kearah ujung secara bertahap. Misalnya,
tenebrionideae
2) Kapitate, bila ruas-ruas ujungnya tiba-tiba membesar. Misalnya, pada
nitidulidae
3) Lamelate, bila ruas ujungnya meluas kesamping membentuk semacam
pelat-pelat
4) Flabelate, bila ruas-ruas ujungnya emmiliki pelebaran kesamping dan
berbentuk lembaran-lembaran panjang. Misalnya, kumbang sadar
g. Genikulate, berbentuk siku, ruas pertama panjang, ruas berikutnya kecil
dan membentuk sudut dengan ruas pertama. Misalnya, semut dan
kumbang rusa.
h. Plumosa, seperti bulu kebanyakan ruas-ruasnya dengan rambut-rambut
panjang. Misasalnya, pada nyauk jantan.
i. Aristate, ruas terakhir biasanya membesar dan memiliki semacam rambut
kaku yang disebut arista. Misalnya, lalat rumah

12 | P a g e
Gambar. Macam-macam Tipe Antena Serangga
(Sumber: https.morfologi-pada-antena serangga.html)

3. Klasifikasi Serangga Berdasarkan Tipe Kaki


Menurut Sembel (2009), ada beberapa bentuk tungkai atau kaki serangga
yang khas beserta fungsinya yaitu sebagai berikut:
a. Tipe Cursorial
Tipe tungkai ini memiliki bentuk tungkai yang panjang dan ramping.
Tingkat tipe ini biasanya digunakan untuk berjalan dan berlari. Misalnya,
pada lipas (periplanetasp) dan kumbang.

Gambar. Kaki Tipe Cursorial


(Sumber: https.morfologi-pada-mulut serangga.html)

13 | P a g e
b. Tipe Fossorial
Bentuk tungkai depan diperpendek dan mengandung sklerotin yang tebal.
Tungkai ini digunakan untuk menggali, ditandai dengan adanya kuku
depan yang keras sekali. Misalnya, jangkrik.

Gambar. Kaki Tipe Fossorial


(Sumber: https.morfologi-pada-mulut serangga.html)

c. Tipe Saltatorial
Bentuk tungkai yang berfungsi untuk meloncat, ditandai dengan
pembesaran femur tungkai belakang. Misalnya, belalang sembah.

Gambar. Kaki Tipe Saltatorial


(Sumber: https.adaptasi-morfologi-pada-mulut serangga.html)

d. Tipe Raptorial
Tungkai yang berfungsi untuk menangkap dan mencengkram mangsa,
ditandai dengan pembesaran femur tangkai depan. Misalnya, kutu
manusia.

14 | P a g e
Gambar. Kaki Tipe Reptorial
(Sumber: https.gambar-kutu-manusia)

e. Tipe Natarorial
Tungkai yang berfungsi untuk berenang, ditandai dengan bentuk yang
pipih serta adanya sekelompok’’ rambut-rambut renang’’ yang panjang
misalnya, kumbang dytiscidae dan kepinding kapal.

Gambar . Kaki Tipe Natatorial


(Sumber: https.adaptasi-morfologi-pada-mulut serangga.html)

f. Tipe Ambolatorial
Tungkai yang berfungsi ntuk berjalan, ditandai dengan femur dan tibia
yang lebih panajng dari bagian tungkai lainnya. Tungkai ini merupakan
bentuk umum tungkai serangga.

Gambar . Kaki Tipe Ambolatorial


(Sumber: httpsdocuments/adaptasi-morfologi-pada-mulut serangga.html)

15 | P a g e
4. Klasifikasi Serangga Berdasarkan Tipe Sayap
Menurut Lumowa (2015), terdapat bentuk-bentuk modifikasi sayap
serangga yaitu sebagai berikut:
1. Pada trips (Thysanopptera), sayap depan dan belakang berupai rumbai

Gambar. Trips
(Sumber: htpps.thysanoptera/Ozthrips/ThripThripinae.htm)

2. Pada kumbang (Coleoptera), sayap depan mengeras dan dinamakan


elytra

Gambar. Kepik
(Sumber: htpps.Ladybug-beetle-coccinellidae-insect-1486435/)

3. Pada lalat (Diptera), sayap depan berkembang sempurna, sedangkan


sayap belakang mengalami modifikasi struktur ganda yang disebut halter

Gambar. Lalat
(Sumber: https.sayap-lalat-yang-mengandung-penyakit-dan-obat.html)

16 | P a g e
4. Pada kepik (Hemiptera), sayap depan sebagian mengeras dan sebagian
lainnya terdapat berupa selaput (membran) yangberisi tulang-tulang
sayap

Gambar. Kepik
(Sumber: https.kepiklifeandstyle/2011/apr/10/waiter-why-isnt-there-fly)

5. Pada belalang (Orthoptera), sayap depan berupa perkamen, diduga


sebagai pelindung sayap belakang dan disebut tegmina

Gambar. Belalang
(Sumber: https.lifeandstyle/2011/apr/10/waiter-why-isnt-there-fly)

5. Klasifikasi Serangga Berdasarkan Keberadaan Sayap


Menurut Hadi, dkk (2009: 124), berdasarkan ada tidaknya keberadaan
sayap, maka serangga dibagi menjadi dua sub kelas dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Sub kelas apterygota, ialah serangga primitif, berukuran kecil dan tidak
bersayap sejak dahulu. Metamorfosis sederhana. Contohnya, ordo
protura, ordo colembolla, ordo diplura dan ordo thysanura.
1) Ordo Protura

17 | P a g e
Kata Protura berasal dari bahasa Yunani yaitu prothos (pertama)
dan ura (ekor). seranytstil berwarna putih dan berukuran kecil (0,6-1,5
mm). Tidak memupunyai mata, sayap, sersi dan antenna Alat mulut
enthognatus menjorok kedalam rongga kepala.proses Pertumbuhannya
ametabola tungkai depannya terangkat keatas hingga terlihat seperti
antenna abdomennya berjumlah 14 ruas, Tiga ruas pertama abdomen
memiliki stilus pendek. Tempat hidup ordo ini adalah didalam tanah
yang lembab, seresah, di bawah kulit kayu dan didalam batang kayu
yang lapuk, Contoh: Accerentulus barberi barberi ewing

Gambar. Protura sp
(Sumber: https://www.google.co.id)

2) Ordo Colembolla
Collembola berasal dari bahasa yunani yang berarti colla (lem) dan
embolon (baji atau pasak). Serangga ini tidakbersayab dan ukurannya
kurang dari 6m, tubuh memanjang atau oval dan umumnya berwarna
hitam. Antenna terdiri dari empat ruas. Pada ruas abdomen keempat
dan kelima biasanya terdapat struktur menggarpu (furcula) yang
berfungsi sebagai alat peloncat. Pada ruasabdomen pertama terdapat
struktur berbentuk seperti tabung (collophore) yangberfungsi untuk
melekat dan pada ruas ketiga terdapat struktur pemegang fucula yang
disebut tenaculum, kebnayakan dari collembolan sebagai pemakan
organik (saprofag) dan pemakan cendawan (misetofag) dan jarang
sebagai hama. Ordo collembola dibagi menjadi dua subordo yaitu
arthropleona dan symphipleona.

18 | P a g e
Gambar. Ordo Cellombolla
(Sumber: www.wordpres.com )

3) Ordo Diplura
Diplura berasal dari bahasa Yunani yang berarti diplos atau di (dua)
dan ura (ekor). Serangga ini memiliki tubuh yang memanjang dengan
oval dengan wama yang pucat. Alat mulut enthognatus dengan tipe
menggigit mengunyah antenna panjang dengan banyak ruas.
Abdomen terdiri dan 11 ruas sersi memanjang seperti antenna atau
bangun seperti garpu yang kokohTubuh tanpa sisik dan panjang
sekitar 6mm, biasanyaserangga ini hidup dalam tumpukan jerami dan
dibawah kulit kayu Contoh serangga diplura (Campodea folsomi
silvestri).

Gambar. Ordo Diplura


(Sumber: www.wordpres.com)

4) Ordo Thysanura
Kata Thysanura berasal dari bahasa Yunani yang berarti thysanus
(bulu atau rumbai) dan ura (ekor). Serangga ini tidak bersayap, tubuh
memanjang dengan tiga buah embelan (satu pasang serci dan sebuah

19 | P a g e
filament kaudal) yang seperti ekor pada abdomen. Antenna panjang
dan terdiri atas 11 ruas. Alat mulut anthognatus serta bertipe
menggigit mengunyah dan biasanya mempunyai mata majemuk.
Serangga dari ordo ini biasanya hidup dibawah tutu dankotoran, buku,
pakaian, kertas serta dilingkungan lembab dan gelap, ordo thysanura
terbagi atas dua subordo yaitu ectognata dan entognata. Contoh
serangga ordo ini adalah serangga perak peloncat (Meinertilidae)

Gambar. Kutu buku (Lepisma)


(Sumber: www.wordpres.com)

b. Sub kelas petrygota, ialah serangga yang umumnya bersayap.


Metamorfosis sederhana hingga metamorfosis sempurna. Contohnya,
ordo odonata, prdo orthoptera, ordo isoptera, ordo dermaptera, ordo
thysanoptera, ordo hemiptera, ordo homoptera, ordo coleoptera, ordo
lepidoptera, ordo diptera, dan ordo hymenoptera
1) Ordo Odonata

Gambar. Capung loreng kuning (Cordulegastridae)


(Sumber: www.edubio.info)

20 | P a g e
2) Ordo Orthoptera

Gambar. Belalang (Caelifera)


(Sumber: www.mentari-dunia.com)

3) Ordo Isoptera

Gambar. Kalotermitidae
(Sumber: www.wikipedia.com)

4) Ordo Dermaptera

Gambar. Ordo Dermaptera


(Sumber: www.wikipedia.com)

21 | P a g e
5) Ordo Thysanoptera

Gambar. Thrips sp
(Sumber: www.edubio.info)

6) Ordo Hemiptera

Gambar. Kepik sejati (Heteroptera)


(Sumber: www.agrokompleskita.com)

7) Ordo Homoptera

Gambar. Ordo Hompotera


(Sumber: www.agrokompleskita.com)

22 | P a g e
8) Ordo Coleoptera

Gambar. Kumbang tanduk (Dynastinae)


(Sumber: www.agrokompleskita.com)

9) Ordo Lepidoptera

Gambar. Kupu-Kupu
(Sumber: www.petanihebat.com)
10) Ordo Diptera

Gambar. Lalat
(Sumber: www.petanihebat.com)

23 | P a g e
11) Ordo Hymenoptera

Gambar. Semut
(Sumber: www.petanihebat.com)

6. Klasifikasi Serangga Berdasarkan Metamorfosis


Menurut Lumowa (2015) klasifikasi serangga berdasarkan
metamorfosisnya adalah :
a. Hemimetabola
Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Dalam daur hidupnya hemimetabola serangga mengalami
tahapan perkembangan sebagai berikut:
1) Telur
2) Nimfa, ialah serangga mudah yang mempunyai sifat dan bentuk sama
dengan dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami
pergantian kulit
3) Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua
organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta
sayapnya.

Gambar: Siklus Hidup Belalang


(Sumber: www.eBIOLOGI.com)

24 | P a g e
b. Holometabola
Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna adalah telur – larva – pupa – imago. Larva adalah hewan muda
yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah
kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan,
pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago
adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan.
Larva memiliki beberapa tipe diantaranya adalah tipe cacing. Larva ini
tidak memiliki kepala, tidak mempunyai kaki, sedangkan mulutnya
hanya merupakan suatu lobang yang dapat dibuka, supaya makanan
masuk. Larva ini hanya dapat hidup di tempat yang terdapat banyak
makanan tersedia (seperti buah). Serangga dengan larva tipe cacing
adalah lalat, semut dan lebah. Larva tipe ulat. Larva ini mempunyai
kepala dengan mulut bentuk menggigit. Pada thorax ada tiga pasang kaki
benar sedangkan pada abdomen ada sejumlah pasang kaki tambahan
tanpa sendi. Kaki tambahan tidak ada pada segmen pertama dan kedua
dari abdomen. Jumlah kaki tambahan tidak menentu, ulat jengkal hanya
mempunyai satu pasang saja, ditambah satu pasang pada segmen paling
belakang. Larva tipe ulat adalah larva dari kupu-kupu. Tipe larva
kumbang. Semua larva kumbang mempunyai kepala yang jelas, dengan
mulut untuk mengigit. Kebanyakan larva kumbang juga mempunyai kaki
3 pasang kecuali larva dari kumbang moncong yang hidup dalam tempat
yang ada makanan banyak dan mudah tersedia, juga larva yang hidup
dibawah tanah atau dalan kompos atau kotoran, ada yang mempunyai
bentuk dalam huruf C (uret). Larva kumbang tidak mempunyai kaki
semu.

25 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pada pembahasan yang telas dituliskan oleh tim penyusun maka
dapat di simpulkan bahwa :
1. Serangga adalah salah satu kelas avertebrata di dalam filum arthropoda yang
memiliki exoskeleton berkitin , tubuh yang terbagi tiga bagian (kepala, thorax,
dan abdomen), tiga pasang kaki yang pangkalnya menyatu, mata majemuk, dan
sepasang antena.
2. Klasifikasi adalah penyusunan makhluk hidup secara teratur ke dalam suatu
herarki atau sistem penyusunan yang berasal dari kumpulan informasi makhluk
hidup secara individual yang menggambarkan kekerabatan.
3. Tujuan dari klasifikasi adalah :
a. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang
dimiliki
b. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya
dengan makhluk hidup dari jenis lain
c. Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup
d. Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum
memiliki nama
4. Manfaat dari klasifikasi adalah :
a. Klasifikasi memudahkan kita dalam mempelajari makhluk hidup yang
sangat beraneka ragam
b. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis
makhluk hidup
c. Klasifikasi dapat mempermudah kita untuk mengetahui urutan proses
evolusi atau perkembangan suatu makhluk hidup
5. Sitem tata nama serangga adalah dengan menggunakan sistem penamaan
binominal. Artinya adalah pemberian nama ilmiah spesies atau jenis serangga
dengan dua kata atau nama yaitu istilah umum (nama genus) plus istilah khusus

26 | P a g e
(nama spesies), kedua nama ini harus ditulis miring atau digaris bawah atau
ditulis berbeda dengan tulisan yang lain
6. Klasifikasi dari serangga adalah
a. Klasifikasi serangga berdasarkan bentuk mulut
b. Klasifikasi serangga berdasarkan bentuk antena
c. Klasifikasi serangga berdasarkan tipe kaki
d. Klasifikasi serangga berdasarkan tipe sayap
e. Klasifikasi serangga berdasarkan keberadaan sayap
f. Klasifikasi serangga berdasarkan metamorphosis

27 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai