Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN HAYATI

“EKSPLORASI PREDATOR”

Oleh :

Nama : Airin Aulia Rahmi

NPM : E1K018033

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekosistem pertanian di Indonesia yang beriklim tropis sebenarnya memiliki banyak jenis
musuh alami yang secara efektif dapat menekan populasi hama. Namun karena cara
pengelolaan pertanian yang tidak tepat dan tidak berwawasan lingkungan, maka berdampak
terjadinya resistensi hama sehingga memaksa penggunaan pestisida dalam dosis yang lebih
tinggi. Penggunaan pestisida yang terus-menerus pada agroekosistem dapat menyebabkan
terjadinya fenomena pergeseran spesies, penyederhanaan jenjang trofik, dan resurgensi hama
(Widaningsih, 2014).
Penggunaan pestisida secara berlebihan akan mengakibatkan terjadinya biological
explosion dan terganggunya keseimbangan alami dengan berbagai konsekuensi negatif lainnya.
Oleh karena itu, pengendalian hama dianjurkan secara terintegrasi dengan mengutamakan
lingkungan sehat sehingga insektisida hanya berperan sebagai salah satu komponen
pengendalian. Cara ini akan memberi kesempatan kepada serangga berguna, seperti musuh
alami, untuk lebih berperan dalam mengendalikan hama.
Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami mengurangi dampak terhadap
lingkungan dan memaksimalkan kerja dari faktor biotik seperti parasitoid, predator dan patogen
terhadap mangsa atau inangnya. Salah satu musuh alami, yaitu predator, sudah tersedia di
ekosistem alami pertanian tanpa adanya bantuan tangan manusia sebagai pembudidaya. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk dapat mengenal serta mengetahui apa saja serangga yang
termasuk ke dalam kelompok predator hama.

1.2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengenal, membedakan dan
mendapatkan beberapa jenis predator yang berasosiasi dengan tanaman berdasarkan sifat
morfologinya.
BAB II. LANDASAN TEORI

Penggunaan insektisida secara terus menerus oleh petani mengakibatkan matinya musuh-
musuh alami hama yang ada di lapangan. Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dengan
menerapkan konsep pengendalian hama berdasarkan konsep PHT (pegendalian Hama
Terpadu). Dalam konsep PHT Insektisida merupakan alternatif terakhir dan penggunaannya
sangat selektif. Menurut Untung (2010) menyatakan bahwa PHT lebih mengutamakan
pengendalian dengan memanfaatkan peran berbagai musuh alami hama.
Musuh alami adalah organisme di alam yang dapat membunuh serangga, melemahkan
serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase
reproduktif dari serangga. Salah satu musuh alami penting di pertanaman padi sawah adalah
predator. Predator adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memburu,
memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Semua
laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa (Heviyanti, 2016). Predator mempunyai
bentuk yang sangat mudah dilihat kendatipun kerap kali ada beberapa yang masih sulit
dibedakan dengan hama yang banyak terdapat disekitar tanaman padi. Beberapa jenis predator
seperti laba-laba, kumbang kubah dan kumbang tanah, mencari mangsa seperti wereng daun,
wereng batang, ngengat dan larva penggerek batang serta ulat pemakan daun di pertanaman
padi. (Untung, 2007).
Adapun beberapa ciri dari predator adalah dapat memangsa semua tingkat perkembangan
mangsanya (telur, larva, nimfa, pupa dan imago), membunuh dengan cara memakan atau
menghisap mangsanya dengan cepat, memerlukan dan memakan banyak mangsa selama
hidupnya, membunuh mangsanya untuk dirinya sendiri, kebanyakan karnivor, ukuran tubuh
lebih besar dari pada mangsanya, ada yang mengoyak semua bagian tubuh mangsanya, ada
menusuk mangsanya dengan mulutnya yang berbentuk seperti jarum dan menghisap cairan
tubuh mangsanya, metamorfosis jenis holometabola dan hemimetabola, dapat bersifat
monofag, oligofag dan polifag (Sunarno, 2012).
Beberapa ordo yang anggotanya banyak merupakan predator yang digunakan dalam
pengendalian hayati adalah Coleoptera, Neuroptera, Hymenoptera, Diptera, dan Hemiptera.
Beberapa famili predator yang terkenal adalah kumbang kubah (Coleoptera: Coccinellidae),
kumbang tanah (Coleoptera: Carabidae), undur-undur (Neuroptera: Chrysopidae), kepik buas
(Hemiptera: Reduviidae), belalang tanduk panjang (Orthoptera: Tettigonidae), jangkerik
(Orthoptera: Gryllidae), Kepinding air (Hemiptera: Vellidae), Anggang-anggang (Hemiptera:
Gerridae), capung jarum (Odonata: Coenagrionidae), semut (Hymenoptera: Formicidae) dan
dari golongan laba-laba harimau (Araneae: Lycosidae) (Heviyanti, 2016).
BAB III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu


Tempat pelaksanaan praktikum adalah di lahan pertanaman padi di Pasar Pedati,
Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu. Waktu pelaksanaan praktikum adalah pada
Hari Sabtu, tanggal 13 Maret 2021.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada pelaksanaan praktikum ini adalah satu lahan pertanaman padi
dengan beberapa populasi predator hama tanaman. Adapun alat-alat yang digunakan selama
pelaksanaan praktikum adalah kamera atau handphone dan alat tulis.

3.3. Pelaksanaan Praktikum


Adapun langkah-langkah pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mendatangi sawah atau kebun yang terdapat di sekitar kampung atau tempat tinggal.
2. Mencatat lokasi, ketinggian tempat dan tanaman yang diamati sebagai pengamatan.
3. Mengamati setiap jenis arthropoda yang anda temukan di areal persawahan ataupun
perkebunan, terutama yang bersifat sebagai pemangsa baik menggunakan mata
telanjang atau loup, maupun dengan menggunakan jaring serangga.
4. Mencatat dan menghitung predator apa saja yang ditemukan di areal persawahan.
5. Menggunakan buku identifikasi ataupun melalui internet untuk mengidentifikasi
predator yang berhasil ditemukan.
6. Membahas setiap predator yang anda ditemukan sesuai dengan buku atau jurnal
referensi yang ada.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tanaman yang diamati : Padi (Oryza sativa)
No. Gambar Serangga Predator Nama Serangga Predator

1. Capung (Odonata)

Capung Jarum
2.
(Agriocnemis spp.)
3.
Kumbang Koksi
(Coccinellidae)

Laba-laba Berahang
4.
Empat (Tetragnatha spp.)
5. Kumbang Carabidae
(Ophionea spp.) stadia
larva

4.2. Pembahasan
Dari pelaksanaan praktikum ini, didapatkan beberapa serangga yang berperan sebagai
predator serangga hama pada ekosistem sawah. Adapun beberapa serangga predator yang
ditemukan adalah capung, capung jarum, kumbang koksi, laba-laba berahang empat, dan stadia
larva dari kumbang Carabidae.
Predator pertama adalah capung, yang termasuk ke dalam ordo Odonata. Capung adalah
salah satu predator yang sangat rakus, dan seluruh jenis capung merupakan predator bagi
serangga hama. Seekor capung dewasa bisa mengkonsumsi 30 sampai ratusan wereng dan
serangga lain setiap hari di ekosistem sawah. Ada lebih dari 5.000 spesies capung di dunia, dan
sebagian besar hidup di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Capung bisa dimanfaatkan petani
untuk mengendalikan bermacam-macam hama, terutama di persawahan. Nimfa capung yang
hidup di air (naiad) akan memangsa wereng yang jatuh ke dalam air atau serangga lain yang
ukurannya lebih kecil. Sedangkan capung dewasa akan memangsa hama lain di atas permukaan
air, mulai dari wereng hingga kupu-kupu.
Serangga predator hama selanjutnya yang berhasil ditemukan adalah capung jarum
(Agriocnemis spp.). Capung jarum ini berukuran lebih kecil daripada capung biasa, dan
memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping. Menurut pendapat Barrion dkk.(2011), capung
jarum bersayap sempit, berwarna kuning – hijau dan hitam mempunyai abdomen ramping dan
panjang. Capung jantan lebih berwarna warni dibanding betina. Nimfa capung jarum hidup di
air dan dapat memanjat batang padi untuk mencari nimfa wereng. Capung jarum dewasa
biasanya dijumpai di bawah tajuk tanaman dan bila hinggap pada batang tanaman tubuhnya
mengarah lurus ke bawah. Capung ini merupakan predator wereng hijau, wereng coklat, wereng
punggung putih dan hama putih palsu.
Lalu serangga predator selanjutnya adalah kumbang koksi dari famili Coccinellidae.
Menurut Suhara (2009), kumbang Coccinellidae memiliki sayap depan yang keras, tebal dan
merupakan penutup bagi sayap belakang dan tubuhnya. Sayap depan disebut elitron. Ketika
terbang sayap depan kumbang tidak berfungsi hanya sayap belakang yang digunakan untuk
terbang. Sayap belakang berupa selaput dan pada waktu istirahat dilipat dibawah elitra. Tipe
alat mulut kumbang yaitu tipe penggigit dan pengunyah. Barrion dkk. (2011) juga menyatakan
bahwa kumbang Coccinellidae memiliki bercak hitam dan hanya menangkap mangsa yang
bergerak lambat. Larva kumbang ini lebih rakus daripada dewasa dan dapat memangsa 5 – 10
mangsa (telur, nimfa, larva, dewasa) setiap hari.
Selanjutnya adalah predator hama dari kelas Arachnida dan famili Tetragnathidae, yakni
laba-laba berahang empat (Tetragnatha spp.). Laba- laba ini mempunyai kalisera- kalisera yang
sangat panjang dan menjulur, terutama pada yang jantan., Warna tubuhnya kecoklat- coklatan,
panjang dan ramping, tungkainya terutama pasangan bagian depan (Fitriani 2018). Barrion dkk.
(2011) menyatakan bahwa Tetragnathidae mempunyai kaki dan badan yang panjang.
Umumnya nampak seperti merentangkan badannya disepanjang daun padi. Serangga ini lebih
menyukai tempat basah, mereka beristirahat di dalam tajuk daun padi selama tengah hari dan
menunggu mangsa di dalam jala pada pagi hari. Serangga ini memintal jalannya berbentuk
cincin, tetapi jala tersebut lemah. Bila mangsa berupa wereng daun, lalat atau ngenat masuk
pada jala, maka laba – laba dengan cepat mengikatnya dengan sutera. Serangga ini mampu
membunuh 2 -3 mangsa per hari.
Serangga predator terakhir yang berhasil ditemukan adalah kumbang dari famili Carabidae
dalam stadia larva. Serangga dari famili ini mempunyai ukuran tubuh yang besar, bentuk dan
warna dari serangga ini adalah gelap, mengkilat, dan agak gepeng (pipih), dengan elitra yang
bergaris – garis. Menurut pendapat Suhara (2009), fase imago Carabidae berbentuk pipih
dengan warna logam dan memiliki mandibula yang kuat. Larva maupun imago Carabidae
merupakan musuh dari banyak serangga terutama ulat dan kepompongnya. Antena biasanya
berbentuk filiform, ada pula yang moniliform. Carabidae biasanya hidup dalam tanah atau di
dekat tanah. Carabidae biasanya aktif pada malam hari (nokturnal), pada siang hari serangga
ini bersembunyi di bawah daun atau di bawah batu ataupun di bawah batang tanaman. Beberapa
spesies yang berwarna terang aktif di siang hari. Larva biasanya hidup sebagai predator.
BAB V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum ini adalah ditemukan beberapa
serangga predator hama pada ekosistem pertanaman padi, yakni capung, capung jarum,
kumbang koksi, laba-laba berahang empat, dan kumbang Carabidae yang mana berasal dari
ordo dan famili yang berbeda-beda. Perbedaan antar serangga predator dapat dilihat secara
langsung dari segi morfologis tubuhnya, seperti ukuran tubuh, warna, bentuk sayap, dan juga
tipe alat mulut. Serangga predator juga dapat memangsa hama saat berada pada stadia larva
maupun imago.
DAFTAR PUSTAKA

Barrion B.M.S.A.T dan Litsinger J., A., 2011. Musuh Alami Hama Padi. Friends of The Rice
Farmer : Helpful Insects, Spiders, and Pathogens. Los Banos : International Rice
Research Institute.

Fitriani. 2018. Identifikasi Predator Tanaman Padi (Oryza sativa) Pada Lahan Yang
Diaplikasikan Dengan Pestisida Sintetik. Jurnal Ilmu Pertanian Universitas Al
Asyariah 3(2) : 65-69.

Heviyanti, Maria. 2016. Inventarisasi Predator Serangga Hama Tanaman Padi Sawah di Desa
Paya Rahat Kecamatan Banda Mulia Kabupaten Aceh Tamiang. Langsa : Universitas
Samudra.

Suhara. 2009. Ordo Coleoptera, Familia Carabidae dan Cincilinidae. Skripsi : Jurusan
Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia.

Sunarno. 2012. Pengendalian hayati (Biologi control) Sebagai Salah Satu Komponen.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Jurnal Juniera 1 : 1–12.

Untung, Kasumbogo. 2007. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

Untung, Kasumbogo. 2010. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu : Diktat Mata Kuliah
Dasar-dasar Ilmu Hama Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Widaningsih D. 2014. Dampak Pemakaian Pestisida Pada Serangga di Ekosistem Pertanian


(Lahan Pertanian Sawah, Desa Telagasari, Kecamatan Telagasari, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat) [Thesis]. Jakarta : Perpustakaan Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai