Anda di halaman 1dari 13

Laporan praktikum

TRANSPORTASI IKAN GURAME DENGAN TEKNIK SYSTEM


TERTUTUP DAN PENAMBAHAN OKSIGEN
M.KULIAH : PENANGANAN PASCA PANEN

KELOMPOK III
IMAM WAHYUDIN DUNGGIO (1111417026)
OVAL ASIM (1111417038)
EKOWANTO DOHOLOIO (1111417008)
FIKRI UWENTE (11114170
RUSMIYANTI YUNUS (11114170
SITI INTAN DELIANA AYUB (11114170
SIRDA DJULIA (11114170

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penyusun panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan laporan praktek lapangan yang berjudul
Transportasi Ikan Gurame Dengan Teknik System Tertutup Dan Penambahan
Oksigen
Laporan Praktek lapangan ini telah penyusun susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan laporan praktikum ini. Untuk itu penyusun menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
laporan ini.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penyusun dapat memperbaiki laporan praktikum ini.

Gorontalo, November 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selain kegiatan pemanenan, perlu juga dilakukan kegiatan penanganan ikan


pasca panen yang mencakup proses packing dan transportasi ikan yang baik
sehingga kondisi ikan masih dalam keadaan sehat, segar, dan hidup sampai ke
konsumen. Penanganan pasca panen perlu dilakukan secara intensif karena akan
sangat menentukan mutu ikan itu sendiri. Pada penanganan pasca panen yang
baik, ikan akan mendapatkan perlakuan yang optimal dari proses packing maupun
sistem transportasi (Arsyad et al 2014).
Pada kegiatan produksi khususnya kegiatan pembesaran ikan akan
menghasilkan ikan ukuran konsumsi dan siap dipanen serta dipasarkan. Selain itu,
ikan-ikan tersebut juga dapat dijadikan sebagai calon indukan baru. Proses
pemanenan perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai ikan dan ikan tidak
stres, terutama untuk ikan-ikan yang akan dijadikan sebagai calon indukan baru.
Khusus untuk ikan yang langsung dipasarkan, apabila dilakukan penanganan
panen yang baik maka ikan yang dipasarkan lebih cenderung memiliki harga jual
yang tinggi karena tampilan ikan yang sehat, segar dan hidup. Selain kegiatan
pemanenan, perlu juga dilakukan kegiatan penanganan ikan pasca panen yang
mencakup proses packing dan transportasi ikan yang baik sehingga kondisi ikan
masih dalam keadaan sehat, segar, dan hidup sampai ke konsumen. Penanganan
pasca panen perlu dilakukan secara intensif karena akan sangat menentukan mutu
ikan itu sendiri. Pada penanganan pasca panen yang baik, ikan akan mendapatkan
perlakuan yang optimal dari proses packing maupun sistem transportasi.

Salah satu faktor yang banyak mengakibatkan kematian ikan selama


pengangkutan (transportasi) yaitu stres yang umumnya ditimbulkan oleh
kepanikan ikan itu sendiri. Untuk mengurangi stres, selama dalam wadah
pengangkutan sebaiknya ikan dibuat pasif (Jangkaru, 2003). Masalah yang
dihadapi dalam transportasi ikan hidup adalah bagaimana menekan aktifitas
metabolisme ikan agar kebutuhan oksigen maupun hasil metabolismenya sekecil
mungkin. Dengan menekan aktifitas metabolisme serendah mungkin, maka ikan
dapat mempertahankan hidupnya dalam waktu yang lebih lama pada saat
pengangkutan. Teknologi transportasi ikan hidup dengan penerapan suhu rendah
hingga ikan setengah pingsan, akhir-akhir ini dikembangkan untuk bermacam-
macam jenis ikan. Ikan yang berbeda memerlukan kecepatan waktu pingsan yang
berbeda pula.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum penanganan pasca panen ini adalah :
1. untuk mengetahui proses dari pengangkutan benih ikan dengan system
tertutup
2. untuk mengetahui proses packing benih ikan.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses dari pengangkutan benih ikan dengan
system tertutup
2. Mahasiswa dapat mengetahui proses packing benih ikan.
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gurame

Ikan gurami merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk badan
oval agak panjang, pipih, dan punggung tinggi. Badan berwarna kecoklatan
dengan bintik hitam pada sirip dada. Pada jari pertama sirip perut terdapat alat
peraba berupa benang panjang dan memiliki alat pernapasan tambahan (labirin)
yang berfungsi menghirup oksigen langsung dari udara. Ikan gurami berkembang
biak sepanjang tahun dan tidak tergantung musim (Nirmala et al 2010).

Gambar 1. Ikan gurame

(sumber Google)

Klasifikasi ikan gurami Nirmala et al 2010 adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces
Ordo : Labirinthici
Subordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae 7
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramyLac.
Ikan gurami memiliki badan yang pipih, agak panjang dan lebar. Badan itu
tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya kecil, letaknya miring,
bibir bawah terlihat menonjol sedikit dibandingkan bibir atas, ujung mulut dapat
disembulkan. Ikan ini biasa hidup di sungai, rawa, dan danau serta cocok
dipelihara di air tenang. Selain di air tawar, ikan gurami dapat pula menyesuaikan
diri dan hidup di perairan payau yang kadar garamnya rendah (Oktavianto et al
2014). Ikan ini tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah, suhu optimal
untuk ikan gurami berkisar antara 28-32Co. Gurami muda memiliki dahi
berbentuk normal atau rata. Semakin dewasa, ukuran dahinya menjadi semakin
tebal dan tampak menonjol. Selain itu, di tubuh gurami muda terlihat jelas ada 8-
10 buah garis, tegak atau vertikal yang akan menghilang setelah ikan menginjak
dewasa (Oktavianto et al 2014).

2.2 Proses Pengangkutan Ikan

Proses pengangkutan benih sering menyebabkan terjadinya penurunan


kualitas dan peforma benih. Hal tersebut terkait dengan stress yang dialami ikan
akibat adanya perlakuan saat packing dan kondisi lingkungan selama transportasi
berlangsung. Adanya proses metabolisme ikan selama pengangkutan
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air terutama peningkatan ammonia
(NH3) juga merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya stress, puncaknya
adalah kematian.
Stres dalam kondisi oksigen yang semakin rendah diduga memicu
kematian ikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi ikan
stres adalah dengan menekan aktivitas metabolisme ikan agar konsumsi oksigen
selama transportasi rendah, namun tetap mempertimbangkan aspek fisiologis
kesehatan ikan yang dapat berakibat pada kematian ikan. Sehingga diperlukan
teknik transportasi ikan hidup yang dapat menjamin ikan sampai ke konsumen
dalam keadaan masih hidup (Syamdidi et al. 2006).

Teknik transportasi ikan hidup yang biasa digunakan masyarakat adalah


sistem basah menggunakan drum plastik. Upaya untuk meningkatkan kapasitas
angkut telah dilakukan dengan mengurangi jumlah air yang digunakan atau
meningkatkan jumlah ikan yang diangkut. Namun demikian, upaya tersebut masih
belum di ikuti dengan upaya untuk meningkatkan ketahanan hidup ikan sehingga
masih banyak masalah yang dihadapi (Syamdidi et al. 2006).
BAB III

METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum penanganan pasca panen ini di lakukan pada hari Senin 21


Oktober 2019 bertempat di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT)
Tatelu.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum penanganan pasca panen ini
adalah:

1. Plastic packing.
2. Gelang karet.
3. Tabung oksigen
4. Selang oksigen
5. Mistar

Bahan yang di gunakan dalam praktikum penanganan pasca panen ini adalah:

1. Benih ikan gurame.


2. Air.
3. Oksigen (O2)
3.3 Prosedur Praktikum

Prosedur dalam praktikum penanganan pasca panen ikan yang di gunakan


adalah benih ikan gurame dengan jumlah 200 ekor ukuran 3-5 cm. yang di
lakukan adalah pengangkutan dengan system tertutup, yang pertama di lakukan
adalah menyiapkan alat dan bahan seperti yang tertulis di atas, kemudian
menyiapkan plastic packing dan di isi air dengan perbandingan 25 ekor ikan/Liter
dengan ukuran benih 3-5 cm, kemudian ikan di hitung dan di ukur panjangnya.
Setelah itu ikan di masukan ke dalam kantong plastic packing dan di isi dengan
oksigen dengan jumlah 2/3 dari jumlah air. Setelah itu plastic packing di ikat
dengan menggunakan karet gelang, proses pengikatan ini harus teliti dan kuat
agar oksigen tidak keluar dari plastic packing, dan yang terakhir adalah media
transportasi yaitu dengan membawa ikan dari BPBAT Tatelu menuju Provinsi
Goeontalo dengan lama waktu perjalanan 15 jam. Setelah ikan sampai di tempat
tujuan, di hitung nilai SR (kelulushidupan ikan pada saat proses pengangkutan).
Adapun rumus untuk menghitung SR menurut (Sulmartiwi et al 2014) adalah
sebagai berikut :

SR= Nt/No x 100%


Keterangan:
SR : Sintasan (%)
N0 : Jumlah ikan pada awal pengangkutan (ekor)
Nt : Jumlah ikan pada akhir pengangkutan (ekor)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan dari praktikum penanganan pasca panen yang telah di


lakukan yaitu transportasi dengan system tertutup. Ikan yang di gunakan adalah
benih ikan gurame berjumlah 200 ekor dengan lama pengangkutan 15 jam. Hasil
dari pengangkutan tersebut adalah dengan di lihat pada nilai SR sebagai berikut:

SR = Nt/No x 100%

= 200/200 x 100%

= 100%

Dapat di lihat pada hasil di atas di dapatkan bahwa nilai SR selama


pengangkutan benih ikan gurame adala 100%, menunjukan bahwa tidak terdapat
ikan yang mati selama proses pengangkutan, benih yang di angkut sebanyak 200
ekor, dan setelah sampai di tujuan ikan yang hidup tetap berjumlah 200 ekor.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum penanganan pasca panen yang telah di lakukan di


Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu di dapatkan hasil seperti
yang telah di jelaskan di atas. Masalah yang sering dihadapi dalam transportasi
ikan gurami adalah rendahnya tingkat kelulushidupan selama dan setelah proses
transportasi. Hal tersebut diduga adanya proses metabolisme dan persaingan
dalam konsumsi oksigen, sementara ketersediaan oksigen dalam media semakin
menurun. Fenomena tersebut diduga dapat membuat benih ikan selama proses
transportasi lebih berkompetisi dalam mendapatkan oksigen sehingga memacu
ikan semakin stres (Midihatama et al 2018).

Berdasarkan dari hasil di atas di dapatkan bahwa nilai kelulus hidupan


(SR) benih ikan gurame dalam proses pengangkutan dengan system terututp
dalam waktu 15 jam yaitu adalah 100% hal ini diduga karena kondisi ikan yang
dalam kondisi yang sehat dan baik. Hal ini di perkuat oleh Mihiditama et al 2018,
mengatakan bahwa ikan yang dalam kondisi baik dan sehat selama pengangkutan
akan menghasilkan nilai Kelulushidupan (SR) yang tinggi. Selama ini ikan yang
mati dalam proses pengangkutan adalah ikan yang mengalami stress dan tidak
dapat beradaptasi dengan lingkungan pada saat proses pengangkutan. Seperti yang
di katakana oleh Rindanto dan Istanto (2013) respon stres merupakan sebuah
reaksi terhadap kerusakan jaringan yang ditimbulkan oleh keadaan syok, trauma,
anestesi, dan infeksi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari praktikum penanganan pasca panen ini dengan


menggunakan benih ikan gurame dengan metode pengangkutan system tertutup
dengan jumlah benih yaitu 200 ekor dengan lama waktu pengangkutan 15 jam.
Hasil yang di dapatkan adalah nilai kelulushidupan (SR) yaitu sebesar 100% hal
ini diduga karena benih dari ikan gurame dalam kondisi sehat dan baik.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya pada saat proses pengemasan seluruh


mahasiswa melakukan packing ikan, dan di harakan laporan ini dapat di jadikan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Nirmala, K. dan Rasmawan. 2010. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurami


(Osphronemus goramy Lac.) yang ipelihara pada Media Bersalinitas
dengan Paparan Medan Listrik. Jurnal Akuakultur Indonesia. 9(1):46–55.

Oktavianto, D., U. Susilo, dan S. Priyanto. 2014. Respon Aktivitas Amilase dan
Protease Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. terhadap Perbedaan
Temperatur Air. Scripta Biologica. 1(4): 14-18.

Midihatama A, Subandiyono, Alfabetian H C H. 2018. The Effect of Eugenol


on Blood Glucose Level and Survival Rate of Gouramy (Osphronemus
gouramy, Lac.) Fries During and After the Transportation Period by Using
a Closed Transportation System. Jurnal Sains Akuakultur Tropis: Vol
2(2):12-17

Arsyad M, Wenny D, Ariesia A G. 2015.. Pengaruh pemberian suhu 8 oc


terhadap lama waktu pingsan ikan mas (cyprinus carpio), ikan patin
(pangasius sp.), ikan lele (clarias sp.), dan ikan gurame (osphronemus
gourame). Jurnal Ilmiah Inovasi, Vol.14(2):110-116.

Syamdidi, Ikasari, dan Wibowo, S. 2006. Studi Sifat Fisiologis Ikan Gurami
(Osphronemus gourami) Pada Suhu Rendah Untuk Pengembangan
Teknologi Transportasi Ikan Hidup. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan. Vol 1 (1): 75-83.

Sulmartiwi L, Ida B P , Juni T. 2014. The effects of bandotan leave’s (ageratum


conyzoides) essential oil within closed system transportation of koi carp
(cyprinus carpio). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 6 (2): 215-
221.

Anda mungkin juga menyukai