OLEH
KELOMPOK 6
BUNAJIR
MARLIN SALILAMA
SITI ZURIYANTI RUSTAM
LASTRIS T. MOLOSE
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penyusun panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul teknik budidaya
Ikan Cakalang (Katwuwonus pelamis).
Tugas makalah ini telah penyusun susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan
praktikum ini. Untuk itu penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga tugas makalah yang berjudul teknik
budidaya Ikan Cakalang (Katwuwonus pelamis). ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
LATAR BELAKANG
dipersatukan oleh laut dengan panjang garis pantai 81.000 km terpanjang kedua di
perikanan mulai berkembang melalui berbagai usaha, salah satunya adalah usaha
berkurang dialam akibat dari penangkapan secara terus menerus, hal ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan konsumen di saat musim paceklik. Salah satu jenis
ikan yang saat ini sedang dilakukan upaya pembudidayaan secara terkontrol
palagis yang dikenal aktif dan juga memiliki pergerakan lincah di air yang lebih
leluasa. Ikan cakalang merupakan jenis ikan air laut. Ikan cakalang ini biasanya
hidup dengan berkelompok dan bersifat petualang. Kecepatan ikan cakalang saat
berenang memang terbilang tinggi yakni mencapai 50 km per-jam. Selain itu ikan
cakalang menjadi salah satu sumber protein hewani yang bermanfaat bagi
masyarakat, cakalang banyak digemari karena tekstur dagingnya yang baik
dengan cita rasa yang tinggi karena ikan cakalang mempunyai kandungan protein
Sisi lain sebagai sumber protein kebutuhan manusia ikan cakalang juga
yang memiliki standar mutu sehingga dapat menjamin keamanan pangan sehingga
ekspor dapat diterima. Dengan adanya permintaan ikan cakalang yang begitu
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah
(Katsuwonus pelamis).
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah dapat mengetahui dan memahami
perikanan pada masa yang akan datang, khususnya dalam produksi budidaya ikan
PEMBAHASAN
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Scombroidae
Genus : Katsuwonus
Ikan cakalang memiliki tubuh yang membulat atau memanjang dan garis
lateral. Ciri khas dari ikan cakalang memiliki 4-6 garis berwarna hitam yang
berat sekitar 0,5 – 11,5 kg serta panjang sekitar 30-80 cm. Ikan cakalang
insang) sekitar 53-63 buah. Ikan cakalang memiliki dua sirip punggung yang
letaknya terpisah. Sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, pada sirip
punggung perut diikuti oleh 7-9 finlet. Terdapat sebuah rigi-rigi (keel) yang sangat
kuat diantara dua rigi-rigi yang lebih kecil pada masing-masing sisi dan sirip ekor
(Matsumoto et al 1984).
Cakalang termasuk ikan perenang cepat dan mempunyai sifat makan yang
rakus. Ikan jenis ini sering bergerombol yang hampir bersamaan melakukan ruaya
disekitar pulau maupun jarak jauh dan senang melawan arus, ikan ini biasa
bergerombol diperairan pelagis hingga kedalaman 200 m. Ikan ini mencari makan
terbentuk bersama spesies lain, terdiri dari 100 sampai 5.000 ekor. Termasuk
predator oportunistik dengan jenis makanan dari ikan kecil (Clupeidae dan
makan. Jumlah cakalang dalam suatu gerombolan berkisar beberapa ekor sampai
ribuan ekor. Individu suatu schooling cakalang mempunyai ukuran yang relatif
sama. Ikan yang berukuran lebih besar berada pada lapisan yang lebih dalam
dengan schooling yang kecil, sedangkan ikan yang berukuran kecil berada pada
lapisan permukaan dengan kepadatan yang besar. Ikan cakalang ukuran besar
kelimpahan cakalang dengan ikan pelagis kecil serta plankton. Dengan semakin
banyaknya ikan kecil dan plankton, maka cakalang akan berkumpul untuk
mencari makan. Ikan cakalang mencari makan berdasarkan penglihatan dan rakus
terhadap mangsanya. Cakalang sangat rakus pada pagi hari, kemudian menurun
utama, yaitu ikan, crustacea dan moluska (FAO,. 1983). Golongan ikan dapat
dikelompokkan pula menjadi dua kelompok yaitu ikan umpan (ikan yang di pakai
selama penangkapan) dan ikan lain selain ikan umpan. Ikan umpan yang sering
penangkapan, maka isi lambung selain ikan umpan dapat digolongkan sebagai
Pada umumnya ikan cakalang yang berukuran panjang lebih besar dari 50
cakalang yang ukuran panjangnya lebih kecil dari 50 cm. Walaupun demikian
menunjukkan bahwa ikan cakalang tergolong oportunistic feeder, yaitu ikan yang
memangsa segala jenis makanan yang tersedia di perairan. Ikan cakalang yang
menghasilkan sekitar 80.000 – 2.000.000 telur (FAO 1983). Namun ukuran ikan
cakalang pertama kali matang gonad yaitu pada ukuran 40 – 45 cm
(www.fishbase.org).
Ikan cakalang mulai memijah ketika panjang sekitar 40 cm. Setiap kali
permusim pada ikan betina dengan ukuran fork length41-48 cm antara 8.000 –
antara musim semi sampai awal musim gugur di daerah sub tropis, dan waktu
Pemijahan cakalang sangat dipengaruhi oleh perairan panas, sebagian besar larva
larva di perairan tersebut. Perbedaan ukuran cakalang pertama kali matang gonad
dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, suhu perairan, letak lintang dan bujur
dan potensi reproduksi. Selain faktor biologi, faktor ekologis dari perairan yang
menjadi tempat hidup ikan tersebut juga mempengaruhi tigkat kelahiran dan
tidak selektif di dalam kebiasaan makannya, karena itu akan memakan apa saja
cakalang di Laut Banda dan sekitarnya, terjadi pada bulan Juni dan Desember
penelitian ini ditemukan cakalang terkecil yang sudah matang gonad berukuran
43,6 cm FL jantan dan 42,8 cm FL . Di perairan sebelah Selatan Bali dan sebelah
Barat Sumatera adalah cakalang jantan dan betina terkecil yang sudah matang
Philipina, cakalang betina yang pertama kali matang gonad hanya berukuran 34
pertama kali matang gonad diduga karena adanya perbedaan kecepatan tumbuh
sehingga ikan – ikan yang di tetaskan pada waktu yang sama akan mencapai
bentuk dan warna gonad. Berdasarkan seluruh contoh gonad yang diamati,
ternyata cakalang jantan dominan pada bulan September dan Desember; proporsi
sebaliknya yaitu pada bulan Oktober. Apabila dikaitkan dengan tingkat
ikan yang berukuran 50,2 – 55,4 cm. Pada ukuran yang lebih kecil didominasi
oleh ikan betina dan yang lebih besar dari ukuran tersebut didominasi oleh ikan
jantan.
arus /air (convergence) yang pada umumnya terdapat pulau-pulau. Ikan cakalang
juga berada di perairan yang dimana terjadinya pertemuaa antara masa air panas
dan dingin, penaikan tekanan air dan parameter hidrografi yang terdapat
pencampuran yang tidak tetap. Pada siang hari biasanya ikan cakalang berada
dikedalaman 260 meter dan pada malam hari ikan cakalang biasanya akan muncul
kepermukaan. Suhu yang ideal untuk ikan cakalang adalah 26°C – 32°C dan
salinitas 33%.
arus garis konvergensi diantara arus dingin dan arus panas yang merupakan
kepulauan Maluku dan Irian Jaya (Gunarso 1985). Ikan cakalang menyebar luas
diseluruh perairan sub tropis dan tropis, Anatara lain lautan hindia, atlantik dan
Suhu permukaan laut dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
menduga keberadaan organisme di suatu perairan, khususnya ikan. Hal ini karena
permukaan laut pada suatu perairan terutama dipengaruhi oleh radiasi. Perubahan
intensitas cahaya akan mengakibatkan terjadinya perubahan suhu air laut baik
Secara tidak langsung suhu berpengaruh terhadap daya larut oksigen yang
digunakan untuk respirasi biota laut. Pengaruh suhu terhadap tingkah laku ikan
akan terlihat jelas pada waktu ikan melakukan pemijahan. Setiap ikan mempunyai
dan ikan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03oC
sekalipun. Suhu merupakan faktor penting untuk menentukan dan menilai suatu
daerah penangkapan ikan. Berdasarkan variasi suhu, tinggi rendahnya variasi suhu
merupakan faktor penting dalam penentuan migrasi suatu jenis ikan. Pada suatu
daerah penangkapan ikan cakalang, suhu permukaan laut yang disukai oleh jenis
ikan tersebut biasanya berkisar antara 16-26 oC, walaupun untuk Indonesia suhu
optimum adalah 28-29 oC dan suhu yang ideal untuk melakukan pemijahan 280 C
– 290 C. Penyebaran ikan cakalang di suatu perairan adalah pada suhu 17-23 oC
dan suhu optimum untuk penangkapan adalah 20-22 oC dengan lapisan renang
antara 0-40 m. Ikan cakalang sensitif terhadap perubahan suhu, khususnya waktu
makan yang terikat pada kebiasaan-kebiasaan tertentu. Suhu yang terlalu tinggi,
tidak normal atau tidak stabil akan mengurangi kecepatan makan ikan. Ikan
cakalang dapat tertangkap secara teratur di Samudera Hindia bagian timur pada
untuk perairan tropis adalah kecil karena suhu relatif sama (konstan) sepanjang
penyebaran atau sirkulasi arus. Garis konvergensi di antara arus dingin dan arus
panas merupakan daerah yang banyak makanan dan diduga daerah tersebut
merupakan fishing ground yang baik untuk perikanan tuna dan cakalang.
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan
oleh tiupan angin, perbedaan dalam densitas air laut, gerakan gelombang panjang
dan arus yang disebabkan oleh pasang surut. Angin yang berhebus di perairan
Indonesia terutama adalah angin musim yang dalam setahun terjadi dua kali
perbalikan arah yang mantap, masing-masing disebut angin barat dan angin timur.
Daerah pertemuan antara arus panas dan arus dingin merupakan daerah yang
banyak organisme dan diduga daerah tersebut merupakan fishing ground yang
baik bagi perikanan cakalang. Kuat lemahnya arus menentukan arah pergerakan
tuna dan cakalang. Pada kondisi arus kuat, tuna dan cakalang akan melawan arus
1. Arus mengangkat telur-telur ikan dan anak-anak ikan dari spawning ground ke
2. Migrasi ikan dewasa dapat dipengaruhi oleh arus yaitu sebagai alat orientasi.
3. Tingkah laku ikan diurnal juga dipengaruhi oleh arus, khususnya oleh arus
pasang surut.
makanan ikan.
merupakan salah satu perameter yang berperan penting dalam sistem ekologi laut.
Beberapa jenis organisme ada yang bertahan dengan perubahan nilai salinitas
yang besar (euryhaline) dan ada pula organisme yang hidup pada kisaran nilai
cakalang hidup pada perairan dengan kadar salinitas antara 33-35 o/oo. Cakalang
banyak ditemukan pada perairan dengan salinitas permukaan berkisar antara 32-
35 o/oo dan jarang ditemui pada perairan dengan salinitas rendah. Cakalang hidup
pada perairan dengan kadar salinitas antara 33-35 o/oo dan jarang dijumpai pada
perairan dengan kadar salinitas yang lebih rendah atau tinggi dari itu. Salinitas
perairan yang biasa dihuni oleh beberapa jenis tuna berbeda-beda, yaitu 18-38
o/oo untuk madidihang dan tuna sirip biru, 33-35 o/oo untuk tuna albakor dan 32-
sub tropis, penyebaran cakalang ini terus berlangsung secara teratur di Samudra
Hindia di mulai dari Pantai Barat Australia, sebelah selatan Kepulauan Nusa
Tenggara, sebelah selatan Pulau Jawa, Sebelah Barat Sumatra, Laut Andaman,
diluar pantai Bombay, diluar pantai Ceylon, sebelah Barat Hindia, Teluk Aden,
Samudra Hindia yang berbatasan dengan Pantai Sobali, Pantai Timur dan selatan
(perairan Barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara), Perairan Indonesia
bagian Timur (Laut Sulawesi, Maluku, Arafuru, Banda, Flores dan Selat
yang luas, yaitu meliputi daerah tropis dan sub tropis dengan daerah penyebaran
salah satu faktor penting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu
penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat menguntungkan. Dalam arti ikan
berlimpah, bergerombol, daerah aman, tidak jauh dari pelabuhan dan alat tangkap
dapat dilakukan sepanjang tahun dan hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke
musim dan bervariasi menurut lokasi penangkapan. Bila hasil tangkapan lebih
banyak dari biasanya disebut musim puncak dan apabila dihasilkan lebih sedikit
Sebagian dari perairan Indonesia merupakan lintasan ikan cakalang yang bergerak
menuju kepulauan Philipina dan Jepang. Itulah sebabnya ikan cakalang dijumpai
Cakalang adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling) sewaktu
renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat
meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas, termasuk diantaranya
Ikan cakalang bersifat epipelagis dan oseanik, peruaya jarak jauh. Cakalang
sangat menyenangi daerah dimana terjadi pertemuan arus atau arus konvergensi
yang banyak terjadi pada daerah yang mempunyai banyak pulau. Selain itu,
cakalang juga menyenangi pertemuan antara arus panas dan arus dingin serta
daerah upwelling. Penyebaran cakalang secara vertikal terdapat mulai dari
permukaan sampai kedalaman 260 m pada siang hari, sedangkan pada malam hari
terdapat terutama pada perairan tropis dan perairan panas di daerah lintang
sedang. Ada tiga alasan utama yang menyebabkan beberapa jenis ikan melakukan
migrasi yaitu :
Secara garis besar cara budidaya ikan cakalang pada umumnya sama dengan
ikan lain, budidaya ikan cakalang sendiri dilakukan di laut lepas dengan
menggunakan wadah berskala besar dan biayanya pun tidak begitu murah. Berikut
1. Persiapan Wadah
Hal pertama dalam budidaya ikan cakalang yang perlu diperhatikan yaitu
wadah. Sebagai jenis ikan laut maka tempat budidaya ikan cakalang juga harus
berada di laut menggunakan jenis wadah karamba jaring apung (KJA). KJA yang
perlu dipersiapkan ada beberapa buah yaitu KJA ntuk pemeliharan Induk, dan
pemeliharaan benih, KJA yang digunakan kurang lebih sama dengan yang
digunakan pada budidaya ikan tuna, berbentuk bundar dengan diameter 50 m dan
Poly Ethylene (HDPE) dengan mata jarring 3,5 inci; yang dipasang berjarak 300-
400 m dari pantai dengan kedalaman perairan 20-30 m. Penggunaan keramba
jaring apung lebih rumit dan penuh perhitungan dan juga biayanya lebih mahal
karena instalasi KJA untuk budidaya ikan cakalang perlu menggunakan skala
yang diameternya cukup besar. hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan
Sebelum benih ditebarkan dalam karamba jaring apung maka pilih benih ikan
cakalang terlebih dahulu. Pemilihan benih cakalang dapat diperoleh dari para
penjual benih maupun dengan cara membuat benih itu sendiri dengan cara
dalam % sebagai hasil perbandingan berat gonad dan berat tubuh ikan
TKG dan menjadi maksimal pada saat akan terjadi pemijahan (Effendie, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Restiangsih dan Amri (2018) pada Maret, April,
Oktober ditemukan ikan jantan dan betina dengan TKG IV yang merupakan
indikasi ikan matang gonad dan siap memijah, dan pada Oktober ditemukan juga
ikan jantan dan betina dengan TKGVyangmerupakan indikasi adanya ikan yang
pemijahannya bersifat bertahap (partial spawner). Hal ini diperkuat dengan nilai
IKG ikan betina tertinggi pada Februari dan Juli dan menurun pada Maret-Mei
dan Agustus-Oktober. Nilai IKG maksimal menandakan ikan dalam tahap siap
Berdasarkan hasil tersebut diduga awal musim pemijahan terjadi pada Februari-
(1990) bahwa sifat pemijahan ikan cakalang secara bertahap tetapi puncak musim
pemijahan ikan cakalang di Laut Banda terjadi pada Juni dan Desember. Musim
pemijahan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal antara lain spesies, umur dan ketersediaan hormon, sedangkan faktor
musimnya dialam. Jadi untuk pemilihan benih ikan cekalang yang baik sebaiknya
benih berasal dari alam atau dari pembudidaya langsung yang dapat di percaya
konsumen.
jaring kolektor, telur yang menempel pada bagian dalam dari jarring pemeliharaan
induk ikan. Dalam hal ini digunakan jarring kolektor telur berwarna hitam karena
lebih efektif dibandingkan dengan yang berwarna putih. Warna putih diduga
dilakukan pemasangan jaring kolektor di tengah KJA. Jaring ini dapat bergerak
tidaknya telur. Telur yang dipanen hanyalah telur yang sudah dibuahi, yaitu telur
yang mengapung di lapisan permukaan air. Pemanenan telur dilakukan selama 1-3
jam, tergantung jumlah telur yang telah diperoleh. Diperkirakan hanya sebagian
kecil dari telur yang dipijahkan yang dapat dipanen karena luasnya permukaan
KJA, serta keterbatasan alat dan waktu. Telur ditampung dalam ember selama 1-2
jam. Ketika jumlah telur yang dipanen sudah banyak walaupun waktunya hanya
sebentar, telur harus segera ditransportasikan agar tetap terjaga kualitasnya. Oleh
karena itu, ke depan agar dapat melakukan estimasi produksi telur per hari, harus
(Hutapea.,dkk. 2017).
Penebaran benih ikan cakalang dari hasil pemijahan bisa dilakukan setelah
pemeliharaan larva selama ±13 hari (Asri,.2016) dan semua persiapan kolam
dipastikan dalam kondisi yang terbaik sehingga benih benih yang ditebarkan
dalam berkembang dengan normal. Sejauh ini budidaya ikan cakalang memang
berlangsung hanya untuk membesarkan benih yang di bisa dari pengepul yang
mencari bibit ikan cakalang dilaut lepas. Dan belum ada penelitian tentang
Pemberian pakan sangat penting diperhatikan dan menjadi salah satu hal yang
banyak menguras biaya dalam proses budidaya ikan cakalang. Ikan cakalang dan
berbagai jenis tuna lainnya hanya mengkonsumsi makan hidup. Makanan hidup
yang baik untuk proses pembesaran ikan cakalang yaitu ikan teri dan ikan sarden
karena memiliki kandungan lemak tinggi dibandingkan jenis ikan kecil lainnya.
diberikan selama pemeliharaan adalah pakan segar berupa ikan layang dan cumi-
estimasi biomassa ikan tuna yang dipelihara per hari sehingga diperoleh tingkat
per hari terutama pada musim ikan liar yang melimpah. Pemberian pakan
dilakukan pada pagi dan sore hari. Jumlah pakan segar yang diberikan disesuaikan
setiap 2-3 hari. Jika pemanfaatan pakan oleh induk ikan cakalang meningkat,
jumlah pakan diturunkan jika nafsu makan ikan berkurang. Penambahan vitamin
vitamin mix dengan jumlah 1% dari estimasi bobot kering pakan segar yang
kapsul ini disisipkan ke dalam ikan layang dan cumicumis ebelum diberikan ke
induk ikan.
Dalam setiap pemeliharaan ikan cakalang, khususnya stadia pada larva dan
benih sebaiknya ikan cakalang diberi makan sebanyak 2 kali sehari. Makananya
pun harus jenis pakan yang alami, seperti kutu air atau cacing beku.
Berbeda dengan cara budidaya ikan air tawar yang memerlukan pemupukan
pada kolam sebelum bibit ikan ditebar dalam kolam, karamba jaring apung tidak
tidaknya kotoran pada bagian jaring di permukaan dan dasar KJA yang dibuat.,
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Teknik budidaya Ikan Cakalang pada umumnya sama dengan teknik budidaya
ikan pada umumnya, namun yang dapat ketahui hanya garis besarnya saja, seperti
pembersihan KJA.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, S. 2011. Potensi Perikanan Indonesia. http://repository.ipb.ac.id [20
November 2013].
Bahar, S., dan Priyanto R. 1987. Telaah Mengenal Panjang Cagak Ikan Cakalang
(Katsuwonus Pelamis) Yang Tertangkap Di Indonesia Pada Tahun 1985.
Jurnal Pendidikan Perikanan Laut. Vol. X, No. 41 : 11-17. Balai Penelitian
Perikanan Laut, Jakarta.
Kekenusa, J. S., Victor, N. R., Watung, dan Djoni, H. Analisis Penentuan Musim
Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Di Perairan Manado
Sulawesi Utara). Jurnal Ilmiah Sains. Vol. XII, No. 2 : 2–17. Universitas
Sam Ratulangi, Manado.
Wibawa, T. A., Dian, N., dan Budi, N. 2012. Sebaran Spasial Kelimpahan Ikan
Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Berdasarkan Analisis Data Satelit
Oseanografi. http://lipi.go.id [02 November 2013].
Wouthuyyzen, S., Teguh, P., dan Nardin, M. 2008. Makanan dan Aspek
Reproduksi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Laut Banda : Suatu
Studi Perbandingan. http://coremap.or.id [13 November 2013].