Anda di halaman 1dari 12

POTENSI PENYEBARAN IKAN SIDAT (Anguila bicolor) PADA

PERAIRAN SUNGAI KECAMATAN SIPORA SELATAN,


MENTAWAI

YOBEL RIVI DASASIUS SAOGO

1610018112024

PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan sidat, Anguilla spp merupakan ikan yang penyebarannya sangat luas yakni di
daerah tropis dan sub tropis sehingga dikenal adanya sidat tropis dan sidat sub
tropis. Ikan sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan dari ordo Anguilliformes yang
tergolong dalam ikan katadromus. Ikan katadromus yaitu ikan yang bermigrasi
diantara perairan tawar dan perairan laut. Ikan sidat memijah di laut, menghasilkan
larva (leptocephalus), dan terbawa oleh turbulensi arus ke arah tepi laut.
Leptocephalus berkembang menjadi glass eels yang mulai memiliki perubahan
pigmen tubuh, kemudian berkembang menjadi elvers dan mulai memasuki daerah
sungai atau estuari. Elvers berkembang menjadi yellow eels. Selama pematangan,
ikan sidat berkembang menjadi silver eels dan kembali ke laut untuk memijah dan
mati (Tesch et al., 2003).

Ikan sidat merupakan salah satu komoditi hasil perikanan yang memiliki nilai
ekonomis penting dengan peluang pasar yang terbuka (terutama tujuan ekspor),
sehingga dari tahun ke tahun tingkat pemanfaatannya cenderung semakin
meningkat (Widyasari, 2013). Ikan sidat tersebar di daerah tropis maupun sub tropis.
Terdapat 22 spesies/ subspesies ikan sidat yang ditemukan di dunia dan sembilan
spesies/subspesies terdapat di Indonesia, yaitu Anguilla bicolor bicolor, A. nebulosa
nebulosa, A. Bicolor pacifica, A. interioris, A. borneensis, A. Celebesensis, A.
marmorata, A. obseura, dan A. megastoma (Sugeha and Suharti, 2008).

Kebutuhan ikan sidat baik yang ukuran dewasa (silver eel) maupun yang masih larva
(yellow eel/glass eel) untuk memenuhi kebutuhan konsumen luar negeri masih
cukup besar,tetutama negara Jepang hingga mencapai 100.000 ton/tahun (Restu,
2006).

Mentawai terdiri dari empat pulau sebagai daerah penyebaran ikan sidat yaitu pulau
sikakap, sipora,siberut,dan sikabaluan. Dengan demikian, Kabupaten Kepulauan
Mentawai khususnya pulau Sipora merupakan daerah penyebaran ikan sidat, yang
saat ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal.

1.2. Tujuan

1. Untuk mengidentifikasi potensi sidat ditinjau dari sebaran tangkapan.

2. Mengidentifikasi kepastian taksonomi (taxonomy certainty) terhadap suatu


spesies dalam menentukan pengelolaan suatu sumber daya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Sidat (Anguilla bicolor)

Ikan sidat (Anguilla bicolor) merupakan salah satu ikan budidaya yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Sidat memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan energi ikan
sidat mencapai 270 kkal/100 g, Kandungan vitamin A sidat mencapai 4700 IU/100 g
(Baedah 2010).
Ikan sidat termasuk dalam genus Anguilla, famili Anguillidae, seluruhnya berjumlah
19 spesies di wilayah Pasifik Barat (sekitar perairan Indonesia) dikenal ada tujuh
spesies ikan sidat yaitu : Anguilla celebensis dan Anguilla borneensis, yang
merupakan jenis endemik di perairan sekitar pulau Kalimantan dan
Sulawesi, Anguilla interioris dan Anguilla obscura yang berada di perairan sebelah
utara Pulau Papua, Anguilla bicolor pasifica yang dijumpai di perairan Indonesia
bagian utara (Samudra Pasifik), Anguilla bicolor yang berada di sekitar Samudra
Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa),
sedangkan Anguilla marmorata merupakan jenis yang memiliki sebaran sangat luas
di seluruh perairan tropis. Ikan sidat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Ikan Sidat (Anguilla bicolor), termasuk famili Anguillidae, ordo Apodes. Di Indonesia
diperkirakan paling sedikit terdapat 5 (lima) jenis Ikan Sidat, yaitu : Anguilla
encentralis, A. bicolor bicolor, A. borneonsis, A. Bicolor Pacifica, dan A.Celebensis
(Anonymous, 2010).

2.2. Morfologi Ikan Sidat

Bentuk tubuh ikan sidat menyerupai ular, panjang dapat mencapai 50-125 cm, sirip
punggung dan sirip dubur menyatu dengan sirip ekor, sisik sangat kecil yang terletak
di dalam kulit, kepala lebih panjang dibandingkan jarak antara sirip punggung
dengan anal. Sidat mempunyai sifat katadromus yaitu masa menjelang dewasa ikan
sidat hidup di air tawar kemudian bermigrasi untuk bertelur atau berkembang biak di
air laut. Ikan ini toleran terhadap salinitas, temperatur dan tekanan yang berbeda-
beda (Mutiarasani, 2007).
Helfman et al., (1997) mengatakan bahwa ikan sidat jantan tumbuh tidak lebih dari
44 cm dan matang gonad setelah berumur 310 tahun. Anguilla sp tergolong
gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yaitu kondisi seksual berganda yang
keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi intersex yang spontan (Effendi, 2000).
Secara fisik, sidat mirip belut. Bedanya, sidat bertubuh seperti pipa. Di dekat kepala
ada sejenis telinga, dan ada sirip pada bagian atas tubuhnya. Keunikan lain, sidat
dapat menentukan jenis kelamin sesuai kondisi lingkungan. Sebelum berwarna
keperakan di saat dewasa, sidat melalui fase transparan (ketika memasuki perairan
tawar) dan berubah menjadi kuning. Umumnya, ketika sidat dalam fase kuning itulah
banyak terjerat pancing. Sidat sering tertangkap di saluran-saluran air, anak sungai,
sungai, dan danau (Anonymous, 2010).

2.3. Faktor Lingkungan yang Berpengaruh

Ikan sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu 12 °C, sidat mengalami peurunan
nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12 °C. Salinitas yang bisa ditoleransi
berkisar 0-35 ppm. Sidat mempunyai kemampuan mengambil oksigen langsung dari
udara dan mampu bernapas melalui kulit diseluruh tubuhnya (Liviawaty dan Afrianto,
1998).

Menurut Tmuddi (2009) Lingkungan perairan yang dikehendaki untuk budidaya ikan
sidat adalah ebagi berikut:

a. Suhu

Pada pemeliharaan benih Ikan Sidat lokal, Anguila bicolor bicolor, suhu terbaik untuk
memacu pertumbuhan adalah 29°C.

b. Salinitas

Pada pemeliharaan Ikan Sidat lokal, Anguila bicolor (elver), salinitas yang dapat
memberikan pertumbuhan yang baik adalah 6 – 7 ppt.
c. Oksigen Terlarut

Kandungan oksigen minimal yang dapat ditolelir oleh Ikan Sidat berkisar antara 0,5 –
2,5 ppm.

d. pH

pH optimal untuk pertumbuhan Ikan Sidat adalah 7 – 8.

e. Amonia (NH3- N) dan Nitrit (NO2-N)

Pada konsentrasi amonia 20 ppm sebagian Ikan Sidat yang dipelihara mengalami
methemoglobinemie dan pada konsentrasi 30 – 40 ppm seluruh Ikan Sidat
mengalami methemoglobinemie.

2.4. Tingkah Laku Ikan

Ikan sidat betina lebih menyukai perairan esturia, danau dan sungai-sungai besar
yang produktif, sedangkan ikan sidat jantan menghuni perairan berarus deras
dengan produktifitas perairan yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan produktifitas suatu perairan dapat mempengaruhi distribusi jenis kelamin
dan rasio kelamin ikan sidat. Perubahan produktifitas juga sering dihubungkan
dengan perubahan pertumbuhan dan fekunditas pada ikan (EIFAC/ICES, 2000).

2.5. Ruaya

Perubahan iklim telah mengubah pola migrasi ikan sidat di perairan laut Kepulauan
Indonesia. Jika biasanya ikan ini hanya bisa dilihat di laut selama setengah tahun,
namun saat ini belut laut ini muncul sepanjang tahun (Malik, 2007).
Ruaya anadromus larva Sidat (elver) berhubungan dengan musim. Diperkirakan
ruaya larva Ikan Sidat dimulai pada awal musim hujan, akan tetapi pada musim
tersebut faktor arus sungai dan keadaan bulan sangat mempengaruhi intensitas
ruayanya. Ruaya anadromus larva Sidat (elver) berhubungan dengan musim.
Diperkirakan ruaya larva Ikan Sidat dimulai pada awal musim hujan, akan tetapi
pada musim tersebut faktor arus sungai dan keadaan bulan sangat mempengaruhi
intensitas ruayanya (Anonymous, 2010).

Ikan Sidat tumbuh di perairan tawar (sungai dan danau) hingga mencapai dewasa,
setelah itu Ikan Sidat dewasa beruaya ke laut dalam untuk melakukan reproduksi.
Larva hasil pemijahan akan berkembang, dan secara berangsur-angsur terbawa
arus ke perairan pantai. Ikan Sidat yang telah mencapai stadia elver (glass eel) akan
beruaya dari perairan laut ke perairan tawar melalui muara sungai.
Menurut Yulia dalam Malik (2007), ada yang berubah dari pola migrasi sidat.
Temuan lain yang di dapatkan bersama tim peneliti adalah pola migrasi yang tidak
sama antara Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Penelitian yang dilakukan
secara serentak di tiga wilayah tersebut dengan melibatkan banyak anggota tim
peneliti menemukan bahwa musim kemarau merupakan puncak kelimpahan sidat di
Indonesia bagian tengah yakni pada bulan April - Oktober. Namun kebalikannya,
justru Indonesia bagian barat dan timur kelimpahannya rendah saat musim
kemarau. Mempelajari pola karakter hidup ikan sidat memang unik. Ikan ini bisa
hidup di air tawar maupun asin, dipercaya inilah yang menyebabkan metabolisme
dan daya tahan tubuh ikan ini menjadi tinggi sehingga kandungan nutrisinya pun
tinggi. Ikan sidat dewasa akan bereproduksi di laut. Sementara jutaan anak-anak
ikan ini akan bermigrasi mencari muara dan menuju air tawar dan tinggal di sana
selama bertahun-tahun. Setelah dewasa sidat akan kembali mencari laut untuk
bereproduksi begitu terus siklusnya. Ini terbalik dari ikan salmon yang justru mencari
air tawar untuk melakukan reproduksi, dan anak-anaknya yang akan bermigrasi
mencari laut (Maliki, 2007).

Kedatangan juvenil sidat di estuaria dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan,


terutama salinitas, debit air sungai, „odeur‟ air tawar dan suhu. Elver yang sedang
beruaya anadromous menunjukkan kadar thyroid hyperaktif yang tinggi, sehingga
bersifat reotropis (ruaya melawan arus). Elver juga bersifat haphobi (menghindari
massa air bersalinitas tinggi) sehingga memungkinkan ruaya melawan arus ke arah
datangnya air tawar (Budimawan, 2003).
2.6. Spawning

Ikan Sidat tumbuh di perairan tawar (sungai dan danau) hingga mencapai dewasa,
setelah itu Ikan Sidat dewasa beruaya ke laut dalam untuk melakukan reproduksi.
Larva hasil pemijahan akan berkembang, dan secara berangsur-angsur terbawa
arus ke perairan pantai. Ikan Sidat yang telah mencapai stadia elver (glass eel) akan
beruaya dari perairan laut ke perairan tawar melalui muara sungai (Anonimous,
2010). Ikan sidat dapat menentukan jenis kelamin sesuai kondisi lingkungan.
Sebelum berwarna keperakan di saat dewasa, sidat melalui fase transparan (ketika
memasuki perairan tawar) dan berubah menjadi kuning. Siklus hidup sidat berbalik
dengan ikan salmon. Sidat dewasa (bisa berusia belasan tahun) memijah di laut
berkedalaman 200-1.000 meter, sebelum kemudian bertumbuh dewasa mencari
perairan tawar. Adapun salmon memijah di hulu sungai kemudian dewasa di laut.
Keduanya akan mati setelah bertelur (Anonymous, 2010)

Waktu berpijah sidat di perairan Samudra Hindia berlangsung sepanjang tahun


dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Desember untuk Anguilla
bicolor bicolor, Oktober untuk Anguilla armorata, dan Mei untuk Anguilla
nebulosa (Setiawan et al., 2003). Di perairan Segara Anakan, Anguilla bicolor dapat
ditemukan pada bulan September dan Oktober, dengan kelimpahan tertinggi pada
bulan September (Setijanto et al., 2003).

Ikan sidat termasuk dalam kategori ikan katadromus, ikan sidat dewasa akan
melakukan migrasi kelaut untuk melakukan pemijahan, sedangkan anakan ikan sidat
hasil pemijahan akan kembali lagi ke perairan tawar hingga mencapai dewasa
(Irawan, 2008).

2.7. Stadia Perkembangan Ikan Sidat

Stadia perkembangan ikan sidat baik tropik maupun subtropik (temperate)


umumnya sama, yaitu stadia leptochephalus, stadia metamorphosis, stadia glass
eel atau elver, yellow eel dan silver eel (sidat dewasa atau matang gonad). Setelah
tumbuh dan berkembang di perairan tawar, sidat dewasa (yellow eel) akan berubah
menjadi silver eel (sidat matang gonad), dan selanjutnya akan bermigrasi ke laut
untuk berpijah. Lokasi pemijahan sidat tropis diduga berada di perairan Samudra
Indonesia, tepatnya di perairan barat pulau Sumatera (Setiawan et al.,2003).
Juvenil ikan sidat hidup selama beberapa tahun di sungai-sungai dan danau untuk
melengkapi siklus reproduksinya (Helfman et al., 1997). Selama melakukan ruaya
pemijahan, induk sidat mengalami percepatan pematangan gonad dari tekanan
hidrostatik air laut, kematangan gonad maksimal dicapai pada saat induk mencapai
daerah pemijahan. Proses pemijahan berlangsung pada kedalaman 400 m, induk
sidat mati setelah proses pemijahan (Elie, 1979).

2.8. Hubungan Ikan dengan Lingkungan

Aktivitas sidat akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah elver yang
tertangkap pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada siang hari
(Setijanto et al., 2003). Hasil penelitian Sriati (2003) di di muara sungai Cimandiri
menunjukkan bahwa elver cenderung memilih habitat yang memiliki salinitas rendah
dengan turbiditas tinggi. Salinitas dan turbiditas merupakan parameter yang paling
berpengaruh terhadap kelimpahan. Kelimpahan elver yang paling tinggi terjadi pada
saat bulan gelap (Musida, 2009).

Ikan sidat betina lebih menyukai perairan esturia, danau dan sungai-sungai besar
yang produktif, sedangkan ikan sidat jantan menghuni perairan berarus deras
dengan produktifitas perairan yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan produktifitas suatu perairan dapat mempengaruhi distribusi jenis kelamin
dan rasio kelamin ikan sidat. Perubahan produktifitas juga sering dihubungkan
dengan perubahan pertumbuhan dan fekunditas pada ikan (EIFAC/ICES, 2000).
Maliki (2007) menyatakan bahwa Selama awal bulan, belut laut ini tampak lebih
melimpah saat laut pasang ketimbang saat surut. Dari hasil penelitian ini
menemukan bahwa ikan sidat akan menjadi melimpah saat awal bulan dan saat laut
pasang. Perubahan iklim mempengaruhi pergerakan ruaya ikan sidat.
2.9. Daerah Penangkapan dan Penyebaran

Di Indonesia, ikan sidat banyak ditemukan di daerah-daerah yang berbatasan


dengan laut dalam seperti pantai selatan Pulau Jawa, pantai barat Sumatera, pantai
timur Kalimantan, pantai Sulawesi, pantai kepulauan Maluku dan Irian Barat (Affandi,
2008). Wilayah penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan Hindia.
Menurut Yulia dalam Tmhudd (2009), memang ada yang berubah dari pola migrasi
sidat. Temuan lain yang dia dapatkan bersama tim peneliti adalah pola migrasi yang
tidak sama antara Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.
Selama tiga tahun penelitian celebesensis merupakan spesies paling melimpah
dengan angka 73,5 persen, 79,5 persen, dan 81,9 persen. Marmorata merupakan
spesies dengan kelimpahan nomor dua dengang persentase 23,8 persen, 18,8
persen, dan 17,7 persen. Sedangan bicolor pasifika hanya 2,7 persen, 1,7 persen,
dan 0,3 persen. Selama awal bulan, belut laut ini tampak lebih melimpah saat laut
pasang ketimbang saat surut. Dari hasil penelitian ini menemukan bahwa ikan sidat
akan menjadi melimpah saat awal bulan dan saat laut pasang.
BAB III
METODA

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Juli – November 2018. Sungai yang dipilih adalah
berdasarkan informasi masyarakat terdapat hasil tangkapan sidat. Sungai yang
disampling pada penelitian adalah perairan Sungai Matobe dan aliran DAS
Saureinu, tersaji dalam Gambar 1. Materi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampel sidat (Anguilla sp) yang tertangkap, sampel air sungai di lokasi titik
pengamatan.

3.2. Pengambilan Sampel

Sampling di setiap sungai dilakukan pada malam hari saat fase bulan gelap tanggal
28 kalender lunar. Alat yang digunakan adalah anco berukuran 2 x 2 m dengan
ukuran mata jaring 1 mm dan bubu yang terbuat dari pipa pralon dengan panjang 30
cm, diameter 10 cm dan ukuran mata jaring 1 mm.
Penangkapan sidat dilakukan bersama nelayan lokal setempat dengan pemasangan
anco pada pukul 19.00 hingga 23.00 WIB untuk lokasi Sungai besar Jali (jarak 7,5
km dari muara), sedangkan pemasangan bubu pada pukul 18.00 dan diangkat pada
keesokan hari pukul 05.00 untuk lokasi hulu aliran DAS Jali yaitu Sungai Wasiat dan
Sungai Pantai Jatimalang.
Pengukuran parameter fisika kimia perairan dilakukan bersamaan dengan waktu
sampling larva sidat, yakni meliputi suhu air, salinitas, pH air, oksigen terlarut.
Sampel air diambil untuk analisa nitrat dan fosfat.

Analisis Data Penelitian

Data yang dikoleksi tentang sidat adalah jenis, kelimpahan, ukuran. Kelimpahan
sidat dihitung berdasarkan jumlah individu sidat yang tertangkap. Data faktor
lingkungan, jumlah tangkapan, jenis, ukuran panjang berat, ruaya glass eel dianalisis
menurut lokasi keberadaan sidat secara deskriptif untuk mengetahui penyebaran
ikan sidat di Sungai Jali.

Anda mungkin juga menyukai