Anda di halaman 1dari 25

1

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan
pada tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama
yangmenyerang tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Jenis hama serangga
tidak hanya dijumpai di ladang ataupun di sawah, akan tetapi hama serangga dapat
pula di jumpai pada bahan-bahan simpanan di gudang. Contoh dari serangga hama
yaitu : a). Belalang kayu (Valanga Nigricornis); b). Kepik (Nezara Viridula) dan c).
Kutu Daun (Aphis Sp). Sedangkan Hama gudang merupakan suatu organisme
penganggu atau perusak tanaman yang bekerja pada saat tanaman disimpan dalam
gudang, hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang tebatas yakni hidup dalam
bahan–bahan yang telah disimpan di dalam gudang, berkaitan dengan ruang lingkup
yang terbatas yang ditentukan memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas,
umumnya hama gudang yang sering dijumpai dari golongan coleopteran dan
lepidoptera, serangan hama gudang yang menyerang bahan –bahan pangan tertentu
yang sesuai dengan kebutuhan. Selain komoditi yang berebeda serangan hama
gudang mempunyai siklus hidup yang berbeda, dalam hal ini waktu yang diperlukan
untuk siklus hidupnya. Salah satu ciri spesifik dari serangan hama gudang ini
mengalami metamorfosis yang sempurna yaitu dari telur, larva, pupa dan imago.
Hama dalam gudang tidak hanya menyerang produk yang baru dipanen melainkan
produk industri hasil pertanian. Contoh dari serangga hama gudang yaitu : a).
Kumbang Beras (Sitophilus oryzae L.) ; b). Kumbang Tepung (Tribolium sp) dan c).
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) (Retnosari, 2013) .
Serangan serangga hama pra pasca bisa disebut Hama lapang, yaitu serangan
serangga hama yang menyerang produk pertanian pada saat masih di lapang.
Sedangkan serangan serangga hama pasca panen disebut Hama gudang, yaitu
serangan serangga hama yang merusak produk pertanian saat berada di gudang atau
pada masa penyimpanan. Menurut Champ dan Highlei (1985), hama pasca panen
merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan

1
2

produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang
oleh berbagai hama gudang yang dapat merugikan (Broto, 1989).
Manfat mempelajari ordo serangga hama dan hama gudang yaitu agar kita
dapat mengetahui serangan yang di akibatkan hama serangga tersebut dan dapat
mengetahui cara pengendaliannya serta dapat mengetahui bagaimana cara siklus
hidup hama serangga tersebut, dan bagaimana cara penyerangan hama serangga
terhadap tanamana, pada serangga hama gudang dampak yang terjadi akibat
serangan hama tersebut,bagaimana siklus hidup serangga hama gudang dan dampak
yang di akibatkan oleh seranggan hama gudang serta dapat mengetahui bagaiman
perkembang biakan hama serangga hama tersebut didalam gudang dan bagaimana
cara pengendaliannya hama serangga gudang tersebut.

I.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum dengan materi Pengenalan Ordo Serangga Hama dan
Serangga Hama Gudang, yaitu :
a. Untuk pengenalan serangga hama dan ordo serangga hama ,baik dari morfologi
tubuh,tipe mulut, daur hidup, tipe perkembangbiakan,siklus dan mekanisme
penyerangannya sehingga dapat diketahui cara yang tepat untuk pengendalian
hama serangga tersebut.
b. Untuk mengetahui macam – macam serangga hama yang menyerang produk
pertanian dalam gudang,mengenal bagian tubuh,,mengetahui daur hidup,dan
mengetahui mekanisme serangan serangga hama tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Filum Yang Berpotensi Sebagai Hama

2
3

Berdasarkan filumnya, filum yang berpotensi sebagai hama tanaman terdiri dari
empat filum yaitu, filum aschelminthes yang merupakan filum yang banyak dikenal
berperan sebagai hama tanaman (bersifat parasit) yaitu : a). Nematoda. Namun, tidak
semua anggota klas nematoda bertindak sebagai hama, sebab ada di antaranya yang
berperan sebagai nematoda saprofag dan nematoda predator (pemangsa); b). Filum
mollusca, dari filum ini anggotanya yang dapat berperan sebagai hama adalah dari
klas gastropoda, salah satu jenisnya adalah bekicot dan keong emas; c). Filum
chordata, anggota dari filum ini terdiri dari klas mamalia, yaitu keluarga bajing dan
tikus, dan d). filum arthropoda, merupakan filum yang beranggota dari klas
Arachnida (tungau) dan klas Insecta atau serangga (Retnosari, 2013).

2.2. Ordo Serangga Hama


Macam-macam ordo serangga hama terbagi atas banyak jenisnya, yaitu : a). Ordo
orthoptera, berasal dari kata orthos yang artinya ”lurus” dan pteron artinya “sayap”.
Golongan serangga ini sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan,
namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator. Sewaktu istirahat
sayap bagian belakangnya dilipat secara lurus dibawah sayap depan. Sayap depan
mempunyai ukuran lebih sempit daripada ukuran sayap belakang. Alat mulut nimfa
dan imagonya menggigit-mengunyah yang ditandai adanya labrum, sepasang
mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya,
dan labium dengan palpus labialisnya. Tipe metamorfosis ordo ini adalah
paurometabola yaitu terdiri dari 3stadia (telur-nimfa-imago). Beberapa contoh
serangga jenis ordo orthoptera : Belalang kayu (Valanga nigricorni), belalang pedang
(Sexava spp.), jangkrik (Gryllus mitratus Burn dan Gryllus bimaculatus De G.),
anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal) ; b). Ordo Hemiptera Hemi, artinya
“setengah” dan pteron artinya “sayap”. Beberapa jenis serangga dari ordo ini
pemakan tumbuhan dan adapula sebagai predator yang mengisap tubuh serangga lain
dan golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya
mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip

3
4

selaput, dan sayap belakang seperti selaput tipis. Paurometabola merupakan tipe
perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu( telur nimfa imago).
Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi
dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap. Nimfa dan imago merupakan
stadium yang bisa merusak tanaman. Beberapa contoh serangga anggota ordo
Hemiptera ini adalah : kepik buah jeruk (Rynchocoris poseidon Kirk), hama pengisap
daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii), walang sangit (Leptocorixa
acuta Thumb),kepik buah lada (Dasynus viridula) ; c). Ordo Homoptera, Homo
artinya “sama” dan pteron artinya “sayap” serangga golongan ini mempunyai sayap
depan bertekstur homogen. Sebagian dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu
serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya kutu daun (Aphis sp.) sejak menetas
sampai dewasa tidak bersayap. Namun bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi
membentuk sayap untuk memudahkan untuk berpindah habitat. Tipe perkembangan
hidup serangga ini adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Jenis serangga ini,
antara lain : wereng coklat (Nilaparvta lugens), wereng hijau (Nephotettix apicalis),
kutu loncat (Heteropsylla), kutu daun (Myzus persicae) ; d). Ordo Lepidoptera,
Berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya “sayap”. Tipe alat mulut dari
ordolepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut
menghisap. Perkembangbiakannya bertipe “holometebola” (telur-larva-pupa-imago).
Larva sangat berpotensi sebagai hama tanaman, sedangkan imagonya(kupu-kupu dan
ngengat) hanya mengisap madu dari tanaman jenis bunga-bungaan. Sepasang
sayapnya mirip membran yang dipenuhi sisik yang merupakan modifikasi dari
rambut. Yang termasuk jenis serangga dari ordo ini,antara lain : ulat daun kubis
(Plutella xyllostella), kupu-kupu pastur (Papilio memnon L), ulat penggulung daun
melintang pada teh (Catoptilia theivora Wls), penggerek padi putih (Tryporyza
innotata Walker) ; e). Ordo Coleoptera, Ordo coleoptera yang coleos artinya
“seludang” pteron “sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras
dan tebal seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian
tubuh. Sayap bagian belakang mempunyai struktur yang tipis. Perkembang biakan

4
5

ordo ini bertipe “holometabola” atau metamorfosis sempurna yang perkembangannya


melalui stadia : telur – larva – kepompong (pupa) – dewasa (imago). Tipe alat mulut
nyaris sama pada larva dan imago (menggigit-mengunyah) jenisnya bentuk tubuh
yang beragam dan ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis serangga lain. Anggota-
anggotanya sebagian sebagai pengganggu tanaman, namun ada juga yang bertindak
sebagai pemangsa serangga jenis yang berbeda. Serangga yang merusak tanaman,
antara lain : kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros L), kumbang daun kangkung,
semangka, dan terung (Epilachna sp.), kumbang daun keledai (Phaedonia inclusa
Stal), penggerek batang cengkih ( Nothopeus fasciatipennis Wat ) ; f). Ordo Diptera,
Artinya “dua” dan pteron artinya “sayap” merupakan bangsa lalat, nyamuk meliputi
serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga
dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedangkan sayap belakang telah
berubah menjadi halter yang multifungsi sebagai alat keseimbangan, untuk
mengetahui arah angin, dan alat pendengaran.Metamorfosisnya “holometabola”
(telur-larva-kepompong-imago). Larva tidak punya tungkai, dan meyukai tempat
yang lembab dan tipe mulutnya menggigit-mengunyah, sedangkan imago bertipe
mulut menusuk-mengisap atau menjilat-mengisap. Jenis serangga golongan ini,
antara lain : lalat buah (Bactrocera sp.), lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli
Tryon), lalat bibit padi (Hydrellia philippina) (Nifira, 2014).

2.2. Hama Gudang


Hama gudang dapat dibilang salah satu jenis hama yang menyebabkan suatu
kerusakan,terutama pada hasil produksi tanaman, Hama gudang merupakan hama
yang sering menyerang bahan-bahan makanan manusia yang sudah dalam
penyimpanan dan gejala yang ditimbulkan sangat merugikan. Hama gudang
mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang di
lapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang
tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama
gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas,

5
6

karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya masing-masing memiliki sifat
sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang
untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para
ahli taksonomi. Adapun jenis hama gudang yang sering muncul adalah seperti
Kumbang biji (Callosobruchus chinensis), kumbang kopra (Necrobia rufipes),
Kumbang beras (Sitophilus oryza ), kumbang tepung (Tribolium sp.), yang
sering sangat kita jumpai di gudang penyimpanan dan kerusakan yang ditimbulkan
juga sangat fatal. Untuk mengendalikan hama tersebut seharusnya kita perlu
mengetahui seluk beluk kehidupan hama tersebut, khususnya serangga hama seperti
siklus hidupnya, tempat perkembangbiakannya, cara menyerang tanaman, dan lainnya
. Salah satu yang harus kita ketahui adalah misalnya bentuk morfologi hama tersebut.
Karena bentuk morfologi dari serangga hama tersebut berbeda-beda dan cara
pengendaliannya pun berbeda. Namun pada umumnya serangga memiliki tiga bagian
umum yaitu abdomen, thorak, dan sayap. Serangga jantan dan betina dapat dibedakan
dari bentuk moncong atau rostrum. Dilihat dari permukaan dorsal, moncong jantan
lebih besar, berbintik-bintik kasar dan kusam. Moncong serangga betina mulus,
berbintik–bintik melebar dan licin. Jika moncong dilihat dari atas, pada jantan lebih
pendek dan lebar, pada betina lebih panjang dan sempit. Dilihat dari samping
moncong betina lebih panjang, kecil dan agak melengkung ke bawah (Yayan, 2014).

III. BAHAN DAN METODE


III.1. Waktu Dan Tempat

6
7

Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman dengan materi” Pengenalan Ordo


Serangga dan Hama Serangga Gudang” pada hari Sabtu 24 Maret 2017, Pukul 15.00
– 16.40 WIB, yang dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian,Universitas Palangka Raya.

III.2. Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah lup, jarum pentul, media
stereofoam, botol/wadah, alkohol, gelas, pinset, alat gambar, dan alat tulis.Sedangka
bahan yang digunakan : Lalat Buah (Dacus sp), Belalang Kayu (Valanga nigricornis),
Ulat Daun (Plutela Xilostela), Kumbang Kelapa (Oryetes rhinoceros), Kepik (Nezara
viridula), Kutu daun (Aphis sp), Kutu kacang tanah( Triboliumcoifisum), Walang
sangit (Leptocorisa acuta), Kutu Beras (Sitophilus Oryzae).

III.3. Cara Kerja


a. Mengambil serangga yang akan diamati dengan menggunakan pinset,lalu
memasukan serangga tersebut kedalam wadah yang berisi alkohol
b. Mengangkat serangga yang sudah tidak bergerak ke atas media sterofoam
c. Menusuk bagian atas serangga tersebut dengan jarum pentul, lalu amati bagian
tubuhnya dari masing–masing spesimen ordo serangga hama dan spesimen hama
gudang, yang telah digambar: bentuk serangga secara keseluruhan, masing –
masing bagian, yaitu sayap depan, dan belakang, kepala (caput), dada (thorak),
perut (abdomen), dan kaki, lakukan pengklasifikasi (genus, spesies, ordo, dan
famillia), buat resuman singkat meliputi: gejala serangan, tanaman yang diserang
dan biologi serangga tersebut (telut- larva- pupa- imago atau telur- nimfa imago)
dan cantumkan dalam laporan.
d. Mengambar hasil pengamatan (per kelompok) dibuat sebagian laporan sementara
yang di tanda tangani oleh asisten yang bertugas.

7
8

8
9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil pengamatan ordo serangga hama dan serangga hama gudang

No. Nama serangga Sayap Tipe mulut Tipe Gejala yang


Ordo Bagian tubuh perkembangan ditimbulkan
serangga
1 Belalang Kayu Orthopetra Dada, kaki, perut Bersayap Menggigit- Paurometabola Terdapat gigitan
(Valanga dan sayap lurus mengunyah pada tepi daun
Nigricomis)
2 Kumbang Coleoptera Kepala, kaki, sayap - Sayap depan Menggigit- Holometabola - Menggerek
Kelapa dan perut terselubung mengunyah batang/merusak
(Oryctos - Sayap titik tumbuh
Rinceros) belaakang - Pada saat daun
berselaput terbuka akan
mengalami
potongan
simetris
3 Lalat Buah Diptera Kepala, perut, - Dua buah Menggigt- Holometabola Buah berlubang
(Dacus Sp) sayap dan kaki sayap mengunyah dan terdapat bintik
belakangnya hitam
berubah
menjadi
bulatan
sebagai alat
keseimbang
an waktu
terbang

9
10

4 Walang Sangit Hemiptera Kaki, kepala, dada, Sebagian Menusuk Paurometabola Menghisap butir
(Leptocorisa perut dan sayap sayap menghisap padi sehingga
Acuta) mengalami menjadi berwarna
penebalan kuning dan
setengah menjadi hampa
bagian
5 Kutu Daun Homoptera Perut, kaki, dan - Menusuk Holometabola Bagian daun
(Aphis Sp) kepala menghisap bertepung
sehingga dapat
merusak klorofil
6 Ulat Daun Lepidoptera Perut dan kepala - Mengigit- Holometabola Bagian daun
(Plutela mengunyah hilang sebagian
Xilostela) (bolong-bolong)
daun terdapat sisa-
sisa atau kotoran
ulat daun
7 Kutu Beras Coleoptera Kepala, perut, kaki Sayap depan Mengigit- Holometabola Patah-patah dan
(Sitophilus dan sayap selubung mengunyah bertepung
Cryzae) Sayap berwarna
belakang kuningdan berbau
selaput
8 Kutu Kacang Coleoptera Kepala, perut, kaki Sayap depan Mengigit- Paurometabola Tampak lubang
Hijau dan sayap selubung mengunyah pada biji kacang
(Callosobrochu Sayap yang
s Chinesis) belakang mengakibatkan
selaput lama kelamaan
retak

10
11

9 Kepik Hemiptera Kepala, kaki, perut Sayap Menusuk Paurometabola Menguning pada
(Nezara dan sayap bagian meenghisap daun sehingga
Viridula) depan mengakibatkan
mengalami layu dan mati
setengah
bagian

11
12

4.2. Pembahasan
4.2.1. Lalat buah (Dacus sp)

Gambar 1. Lalat Buah (Dacus sp)


(Sumber:www.Amirulrosit.blogspot.com)
Lalat buah (Dacus sp) baru akan kawin setelah berumur 8 jam. Dengan
demikian, hewan betina sudah dapat bertelur keesokkan harinya. Seekor ( Dacus
sp ) betina sanggup menghasilkan sekitar 50-75 butir telur sehari sekitar 400-500
telur dalam 10 hari. Telur tersebut berwarna putih susu, bentuk bulat panjang
berukuran sekitar 0,5 mm2 Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi,
yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat
fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu
kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk
makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut
perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan
imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada
perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa. Siklus hidup lalat buah di
mulai dari Pengamatan Perkembangan setelah fertilisasi, yang terdiri dari dua
periode. Periode pertama adalah periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi
hingga penetasan telur menjadi larva muda (proses ini berlangsung sekitar 24 jam).
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur atau periode postembrionik.
Periode ini dibagi dalam tiga tahap yaitu larva, pupa, dan imago. (Retnosari, 2013).

12
13

Gejala serangan lalat buah menimbulkan titik-titik bekas tusukan pada kulit
buah yang akan berkembang menjadi bercak-bercak coklat lebih besar terserang
ditandai oleh lubang titik coklat kehitaman pada bagian pangkalnya, tempat serangga
dewasa memasukkan telur. Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak
tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari langsung. Larva membuat
saluran/gerekan di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan
buah dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh opt lain, seperti bakteri dan
cendawan. Buah menjadi busuk dan biasanya dapat gugur. Serangan pada buah yang
belum matang akan mengakibatkan buah matang prematur dan tidak memenuhi
standar mutu (Retnosari, 2013).
Cara pengendalian lalat buah dengan sanitasi, jagalah kebersihan. Buang/
pangkas buah yang telah terserang dan pendam dalam tanah. Tanah di sekitar
tanaman dicangkul dan dibalik agar pupa yang ada dalam tanah mati. Sampah
disekitar tanaman juga harus dikumpulkan dan dibakar atau dipendam dalam tanah.
Budidaya yang baik. Lakukan pemangkasan pada tanaman buah agar tajuk bisa
terbentuk dan mengurangi kerimbunan kanopi (Retnosari, 2013).

4.2.2. Belalang Kayu (Valanga nigriscornis)

Gambar 2. Belalang Kayu (Valanga Nigricornis)


(Sumber: www.Inteserangga.blogspot.com)

Sperma memasuki telur melalui saluran halus yang disebut micropyles. Pada
musim panas, belalang betina meletakkan telur dibuahi pod, menggunakan ovipositor

13
14

dan perut untuk memasukkan telur sekitar 1-2 inci di bawah tanah, meskipun mereka
juga dapat diletakkan di akar tanaman atau bahkan pupuk kandang dan biasanya di
habitat mereka. Ini segera di inkubasi belalang betina meletakkan telur berturut-turut
dan semprotan mereka dengan zat tongkat yang membentuk sebuah pod. Setiap ‘pod’
memiliki 15-150 telur di dalamnya, tergantung pada spesies belalang betina dapat
bertelur sampai 25 buah, belalang mengalami metamorfosis lengkap atau tidak
lengkap sederhana yang terdiri dari 3 atau 4 tahap: Polong telur berbentuk oval
memanjang dan sering melengkung. Seringkali ukuran biji beras, telur mungkin
putih, kuning-hijau, cokelat atau berbagai warna cokelat tergantung pada spesies.
Telur menetas menjadi nimfa, yang terlihat seperti orang dewasa kecil tanpa sayap
dan organ reproduksi. Nimfa menyerupai kecil, orang dewasa bersayap, nakan yang
baru menetas berwarna putih, namun setelah paparan sinar matahari, mereka
menganggap warna khas dan tanda-tanda orang dewasa. Nimfa merangsang kulit
mereka berkali-kali saat mereka tumbuh menjadi orang dewasa .Belalang betina
mencoba untuk memilih tempat yang baik untuk bertelur, namun, ini adalah satu-
satunya pengasuhan yang mereka sediakan. Belalang tidak mengurus anak-anak
mereka setelah mereka menetas. Pada kenyataannya belalang banyak terdapat
didaerah tropis seprti Indonesia. Di didunia terdapat lebih dari 2500 spesies.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki daerah tropis serta memiliki
keanekaragaman serangga yang banyak. Pulau Jawa dan Bali saja memiliki 170
spesies Phasmatodea dengan 57% di antaranya adalah endemik (Whitten, dkk:
1996). Belalang ini termasuk species belalang yang sukar didekati, tetapi jika terbang
menghindar, biasanya hanya pada jarak-jarak 5-6 meter. Tampaknya species ini lebih
menyenangi hinggap di permukaan tanah, di rerumputan, sawah-sawa dibanding
dengan hinggap di helai daun-daun tumbuhan (Retnosari, 2013).
Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang
diserang dan tingkat populasi. Daun biasanya bagian pertama yang diserang.
Hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang daun, jika serangannya parah.

14
15

Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya sangat
tinggi dengan sumber makanan terbatas (Retnosari, 2013).
Cara pengendalian dengan cara hama belalang dengan cara mekanisme yaitu
telur belalang yang ada dalam tanah diambil dan nimfa di ambil kemudian diberikan
kepada ayam, secara kultur teknis yaitu mengatur jarak pola tanam dan menanam
tanaman yang tidak disukai oleh belalang seperti tanaman ubi kayu, melakukan
pengelolaan tanah pada lahan yang diteluri sehingga telur tertimbun (Retnosari,
2013).

4.2.3. Ulat Daun (Plutela Xilostela)

Gambar 3. Ulat Daun (Plutela Xilostela)


(Sumber:www. Agokomplekskita.com)

Siklus hidup ulat daun berawal dari menyelesaikan daur hidupnya yaitu
dewasanya kawin dan bertelur pada tumpukan sampah dan pada sisa – sisa daun
sekitar pada bulan oktober dan desember setelah itu larva (uret) menetes dari telur
sekitar dua minggu kemudian larva mengalami empat tahap perkembangan (instar),
yang ditandai dengan pelusungan (ganti kulit) instar awal akan memakan sisa akar
atau akar halu tanaman.Uret akan hidup menjelajah tanaman dan memakan akar segar
ukuran uret dapat mencapai 4 cm jika telah mencapai ukuran yang maksimum,daya
jelajah larva sangat besar bisa mencapai 10 cm di bawah tanah, larva juga rentan
dengan panas matahari. Larva akan mencapai pupa sekitar pada bulan agustus
(memasuki puncak kemarau), pada bulan oktober menjadi serangga dewasa (Nifira,
2014).

15
16

Gejala yang terjadi akibat serangan uret adanya tanda layu dan daun
menguning layu seperti kering kekurangan air, setelah mengalami layu tanaman akan
mengalami kematian dan roboh serta sangat mudah dicabut sedangkan pada serangga
dewasa mengakibatkan terjadinya penurunan hasil atau produksi bahkan kegagalan
panen dan mengalami batas ambang ekonomim (Nifira, 2014).
Pengendalian hama uret dapat dikakukan secara mekanis yaitu menangkap
hama uret tersebut pada saat melakukan pengolahan tanah dan ampal (pada musim
kawin) dilakukan secara rutin (Nifira, 2014).

4.2.4. Kumbang kelapa (Oryetes rhinoceros)

Gambar 4. Kumbang Kelapa (Oryetes rhinoceros)


(Sumber:www.Fjb.kalkus.co.id)

Telur (Oryetes rhinoceros) berbentuk bulat dan berwarna putih. Stadia telur
lamanya 8-12 hari. Larva yang keluar berwarna putih dengan mulut berwarna merah
coklat, kepala berwarna coklat dan memiliki tiga pasang kaki. Larva (Oriyetes
rhinoceros) mengalami tiga instar (pergantian kulit) dan membutuhkan waktu 2-4
bulan untuk perkembangannya. Variasi waktu perkembangan larva dipengaruhi oleh
jenis makanan dan iklim. Tempat perkembangan larva adalah tunggul kelapa yang
masih tegak maupun telah mati, timbunan kulit buah kopi/kakao, ampas tebu,
timbunan limbah penggilingan padi, timbunan pupuk kompos, pupuk kandang dan
timbunan serbuk gergaji. Larva instar terakhir masuk ke tanah sedalam ± 30 cm dan
tidak aktif selama 8-13 hari (masa prapupa). Pupa berwarna coklat dan terbungkus
kokon yang dibuat dari tanah ataun sisa-sisa serat tanaman. Lama stadia pupa 17-28

16
17

hari. Kumbang (Oriyetes rhinoceros) berwarna hitam dengan bagian bawah berwarna
coklat kemerahan. Kumbang jantan memiliki cula yang lebih panjang dari kumbang
betina. Kumbang tertarik pada cahaya, kumbang dapat terbang jauh namun biasanya
lebih memilih tumpukan sampah yang terdekat. Siklus hidup berkisar 3,5 – 6,5 bulan
(Nifira, 2014).
Gejala yang terjadi akibat serangan kumbang kelapa stadia yang merusak
tanaman kelapa. Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan
mulai bergerak ke bagian dalam ketiak pelepah daun yang paling atas. Kumbang
menyerang pucuk dan pangkal daun muda yang belum membuka dengan cara
menggerek dan memakan helaian daun sehingga mengakibatkan daun terpotong-
potong/ tergunting membentuk huruf “V” bila telah membuka. Gejala ini merupakan
ciri khas serangan hama O. rhinoceros Karena kerusakan terjadi pada pelepah daun
muda, maka beberapa ekor saja sudah dapat menyebabkan kerugian yang besar
(Nifira, 2014).
Cara pengendalian hama kumbang secara terpadu dengan cara penggunaan
ferotrap (perangkap) dan di letakkan di lapangan pada tiang gantungan khusus dengan
ketinggian berkisar 1,5 – 2,0 meter di atas permukaan tanah. Pemasangan ferotrap
utamanya dilakukan untuk upaya pencegahan terhadap serangan kumbang tanduk.
Hanya saja yang sering terjadi di lapangan, ferotrap baru dipasang setelah tingkat
serangan kumbang tanduk berada pada tingkatan yang sudah sangat tinggi.
Pemasangan jaring yang terbuat dari bahan monofilamen sangat berguna untuk
pengendalian kumbang tanduk (Nifira, 2014).

17
18

4.2.5. Kepik (Nezara Viridula)

Gambar 5. Kepik (Nezara Viridula)


(Sumber:www.Nusaposter.com)

Siklus hidup hama kepik berawal dari kurang lebih dari 35 hari setelah tanam.
Imago dipertanam bertujuan meletakan telurnya pada permukaan daun. Seekor imago
betina kepik hijau memproduksi telur 104 – 470 butir yang diletakan berkelompok
pada permukaan daun bagian atas maupun bawah. Telur akan menetas kurang lebih
enam hingga tujuh hari setelah diletekan imago. Telur yang menetas membentuk
nimfa I yang berlangsung selama enam hari sebelum berganti kulit (moulting)
menjadi nimfa II. Nimfa II juga berlangsung kurang lebih enam hari nimfa III, IV,
dan V hanya berlangsung lima hari (Nifira, 2014).
Gejala yang terjadi akibat hama kepik dengan ciri runas mendadak
mengeriting dan layu. Pentil buah mengeriput dan tidak berkembang sempurna atau
bentuknya menjadi tidak beraturan. Kalau diamati ada lubang bekas tusukan di
pangkal. Racun yang dikeluarkan oleh kelenjar ludahnya membuat bagian itu mati
atau rusak (Nifira, 2014).
Cara pengendalian hama kepik secara terpadu yaitu dengan langkah – langkah
berikut menanam serempak dalam tidak lebih dari 10 hari pergiliran. Mengumpulkan
kepik dewasa maupun nimfa untk dimusnahkan, menjaga kebersihan lahan dari
tanaman penganggu atau gulma, dan menggunkan pestisida apabila serangan telah
melampaui batas abang kendali (Nifira, 2014).

18
19

4.2.6. Kutu Daun (Aphis sp)

Gambar 6. Kutu Daun (Aphis sp)


(Sumber:www.Jujujitu.blogspot.com)
Siklus hidup kutu daun dimulai dari telur yang menetas pada umur 3-4 hari
setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva dan hidup selama 14-18 hari dan
berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai bereproduksi pada umur 5-6 hari
pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur sampai 73
telur selama hidupnya.Secara umum kutu berukuran antara 1-6 mm, tubuh lunak,
berbentuk seperti buah pear, pergerakan rendah dan biasanya hidup secara berkoloni
(bererombol). Perkembangan optimal terjadi pada saat tanaman bertunas (Nifira,
2014).
Kutu daun (Aphis sp) dapat menusukan bagian mulutnya ke daun dan batang,
lalu mengisap nutrisi tumbuhan inang sehingga tunas – tunas yang dimakan daunnya
menjadi terganggu. Pada kepadatan yang tinggi , kutu daun dapat menyebabkan
tanaman menjadi layu dan kerdil, dan keruskan pada ujung daun menyebabkan
jumlah bunga menjadi berkurang. Selain menjadi pengisap sari makanan tanaman,
tetapi kutu daun juga sebagai vector virus (Nifira, 2014).
Cara pengendalian hama kutu daun dengan cara pengendalian secara biologis
dengan mengunakan jaring atau gunting untuk membunuh kutu daun dengan
memotong bagian yang terjangkit dengan mengunkan gunting kebun, kemudian
mendatangkan predator kumbang koksi (ladybug) dan lacewing sejenis kupu – kupu
dengan sayap yang transparan agar memakan kutu daun (Nifira, 2014).

19
20

4.2.7. Kutu Kacang Hijau (Tribolium Confusum)

Gambar 7. Kutu Kacang Hijau (Tribolium Confusum)


(Sumber:www.Pertanianhebat.com)
Kumbang biji (Tribolium Confusum) memiliki telur berbentuk lonjong agak
transpran atau kekuning – kuningan atau warna kelabu keputihan, telur diletakan
dipermukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat kemudian setelah menetes,
larva bergerak aktif, dan memakan biji. Ukuran larva 8-1 mm. Pada proses
pembentukan pupa maka larva akan menghancurkan biji, setelah itu akan berubah
menjadi imago. Selama 30 hari imago hanya bias bertahan pada suhu 30 derajad
celcius, sedangkan pada tahap dewasa kondisi normal kumbang ini pada 8 -16
minggu dan dapat bertahan pada suhu 11 derajad celcius (Nifira, 2014).
Gejala serangan yang terjadi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat
pada material, produk yang diserang akan tampak berlubang karena larva terus
menggerek biji dan berada didalam biji sampai menjadi imago. Setelah menjadi
imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam biji (Nifira,
2014).
Cara pengendalian hama gudang dapat dilakukan dengan cara memisahkan
produk yang terserang agar tidak terjangkit denga produk yang masih utuh.
Mengunakan pengawet khusu untuk produk dan ruangan harus steril supaya terjaga
kebersihan produk yang baru diekspor segera dijual agar tidak terlalu lama di dalam
gudang (Nifira, 2014).

20
21

4.2.8.Walang Sangit (Loptocorisa Acuta)

Gambar 8. Walang Sangit (Loptocorisa Acuta)


(Sumber:www.Alifardi.blogspot.com)
Siklus hidup walang sangit dapat dideskripsikan sebagai berikut, yaitu
bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput - rumputan lainnya secara
kelompok dalam satu sampai dua baris. Telur berwarna hitam, berbentuk segi enam
dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1-21 butir, lama periode telur rata-rata 5,2
hari. Nimfa berukuran lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Pada umumnya
nimfa berwarna hijau muda dan menjadi coklat kekuning-kuningan pada bagian
abdomen dan sayap coklat saat dewasa. Setelah menjadi imago, serangga ini baru
dapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang
sangit antara 32-43 hari (Hanny, 2000).
Gejala tanaman terserang walang sangit, yaitu hama tersebut menghisap cairan
tanaman dari tangkai bunga (paniculae) dan juga cairan buah padi yang masih pada
tahap masak susu sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning
(klorosis), dan perlahan-lahan melemah (Hanny, 2000).
Serangan walang sangit dapat dikendalikan dengan berbagai cara, misalnya
melakukan penanaman serempak pada suatu daerah yang luas, sehingga koloni
walang sangit tidak terkonsentrasi di satu tempat sekaligus menghindari kerusakan
yang berat. Pada awal fase generstif dianjurkan untuk menanggulangi walang sangit
dengan perangkap dari tumbuhan rawa Limnophila sp, Ceratophyllum sp,
Lycopodium sp dan bangkai hewan (Hanny, 2000).

21
22

4.2.9. Kutu Beras (Sitophilus oryzae)

Gambar 9. Kutu Beras (Sitophilus oryzae)


(Sumber:www.wikipedia.com)
Sitophilus oryzae hidup di tumpukan bahan pangan, seperti beras, jagung dan
gandum. Kutu ini berkembang biak sangat cepat. Bedasarkan penelitian, kutu betina
dapat bertelur 2 - 6 butir setiap harinya. Untuk menyimpan telurnya, kutu betina
melubangi bulir beras dengan rahangnya. Satu lubang hanya untuk satu butir telur.
Kutu beras dapat hidup selama beberapa bulan. Selama hidup, kutu betina mampu
menghasilkan sekitar 400 butir telur. Telur akan menetas menjadi larva setelah 3 hari.
Larva akan hidup pada lubang beras selama 18 hari. Setelah itu akan menjadi pupa
selama 5 hari, lalu bermetamorfosis menjadi kutu (Hanny, 2000).
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kutu beras (Sitophilus oryzae) adalah
pada butir-butir beras yang terserang akan terdapat goresan pada bagian-bagian
samping beras. Dan apabila tahap serangannya sudah lama maka butir-butir beras
akan menjadi hancur (Hanny, 2000).
Pengendalian Kutu beras (Sitophilus oryzae) adalah biasanya digunakan
dengan cara Fumigasi PH3, Pemasangan Beetle Trap, dan Perangkap UV. Pemanasan
ruangan/ heating, Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa
menggunakan tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun
dan biji srikaya atau juga biji saga. Dan juga menjaga kebersihan gudang Menjaga
suhu dan kelembaban gudang, Kemasan kedap udara, Menurunkan tingkat kadar
air, Mencegah kutu datang, dan Meningkatkan derajat sosoh (Hanny, 2002).

22
23

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Ordo serangga hama dapat kita ketahui dari: a). ordo orhoptera yang sebagian
anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan dan tipe mulutnya mengigit dan
mengunyah,tipe metamorfosisnya paurometabola yang terdiri dari tiga jenis yaitu
telur, nimfa dan imago. Dapat dikendalikan secara terpadu dengan cara memangkas
daun yang terserang,b). Ordo Homoptera adalah serangga yang bersayap sama seperti
membran, anggota ordo homoptera memiliki morfologi ang mirip dengan ordo
hemiptera,perbedaan pokok diantara keduanya yaitu terletak pada morfologi dan
sayap depan dan tempat pemnculan rostumnya.,c). Lepidoptera adalah serangga yang
sayapnya terdiri dari sisik kecil yang menempel bila di pegang,alat mulut bertipe
mengisap,sedangkan larvanya bertipe mengigit,d). Diptera adalah serangga yang
merayap dua, serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap depan,sedangkan
sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk ganda disebut halter.
Coloeptera adalah serangga yang bersayap seludang pada sayap baian depan san
sayap belakang seperti selaput tipe alat mulutnya mengigit dan mengunyah.
Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum
Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus,
Spesies (Sitophilus oryzae)Gejala serangan Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk
beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai
tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan
sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus
oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung,
padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Pengendalian Musuh alami
hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae (parasit larva), semut merah dan
semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian
hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada
terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae

23
24

dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan,b). Kumbang Tepung


(Tribolium sp) ciri morfologi Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat
kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan
panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa
berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang betina mampu
bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya Telur diletakkan dalam tepung
atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva
bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki thorixal. Larva akan mengalami
pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya
terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm.

5.2. Saran
Berhubungan dengan dilaksanakan praktikum saran yang dapat saya sampaikan
untuk kedepannya mata kuliah dasar perlindugan tanaman dapat berjalan dengan baik
supaya bahan yang akan digunakan pada saat praktikum tidak sulit untuk di cari agar
praktikum dapat berjalan dengan lancar.

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, dkk.1989. Zoology Dasar. Erlangga-LP4: Jakarta.


Lisawati. 2005. Hama dan Penyakit Pada Tanaman.
(http://www.google.co.id/search). Diakses pada tanggal 02 April 2017.

Nifira. 2014 .Macam- Macam Ordo Serangga. (http://www.gudang hama


penyakit.co.id). Diakses pada tanggal 02 April 2017.

Pranata, I R. 2006. Agricultural Science Analisis Kelembagaan Pengendalian Hama


Terpadu Mendukung Agribisnis Kopi Rakyat Dalam Rangka Otonomi
Daerah. Vol 13. 20-30. Jakarta: PT. Gramedia.

Retnosari. 2002014. Filum hama. (http://www.hama-tanaman.or.id). Diakses pada


tanggal 02 April 2017.

Yayan, 2014. Hama gudang tanaman. Erlangga: Bandung.

25

Anda mungkin juga menyukai