Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN HAMA PASCA PANEN


ACARA II
PENGENALAN SPESIES PENTING HAMA PASCA PANEN
KELOMPOK LEPIDOPTERA

Disusun oleh :

Nama

: Karina Purwanto

NIM

: 13/353034/PN/13466

Gol/Kelompok : C2.2
Hari/Tanggal

: Selasa, 28 Maret 2016

Asisten

: 1. Atif Andrian
2. Silmi

LABORATORIUM PENGENDALIAN HAYATI


DEPARTEMEN HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

ACARA II
PENGENALAN SPECIES PENTING HAMA PASCA PANEN
KELOMPOK ORDO LEPIDOPTERA
I.
TUJUAN
1. Mengenal cemiri morfologi dan biologi species penting serangga hama pasca panen yang
termasuk kelompok famili dari ordo Lepidoptera dan serangga lain.
2. Mengenal kerusakan komoditas yang ditimbulkan oleh serangga hama pasca panen.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Produk pasca penen merupakan hasil dari produksi tanaman yang dipanen dengann
tujuan untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen, namun
produk pertanian merupakan jenis produk yang mudah rusak, Kerusakan produk tersebut akan
berpengaruh pada nilai jual, kwalitas, nilai gizi dan penampilan produk. Kerusakan produk
pertanian dapat dikarenakan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah hama, jenis hama yang
menyerang produk pertanian pada fase lepas panen atau penyimpanan, disebut sebagai hama
pasca panen, atau hama gudang (Toekidjo,1996).
Hama pasca panen atau hama gudang adalah jenis hama yang menyeran hasil dari
produksi tanaman, baik buah, biji, tongkol dll. Hama gudamg mempunyai sifat dan karakter
khusus yang berbeda jika dibandingkan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan, hal ini
sangant berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan
pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini
hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, namun memiliki berbagai macam jenis, spesies,
karakteristik yang beragam, dimana setiap masing-masing jenis hama memiliki dampak dan
penanggulanagn yang berbeda. Pada dasarnya penggolongan jenis hama pasca panen yang
menyerang produk dalam gudang dapat diamati menurut taksonominya.(Sommer, 2009).
Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya menyerang produk yang baru saja
dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman yang disimpan dalam
gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas pada produk bebijian saja melainkan
produk yang berupa dedaunan (teh, kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit
kayu misalnya kayumanis, kulit kina, dan lainnya. Biasanya hama gudang yang sering dijumpai
pada berbagai komoditi yang ada, besasal dari golongan ordo Lepidoptera beberapa diantaranya
yaituCorcyra cephalonica, Sitrotoga cerallela, batrocera spp.

Berbagai macam usaha untuk menanggulangi hama pasca panen antara lain menurut
Pamuju (2015), antara lain :
1. Musuh alami
Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae How (parasit larva), semut
merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian
hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik
matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh,
dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang
disimpan .
2. Bahan kimia
Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama tanaman saat ini banyak
menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas
terlihat, selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus juga dapat menyebabkan resistensi
hama dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa
berbahaya apabila dikonsumsi manusia (Luvisiet al, 2002).
3. Pestisida nabati
Ekstrak biji dan daun nimba (Azadirachta indica L) memiliki senyawa-senyawa penting
dalam mengendalikan hama, antar lain yaitu: azadirachtin, salanin, dan meliantriol. Ketiga
senyawa tersebut digolongkan ke dalam kelompok tripenoid yang merupakan bahan pestisida
alami, tetapi yang paling efektif adalah azadirachtin. Mimba tidak membunuh hama secara cepat
tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, reproduksi, proses ganti kulit,
menghambat perkawinan dan komunikasi seksual (Rukmana dan Yuniarsih, 2003).

III. METODE PELAKSANAAN

Praktikum Pengelolaan Hama Pasca panen Acara I dilaksanakan pada tanggal 28 Maret
2016 di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Perlindungan tanaman, fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini
yakni kaca pembesar atau mikroskop binokuler perbesaran 10, 16, 32, dan 40 x. Sedangkan
bahan yang dibutuhkan atau diamati yakni berbagai jenis serangga hama yang termasuk famili
Anobiidae, Anthribidae, Bostrichidae, Bruchidae, Carabidae, Curculionidae, Dermestidae,
Nitidulidae, Scolytidae, Silvanidae, Tenebrionidae, dan Togossitidae.
Cara kerja yang pertama yakni specimen diambil kemudian diamati umum dengan
menggnakan mata telanjang, kemudian untuk melihat bagian tubuh sebagai cemiri morflogi
digunakan kaca pembesar atau mikroskop binokuler. Kemudian pastikan nama spesies dari
specimen diamati dengan benar, dengan membandingkan dengan referensi yang ada misalkan
gambar dari buku. Setelah itu dibuat laporan sementara pada kertas yang disediakan. Setiap
specimen dicatat nama spesies dan bagian tbuh jika perlu dibuat sketsa gambar , kemudian
laoran sementara tersebut dimintakan paraf asisten. Setelah itu dibuat laporan resmu dengan
kertas HVS ukuran A4 70 g. Setiap spesien dibuat gambar lengkap, boleh di download dari
internet maupun dari foto kopi gambar. Ditujukan bagian tubuh mana yang menjadi cemiri
specimen. Berikan keterangan cemiri morfologi, biologi, termasuk tanaman inangnya.

IV. PEMBAHASAN
1. Corcyra cephalonica
Ordo : Lepidoptera
Famili : Galeriidae
Inang : Jagung, beras.
Gejala : Jagung berlubang akibat dimakan
hama pasca panen ini
Ngengat Corcyra cephalonica merupakan salah satu hama penting pada penggilingan
beras dan tepung sering pula disebut tawny. Serangga ini toleran pada kelembapan tinggi dan
ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah tropika. Walaupun mampu memakan biji utuh,
hama ini lebih sering ditemukan cepat berbiak sebagai hama sekunder. Daur hidup optimum
selama 26-27 hari pada 30-32,5C dengan kelembapan 70% Imago berwarna cokelat agak pucat
dengan ukuran panjang tubuhnya sekitar 11-12 mm. Panjang sayap apabila direntangkan sekitar
11-15 mm. Tepi bagian atas dari sayapnya ini sama sekali tidak ada bercak tetapi mempunyai
vena yang berwarna agak gelap. Tepi atas bagian sayap yang belakang dari kupu-kupu jantan
dapat dikatakan berwarna agak gelap. Palpi lialis tampak melengkung ke atas atau lurus di depan
kepala. Serangga biasanya terbang pada malam hari atau nokturnal (Rao et al., 2004).
Hama ini bertelur sebanyak 400 butir (Pracaya, 2007). Warna telur putih dan bertekstur
halus. Bentuknya lonjong dengan panjang sekitar 0,3 x 0,5 mm, menempel pada bahan pangan
atau serat karung di penyimpanan. setelah 10 hari, telur akan menetas dan menjadi larva. Larva
berwarna krem sampai putih kecuali bagian kapsul kepala dan protoraks berwarna coklat (Rao et
al., 2004). Panjang tubuh lebih kurang 17 mm. biasanya larva membuat pintalan yang
mengandung kotoran dan sisa-sisa makanan. Warna pintalan tersebut sesuai dengan objek yang
diserangnya, apabila yang diserangnya beras putih, warna pintalannya juga putih. Selanjutnya,
ulat tersebut menjadi kepompong setelah 9 hari. Kepompongnya berwarna kuning coklat,
panjangnya sekitar 8 mm. kepompong terletak dalam kokon yang warnanya putih. Kepompong
kemudian akan menjadi ngengat setelah 7 hari (Pracaya, 2007).

Nyengat Corcyra cephalonica aktif pada sore atau malam hari. Siklus hidup serangga ini
berkisar antara 37-51 hari. Suhu optimum untuk perkembanganya antara 28-32C. Jumlah instar
bervariasi ada yang 7 sampai 8 instar. Nyengat betina kawin dalam waktu 1-2 hari setelah
muncul pupa. Sex ratio 1:1 nyengat, nyengat jantan kawin berulang kali sampai empat kali
damala 9 hari. Kisaran inang hama pasca panen ini beras, jagung, tepung jagung, biji kacang.
Pengendalian Corcyra Cephalonica salah satunya dengan menggunakan musuh alami seperti
semut yang merupakan predator telur dan diparasit oleh Trichogramma spp. Selain itu, beberapa
jenis tungau juga diketahui menyerang telur Corcyra Cephalonica, misalnya jenis Acaropsis
docta, Blattisocius keegani. Tungau dari genus Pymotes menyerang nyengat dewasa, sedang
larvanya menyerang beberapa jenis Hemiptera. Pengendalian lainya yakni dapat juga
menggunakan bakteri Bacillus thuringiensis(Rao et al., 2004).
2. Lalat Buah (Bactrocera albistrigata)
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Inang : Jeruk, Melon, Apel (buah-buahan)
Gejala : Busuk pada bagian tanaman,
terlihat gelaja spot hitam akibat tusukan lalat
buah.
Lalat buah berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat kecil. Warnanya sangat
bervariasi, kuning cerah, oranye, hitam, cokelat, atau kombinasinya dan bersayap datar. Pada tepi
ujung sayap ada bercak-bercak coklat kekuningan. Pada abdomennya terdapat pita-pita hitam,
sedangkan pada thoraxnya terdapat bercak-bercak kekuningan. Disebut Tephtridaeberarti
borkarena terdapat ovipositor pada lalat betina. Bagian tubuh itu berguna memasukkan telur ke
dalam buah. Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras (Dhillon
et al., 2005).
Ovipositor lalat buah betina digunakan menusuk kulit buah atau sayur untuk meletakkan
telurnya. Jumlah telur sekitar 50-100 butir. Setelah 2-5 hari, telur akan menetas dan menjadi
larva. Larva tersebut akan membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama

lebih kurang 4-7 hari. Larva yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah,
kemudian membuat terowongan sedalam 2-5 cm dan berubah menjadi pupa. Lama masa pupa 35 hari. Lalat dewasa keluar dari dalam pupa, dan kurang dari satu menit langsung bisa terbang.
Total daur hidupnya antara 23-34 hari, tergantung cuaca. Dalam waktu satu tahun lalat ini
diperkirakan menghasilkan 8-10 generasi. Lalat buah sering menyerang dan menghancurkan
tanaman saat musim penghujan karena kelembapan memicu pupa untuk keluar menjadi lalat
dewasa (Dhillon et al., 2005).
Pengendalian yakni sanitasi lingkungan dengan cara pengumpulan buah yang terserang,
baik yang jatuh maupun yang masih diatas pohon, kemudian dimusnahkan dengan menimbun
yang terserang kedalam tanah. Tanah disekitarnya dibersihkan dicangkul dan dibalik agar pupa
yang tersembunyi terkena sinar matahari dan kemudian mati. Tanaman perangkap salah satunya
menggunakan tanaman selasih disekeliling kebun. Pembungkusan buah dengan kertas atau
plastik. Penggunaan perangkat atraktan berupa metil eugenol (Dhillon et al., 2005).
3. Rayap
Ordo : Isoptera
Famili : Tysanoptera
Inang : Kayu dan kertas
Gejala : Benda yang diakan rusak biasanya
meninggal tempat tinggal yang terbuat dari
tanah atau sisa barang yang dimakan.
Pada umumnya rayap hidup di hutan terutama di daerah rendahan dan daerah yang
mempunyai curah hujan dengan distribusi merata. Sarang-sarang dapat dijumpai pada kayu-kayu
mati yang berada diatas atau dibawah permukaan tanah. Sarang-sarang rayap tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lain hingga mencapai panjang 90 m pada kedalaman 30-60 cm
dibawah tanah.Kelompok hewan ini pertumbuhannya melalui tiga tahap yaitu telur, nimfa dan
tahap dewasa. Setelah menetas dari telur nimfa akan menjadi dewasa dengan melalui beberapa
instar, yaitu bentuk diantara dua masa perubahan. Bentuk ini sangat gradual, sehingga baik dari
bentuk badan pada umumnya, cara hidup maupun makanan pokok antara nimfa dan dewasa
adalah serupa. Pada nimfa yang bertunas sayapnya akan tumbuh lengkap pada instar terakhir,
saat binatang itu mencapai kedewasaan (Tarumingkeng, 2004)

Telur yang menetas yang menjadi nimfa akan mengalami 5-8 instar. Jumlah telur rayap
bervariasi, tergantung kepada jenis dan umur. Saat pertama bertelur betina mengeluarkan 4-15
butir telur. Telur rayap berbentuk silindris, dengan bagian ujung yang membulat yang berwarna
putih. Panjang telur bervariasi antara 1-1,5 mm. Telur akan menetas setelah berumur 8-11 hari.
Perkembangan hidupnya berada dalam lingkugan yang sebagian besar diatur dalam koloni dan
terisolir dari pengaruh nimfa sesuai dengan kebutuhan koloni. Nimfa-nimfa yang sedang tumbuh
dapat diatur menjadi anggota kasta, yang diperlakukan bahwa nasib rayap dewasa an siap
terbang dapat diatur. Kasta pekerja jumlahnya jauh lebih besar dari seluruh kasta yang terdapat
dalam koloni rayap. Nimfa yang menetas dari telur pertama dari seluruh koloni yang baru akan
berkembang menjadi kasta pekerja. Waktu keseluruhan yang dibutuhkan dari keadaan telur
sampai dapat bekerja secara efektif sebagai kasta pekerja pada umumnya adalah 6-7 bulan. Umur
kasta pekerja dapat mencapai 19-24 bulan.Semua rayap makan kayu dan bahan berselulosa,
tetapi perilaku makan (feeding behavior ) jenis-jenis rayap bermacam-macam. Hampir semua
jenis kayu potensial untuk dimakan rayap (Tarumingkeng, 2004).
Pengendalian rayap pada bangunan selama ini mengenal dua metode yakni pra konstruksi
menggunakan bahan kimia dan tanpa bahan kimia (Penghalang Fisik). Post konstruksi
menggunakan injeksi (Suntik) dan Baiting (Pengumpanan). Saat ini penelitian pengendalian
rayap semakin berkembang tidak hanya dengan bahan kimia tetapi dengan bahan alam,
penggunaan jamur entomopatogen, nematoda entomopatogen, serta penggunaan gelombang
elektromagnetik.Langkah utama dalam pegendalian rayap pada bangunan adalah melakukan
inspeksi secara menyeluruh pada bangunan. Kesuksesan pengendalian rayap dimulai dari
pengamatan atau monitoring secara menyeluruh (Tarumingkeng, 2004).

Anda mungkin juga menyukai