Anda di halaman 1dari 12

IV.

KEANEKARAGAMAN PREDATOR DAN SERANGGA BERGUNA


PADA AGROEKOSISTEM TANAMAN BUDIDAYA

4.1. DASAR TEORI


Pengelolaan tanaman secara terpadu mampu menekan proporsi serangga dan
mempertahankan proporsi musuh alami dan serangga netral tetap tinggi mulai dari
fase vegetatif awal hingga masa bera. Keragaman serangga dapat menentukan
kestabilan bagi agroekosistem, karena dapat menyebabkan interaksi antara
serangga fitofagous dengan serangga entomofagous (Azmiet, 2014). Penanaman
dan pemanfaatan tanaman yang dapat menjadi habitat musuh alami merupakan
alternatif utama dalam pengelolaan tanaman secara terpadu, karena berpengaruh
tinggi terhadap biodiversitas dan kelimpahan serangga (Sumini 2016).
Predator merupakan golongan makhluk hidup yang paling penting
sebagai pengendali kehidupan organisme pada tanaman, tiap predator akan
memakan banyak mangsa sepanjang hidupnya. Predator mempunyai bentuk
yang sangat mudah dilihat sekalipun kerap kali ada beberapa yang masih
sulit dibedakan dengan hama yang banyak terdapat disekitar tanaman padi.
Beberapa jenis predator seperti labalaba, kumbang kubah dan kumbang tanah,
mencari mangsa seperti wereng daun, wereng batang, ngengat dan larva
penggerek batang serta ulat pemakan daun di pertanaman. (Untung, 2007).
Keanekaragaman hayati serangga berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas
produk yang dihasilkan. Pada ekosistem alami, umumnya telah terjadi kestabilan
populasi antara hama dan musuh alami sehingga keberadaan serangga hama tidak
lagi merugikan (Filly, 2018). Dalam ekosistem pertanian terdapat atribut
kelimpahan, kerapatan, kehadiran dan keanekaragaman hayati serangga. Serangga
merupakan komponen yang memainkan peranan penting sebagai hama
(herbivore), penyerbuk, predator dan parasitoid yang terdapat dalam ekosistem.
Dalam mengelolah suatu sistem pertanian Serangga merupakan salah satu bagian
dari keragaman hayati. Serangga hama adalah organisme yang menimbulkan
kerusakan pada tanaman dan menurunkan kualitas maupun kuantitasnya sehingga
menimbulkan kerugian ekonomi bagi manusia (Sianipar et al., 2015).
Serangga musuh alami atau disebut juga serangga entomofagus merupakan
serangga yang memangsa serangga hama, kelompok serangga ini ada dua tipe
yaitu parasitoid dan predator. Serangga entomofagus baik predator maupun
parasitoid memiliki peran penting dalam mengendalikan populasi hama
(Purnomo, 2010) sehingga dapat memberikan manfaat sebagai agen pengendali
hayati. Serangga parasitoid yang terdapat di agroekosistem padi misalnya
Trichogramma sp., sedangkan serangga predator yang terdapat di agroekosistem
padi misalnya Paederus sp., Micraspis sp., Cyrtorhinus dan lain sebagainya
(Kurniawati, 2015; Moningka et al., 2012)
4.2. TUJUAN
Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui keanekaragam jenis predator dan
serangga berguna pada agroekosistem berbagai tanaman budidaya.
4.3. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan Pengelolaan habitat dengan
materi Keanekaragaman Predator dan Serangga Berguna Pada Agroekosistem
Tanaman Budidaya dilaksanakan pada tanggal 21 November 2023 Pukul 16.00-
Selesai. Bertempat di Jalan Betutu Kota Palangkaraya.
4.4. BAHAN DAN ALAT
Praktikum Teknologi Pengendalian Hayati dan Pengelolaan habitat dengan
materi Keanekaragaman Predator dan Serangga Berguna Pada Agroekosistem
Tanaman Budidaya bahan yang digunakan yaitu: Alkohol 70%, botol plastik.
Sedangkan alat yang digunakan yaitu: Jaring serangga, perangkap cahaya, Kaca
pembesar, Buku kunci identifikasi, Papan gabus dan Jarum pentul
4.5. CARA KERJA
Adapun cara kerja yang dilakukan pada materi Keanekaragaman Predator dan
Serangga Berguna Pada Agroekosistem Tanaman Budidaya yaitu:
1. Tentukan lokasi yang akan diamati, yaitu lahan pertanaman padi, sayuran atau
tanaman hortikultura lainnya (pilih lokasi pada 2 jenis komunitas tanaman
budidaya) yang ada di sekitar Saudara.
2. Tentukan plot yang akan diidentifikasi predator dan serangga pollinator. Plot
ditentukan secara purposive sampling sehingga mewakili tanaman sampel
dari luasan lahan yang diamati.
3. Pengambilan sampel menggunakan metode pengamatan langsung (visual)
atau dengan menggunakan metode jaring ayun (sweep sampling method),
perangkap cahaya dan perangkap jatuh. Serangga-serangga yang tertangkap
disimpan dalam botol koleksi yang telah diisi dengan larutan alkohol 70%,
dan dicatat atau dibuat insektarium kering.
4. Data pendukung adalah varietas, umur tanaman, luas lahan, menggunakan
pestisida atau tidak, jenis pestisida dan vegetasi lain di sekitar lahan.
4.6. HASIL PENGAMATAN
4.6.1. Kumbang Koksi (Coccinella transversalis)

Gambar 1. Kumbang Koksi


(Coccinella transversalis)
(Sumber: Dok Pribadi)

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Family : Coccinellidae
Genus : Coccinella
Species : Coccinella transversalis
Kumbang koksi (Coccinella transvelelis) termasuk dalam ordo coleoptera
serangga predator. Tipe perkembangannya adalah holometabola yang
perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong (pupa) - dewasa
(imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada
beberapa yang tidak berkaki (apoda). Setelah keluar dari telur, larva sangat aktif,
mencari mangsa seperti ulat dan serangga lain pada tanah dan tanaman. Larva
biasanya berwarna hitam atau coklat. Tubuh larva panjang, dengan sekitar 12 ruas
yang mudah dilihat. Larva menjadi kepompong, dan kumbang dewasa yang keluar
dapat hidup lebih dari setahun.
Mekanisme serangan serangga ini adalah menyerang mangsanya dan melahap
tubuh mangsanya hingga habis. Serangga yang menjadi mangsa biasa berukuran
kecil dan setelah mendapat mangsanya disaat itu pula dia memakan habis
mangsanya. Kumbang koksi dalam memperoleh mangsanya adalah dengan
memakan mangsa tersebut sampai habis dan dalam penyerangan nya akan
berlangsung cepat. Serangga yang menjadi mangsanya adalah kutu Loncat
(Psyllidae).
4.1.2. Parasit Pinggang Ramping (Xanthopimpla sp)

Gambar 2. Parasit Pinggang Ramping


(Xanthopimpla sp)
(Sumber: Dok Pribadi)
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Subphylum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Braconidae
Genus : Xantopinepla
Spesies : Xantopinepla Sp
Parasit pinggang ramping (Xanto pineple sp) merupakan ordo Hymenoptera.
Pada ordo ini metamorfosenya (Holometabola) yang melalui stadia : telur - larva -
kepompong - dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae,
Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman.
Ordo Hymenoptera merupakan kelompok yang sangat penting. Dua suku utama
dari supersuku Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan Ichneumonidae, sangat
penting dalam pengendalian alami dan hayati. Dari supersuku Chalcidoidea yang
dianggap sebagai kelompok parasitoid paling penting dalam pengendalian alami
dan hayati adalah Mymaridae, Trichogrammatidae, Eulophidae, Pteromalidae,
Encyrtidae, dan Aphelinidae. Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai
predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk.
Serangga pinggang ramping dilestarikan dengan cara menjaga habitatnya dan juga
dibantu dengan cara konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan musuh alami
di suatu wilayah dengan antara lain melalui pengelolaan habitat. Dan augmentasi
apabila serangga ini mulai terlihat sangat kurang di suatu daerah.
Mekanisme penyerangan dari serangga ini adalah dia akan menyerang salah
satu ulat jengkal yang akan menjadi inang pada ulat tersebut yang kemudian akan
tumbuh menjadi parasit didalam tubuh ulat jengkal tersebut sampai dewasa.
Parasit pinggang ramping dalam memparasitkan inang akan mendekati serangga
yang akan di parasitkan. Setelah menemukan serangga yang akan di parasitkan
maka akan menusuk serangga tersebut dan memasukan telurnya kedalam tubuh
inang. Serangga yang menjadi inang bagi parasit pinggang ramping adalah ulat
jengkal (Plusia sp)
4.6.3. Belalang minyak (Cenolephalus)

Gambar 3. Belalang Minyak


(Cenolephalus)
(Sumber: Dok Pribadi)

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Melanoplus
Species : Cinereus
Belalang minyak (Cenolephalus) termasuk dalam ordo orthoptera. Memiliki
tipe perkembangan paurometabola termasuk hewan predator belalang minyak
mudah dikenal karena kaki depannya dibentuk khusus untuk menangkap dan
memegang mangsa. Kepalanya bisa bergerak dengan bebas, sehingga serangga ini
adalah satu-satunya yang mampu menoleh kebelakang.
Mekanisme Mekanisme serangan serangga ini adalah menyerang mangsanya
dan melahap tubuh mangsanya hingga habis. Serangga yang menjadi mangsa
biasa berukuran kecil dan setelah mendapat mangsanya disaat itu pula dia
memakan habis mangsanya. Belalang sembah memakan banyak jenis serangga,
termasuk hama-hama teh seperti Helopeltis. Belalang sembah biasanya menunggu
sampaimangsa cukup dekat, dan dia menangkap mangsa dengan gerakan cepat
menggunakan kedua kaki depannya yang dilengkapi duri kecil untuk menusuk
mangsanya.
4.6.4. Laba-laba (Araneaedied matus)

Gambar 4. Laba-laba
(Araneaedied matus)
(Sumber: Dok Pribadi)

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Laba-laba (Araneaedied matus) adalah sejenis hewan berbuku-buku
(arthropoda) memiliki tipe perkembangan holometabola dan merupakan tipe
serangga predator habitatnya hidup diatas pohon daun atau serasah daun yang
memiliki ukuran 0-5 - 1,9 cm. Laba-laba memiliki dua segmen tubuh, empat
pasang kaki, tak bersayap, dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-
laba digolongkan ke dalam ordo (Araneae) dan bersama dengan kalajengking,
ketonggeng, tungau - semuanya berkaki delapan - dimasukkan ke dalam kelas
Arachnida. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi. Araneae adalah
ordo terbesar dalam arachnida dan peringkat ketujuh dalam total keragaman
spesies di antara seluruh ordo organismse.
Laba-laba tidak membuat sarang sebagai perangkap, tetapi menyerang
mangsanya secara langsung. Oleh karena itu, tergolong laba-laba buas
(wolfspider). Kemampuan memangsa serangga hama beragam menurut jenis dan
umur mangsanya. Kemampuan laba-laba memangsa serangga hama utama wereng
coklat kemampuannya memangsa nimfa dan imago 5-15 ekor per hari.
4.6.5. Semut rang-rang (Oecophyka smatagdina)

Gambar 5. Semut rang-rang


(Oecophyka smatagdina)
(Sumber: Dok Pribadi)

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymonoptera
Famili : Formisidae
Genus : Oecophylla
Spesies : Oecophylla smaragdina
Siklus hidup semut rangrang terdiri dari telur yang mana biasanya memiliki
masa 3 – 6 hari. termasuk dalam ordo hymenoptera. Pada ordo ini tipe
perkembangannya holometabola tipe serangga predator. Habitatnya ditumbuhan
memiliki ukuran 1 cm memangsa kutu daun, ulat grayak dan kepik hijau memiliki
keaktifan menguyah secara perlahan lahan.
Semut rangrang yang paling baik digunakan adalah yang berasal dari genus
Oecophylla spp. Oecophylla spp. merupakan jenis terbaik sebagai pengendali
hama alami karena jenis ini dikenal sangat agresif sehingga mereka tidak
membiarkan serangga lain memasuki wilayah apalagi sarang mereka. Oecophylla
spp. akan mengganggu, menghalangi, bahkan memangsa serangga lain yang
mendekat.Efek positifnya, buah yang dihasilkan akan jauh lebih segar dan
penampilannya juga lebih menarik. Hal ini sebagai akibat dari kerja semut
rangrang yang memakan berbagai jenis hama tanaman buah seperti kutu daun,
ulat daun, kepik hijau, lalat buah, dan serangga pemakan buah lainnya.. Introduksi
semut rangrang ini dapat dilakukan dengan cara memindahkan koloni atau sarang
semut ke bagian tanaman yang terdapat banyak serangan hama.

4.7. KESIMPULAN
Hal ini penting karena serangga dapat memiliki peran positif dan negatif
dalam pertanian, seperti sebagai polinator atau penyerbuk, sebagai dekomposer
atau pengurai, sebagai predator atau parasitoid (musuh alami), atau sebagai
pemakan tumbuhan budidaya. Dengan mengetahui keanekaragaman jenis
serangga dan predator yang ada, dapat dilakukan pengendalian hama secara alami
dengan memanfaatkan musuh alami yang ada di lingkungan pertanian, sehingga
penggunaan pestisida sintetik dapat dikurang.
LEMBAR PERTANYAAN

1. Beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaragaman musuh alami pada


agroekosistem tanaman budidaya antara lain ketersediaan habitat dan pakan,
faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban, serta pengelolaan tanaman
secara terpadu yang mampu menekan proporsi serangga dan mempertahankan
proporsi musuh alami dan serangga netral tetap tinggi mulai dari fase
vegetatif awal hingga masa berbuah. Selain itu, ketersediaan nektar dan
kondisi bunga juga mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan dari
musuh alami. Penanaman tanaman refugia dengan jarak yang tidak terlalu
jauh dengan tanaman budidaya juga dapat meningkatkan populasi musuh
alami pada pertanaman
2. Menjaga kestabilan komunitas musuh alami dan serangga berguna pada
agroekosistem melibatkan beberapa langkah yang penting yaitu: a)
Pengelolaan agroekosistem: Salah satu cara untuk menjaga kestabilan
komunitas musuh alami adalah dengan menerapkan sistem budidaya
polikultur, yang mengefisienkan penggunaan lahan untuk meningkatkan hasil
pertanian dan menghadapi kerusakan tanaman. Sistem ini juga dapat
menurunkan potensi serangan hama pada tanaman melalui pembatasan fisis
atau khemis bagi hama untuk menemukan inangnya serta meningkatkan
kelulus-hidupan dan aktivitas musuh alami pada agroekosistem; b)
Pengendalian hama dengan pengelolaan agroekosistem: Pengelolaan saprodi
dilakukan dengan mengurangi masukan yang bernilai ekonomis tinggi,
termasuk bahan-bahan kimia untuk pertanian (pupuk dan pestisida); c)
Konservasi musuh alami: Konservasi musuh alami melibatkan upaya untuk
mempertahankan dan me-lestarikan musuh alami yang sudah ada disuatu
tempat atau ekosistem dan membuatnya efektif dalam fungsinya. Metode
konservasi musuh alami meliputi hindari penggunaan pestisida kimia yang
bersepektrum luas, menanam tanaman penutup tanah (sebagai habitat musuh
alami), dan menyediakan pakan.
3. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis serangga musuh alami
pada lokasi yang diamati termasuk tergolong rendah, yang disebabkan oleh
kontaminasi pestisida. Selain itu, fluktuasi populasi musuh alami juga dapat
memengaruhi keragaman musuh alami, seperti yang terlihat dalam penelitian
fluktuasi populasi dan keragaman musuh alami hama wereng batang pada
tanaman padi. Oleh karena itu, untuk menentukan apakah populasi dan
keragaman musuh alami di suatu lokasi tergolong tinggi atau rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Azmi. S.L, Leksono. A.S, Yanuwiadi. B, dan Arisoesilaningsih E. 2014. Diversitas


artropoda herbivor pengunjung padi merah disawah organik di desa
sengguruh, Kepanjen. J PAL. 5(1):57-64.
Filly, N. N. 2018. Kontribusi Usaha Budidaya Lebah Madu Terhadap Pendapatan
dan Kesejahteraan Cannarium (Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian) P-ISSN:
1693–1491 . E-ISSN:2774-5201
Kurniawati, N. 2015. Keragaman dan kelimpahan musuh alami hama pada habitat
padi yang dimanipulasi dengan tumbuhan berbunga. Ilmu Pertanian. 18
(1):31-36.
Moningka, M., D. Tarore, dan J. Krisen. 2012. Keragaman jenis musuh alami pada
serangga hama padi sawah di Kabupaten Minahasa Barat. Eugenia. 18
(2): 89 – 95
Purnomo, H. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta: Andi Offset
Sianipar, M. S. Et Al. 2015 ‘Indeks Keragaman Serangga Hama Pada Tanaman
Padi (Oryza Sativa L.) Di Lahan Persawahan Padi Dataran Tinggi Desa
Sukawening, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung’, Bioma :
Berkala Ilmiah Biologi, 17(1), P. 9. Doi: 10.14710/Bioma.17.1.9-15
Sumini. 2016. Keanekaragaman serangga hama dan musuh alami di tanaman padi
yang diaplikasikan bioinsektisida Beauveria bassiana. J Klorofil.
11(2):85-88.

Anda mungkin juga menyukai