Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara beriklim tropis, dalam pembangunan
seharusnya dapat memanfaatkan keuntungan iklim tropis seperti energy
matahari yang berlimpah, wilayah yang sering hujan, dan tanah yang subur
sehingga dapat ditumbuhi berbagai jenis tanaman seperti yang diterapkan di
negara tropis lain dalam pembangunan fisik kota. Pertanian merupakan salah
satu bidang pembangunan yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim.
Kebudayaan-kebudayaan besar dari sejak zaman prasejarah selalu tercatat
kemampuannya dalam berinteraksi dan mengenal perilaku serta nampak
dalam alam sekitar mereka (Kurnia, 2010).
Pertanian merupakan budaya yang pertama kali dikembangkan manusia
sebagai respon terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur
menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber pangan dialam bebas
akibat laju pertambahan manusia. Pengelolahan hamparan tanaman
(pertanaman) memadukkan faktor-faktor produksi bahan organic secara
sinergi dengan tujuan meningkatkan produksi bahan organik secara optimal
baik kuantitatif maupun kualitatif, atau bertujuan untuk meningkatkan
penampilan tanaman menurut selera konsumen (tanaman ornament dan
tanaman bunga). Pengelolahan pertanaman meliputi kegiatan yang berkaitan
dengan efisiensi pemanfaatan radiasi matahari, komponen iklim makro dan
mikro lainnya, hara tanaman dan air tanah oleh tanaman (Nurmala, 2012).
Cuaca dan iklim merupakan hasil akhir dari proses interaksi atau
hubungan timbal balik dari unsur-unsur atau perubahan fisik atmosfer (unsur-
unsur cuaca/iklim). Proses tersebut berlangsung setiap saat dan berlangsung
terus menerus yang disebabkan atau dipicu oleh beberapa faktor yang disebut
sebagai weater and climatic controls. proses interaksi dari unsur-unsur cuaca
atau iklim dengan faktor pengendalinya pada suatu tempat atau wilayah akan
menghasilkan distribusi dan tipe iklim. Tipe iklim yang terjadi pada suatu

1
wilayah pada dasarnya merupakan refleksi dan karakteristik fisik daerah atau
wilayah tersebut (Sabaruddin, 2014)
Perubahan iklim tersebut berdampak pada perubahan unsur-unsur iklim
antara lain curah hujan, suhu, dan kelembaban udara, maupun intensitas
radiasi yang dirasakan semakin bergeser dari kondisi alami. Perubahan
tersebut seharusnya dijadikan sebagai bentuk keprihatinan dan kewaspadaan
bagi setiap manusia yang mendiami bumi ini, namun, sebaliknya kebanyakan
orang kurang memandang iklim sebagai sumberdaya melainkan sebagai
faktor penghambat. Faktor antara lain kurangnya aspresiasi atau pemahaman
iklim sebagai sumberdaya melainkan sebagai sumberdaya, masih terbatasnya
kemampuan mengaplikasikan unsur iklim dalam hubungannya dengan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta munculnya kejadian-kejadian
iklim di luar kemampuan mengaplikasikan unsure iklim dalam hubungannya
dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta munculnya kejadian-
kejadian iklim diluar kemampuan manusia (Sabaruddin, 2014).
Banyaknya alat-alat yang digunakan dalam mengetahui iklim pada suatu
tempat, mengharuskan kita untuk mengeanal dan memahami alat-alat
tersebut. Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum pengenalan alat-alat
pengukur unsur iklim.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mengenal cara kerja peralatan agroklimatologi
2. Mengenal cara pegamatan peralatan agroklimatologi
3. Mengenal tata letak dan pemasangan peralatan agroklimatologi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klimatologi
Ilmu yang mempelajari mengenai cuaca disebut meteorologi yakni
cabang ilmu yang membahas pembentukan dan perubahan cuaca serta proses-
proses fisika yang terjadi diatmosfer. Secara luas menyatakan bahwa
meteorologi sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan dari atomosfer
mempunyai kaitan secara fisik, dinamik, dan menyangkut status kimia
atmosfer dan interaksi antara atmosfer bumi dengan permukaan bumi. Nilai
total dari perubah fisik atmosfer yang berlangsung dalam keadaan sesaat
yang terjadi pada tempat terntentu. Nilai tersebut diperoleh melaui
pengukuran pada stasium pengamatan terhadap unsur-unsur cuaca.
Meteorologi lebih menekankan proses terjadinya cuaca misalnya mengapa
sampai terjadi suhu ekstrim, hujan lebat, kelembaban rendah, penguapan
tinggi, sedangkan klimatologi penekannya lebih menekan kepada penyebaran
hasil dari proses tersebut misalnya penyebaran suhu udara, kelembaban
udara, curah hujan, frekuensi terjadinya banjir, kekeringan, El Nino, baik
skala harian, bulanan maupun tahunan (Sabaruddin, 2014).
Klimatologi pada dasarnya mempelajari peranan unsure-unsur
cuaca/iklim baik skala global, regional maupun local atau setempat dalam
kegiatan pertanian. Dalam mempelajari klimatologi terlebih dahulu harus
memahami istilah cuaca- iklim dan meteorologi- klimatologi. Batasan secara
klasik menyatakan bahwa iklim adalah keadaan rata-rata, ekstrim (maksimun
dan minimum), frekuensi terjadinya nilai tertentu dari unsur cuaca ataupun
frekuensi dari tipe iklim. Iklim mengkaji dan membahas tentang pola tingkah
laku cuaca pada suatu tempat atau wilayah berulang selama waktu periode
waktu yang panjang. Sebagai suatu sistem, wilayah iklim cakupannya sangat
luas mulai dari skala planiter sampai pada skala lokal atau setempat
merupakan kisaran atmosfer secara bersambung. Kajiannya menyangkut
berbagai aspek proses pembentukan iklim (Sabaruddin, 2014).

3
2.2 Agroklimatologi
Pertanian diterjemahkan dari kata agriculture berasal dari bahasa latin
yaitu terdiri dari “ager” yang berarti lapangan/tanah/lading/tegalan dan
“cultura” yang berarti mengamati/memelihara/membajak.Pertanian adalah
sejenis produksi khusus yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman
dan hewan. Produksi pertanian dalam arti luas tergantung dari faktor genetik
yang ditanam, lingkungan termasuk antara lain tanah, iklim dan teknologi
yang dipakai. Dalam arti yang sempit terdiri dari varietas tanaman, tanah,
iklim, dan faktor-faktor non teknis seperti keterampilan petani, biaya
produksi dan alat-alat yang kegunaan (Nurmala, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibedakan pengertian antara
meteorologi pertanian dan klmatologi pertanian. Cabang ilmu meteorologi
pertanian (agrometeorologi) atau klimatologi (agroklimatologi) adalah ilmu
terapan yang membahas tanggapan (respon) organism terhadap lingkungan
fisiknya. Dalam ariti sempit klimatologi pertanian adalah cabang ilmu yang
mengkaji proses fisik dari atmosfer yang membentuk kondisi skala mikro
yang berhubungan dengan proses produksi sedangkan dalam arti luas sebagai
subyek yang mengkaji tanggap organisme terhadap lingkungan fisik. Dalam
hal ini dapat dijelaskan bahwa bidang agrometeorologi lebih menerapkan
pengetahuan atmosfer untuk mewujudkan peningkatan produktivitas
sedangkan agroklimatologi lebih tertuju kearah pengambilan kebijakan untuk
pengembangan daerah pertanian (Sabaruddin, 2014).
Pengamatan unsur cuaca dan prediksi dampak perubahannnya terhadap
produktivitas padi di suatu daerah yang luas dengan data satelit inderaha
adalah sangat efektif dan efisien. Analisis perubahan cuaca melalui
pengamatan liputan awan dan intensitas radiasi surya di areal persawahan
Pulau Jawa dari data satelit inderaja dan memprediksi dampaknya terhadap
produktivitas padi. Kebutuhan pangan akan meningkat dengan bertambahnya
penduduk, untuk itu Pemerintah Indonesia dalam memenuhi kebutuhan
tersebut, selain mengadakan ekstensifikasi yang ditempuh dengan jalan
mencetak lahan pertanian baru di luar Pulau Jawa, juga meningkatkan panca
usaha tani untuk peningkaran produksi pertanian. Guna mengambil

4
kebijaksanaan pemerintah untuk menangani kebutuhan pangan perlu
dilakukan pemantauan terhadap kondisi daerah pertanian, khususnya padi.
Produksi tanaman pertanian lebih banyak dipengaruhi oleh faktor cuaca dan
iklim. Pertumbuhan dari produksi padi lebih banyak ditentukn oleh aktifitas
fotosintesa tanaman padi yang banyak dipengaruhi oleh liputan awan yang
menaungi tanaman (Kushardono, 2006).

2.3 Hubungan Iklim Dengen Pertanian


Pengaruh iklim terhadap tanaman dapat diamati baik bila letak stasiun
dapat mewakili hubungan alamiah antara iklim dengan tanah, air dan tanaman
di suatu daerah pertanian yang. Tempat yang mempunyai iklim berbeda-beda
dalam jarak pendek karena faktor lingkungan yang bersifat khusus seperti:
rawa, bukit, danau, dan kota, sedapat mungkin tidak dipilih untuk lokasi
stasiun. Beberapa faktor lingkungan khusus yang mempengaruhi perubahan
iklim antara lain: Vegetasi, Tinggi tempat, Distribusi darat-laut, Gunung,
Perlakuan dan aktivitas manusia (Taufik, 2010).
Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan
pengamatan secara terus–menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan
(atmosfer) serta pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek
pertanian lainnya. Taman alat-alat meteorologi umumnya terdapat pada setiap
stasiun meteorologi. Luas taman alat tergantung pada jenis alat-alat yang
dipasang didalamnya. Tempat untuk membangun taman alat-alat disesuaikan
dengan jenis stasiun, agar hasil peramatan cukup representatif, misalnya
taman alat-alat untuk keperluan penerbangan dibangun dekat landasan.
Taman alat-alat meteorologi pertanian dibangun ditempat yang representatif
untuk keperluan pertanian (Gunawan, 2007).

2.4 Alat - Alat Agroklimatologi


Jenis Alat-alat Meteorologi, Ditinjau dari cara pembacaannya, alat-alat
Meteorologi dibagi menjadi dua jenis yaitu bersifat Recording dan Non
Recording. Alat yang bersifat Recording adalah alat yang dapat mencatat data
dengan sendirinya secara terus menerus sejak pemasangan pias hingga

5
penggantian pias berikutnya. Dari data yang diperoleh dapat ditentukan
harga minimum dan harga maximum. Sedangkan alat yang bersifat Non
Recording adalah alat-alat yang harus dibaca pada saat-saat tertentu untuk
memperoleh data (Darsiman, 2006).
A. Aktinograf
Berfungsi untuk mengukur radiasi matahari dalam waktu satu hari,
dipasang pada tempat terbuka diatas pondasi beton setinggi 120 cm. Panas
karena radiasi yang diserap membuat bimetal melengkung. Besarnya
lengkungan sebanding radiasi yang diterima sensor. Lengkungan ini
disampaikan secara mekanis ke jarum penulis di atas pias yang berputar
menurut waktu. Hasil rekaman sehari ini berbentuk grafik. Luas
grafik/integral dari grafik sebanding dengan jumlah radiasi surya yang
ditangkap oleh sensor selama sehari (Hendayana, 2011).
B. Gun Bellani
Fungsi alat ini sama dengan alat aktinograf yaitu untuk mengukur total
radiasi matahari selama satu hari sejak matahari terbit hingga terbenam. Alat
ini tidak secara langsung mengukur radiasi matahari tetapi melalui suatu
proses penguapan zat cair terlebih dahulu. Jumlah zat cair yang diuapkan
berbanding lurus dengan total radiasi matahari yang di terimah (Hendayana,
2011)
C. Campbell Stokes
Berfungsi untuk mengukur lamanya penyinaran matahari. Alat ini berupa
bola kaca masif dengan garis tengah/diameter 10-15 cm, berfungsi sebagai
lensa cembung yang dapat mengumpulkan sinar matahari kesatu titik api
(fokus), dan alat ini dipasang di tempat terbuka diatas pondasi beton dengan
ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. Kemiringan sumbu bola lensa
disesuaikan dengan letak lintang setempat. Posisi alat tidak berubah
sepanjang waktu hanya pemakaian pias dapat diganti-ganti setiap hari
(Hendayana, 2011).
D. Termometer Maksimum
Thermometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh)
didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila

6
suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara
mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, thermometer
ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan
magnet (Hendayana, 2011).
E. Termometer minimum
Thermometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi
suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih
tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum.
Prinsip kerja thermometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah
penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan
menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu meningkat maka
indek akan tetap pada posisi dibawah atau tetap (Hendayana, 2011).
F. Termometer biasa
Mengukur suhu udara sesaat, zat cair yang digunakan adalah air raksa.
Umumnya termometer ini disebut termometer bola kering yang dipasang
berdampingan dengan termometer bola basah. Kedua termometer ini
dipasang dalam keadaan tegak. Semua termometer pengukur suhu udara pada
waktu pengukuran berada di dalam sangkar cuaca. Maksudnya adalah
termometer tidak dipengaruhi radiasi surya langsung maupun radiasi dari
bumi. Kemudian terlindung dari hujan ataupun angin kencang. Warna
sangkar cuaca putih menghindari penyerapan radiasi surya. Panas ini dapat
mempengaruhi pengukuran suhu udara (Hendayana, 2011).
G. Termometer tanah
Prinsipnya sama dengan thermometer air raksa yang lain, hanya
aplikasinya digunakan untuk mengukur suhu tanah dari kedalaman 0, 2, 5,
10, 20, 50 dan 100 cm. Untuk kedalaman 50 dan 100 cm, harus tanam sebuah
tabung silinder untuk menempatkan thermometer agar mudah untuk
melakukan pembacaan. Untuk kedalaman 0-20 cm, cukup dengan
membenamkan bola tempat air raksa sesuai dengan kedalaman yang
diperlukan (Hendayana, 2011).
H. Termohigrograf

7
Menggunakan prinsip dengan sensor rambut untuk mengukur
kelembapan udara dan menggunakan bimetal untuk sensor suhu udara. Kedua
sensor dihubungkan secara mekanis ke jarum penunjuk yang merupakan pena
penulis di atas kertas pias
yang berputar menurut waktu. Alat dapat mencatat suhu dan kelembapan
setiap waktu secara otomatis pada pias. Melalui suatu koreksi dengan
psikrometer kelembapan saat ke saat tertentu (Hendayana, 2011).
I. Psikrometer standar
Alat pengukur kelembapan udara terdiri dari dua termometer bola basah
dan bola kering. Pembasah termometer bola basah harus dijaga agar jangan
sampai kotor. Gantilah kain pembasah bila kotor atau daya airnya telah
berkurang. Dua minggu atau sebulan sekali perlu diganti, tergantung
cepatnya kotor. Musim kemarau pembasah cepat sekali kotor oleh debu. Air
pembasah harus bersih dan jernih. Pakailah air bebas ion atau aquades. Air
banyak mengandung mineral akan mengakibatkan terjadinya endapan garam
pada termometer bola basah dan mengganggu pengukuran. Waktu
pembacaan terlebih dahulu bacalah termometer bola kering kemudian
termometer bola basah. Suhu udara yang ditunjukkan termometer bola kering
lebih mudah berubah daripada termometer bola basah. Semua alat pengukur
kelembapan udara ditaruh dalam sangkar cuaca terlindung dari radiasi surya
langsung atau radiasi bumi serta darihujan (Hendayana, 2011).
J. Penakar Hujan Otomatis Type Hellmann
Alat ini berfungsi untuk mengukur intensitas, jumlah, dan waktu
terjadinya hujan, dipasang dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah
sampai ke corong penakar dan luas penampang corong 200 cm2. Pada alat ini
terdapat sebuah silinder jam sebagai tempat pemasangan pias, sehingga akan
dapat diketahui curah hujan maksimum dan minimum serta waktu terjadinya.
Prinsip kerja alat ini yaitu air hujan masuk melalui corong kemudian akan
terkumpul dalam tabung. Dalam tabung ini terdapat pelampung yang
dihubungkan dengan tangkai pena, sehingga air yang masuk kedalam tabung
akan menekan pelampung, maka pelampung akan naik dan tangkai pena turut
bergerak keatas. Gerakan pena tersebut akan mencatat pada pias yang

8
dipasang pada silinder jam, jika gerakan pena mencapai skala 10 mm pada
pias maka secara otomatis air akan turun melalui pipa siphon dan jatuh
kedalam bejana plastik. Air dalam tabung terkuras habis sehingga tangkai
pena turut bergerak turun sampai pena menunjuk skala nol, jika hujan masih
turun pena akan naik lagi, demikian seterusnya.Waktu pengamatan :
pengamatan dilakukan selama 24 jam dan penggantian piasdilakukan pada
jam 07.00 WIB (Hendayana, 2011)..
K. Penakar Hujan Manual Type Observatorium
Berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan. Alat ini dipasang diatas
tonggak kayu yang dibeton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah
sampai mulut corong penaka r, luas penampang corong yaitu 100 cm2
dengan kapasitas menampung curahhujan ± 5 liter, dan ditengah corong
penakar dipasang kran. Jumlah curah hujan yang tertampung akan dituangkan
melalui kran dan ditakar dengan gelas ukur yang berskala sampai dengan 20
mm. Pengamatan dilakukan jam 07.00 WS dengan membuka kran dan
menampung air hujan dalam gelas penakar kemudian dibaca skala yang
menunjukkan jumlah curah hujan yang terjadi selama 24 jam setelah itu
dilakukan pencatatan (Hendayana, 2011).
L. Open Pan Evaporimeter
Berfungsi untuk mengukur evaporasi/penguapan pada periode waktu
tertentu. Alatini berupa sebuah panci bundar besar terbuat dari besi yang
dilapisi bahan anti karatdengan garistengah/diameter 122cm dan tinggi 25.4
cm.Panci ini ditempatkandiatas tanah berumputpendek dan tanahgundul,
dimana alattersebut diletakkandiatas pondasi terbuatdari kayu yang
bagianatas kayu dicat warnaputih gunanya untukmengurangipenyerapan
radiasi.Tinggi air dari bibir panci ± 5 cm, bila air berkurang harus segera
ditambah agarbesarnya penguapan sesuai.Waktu pengamatan yaitu I, II, III
( Jam 07.30, 13.30, 17.30 WIB) (Hendayana, 2011).

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Klimatologi Pertanian mengenai Pengenalan Peralatan
Agroklimatologi dilaksanakan pada Rabu, 19 Februari 2020 pukul 10.50
sampai dengan 12.30 WIB bertempat di Laboratorium Bioteknologi,
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu
termometer minimum dan maksimum, sling psychometer, termometer biasa
(air raksa dan alkohol), termometer tanah, ombrometer manual, ombrometer
otomatis, lux meter, solari meter, clas a pan evaporimeter, hand anemometer,
alat tulis.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja praktikum ini antara lain :
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dilakukan penjabaran mengenai alat-alat agroklimatologi dan cara
pengguaannya serta fungsinya
3. Diamati peralatan agroklimatologi.
4. Dicatat alat-alat yang digunakan dalam praktikum klimatologi beserta
fungsi dan cara penggunaannya.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Peralatan Agroklimatologi.
No Gambar Nama Alat dan Fungsi
1 Nama alat : Hand Anemometer
Fungsi : Berfungsi untuk mengukur
kecepatan angin dan untuk
mengukur arah.

2 Nama alat : Termometer Biasa


Fungsi : Berfungsi untuk mengukur
suhu badan, digunakan dalam
laboratorium, dan industry.

3 Nama alat : Sling Psychrometer


Fungsi : berfungsi untuk mengukur
kelembaban relatif udara.

4 Nama alat : Termometer Minimum


dan Maksimum
Fungsi : berfungsi untuk mengukur
suhu udara maksimum, sedangkan
thermometer minimum berfungsi
untuk mengukur suhu udara
minimum.

11
5 Nama alat : Solarimeter
Fungsi : Berfungsi untuk
mengukur intensitas radiasi
cahaya matahari sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman pada proses fotosintesis.

6 Nama alat : Ombrometer Manual


Fungsi : Berfungsi untuk mengukur
jumlah curah hujan

7 Nama alat : Lux Meter


Fungsi : Berfungsi untuk mengukur
intensitas cahaya atau tingkat
pencahayaan disuatu tempat

8 Nama alat : Termometer Tanah


Fungsi : Berfungsi untuk engukur
suhu tanah pada kedalaman 5 cm,
10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm.

9 Nama alat : Clas A pan


Evaporimeter
Fungsi : Berfungsi untuk mengukur
evaporasi/penguapan pada periode
waktu tertentu.

12
10 Nama alat : Ombrometer Otomatis
Fungsi : Alat ini berfungsi untuk
mengukur intensitas, jumlah, dan
waktu terjadinya hujan.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengenalan alat - alat
agroklimatologi. Alat - alat ini bertujuan untuk mengukur unsur unsur iklim
agar didapatkan hasil yang menentukan keadaan suatu iklim.
Alat - alat yang digunakan antara lain yaitu hand anemometer,
termometer biasa, sling psychrometer, termometer minimum dan maksimum,
solari meter, ombrometer manual, lux meter, termometer tanah, clas a pan
evaporimeter, ombrometer otomatis.
Dalam agroklimatologi untuk mengetahui suatu iklim di daerah maka
harus digunakan beberapa alat sebgai penunjangnya, alat alat tersebut terbagi
menjadi dua golongan, yaitu alat yang sifatnya recording dan nonrekording,
perbedaan alat ini adalah alat recording dapat mencatat secara otomatis
sedangkan non rekording tidak. Menurut Darsiman (2006) Jenis Alat-alat
Meteorologi, Ditinjau dari cara pembacaannya, alat-alat Meteorologi dibagi
menjadi dua jenis yaitu bersifat Recording dan Non Recording. Alat yang
bersifat Recording adalah alat yang dapat mencatat data dengan sendirinya
secara terus menerus sejak pemasangan pias hingga penggantian pias
berikutnya. Dari data yang diperoleh dapat ditentukan harga minimum dan
harga maximum. Sedangkan alat yang bersifat Non Recording adalah alat-alat
yang harus dibaca pada saat-saat tertentu untuk memperoleh data.
Ada banyak sekali thermometer yang digunakan pada agroklimatologi
sesuai dengan kegunaannya masing - masing seperti thermometer raksa,
thermometer alkohol, thermometer maksimum minmum, thermometer tanah,
dan thermometer ruangan. Thermometer air raksa dan thermometer alkohol
tergolong thermometer biasa dimana thermometer ini dapat mengukur suhu,

13
namun thermometer raksa apat mengukur suhu yang lebih panas sedangkan
thermometer alkohol dapat mengukur suhu yang lebih dingin. Thermometer
raksa disebut juga bola kring dan thermometer alkohol disebut juga bola
basah. Thermometer maksimum minimum bertujuan untuk mengukur suhu
maksimum dan minimum pada suatu tempat, thermometer maksimum
minimum akan ditempatkan dalam keadaan horizontal agar cairan tidak jatuh
kembali kebawah, thermometer maksimum akan terus mengukur peningkatan
suhu, sedangkan thermometer minimum akan terus berada pada suhu
terendah. Thermometer ruangan digunakan untuk mengukur ataupun
mengamati keadaan suhu pada suatu ruangan dimana ia ditempatkan.
Thermometer tanah berfungsi untuk mengukur suhu di kedalaman suatu
tanah, saat melakukan pengukuran dengan thermometer ini, pastikan
dilakukan di tanah yang lapan dan sedikit rumput agar sinar matahari dapat
mengenai tanah. Dan hindarkan termometer tanah ini dari sinar matahari,
karena yang dibutuhkan adalah suhu tanahnya.
Selanjutnya ada sling psychrometer, sling psychrometer merupakan alat
yang tergolong ke da dalam alat pengukur kelembapan udara, alat ini
digunakan untuk mengukur kelembapan suatu udara dengan cara memberi air
pada bagian kain di thermometer atas dan dipotarkan sebanyak 33 kali agar
didapatkan hasil yang sesuai, setelah itu dihitung hasil selisih antara
thermometer atas dan thermometer bawahnya. sangat peka terhadap
kelembapan udara.
Selanjutnya ada hand anemometer, anemometer merupakan alat yang
dapat mencatat nilai minimum dan maksimum serta waktu kejadiannya,
dengan begitu alat ini termasuk kedalam alat jenis recording,dan memiliki
kegunaan untuk mengukur kecepatan udara di suatu tempat
Kemudian ada alat solarimeter dan lux meter. Keduanya ini sangat
behubungan dengan matahari. Luxmeter bertujuan untuk mengukur intensitas
cahaya suatu tempat, sedangkan solarimeter bertujuan untuk mengukur lama
penyinaran di suatu tempat. Solarimeter menggunakan kertas sekali pakai
dimana kertas tersebut akan terbakar selama penyinaran berlangsung.

14
Pastikan juga solarimeter berada menghadap arah yang sesuai agar
pengukuran berjalan dengan semestinya.
Dan yang terakhir ada alat ombrometer biasa, ombrometer otomatis dan
serta clas a pan evaporimeter, ketiga alat ini sama sama untuk mengetahui
akan ketersediaan air bagi tanaman di dalam tanah, namun memiliki cara dan
kegunaan yang berbeda, ombrometer biasa dan ombrometer otomatis
fungsinya sama saja yaitu untuk mengukur intensitas, jumlah, dan waktu
terjadinya hujan namun ombrometer biasa dilakukan dengan cara manual
sedangkan ombrometer dilakukan dengan cara otomatis yaitu kita tinggal
menghubungkannya dengan aliran listrik dan ombrometer ini akan bekerja
sesuai fungsinya kemudia kita akan mendapatkan datanya secara langsung,
berbeda dengan alat clas a pan evaporimeter alat ini digunakan untuk
mengukur evaporasi/penguapan pada periode waktu tertentu, dengan adanya
alat ini kita bisa tau seberapa banyak air yang ada di tanah untuk tanaman
terbuang, dengan begitu kita dapat mudah untuk menyediakan kembali dari
kekurangan tersebut.

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, kami mendapatkan
bahwa ada banyak sekali peralatan agroklimat dan masing masing memiliki
ketentuan yang berbeda untuk menggunakannya. Beberapa juga memiliki
kelebihan tertentu jika dilihat dari kondisi lapangan. Selain itu peralatan
agroklimat hanya mengukur salah satu atau beberapa unsur dari iklim, karena
iklim memerlukan data yang banyak dan lama.

5.2 Saran
Pada praktikum kali ini, saran yang bisa diberikan adalah pastikan saat
memindahkan alat alat dilakukan dengan hati hati karena banyak sekali
barang barang yang terbuat dari kaca, pastikan juga praktikan mendengarkan
hal yang disampaikan oleh asisten laboratorium agar praktikan tidak salah
menggunakan nantinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Darsiman, B,.Sutrisno., Mukri Siregar., Nazaruddin Hisyam. 2006. Analisis


pengaruh curah hujan di Kota Medan.Jurnal Sains Matematika. Vol.1 No.5
Hal.459-468.
Kushardono, Donny. 2006. Analisis Perubahan Cuaca pada areal persawahan di
pulau jawa dan pengaruhnya terhadap produktivitas padi. Vol.14 No.1-2
Hal.3
Gunawan Nawawi, Ir., MS 2007. Pengantar Klimatologi Pertanian. Jakarta :
Dinas Pendidikan.
Hendayana, putri. 2011. Penerapan fuzz inference system pada prediksi curah
hujan di Surabaya Utara. Jurnal Sains dan Seni ITS. No.1 Vol.1 Hal.23-28.
Kurnia, Rendy. 2010. Identifikasi Kenyamanan Termal Bangunan (Studi Kasus:
Ruang Kuliah Kampus IPB Baranangsiang dan Darmaga Bogor). Vol.24
No.1 Hal.14- 22.
Nurmala. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Bandung: Graha Pustaka.
Nurmala. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Bandung : Graha Pustaka.
Sabaruddin, Laode.  2014. Agroklimatologi Aspek-aspek Klimatik untuk Sistem  
Budidaya Tanaman.  Bandung : Alfa Beta.
Taufik, Muhammad. 2010. Analisis Tren Iklim dan Ketersediaan Air Tanah di
Palembang, Sumatra Selatan: Vol.24 No.1 Hal.42-49.

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai