Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH INDIVIDU IKAN CAKALANG (Katsownus pelamis)

BIOLOGI LAUT
Dosen Pengampu: Dra. Sri Astuty, M.Sc.

Disusun oleh:
Frevi Fathaero
230210190058
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
Taksonomi

Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Subfillum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus
Spesies : Katsuwonus pelamis

Ikan cakalang atau dalam Bahasa Inggris disebut skipjack tuna adalah salah satu ikan yang
umum dan sering ditangkap oleh para nelayan. Ikan dengan nama ilmiah Katsuwonus pelamis ini
termasuk ke salam keluarga ikan tuna namun cenderung lebih kecil. Ikan cakalang hidup di daerah
epipelagic yang tersebar di seluruh dunia kecuali di wilayah antartika dan laut hitam. Hal ini
dikeranakan oleh suhu yang ekstrem di wilayah Antartika dan tingkat salinitas yang tinggi di Laut
Hitam. Rata-rata temperatur antara 14.7 – 30 0C dan hidup di kedalaman kurang dari 260 m di
bawah permukaan laut. Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam famili Scombridae
Bentuk Tubuh
Cakang berbentuk fusiform yang memanjang dan agak bulat, tapis insang (gill rakes)
berjumlah 53-63 pada helai pertama. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Pada sirip
punggung yang pertama terdapat 14- 16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung kedua
diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip dada pendek, terdapat dua flops di antara sirip perut. Sirip anal diikuti
dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik kecuali pada barut badan (corselets) dan lateral line terdapat
titik-titik kecil. Bagian punggung berwarna biru kehitaman (gelap) di sisi bawah dan 6 perut
keperakan, dengan 4-6 buah garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada bagian samping
badan.
Reproduksi

Ikan cakalang melakukan pemijahan hamper setiap tahunnya. Akan tetapi, pada musim
gugur hingga musim semi cenderung sedikit di wilayah equator (Collete & Nauen, 1983). Ikan
cakalang betina mampu membawa telur hingga 80.000 telur bahkan jutaan telur pada betina yang
dewasa. Perbedaan betina dan jantan dapat dibedakan dengan cara melihat panjang dan ukurannya.
Ikan betina lebih kecil daripada ikan cakalang jantan. Ikan cakalang memijah telur-telurnya di
wilayah equator atau tropis yang hangat (Stequert & Ramcharrun, 1996).
Adaptasi

Ikan cakalang memiliki kebiasaan bermigrasi. Biasanya, ikan ini bepergian dengan spesies lain,
baik dengan sesama ikan tuna, hiu, dan paus. Berdasarkan hasil penelitian, ikan cakalang lebih
banyak bermigrasi ke wilayah Samudera Pasifik ketimbang Samudera Atlantik, kemungkinan
besar karena suhu permukaan laut di Pasifik jauh lebih hangat dibandingkan dengan Atlantik. Ikan
cakalang umumnya memakan ikan-ikan yang lebih kecil, crustacea, cephalopoda, dan ikan
cakalang juga biasa memakan sejenisnya.
Ikan cakalang termasuk ikan perenang cepat dan mempunyai sifat makan yang rakus. Ikan
jenis ini sering bergerombol yang hampir bersamaan melakukan ruaya di sekitar pulau maupun
jarak jauh dan senang melawan arus. Ikan ini dapat berkumpul di perairan pelagic hingga
kedalaman 200 m dan mencari makan berdasarkan penglihatan sehingga rakus terhadap
mangsanya.
Persebaran dan Distribusi di Indonesia

Ikan cakalang merupakan salah satu ikan yang sangat melimpah di seluruh wilayah
Indonesia. Penyebaran Ikan Cakalang di Indonesia meliputi Samudera Indonesia, pantai barat
Sumatera, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, perairan Indonesia Timur meliputi Laut Banda, Laut
Flores, Laut Maluku, Laut Makassar (Uktolseja, 1987). Dilansir dari situs resmi Kementerian
Kelautan dan Perikanan dan Republik Indonesia, persebaran ikan cakalang dominan terdapat di
Pulau Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara.
Persebaran ikan cakalang dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu penyebaran
horizontal atau penyebaran menurut letak geografis perairan dan penyebaran vertikal atau
penyebaran menurut kedalaman perairan (Nakamura, 1969). Penyebaran cakalang secara vertical
(strata kedalaman) dimulai dari permukaan sampai kedalaman 260 m pada siang hari, sedangkan
pada malam hari cenderung ke permukaan. Cakalang jarang muncul ke permukaan perairan ketika
perairan keruh, karena daya penglihatannya sangat berku- rang pada waktu air keruh.
Distribusi ikan Cakalang ditentukan oleh faktor internal maupun faktor eksternal dari
lingkungan perairan. Faktor internal meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku
(behavior). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam morfologi, respon fisiologis dan
daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan, di antaranya
adalah parameter oseonografi seperti suhu, salinitas, kedalaman, arus.
Manfaat Ikan Cakalang dari Segi Ekonomi
Ikan cakalang telah menjadi daya tarik tersendiri dalam usaha perikanan dalam beberapa
tahun terakhir ini. Di 1950, kurang dari 300.000 ton persegi dibawa. Sedangkan pada tahun 1991,
1.674.970 ton persegi ditangkap. Saat ini, ikan cakalang mencakup sekitar 40 % dari hasil
penangkapan tuna di seluruh dunia meskipun cakalang tidak termasuk komoditi utama dengan
skala yang besar. Amerika saja mengkonsumsi 400.000 ton persegi. Untuk Negara Indonesia, ikan
cakalang masih diperuntukkan untuk keperluan pangan terutama di wilayah pesisir.
Sumber daya Ikan Tuna dan Cakalang memiliki nilai ekonomis penting dan banyak
tersebar hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia. Nilai ekonomis yang dimiliki Ikan Tuna
dan Cakalang menjadIkannya sebagai komoditas utama dari sub sektor perIkanan. Ikan Tuna dan
Cakalang merupakan bagian dari Ikan pelagis besar yang memiliki karakteristik oseanik atau
memiliki sifat selalu beruaya dari suatu perairan ke perairan lain yang mempunyai kondisi
oseanografi, biologis dan meteorologis yang sesuai dengan habitatnya (Sibagariang et al., 2011).
Status Konservasi
Dalam berbagai situs tercatat bahwa ikan cakalang saat ini tidak terancam, meskipun
cakalang berfluktuasi secara luas dari tahun ke tahun, memberikan para ilmuwan dengan sedikit
informasi tentang berapa lama populasinya mampu menahan tekanan nelayan meningkat.
IUCN Red List : Leact Concern (LC)
CITES : Not Evaluated
Daftar Pustaka
Collette, B., C. Nauen. "Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758)" (On-line). Diakses pada tanggal
28 Oktober, 2000
Firdaus, M. (2019). PROFIL PERIKANAN TUNA DAN CAKALANG DI INDONESIA The
Profile of Tuna and Cakalang Fishery in Indonesia. Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi
Kelautan Dan Perikanan, 4(1), 23–32.
Nakamura, H. (1969). Tuna Distribution and Migration. Fishing News (Books), LtdLondon.
Sibagariang, O.P, Fauziyah, dan F. Agustriani. Analisis Potensi Lestari Sumber daya PerIkanan
Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Maspari Journal vol 03 (2011) 24-29.
PS Ilmu Kelautan FMIPA UNSRI. Riau
Stequert, B., B. Ramcharrun. 1996. Reproduction of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) from the
Western Indian Ocean. Aquatic Living Resources, 9: 235-247.
Uktolseja, J.C.B. (1987). Estimated Growth Parameters and Migration of Skipjack Tuna -
Katsuwonus pelamis In The Eastern Indonesian Water Through Tagging Experiments.
Jakarta : Jurnal Penelitian PerIkanan Laut No. 43 Tahun 1987. Balai Penelitian PerIkanan
Laut. Hal. 15-44.

Anda mungkin juga menyukai