Anda di halaman 1dari 46

Oseanografi Perikanan

Disusun Oleh:

Fahri Rahmalia 26050120130037


Nabila Zahra Dezani 26050119140145
Siti Munawaroh 26050119130053
Rena Sagita 26050119140149
Rhieni Rahma Aulia 26050119120028
Nia Oktaviani 26050119130047
Aqshal Alfatih Rizqi 26050119140136
Wadiya Aprilianti26050118140094
Nama Species : Caesio cuning
Nama Indonesia : Ikan Ekor Kuning
Nama International : Yellow and blueback fiusilier

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub-phylum : Vertebrata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Caesionidae
Genus : Caesio
Species : Caesio cuning
Temperatur/Suhu
Habitat ikan ekor kuning adalah di perairan pantai karang, perairan karang
dengan suhu perairan lebih dari 20oC.

Salinitas
Menurut Zamani et al.,(2011), ikan ekor kuning memiliki toleransi
terhadap salinitas pada rentang 30-33 0/00.

Kedalaman
Mеnurut Allen et al. (2007), ikan ekor kuning bіаѕаnуа membentuk
scooling уаng besar dan dараt ditemui dі kedalaman 1 - 60 meter.
Pelagik/Demersal
Menurut Nggajo et al. (2009), ikan ekor kuning termasuk kedalam ikan
pelagis besar.

Ekosistem tempat hidup


Habitat ikan ekor kuning adalah di perairan pantai karang.

Migrasi/Non Migrasi
Ikan ekor kuning pada umumnya hidup menetap atau relatif tidak berpindah
dari habitat asalnya dan jarang berkeliaran jauh dari sumber makanan dan
tempat berlindungnya (Romimohtarto dan Juwana 2005).
Tempat pemijahan
Menurut Zamani et al. (2011), ikan ekor kuning memijah pada daerah
perairan yang terdapat terumbu karang.

Makanan
Menurut Isnaini (2008) ikan Caesio cuning muda makanannya adalah
copepoda, sedangkan untuk ikan dewasa memakan ubur-ubur, larva dan
jenis ikan kecil.

Waktu Musim Ikan


Menurut Prihatiningsih et al. (2018), musim puncak penangkapan ikan
ekor kuning terjadi pada bulan Februari sampai April
Umur
Menurut Sari et al, (2019), ikan ekor kuning biasanya memiliki
umur hingga 2 tahun dengan panjang 200 – 290 mm.

Fototaxis
Menurut Ta’alidin, (2004) ikan ekor kuning memiliki fototaxis
negatif, yang dibuktikan dari hasil frekuensi yang rendah
dengan penangkapan menggunakan cahaya.

Distribusi
Ikan Ekor Kuning (Caesionidae) lebih memilih tinggal perairan
hangat dі wilayah Indo-Pasifik tropis. Dі Indonesia sendiri ikan
іnі banyak ditemui dі Kepulauan Maluku.
Nama Species : Arius thalassinus
Nama Indonesia : Ikan Manyung
Nama International : Ariid catfish

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Ostariophysis
Famili : Ariidae
Genus : Arius
Spesies : Arius thalassinus

Burhanuddin et. al, (1987)


Karakteristik Lingkungan

Ikan manyung biasa hidup di estuari dan laut. Kebanyakan


dari ikan ini hidup di dua habitat, yaitu di air tawar dan
kemudian pindah saat pemijahan di perairan estuari. Kondisi
salinitas yang optimal untuk habitat ikan manyung sekitar
0,5-30 ppm. Di Indonesia sendiri, ikan Manyung banyak
ditemukan hampir di seluruh perairan pantai Indonesia,
terutama pada pantai yang memiliki muara sungai atau
dikenal dengan estuari. Selain itu, ikan manyung selalu
berada pada dasar perairan muara sungai menuju laut pada
kedalaman 20-100 meter (Affandi et al., 1992).
Makanan dan Ukuran Tubuh Ikan Manyung
Ukuran tubuh ikan Manyung mencapai 250-7000 mm dengan panjang
1500 mm. Berat ikan manyung sendiri berkisar antara 190-4500 gram
dengan panjang 195-580 mm, dan memiliki berat antara 553-5000 gram
pada panjang 20-600 mm. Berdasarkan jenis makanannya, isi lambung
ikan Manyung 63,79 % terdiri dari sejenis ikan, kepiting, udang, cumi,
bintang laut dan sand dollar dimana organisme tersebut adalah hewan
bentos, sisanya 36,20 % adalah organisme yang sudah hancur (UN). Ikan
Manyung lebih sering memangsa organisme ikan dan kepiting karena
jumlahnya dominan dari pada organisme lain. Ikan manyung (Arius
thalassinus) dapat digolongkan sebagai ikan demersal dan bersifat
omnivora yang cenderung karnivora (Prayoga et al., 2013).
Manyung Utik (Arius thalasinus)

Umumnya manyung utik tidak bersisik dan memiliki bentuk kepala yang
depressed (pipih secara lateral). Warna tubuh abu kecoklatan (dorsal) dan
putih (ventral). Mulut pada ikan ini terletak didekat ujung kepala
(subterminal). Pada bagian ujung sirip berwarna kehitaman dan memiliki 3
pasang sungut. Bentuk ekor pada ikan ini forked. Pada bagian dalam mulut
terdapat langit-langit yang bergerigi. Gigi pada jenis ini berbentuk seperti
bulu yang merujung dan tajam (Marbun et al., 2017)
Manyung Pidada (Arius maculatus)

Warna tubuh ikan Manyung Pidada lebih dominan putih keabu-abuan.


Bagian perut pada ikan ini agak menggembung dibandingkan manyung
utik yang memiliki bagian perut lebih datar. Pada bagian ujung siripnya
berwarna kehitaman. Dilihat dari segi ukuran tubuh manyung pidada
berukuran lebih kecil dibanding manyung utik. Gigi pada ikan ini terdapat
pada langit-langit berbentuk seperti butir (Marbun et al., 2017)
Habitat Ikan Manyung / (Arius thalassinus)

Selat Malaka, perairan Timur


Sumatera, Barat Kalimantan Perairan Utara Sulawesi

Perairan Barat Sumatera


Laut Maluku dan Irian

Perairan Utara Jawa, Bali, Selatan


Perairan Selatan Jawa Kalimantan, Selatan Sulawesi, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur
Nama Species : Selaroides leptolepis
Nama Indonesia : Ikan Selar
Nama International : Trevallies

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub-phylum : Vertebrata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Selaroides
Species : Selaroides leptolepis
Temperatur/Suhu
Secara umum suhu antara 27 – 30 dan merupakan kisaran suhu yang
optimal bagi pertumbuhan ikan tropis (termasuk ikan selar) (Syakila,
2009).

Salinitas
Selar kuning, Selaroides leptolepis (Carangidae) hidup bergerombol di
perairan dengan kadar garam tinggi dengan salinitas 29-40‰ (White et
al., 2013).

Kedalaman
Ikan selar umumnya ditemukan pada kedalaman kurang dari 50 m. Di
Australia, selar kuning menghuni paparan benua yang dangkal hingga
kedalaman 50 m, sementara di Malaysia tercatat hingga kedalaman 70 m,
meskipun paling sering pada kedalaman 40-60 m (White et al., 2013).
Pelagik/Demersal
Ikan selar merupakan ikan pelagis dan termasuk ikan karnivora (Kimura,
2011).

Ekosistem tempat hidup


Ikan selar umumnya ditemukan tidak jauh dari pantai, berenang dalam
gerombolan besar di atas dasar laut yang berlumpur (White et al., 2013).

Migrasi/Non Migrasi
Gerombolan ikan-ikan selar diketahui beruaya (migrasi) secara lokal di
Taiwan, ke dekat-dekat pantai di musim panas dan kembali ke bagian laut
yang lebih dalam di musim sebaliknya (Yazhi, 1982).

Umur
Menurut Febrianti et al., (2011) umur maksimum ikan selar biasanya berada
di sekitar 60 bulan, jika dibawah 19 bulan maka ikan selar dapat dikatakan
muda.
Tempat pemijahan
Ikan selar melakukan pemijahan secara bertahap sehingga tipe
pemijahannya bersifat “partial spawner”. Tipe “Partial Spawner” atau
“Multiple Spawner” yaitu ikan yang berpijah di sungai dikaitkan dengan
fluktuasi tingginya permukaan air akibat hujan atau banjir. Ikan selar
melakukan pemijahan dua kali dalam setahun pada bulan Maret hingga
Mei. Keadaan ini dapat diketahui dari kondisi telur yang tidak matang
bersamaan dan ukuran diameter telurnya yang berbeda. Telur-telurnya
bersifat pelagis, dan ditemukan baik di perairan pantai maupun di sekitar
estuari (Hestiani et al., 2019)

Makanan
Menurut Kimura (2011), Makanan utama ikan selar berupa plankton
berukuran besar dan invertebrata bentik, pada saat masih muda ikan
selar biasanya memakan crustacean namun ikan selar dewasa bersifat
predator bagi larva ikan dan juvenile ikan.
Waktu Musim Ikan
Musim berpijah ikan ini berlangsung hampir sepanjang tahun, antara Juli-
Maret, dengan dua puncak, yaitu antara bulan-bulan Juli-Oktober dan
Januari-April. Ikan selar termasuk golongan ikan berkelompok sehingga
mudah ditangkap dalam jumlah yang banyak. Musim penangkapan ikan
selar kuning terjadi sepanjang tahun sehingga keberadaan ikan selar
kuning hampir selalu ada setiap harinya di PPP (Pangkalan Pendaratan
Ikan) (Sharfina et al., 2014).

Fototaxis
Menurut Susanto et al. (2018), Berdasarkan percobaan tentang
preferensi ikan selar terhadap cahaya LED hijau dan putih menunjukkan
adanya perbedaan antara zona terang dan zona redup. Ikan selar
merupakan ikan fototaksis positif yang bereaksi dengan mendekati
sumber cahaya pada seluruh intensitas dan warna yang diberikan.
Distribusi
Ikan ini tersebar di semua perairan daerah tropis dan lautan
indo-pasifik. Ikan selar lebih banyak ditangkap pada perairan
Indonesia Timur dibandingkan perairan Indonesia Barat, yaitu
perairan Sumatera (Tarusan, Padang, Tiku, Pariaman, dan
Sibolga), Pulau Nias, Pulau Weh, Singapura, Bali, Jawa,
Sumbawa, Lombok, Sulawesi, dan Laut Banda. Di perairan
Indonesia ikan selar tersebar sebanyak 30 jenis Dari puluhan
jenis ikan selar Ikan bentong tersebar di perairan pantai
seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang
pantai Laut Cina Selatan, Philippina, perairan tropis Australia
(Syarfina et al., 2014).
Nama Species : Caranx Melampygus
Nama Indonesia : Ikan Kuwe Biru
Nama International : blufin trevally

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Klas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Perciodei
Superfamili : Percoidea
Famili : Carangidae
Genus : Caranx
Spesies : Caranx Melampygus
Morfologi
Ikan kuwe berbentuk oval dan pipih. Warna tubuhnya bervariasi, yaitu biru
bagian atas dan perak hingga keputih-putihan di bagian bawah. Tubuh
ditutupi sisik halus berbentuk sikloid. Sisiknya kecil dengan gurat sisi yang
bercabang. Di bagian dada sisiknya berkurang atau tidak ada. Terdapat tiga
duri, dua yang pertama terpisah dari sirip yang diam. Sirip ekornya
berjagak (Tinglioy et al., 2020).
 
Karakteristik Lingkungan
Ikan kuwe seringkali ditemukan pada perairan payau, terumbu karang dan
perairan lepas pantai sampai kedalaman 350 m. Namun kadang ada yang
memasuki sungai-sungai (John dan Lythgoe, 1992).

Ekosistem
Seluruh perairan tropis dan subtropis.
Umur dan ukuran
Ikan kuwe pertumbuhannya relatif cepat, umur juvenil bisa mencapai 30-35
hari, dan juga mencapai ukuran panjang 23.9-26.6 cm pada bobot 282.2- 383.9
g, dapat dipelihara selama 7- 9.5 bulan untuk ukuran konsumsi. Rata-rata usia
ikan kuwe jenis C. ignobilis adalah 31 tahun sedangakan untuk C. melampygus
adalah 24 tahun. Ukuran betina pada saat dewasa secara signifikan lebih besar
daripada jantan untuk C. ignobilis dan C. melampygus. Ukuran dan usia saat
jatuh tempo untuk C. ignobilis adalah 594 mm dan 4,4 tahun untuk betina, dan
465 mm dan 2,8 tahun untuk jantan. Ukuran dan usia saat jatuh tempo untuk
C. melampygus adalah 372 mm dan 4,1 tahun untuk betina, dan 329 mm dan
2,9 tahun untuk jantan (Alit, 2013). Kemudian untuk Ukuran dari Caranx
papuaensis juga bervariasi dari ukuran terkecil 7,6 cm dan ukuran terbesar
17,6 cm. Panjang maksimum yang dapat dicapai Caranx papuaensis yaitu 88
cm dan berat maksimum 6,4 kg. Sedangkan Caranx sexfaciatus ukuran panjang
yaitu 6,9-7,6 cm, panjang maksimum yang dapat dicapai Caranx sexfaciatus
120 cm, panjang saat pertama kali matang gonad 42 cm dan berat maksimum
18 kg (Maherung et al., 2018).
Makanan
Pada ikan genus Caranx, bentuk gigi canine pada rahang atas dan bawah
menjadi ciri khas kelompok ikan karnivora. Adapun pakan utamanya
adalah ikan dan krustasea berukuran kecil. Ikan ini juga efisien
memanfaatkan pakan serta mampu hidup dalam kondisi yang cukup padat
serta memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
jenis ikan laut lainnya (Maherung et al., 2018).

Habitat
Habitat tergantung dari spesiesnya, habitat dari ikan Kuwe sangat
beragam, dari pantai sampai laut lepas (oseanik) dan dari yang bersifat
pelagis sampai mendekati dasar (demersal). Caranx dan Gnathanodon
sangat khas sebagai penghuni terumbu karang (reef associated). Hampir
semua ikan Kuwe mempunyai sifat bergerombol (schooling) dan bersifat
carnivor. Ikan Kuwe hidup di perairan dangkal, terumbu karang,
membentuk gerombolan kecil. penyebaran; sepanjang pantai dangkal,
perairan karang Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai
Laut Cina Selatan, Philipinna (Myers, 1991).
Ikan Kuwe Biru (Caranx Melampygus)

Nama lain jenis ikan kuwe biru yaitu puka putih, daya yupah, lawakan biru,
bubara, atau blufin trevally mempunyai badan memanjang, lonjong dan
gepeng sekali. Lengkung dada bagian atas lebih cembung daripada bagian
bawah. Maxilla bagian belakang tidak sampai di pertengahan mata. Pada
ikan dewasa, rahang atas dengan gigi seperti taring kuat. Kuwe biru dapat
tumbuh sampai mencapai 100 cm, tetapi umumnya berkisar 30-60 cm. Ikan
ini suka hidup di daerah karang (Tinglioy et al., 2020).
Ikan Kuwe Putih (Caranx Sexciatusi)

Nama lain jenis ikan kuwe putih yaitu kuweh, tankolok, lawakan bulang,
bubara putih, tarkulu, mempunyai badan memanjang dan pipih. Lengkung
bagian atas cembung, bagian bawah agak cembung. Ujung belakang
maxilla sampai bagian belakang mata, mata dengan kelopak mata yang
belakang berkembang dengan sangat baik. Kuwe putih dapat tumbuh
hingga mencapai ukuran 150 cm, namun yang banyak tertangkap dan
dipasarkan umumnya berukuran 50-60 cm (Tinglioy et al., 2020).
Kuwe Gerong (Caranx Ignobilis)

Kuwe gerong atau belitong dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Giant
trevally merupakan ikan tangkapan umum di kawasan tropis Indo-Pasifik.
Ikan ini mudah sekali dikenali dari dahinya yang tampak besar dengan warna
tubuh keperakan semburat kuning. Ukuran tubuhnya besar, dengan panjang
dapat mencapai 170 cm dan berat 80 kg. Ketika muda menyukai perairan
dengan kadar garam rendah, tetapi setelah besar dapat ditemukan di
berbagai zona laut. Ikan kuwe gerong ini dikenal sebagai ikan dagang
maupun ikan pancing (Tinglioy et al., 2020).
Ikan Kuweh (Caranx Papuaensis)

Ikan Kuweh atau Brassy trevally adalah spesies ikan besar, yang dapat tumbuh dengan panjang
maksimum 88 cm dan berat 6,4 kg. Seperti namanya, brassy trevally berwarna kuning
kehijauan di bagian punggung, menjadi putih keperakan di bagian bawah. Remaja umumnya
tidak memiliki semburat kasar, menjadi perak di seluruh kepala dan tubuh. Di atas gurat, sisik
tersebar dengan bintik-bintik hitam kecil, dengan beberapa bintik kadang-kadang jauh lebih
rendah di dekat sirip dada. Bintik-bintik ini menjadi lebih banyak seiring bertambahnya usia.
Spesies ini juga memiliki bintik putih keperakan pucat yang mencolok dengan bahu tepi hitam
di dekat tutup insang atas. Siripnya berwarna kuning hingga kehitaman dengan pengecualian
sirip ekor, yang memiliki lobus atas kehitaman dan lobus bawah kehitaman hingga kuning, dan
pita putih sempit yang khas di tepi belakangnya (Tinglioy et al., 2020).
Nama Species : Sardinella fimbriata
Nama Indonesia : ikan tembang
Nama International : Fringescale sardinella

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Class : Teleostei
Sub class : Neoterygii
Ordo : Clupeiformes
Sub ordo : Clupeoidei
Famili : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella fimbriata

(Saanin, 1984)
Suhu : 23-28 ◦C
Salinitas : Berkisar 28-35 ppt
Kedalaman : 15-200 meter
DO : Minimal 5 mg/l atau rentang nilai
7,5-8,5
Makanan : Phytoplankton

Tempat pemijahan
Telur ikan tembang dapat ditemukan di sekitar
perairan mangrove atau bakau.

Musim penangkapan ikan tembang


Mei-September (Musim Timuran)
Ikan Tembang termasuk jenis ikan pelagis yang
bergerombol, habitat utamanya adalah Perairan Pantai.

Ikan Tembang (Sardinella spp.) termasuk ke dalam ikan


pelagis kecil yang hidup di laut terbuka, lepas dari dasar
perairan, bernilai ekonomis dan ekologis tinggi
(Nafthalyaa, 2021).

Ikan tembang termasuk ikan komersial, ukuran umum


11cm, tertangkap dengan alat tangkap Seines, Liftnets.

Habitat ditemukan di Laut utara Sumatera, Jawa dan Laut


Timur Indonesia.
Habitat Ikan Tembang / (Sardinella fimbriata )

Pekanbaru, Trengganu-Malaysia, Deli


Serdang SUMATERA UTARA,
tanjungpinang

Timur Pulau Kalimantan,


Kotabaru hingga
Sulawesi Utara
Laut Seram, Laut Maluku

Teluk Bintuni, Papua


Barat

Selat Sunda (Banten, jakarta,


Indramayu) Perairan Laut jawa, utara Jawa Utara
Jawa Tengah, Peraian kendal,perairan Dari utara pulau Bali, Selat Bali, selat
Tegal, lo,mbok, selat alas, Laut Flores (kab.
Pemalang dan Pekalongan, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto dan
Probolinggo, Selatan Jawa Timur, Takalar), Sulawesi Utara, teluk kendari
Rembang Dan Selat Madura 
Nama Species : Makaira indica
Nama Indonesia : Marlin Hitam
Nama International : Black Marlin

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Gnathostomata
Class : Osteichthyes
Sub class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Sub ordo : Xiphioidei
Famili : Xiphiidae, Istiophoridae
Genus : Makaira
Spesies : Makaira indica
Karakteristik Lingkungan
Ikan marlin biasa dijumpai pada air dengan suhu 15-30oC serta jarang
dijumpai pada perairan dingin. Berada pada kedalaman 400-500 meter di
bawah permukaan laut dengan salinitas 35-37 ppt (Arifati et al., 2014).

Ekosistem
Banyak terdapat di perairan tropis dan perairan iklim sedang.

Migrasi
Ikan marlin merupakan salah satu ikan pelagis, mereka berenang dengan
cepat dan kuat. Marlin biru merupakan jenis ikan yang bermigrasi,
biasanya ditemukan lepas pantai diperairan tropis atau subtropis. Mereka
dikenal untuk membuat migrasi musiman biasa bergerak menuju
khatulistiwa di musim dingin dan jauh lagi di musim panas dengan
beberapa migrasi mencakup seluruh Atlantik (Nusaibah et al., 2020).
Umur
Ikan marlin dewasa pada umur 4-5 tahun. Umur rata-rata
Marlin betina adalah 27 tahun di alam liar. Sedangkan Marlin
jantan akan hidup jauh lebih pendek, sekitar 18 tahunan
(Merta dan Proctor, 1999).

Makanan
Ikan marlin termasuk ikan pemakan daging atau karnivora.
Makanan ikan marlin adalan ikan cero, mullet, lumba-lumba,
cumi-cumi, ikan terbang dan ikan-ikan kecil lainnya. Selain itu
ikan marlin sangat suka umpan buatan yang dipakai manusia
untuk memancing. Itu sebabnya ikan ini mudah dipancing
tetapi karena kekuatannya yang besar dia susah sekali
ditangkap (Arifati et al., 2014).
Fototaxis: Positif
Ikan marlin memiliki sensitivitas spektrum maksimum
terhadap retina pada panjang gelombang antara 458-492 nm
dan sangat cepat tertarik dengan cahaya lampu dan mulai
tertarik kepada cahaya sejak lampu dinyalakan antara 1 sampai
5 menit (Nabiu et al., 2018)

Distribusi
Ikan ini tersebar di perairan Samudra Hindia dan Samudra
Atlantik. Daerah penyebaran di perairan lepas pantai Indoesia
berada di selat Sunda, barat Sumatera, selatan Jawa, selat
Makasar, laut Flores, laut Banda, laut Maluku, laut Sulawesi,
laut Sawu, dan selat Bali (Kasim et al., 2014).
Ikan Marlin Hitam (Makaira indica)

Ikan ini terdapat di Samudra Hindia, di Indonesia sering dijumpai di


Pelabuhan ratu. Makanannya terdiri dari sotong, makarel, bonito, dan ikan
terbang. Ikan jenis ini suka bermigrasi pada perairan hangat dengan kisaran
suhu 15-30° C, seringkali berada dekat dengan pulau dan koral. Mereka
berada pada kedalaman 0-915 m, dan sering  berenang-renang pada
kedalaman 30 m di perairan Indo-Pasifik yaitu pada habitat perairan tropis
dan subtropis. Ikan ini bermigrasi ke Samudra Atlantik dengan melalui Cape
of Good Hope tetapi tidak ada tempat pemijahan yang menetap selama
bermigrasi di Samudra Atlantik (Harefa et al., 2016).
Ikan Marlin Putih (Tetrapturus albidus)

Ikan ini tersebar di Samudra Atlantik, Teluk Meksiko dan Laut Karibia serta
juga di Laut Tengah di Eropa. Ikan ini bisa bermigrasi ke perairan tropis. Dan
kerap berada dekat dengan pantai. Hidup pada suhu 13 - 22° C. Ikan ini
ditemukan di hampir semua perairan di permukaan bumi.
 
Ikan marlin putih adalah jenis ikan pelagic dan oceanic, dapat
ditemukan pada kedalaman laut 325 kaki (100 m). Spesies ini
berhabitat pada perairan subtropis bersuhu 22°C dengan salinitas 35-
37 ppt. kecepatan berenang mencapai 8-37 km/jam. Ikan marlin
putih memijah satu kali dalam setahun pada musim panas, ketika
memijah mereka bermigrasi dari perairan subtropis.
 
Marlin putih mengumpulkan makan pada siang hari. Mereka sering
ber-aggragate di dekat tepi antara badan air dengan suhu dan
salinitas  yang berbeda. Mangsa marlin putih adalah cumi-cumi, Ikan
bertulang, lumba-lumba, pelari biru, makarel, ikan terbang, dan
bonito. Sebagian besar distribusi marlin putih bersamaan dengan
tuna kuning dan blue marlin (Kasim et al., 2014).
Ikan Marlin Biru (Makaira nigricans)

Ikan ini hidup pada perairan hangat dan dijumpai juga di Samudra Atlantik berada pada
kawasan tropis. Marlin biru merupakan jenis ikan yang bermigrasi, biasanya ditemukan
lepas pantai diperairan tropis atau subtropis. Mereka dikenal untuk membuat migrasi
musiman, biasa bergerak menuju khatulistiwa di musim dingin dan jauh lagi di musim
panas dengan beberapa migrasi mencakup seluruh Atlantik. Mangsa marlin biru adalah
gurita, cumi-cumi, dan ikan pelagis seperti tuna sirip hitam dan ikan tongkol. Mereka
berburu pada siang hari jarang berkumpul dan lebih memilih untuk berburu sendirian.
Marlin biru melakukan fertilisasi secara eksternal. Mereka   bertelur di Atlantik timur
selama musim panas (Novianto et al., 2010).
Ikan Todak (Xiphias gladius)

Todak (Xiphias gladius) adalah sejenis ikan laut yang rahang atas dan
moncongnya memanjang berbentuk seperti pedang pipih dan kuat.
Banyak terdapat di perairan tropis dan perairan iklim sedang.
Ikan todak bukan ikan yang hidup berkelompok. Mereka
berenang sendirian dan dalam pengelompokan yang
berjauhan, terpisah sekitar 10 meter dari ikan todak
tetangganya. Mereka sering ditemukan berjemur di
permukaan, mengudarakan sirip punggung pertamanya.
Meskipun ikan todak termasuk hewan berdarah dingin, mereka
mempunyai organ khusus dekat mata untuk menghangatkan
mata dan juga otak mereka. Suhu 10-15° C di atas suhu air
sekitarnya telah diukur. Pemanasan mata meningkatkan
penglihatannya, dan meningkatkan kemampuannya dalam
menangkap mangsa. Mangsa dari ikan ini yaitu cumi-cumi, ikan
(menhaden, makerel, bluefish, silver hake, butterfish, dan
hering) dan lain-lain (Novianto et al., 2010).
Sumber Pustaka
Affandi, R., D.S. Sjafei., M.F. Rahardjo., dan Sulistiono. 1992. Ikhtiologi. Suatu Pedoman Kerja
Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat
Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.
Agussalim. 2017. Karakteristik Ikan Tembang (Sardinella Gibbosa) Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Produk Fermentasi Chao. Jurnal Galung Tropika., 6(2): 72-80
Alit, A. A. 2013. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan kue, Golden Trevally, Gnathannnodon
speciosus dengan ukuran panjang yang berbeda. J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.
Diterbitkan oleh Ikatan Sarjana Oceanologi Indonesia dan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor., 5(2): 401-408.
Arifati, A., N. Agustina., M. Nurdin., R. Nafilat., K. Dwi P dan A. Tristiana P. 2014. Makalah Ikan Marlin.
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hal 1-10.
Burhanudin, M.H., D. Aji, dan Santoso. 1987. Sumberdaya Ikan Manyung di Indonesia. LIPI. Jakarta. 55
hlm.
Febrianti, A., Efrizal, T., dan Zulfikar, A. 2013. Kajian Kondisi Ikan Selar (Selaroides leptolepis)
Berdasarkan Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi di Laut Natuna yang Didaratkan di Tempat
Pendaratan Ikan Pelantar KUD Tanjung Pinang. 1-8.
Harefa, Z., Durand, S. S., dan Kotambunan, O. V. 2016. Manajemen Pemasaran Ikan Marlin Hitam
(Makaira Indica) Di Pasar Bersehati Keluruhan Calaca Kota Manado. Akulturasi: Jurnal Ilmiah Agrobisnis
Perikanan., 4(7).
Sumber Pustaka
Hestiana, Yasidi, F., dan Mustafa, A. 2019. Biologi Reproduksi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) di
Perairan Wolo Kabupaten Kolaka. Manajemen Sumber Daya Perairan., 4(1): 23-30.
IOTC. 2012. Identifikasi Ikan Berparuh (Billfish) di Samudera Hindia Perikanan Pelagis. Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan.
John dan G. Lythgoe. 1992. Fishes of the Sea. Blandford Press. London. 256 pp.
Kalishi, Zehra. 2011. Karakterisasi dan Formulasi Rengginang Tepung Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, 207 hlm.
Kasim, K., Polii, J. F., & Masengi, K. W. A. 2014. Studi tentang distribusi suhu dan salinitas pada lokasi
penangkapan ikan layaran di Teluk Amurang. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap., 1.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Th 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, Lampiran 3
(baku mutu air laut untuk biota laut).
Kimura, S. 2011. Fishes of Terengganu. Proceeding of Carangidae Jacks (Scads, Trevallies). National
Museum of Nature and sciece. Malaysia. pp. 98.
Maherung, S., Bataragoa, N. E., dan Salaki, M. S. 2018. Ukuran dan Kebiasaan Makan Ikan Kwee (Caranx
spp) di Daerah Intertidal Sekitar Laboratorium Basah FPIK Unsrat Likupang. Jurnal Ilmiah
Platax., 6(1): 6-11.
Marbun, A.Y., A. Ghofar, dan A. Sholihin. 2017. Analisis Morfometri, Jenis dan Sebaran Tangkapan Ikan
Manyung di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Journal of Maquares., 6(4): 470-479.
Sumber Pustaka
Maulina, I.D., Triharso, I., Prihantoko, E. K. 2019. Daerah Potensi Penangkapan Ikan Tembang (Sardinella
Fimbriata) di Laut Jawa Berdasarkan Satelit Aqua Modis. Indonesian Journal of Fisheries Science
and Technology., 15(1): 32-39.
Myers, R.F. 1991. Micronesia Reef Fishes. A Practical Guide to the Identifikation
of the Coral Reef Fishes of the Tropical Central and Western Pacific.
Coral Graphics. Guam. 298 pp.
Nabiu, N. L. M., Baskoro, M. S., Zulkarnain, Z., dan Yusfiandayani, R. 2018. Adaptasi Retina Ikan Selar
(Selaroides Leptolepsis) terhadap Intensitas Cahaya Lampu. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan.,
9(1): 97-102.  
Nafthalyaa, A. C., Saputraa, S. W. Taufania, W. T. 2021. Karakteristik Biologi dan Laju Eksploitasi Ikan
Tembang (Sardinella spp.) di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung Rembang. Jurnal Berkala
Perikanan Terubuk., 49(2): 871-877.
Nggajo, R., Wardiatno, Y., & Zamani, N. P. (2009). Keterkaitan sumberdaya ikan ekor kuning (Caesio
cuning) dengan karakteristik habitat pada ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu. Jurnal
Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 16(2), 97-110.
Novianto, D., Nugraha, B., dan Bahtiar, A. 2017. Komposisi Ukuran, Perbandingan Jenis Kelamin, dan
Tingkat Kematangan Gonad Ikan Todak Berparuh Pendek (Tetrapturus Angustirostris) di Samudera
Hindia. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap., 3(2): 123-128.
Nusaibah, D. Y. Maulid, A. Y. Fiyari dan Kartika. 2020. Karakteristik Mutu Ikan Black Marlin Loin Beku di
PT. Sinar Sejahtera Sentosa Jakarta. Science Technology Journal.
Sumber Pustaka
Prayoga, N. T., E. Wibowo K., dan S. Redjeki. 2013. Studi Komposisi Isi Lambung dan Kondisi Morfometri
untuk Mengetahui Kebiasaan Makan Ikan Manyung (Arius thalassinus) yang Diperoleh di
Wilayah Semarang. Journal of Marine Research., 2(1): 87-95.
Prihatiningsih, P., Edrus, I. N., & Sumiono, B. (2018). Biologi Reproduksi, Pertumbuhan dan mortalitas
Ikan Ekor Kuning (Caesio Cuning Bloch, 1791) di Perairan Natuna. BAWAL Widya Riset Perikanan
Tangkap, 10(1), 1-15.
Puspita, R., Boer., Mennofatria., dan Yonvitner. 2017. Tingkat Kerentanan Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata) dari Kegiatan Penangkapan dan Potensi Keberlanjutan di Perairan Selat Sunda. Jurnal
Pengelolaan Perikanan Tropis., 1(1): 16-22.
S, Gede Merta, dan Craig Proctor. 1999. Suatu Panduan Untuk Mengidentifikasi Ikan-ikan Paruh Panjang
di Lapangan.
Sani, A. R., Pramonowibowo., dan I. Triarso. 2016. Analisis Sebaran Daerah Penangkapan Ikan Pelagis
Kecil Dengan Alat Tangkap Bagan Perahu Di Perairan Kabupaten Belitung. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology., 5(4): 71-79.
Sari, N., Supratman, O., & Utami, E. (2019). ASPEK REPRODUKSI DAN UMUR IKAN EKOR KUNING (Caesio
Cuning) YANG DI DARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SUNGAILIAT KABUPATEN
BANGKA. Jurnal Enggano Vol, 4(2), 193-207.
Sharfina, M., Boer, M., dan Ernawati, Y. (2014). Population Dynamics of Yellowstripe Scad (Selaroides
leptolepis) in Sunda Strait. Marine Fisheries., 5(1): 101-108.
Sumber Pustaka
Susanto, A., Baskoro, M. S., Wisudo, S. H., Riyanto, M., dan Purwangka, F. 2018. Penentuan Warna Dan
Intensitas Lampu Light Emiitting Diode (Led) Yang Optimum Pada Penangkapan Ikan Selar Kuning
(Selaroides Leptolepis) Untuk Perikanan Bagan Tancap. Marine Fisheries: Journal of Marine Fisheries
Technology and Management., 9(2): 145.
Syakila, S. 2009. Studi Dinamika Stok Ikan Tembang (Sardinella Fimbriata) di Perairan Teluk Palabuhan
Ratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 88 hal
Ta’alidin, Z. (2004). Pemanfaatan Lampu Listrik untuk Peningkatan Hasil Tangkapan pada Bagan Apung
Tradisional di Pelabuhan Ratu. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 6(1), 9-15.
Tinglioy, Lexon h.j., Wenno, Max R., Marasabessy, Zakky., 2020. Budidaya Ikan Kuwe di KJ. Deeppublish
Universitas Pattimura.
White, W. T., P.R. Last. Dharmadi, R. Faizah, U. Chodrijah, B. I. Prisantoso, J. J. Pogonoski, M. Puckridge, S.
J. M. Blaber. 2013. Market Fishes Indonesia Jenis-jenis Ikan Indonesia. Can Print
Communications. Canberra. pp. 172.
Yazhi, Z.Q.Z. 1982. "Preliminary Study on Seasonal Changes of Species Compositions of Demersal Fishes
in South-FujianTaiwan Bank Fishing Ground". Journal of Xiame University (Natural Science)., 1:
49-55.
Zamani, N. P., Wardiatno, Y., & Nggajo, R. (2011). Strategi pengembangan pengelolaan sumberdaya ikan
ekor kuning (Caesio cuning) pada ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu. Jurnal Saintek
Perikanan, 6(2), 38-51.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai