Anda di halaman 1dari 17

COVER

KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam mendukung usaha
budidaya ikan dalam KJA yang berkelanjutan. Selain memenuhi persyaratan untuk
pertumbuhan dan perkembangan ikan yang dipelihara, juga sarana dan prasarana
pendukung harus tersedia secara memadai serta sosial ekonomi masyarakat yang
kondusif.
Permintaan ikan-ikan karang khususnya kerapu dan lobster terus meningkat
seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dan meningkatnya
minatmasyarakat untuk mengkonsumsi ikan-ikan karang. Harga yang cukup tinggi
dan akses pasar yang cukup lancar, mendorong usaha penangkapan ikan-ikan
karang berkembang demikian pesat. Namun demikian, rendahnya penguasaan
teknologi dan sarana penangkapan yang dimiliki nelayan, mengakibatkan hasil
tangkapan sangat rendah.
Berkembangnya usaha budidaya ikan dalam KJA selain berpengaruh pada
aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat, juga berdampak pada aspek
lingkungan baik yang bersifat positif maupun negatif, langsung maupun tidak
langsung. Walaupun ikan-ikan karang termasuk sumberdaya dapat pulih
(renewable resources), tidak berarti bahwa sumberdaya ini dapat dieksploitasi
secara berlebihan, apalagi dengan cara-cara yang merusak. Ketika upaya eksploitasi
(fishing effort) lebih besar dari pada tangkapan optimum (Maximum Sustainable
Yield, MSY), akan terjadi pemanfaatan yang berlebihan (over exploitated). Gejala
tangkap lebih (overfishing) yang disertai menurunnya daya dukung lingkungan
dapatmengancam kapasitas keberlanjutan ikan-ikan ekonomis dan bahkan dapat
terjadi kepunahan. Gejala tangkap lebih umumnya terjadi di wilayah pesisir yang
padat penduduknya dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
sumberdaya pesisir dan laut.
Kerusakan wilayah pesisir juga dapat disebabkan oleh berbagai aktivitas
nelayan maupun proses-proses alamiah baik yang terdapat di lahan atas (upland

1
2

areas) maupun laut lepas (oceans). Sifat sumberdaya pesisir yang merupakan
sumberdaya milik bersama (common proverty resources), aksesnya bebas dan
terbuka. Sumberdaya yang terkandung di dalamnya dapat dieksploitasi secara bebas
oleh semua orang (open access), sehingga wilayah pesisir sangat rentan dari
kerusakan. Untuk memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut secara optimal dan
berkelanjutan, perlu didukung dengan kebijakan yang mampu memperbesar
dampak positif dan sekecil mungkin dampak negatif. Analisis aspek lingkungan
budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) laut bertujuan menganalisis dan
mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berperan dalam mendukung usaha
budidaya ikan dalam KJA laut yang meliputi:
- Kesesuaian lokasi,
- Ketersediaan sarana produksi dan pendukung
- Persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap lingkungan, dan
- Peluang usaha dan kesempatan kerja yang tersedia sebagai dampak usaha
budidaya ikan dalam KJA.

2.1 Tujuan dan Manfaat


2.1.1 Tujuan
Makalah mengenai lingkungan budidaya ikan dalam keramba jaring apung
(KJA) laut bertujuan menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan
yang berperan dalam mendukung usaha budidaya ikan dalam KJA laut meliputi :
- Kesesuaian lokasi
- Ketersediaan sarana produksi dan pendukung
- Persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap lingkungan, dan
- Peluang usaha dan kesempatan kerja yang tersedia sebagai dampak usaha
budidaya ikan dalam KJA laut.

2.1.2 Manfaat
Hasil makalah ini diharapkan bermanfaat:
- Sumber informasi bagi masyarakat, perusahaan dan pemerintah dalam
mengembangkan system budidaya ikan dalam KJA laut yang
berkelanjutan.
- Menambah ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengetahui kelayakan
suatu perairan untuk budidaya KJA di laut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Budidaya Laut


Budidaya laut adalah budidaya ikan yang dilaksanakan di laut dengan
menggunakan teknik yang sesuai. Beberapa teknik budidaya laut telah dilakukan
untuk memelihara ikan, kerang, rumput laut, dan sebagainya. Sejauh ini kerambah
jaring apung merupakan yang paling baik untuk budidaya ikan secara intensif
dibandingkan cara lain seperti kurung tancap (Pens), Tambak (pond), kolam (tank),
ataupun kolam arus, ditinjau dari segi- segi: pengelolaan mudah diterapkan, tingkat
kualitas ikan peliharaan, pemanfaatan sumber daya maupun nilai ekonomisnya
(Nikijuluw V.P.H, 1992).

2.2 Pengertian KJA


Keramba jaring apung adalah wadah pemeliharaan ikan terbuat dari jaring
yang di bentuk segi empat atau silindris ada diapungkan dalam air permukaan
menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi, serta sistem
penjangkaran. KJA merupakan wadah budidaya perairan yang cukup ideal, yang
ditempatkan di badan air dalam, seperti waduk, danau, dan laut. Ikan yang
dipelihara bervariasi mulai dari berbagai jenis kakap, sampai baronang, bahkan
tebster). KJA ini juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan kecil
tradisional menjadi pengusaha agribisnis perikanan (Abdulkadir, 2010).

Gambar 1. Keramba Jaring Apung Laut


(Sumber : www.aquatec.co.id)

3
4

Keramba jaring apung merupakan bentuk / system kurungan yang banyak


sekali di pakai dan bentuk serta ukurannya bervariasi sesuai dengan tujuan
penggunaannya, (Beveridge 1987, Christensen, 1989) di karenakan keramba ini
memiliki nilai yang ekonomis (murah) dan merupakan cara yang sangat baik untuk
menyimpan berbagai organisme air, maka banyak sekali kegunaannya yaitu :
Sebagai sarana penyimpanan sementara, Sebagai tempat pemeliharaan pembesaran
ikan - ikan konsumsi, tempat penyimpanan dan transportasi ikan umpan, wadah
organisme air untuk memonitor kualitas lingkungan, sarana pemeliharaan untuk
tujuan “Re – Stocking“ (Ahmad et al, 1991).
Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan dalam KJA relatif tenang,
terhindar dari badai dan mudah dijangkau. Persyaratan teknis yang harus
diperhatikan dalam memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung
antara lain adalah:
a. Persyaratan teknis
Sesuai dengan sifatnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan,
lingkungan bagi kegiatan budi daya laut dalam karamba jaring apung sangat
menentukan keberhasilan usaha. pemilihan lokasi yang baik harus
mempertimbangkan aspek fisika, kimia, dan biologi perairan yang cocok untuk
biota laut.
b. Arus air pada lokasi keramba jaring apung.
Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun
tetap ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan
oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya
arus maka dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di
dasar perairan. Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap
keamanan jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada
perairan yang akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir),
disarankan agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut,
tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan
yang tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah perairan sejajar
dengan garis pantai.
5

c. Kedalaman perairan keramba jaring apung


Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada
lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar
akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan.
Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan lebih
dari 3m dari dasar waring/jaring.
d. Tingkat kesuburan air kerambah jaring apung.
Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya
dapat dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah
(oligotropik), sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat
baik untuk digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem
intensif adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika
perairan dengan tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring
terapung maka hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik
kandungan oksigen terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk
terhadap ikan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi.
e. Kerambah jaring apung bebas dari pencemaran.
Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan
adalah penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang
menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna
air dan sumber air perairan tersebut.Bahan pencemar yang biasa masuk kedalam
suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh
bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT
atau bahan organik sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah terurai berupa
limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis
bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti :
banjir atau gunung meletus. Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar
maka akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah
budidaya ikan tersebut.
6

f. Kualitas air kerambah jaring apung.


Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai
setiap perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup
dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus
berkualitas air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan
yang akan dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi.
g. lokasi kerambah jaring apung bukan daerah up-welling
Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (up-
welling). Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan
kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan
oksigen yang sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat
menimbulkan kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya
dihindari.kecuali sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme
tertentu.
h. Persyaratan sosiol-ekonomi
Berikut beberapa aspek sosio-ekonomi yang perlu mendapat perhatian
dalam pemilihan dan penentuan lokasi.
 Keterjangkauan lokasi. Lokasi budi daya yang dipilih sebaiknya adalah lokasi
yang mudah dijangkau. Umumnya lokasi budi daya relatif berdekatan dengan
rumah tempat tinggal agar lebih mudah dalam pemeliharaan.
 Tenaga kerja. Tenaga kerja sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal
berdekatan dengan lokasi budi daya, terutama pembudidaya atau nelayan
lokal. Upaya tersebut dilakukan untuk menghemat biaya produksi dan
sekaligus membuka peluang atau kesempatan kerja.
 Sarana dan prasarana. Lokasi budi daya sebaiknya berdekatan dengan sarana
dan prasarana perhubungan yang memadai untuk mempermudah dalam
pengangkutan bahan, benih, hasil panen, dan pemasarannya.
 Kondisi masyarakat. Kondisi masyarakat yang lebih kondusif
memungkinkan perkembangan usaha budi daya laut di daerah tersebut.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian dalam pemilihan lokasi budi daya.
7

i. Persyaratan non teknis


Persyaratan nonteknis yang perlu mendapat perhatian dalam pemilihan
lokasi budi daya adalah sebagai berikut.
 Keterlindungan. Untuk menghindari kerusakan fisik sarana budi daya dan biota
laut, diperlukan lokasi yang terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang
besar Lokasi yang terlindung biasanya didapatkan di perairan teluk atau perairan
yang terlindung atau terhalang oleh pulau di depannya.
 Keamanan lokasi. Masalah pencurian dan sabotase mungkin saja dapat terjadi
pada lokasi tertentu sehingga upaya pengamanan, baik secara perorangan
maupun kelompok harus dilakukan. Sebaiknya dilakukan upaya pendekatan dan
hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar lokasi budi daya.
 Konflik kepentingan. pemilihan lokasi sebaiknya tidak menimbulkan konflik
dengan kepentingan lain. Beberapa kegiatan perikanan (penangkapan ikan,
pemasangan bubu, dan bagan dan kegiatan nonperikanan (pariwisata,
perhubungan laut, industri, dan taman laut,) dapat berpengaruh negatif terhadap
aktivitas budi daya laut.
 Aspek peraturan dan perundang-undangan. Untuk menguatkan keberlanjutan
usaha budi daya laut, pemilihan lokasi tidak bertentangan dengan peraturan
pemerintah serta mengikuti tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah (BAPPEDA serta dinas kelautan dan perikanan setempat).

2.3 Faktor Persyaratan Kualitas Air


Didalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai
setiap peubah (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup,
dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Kualitas air ini meliputi sifat fisk dan
kimia air.
Kualitas Fisik air
1. Kecepatan arus:
Kecepatan arus yang ideal untuk pembesaran ikan Kerapu Macan dan
Kerapu Tikus adalah : 15 – 30 cm/detik. Kecepatan arus >30 cm/detik dapat
mempengaruhi posisi jaring dan jangkar. Sebaliknya kecepatan arus yang terlalu
8

kecil dapat mengurangi pertukaran air dalam jaring, sehingga berpengaruh terhadap
ketersediaan oksigen, serta ikan mudah terserang parasit.
2. Kecerahan
Kecerhaan perairan yang baik untuk budidaya ikan Kerapu Macan dan
Kerapu Tius di karamba adalah >4 meter. Hal ini berkaitan dengan pemantauan
ikan di dasar jaring serta pemantauan sisa pakan. Kecerahan yang rendah karena
tingkat bahan organik yang tinggi menyebabkan cepatnya perkembangan
organisme penempel seperti kutu ikan, lumut, cacing, kekerangan dan lain-lain
yang dapat menempel pada ikan dan jaring.
3. Suhu Air
Suhu air yangoptimal sebaiknya 27-32ºC. Hal ini sangat penting bagi
pertumbuhan ikan yang dipelihara. Lokasi budidaya juga sebaiknya terhindar dari
stratifikasi suhu dan oksigen.

Kualitas Kimia Air


Beberapa parameter kualitas kimia air yang perlu diketahui antara lain :
1. Salinitas (kadar garam)
Fluktuasi salinitas bisa mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan
kerapu yang dipelihara. Oleh karena itu calon lokasi tidak boleh berdekatan dengan
muara sungai kususnya untuk jenis Kerapu Tikus dan Kerapu Macan. Lokasi di
muara sungai sering mengalami stratifikasi salinitas, sehingga dapat menghambat
terjadinya difusi oksigen secara vertikal. Salinitas yang ideal untuk pembesaran
Ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tikus adalah 30-33 ppt.
2. Konsentrasi Ion Hidrogen (pH)
Kondisi perairan dengan pH netral atau sedikit kearah basa sangat ideal
untuk kehidupan ikan air laut. Sedangkan jika pH rendah mengakibatkan aktifitas
tubuh menurun atau ikan menjadi lemah, lebih mudah terkena infeksi dan biasanya
diikuti dengan tingkat mortalitas tinggi. Ikan diketahui mempunyai toleransi pada
pH antara 4,0 – 11,0. Pertumbuhan ikan kerapu Macan dan kerapu Tikus akan baik
pada nilai pH normal, yaitu 8,0 – 8,2.
3. Oksigen Terlarut (DO)
9

Konsentrasi dan ketersediaan oksigen terlarut merupakan salah satu faktor


pembatas bagi ikan yang dibudidayakan. Oksigen terlarut sangat dibutuhkan bagi
kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Konsentrasi oksigen dalam air dapat
mempengaruhi pertumbuhan, konversi pakan, dan mengurangi daya dukung
perairan. Ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tikus dapat hidup layak dalam karamba
jaring apung dengan konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 5 ppm.
4. Senyawa Nitrogen
Bentuk senyawa nitrogen dalam air laut bermacam-macam dan yang
bersifat racun terhadap ikan dan organisme lainnya ada 3 senyawa yaitu Amonia
(NH3-N), Nitrit (NO2-N) dan Nitrat (NO3-N).
5. Pospat
Kadar posfat yang tinggi di perairan akan menyebabkan terjadinya
eutrofikasi dan akan merangsang tumbuhnya plankton. Jika kondisi plankton
melimpah atau blooming dan terjadi kematian masal (die off) maka akan
menyebabkan penurunan oksigen secara drastis yang akan menyebabkan kematian
masal ikan dan organisme ekuatik lainnya (Adnan, 1994 dalam Mayunar, 1995).
Untuk keperluan budidaya ikan kandungan fosfat dalam perairan yang aman adalah
0,2 – 0,5 mg/l.

2.4 Konstruksi Keramba Jaring Apung Laut


Pra Kontruksi
1) Kriteria bahan rakit : kayu balok/gelondongan, tahan air laut berukuran
14x7x800 cm sebanyak 14 batang/unit, kayu papan jenis kayu tahan air laut
berukuran 25x3x400 cm, jumlah perunit rakit 24 lembar, daya tahan minimal 4
tahun.
2) Baut : yang digunakan adalah baut besi berdiameter 1 cm panjang 30 cm
dilengkapi dengan mur dan ring. Jumlah yang digunakan per unit rakit 36 pasang
dan untuk sambungan digunakan 60 pasang berdiameter 1 cm panjang 30 cm,
kekuatan baut 4 tahun.
3) Paku : yang digunakan adalah paku kapal/galvanis berukuran 2-5 inci memiliki
daya tahan 4 tahun.
10

4) Pelampung : yang digunakan berbahan styrofoam yang diberi sarung terpal


polyetiline.
5) Tali : yang digunakan adalah tali polyetyline berdiameter 8 mm untuk tali
pelampung, dan 25 mm untuk tali jangkar dengan daya tahan 5 tahun. Kebutuhan
tali pelampung untuk rakit 15 kg dan tali jangkar 45 kg.
6) Jangkar : berbahan besi atau bahan lainya berat 50 – 75 kg/buah, daya tahan 10
tahun.
Kriteria bahan karamba jaring
1) Jaring yang digunakan berbahan polyetiline, ukuran mata jaring dan nomor
benang bervariasi mulai dari 0,5 – 1,5 inci D9 – D21, daya tahan jaring 5 tahun.
2) Tali ris berbahan polyetiline, daya tahan 5 tahun.
Konstruksi
1) Bentuk dan ukuran rakit : berbentuk segi empat (8 x 8 m) yang dibagi menjadi
4 petak berukuran 3,2 x 3,2 m sebagai tempat untuk melakukan kegiatan, rakit
diapungkan dengan pelampung dan ditambatkan denan jangkar.
2) Bentuk dan ukuran keramba jaring : berbentuk kotak (1x1x2 m) untuk fase
pendederan dan penggelondongan, serta ukuran 3x3x3 m untuk fase pembesaran.
Tata Cara Pembuatan Rakit
1) Pembuatan bingkai rakit : a) mempersiapkan dan menyusun kayu balok sesuai
bigkai yang akan dibuat, b) pengeboran kayu serta pemasangan baut pada bagian
yang telah di bor, pada pertemuan kedua balok dilakukan pencoakan ((nat/sliding)
agar lebih kokoh, c) jarak antara balok kayu untuk petak pemeliharaan 3,2 meter,
jarak antara kayu balok untuk pemasangan pelampung 30 cm, d) setelah pasang
baut dipasang balok kecil 44 cm fungsinya sebagai alas papan pijakan, e) bingkai
rakit siap dipasang.
2) Pemasangan pelampung : a) dilakukan dipantai, b) dipasang sejajar dengan
kayu balok bingkai rakit bagian bawah, pemasangan pelampung menggunakan tali
8 mm, setiap unit rakit minimal 15 pelampung disusun 5 buah perbarisnya
3) Pemasangan kayu papan pijakan : a) dilakukan setelah pelampung terpasang
semua, b) dipasang diatas dan sejajar kayu balok bingkai rakit kemudian dipaku
pada papan yang sudah terpasang.
11

Tata Cara Pembuatan Keramba Jaring


1) Pengukuran dan penghitungan mata jaring : pengukuran mata jaring dilakukan
dilakukan saat posisi mata jaring tertutup, sedangkan nomor bening (D) dihitung
jumlah serabut daam satu lilitan benang.
2) Pemotongan jaring : a) dilakukan apabila jumlah mata jaring yang digunakan
sudah ditentukan, b) pemotongan mengikuti jalur jaring, dengan menarik sisi kiri
dan kanan yang akan dipotong.
3) Pemasangan tali ris : a) setiap keramba memerlukan 4 utas tali yang terdiri dari
1 utas tali sepanjang 2 keliling atas bawah ditambah 1 bidang tinggi ditambah 4 x4
meter untuk tali kuping dan 3 utas tali sepanjang tinggi kurungan ditambah 1 meter.
b) tiga potong tali ris pendek dipasang pada 3 sisi tinggi kurungan diikat supaya
tidak bergeser, c) tali ris panjang dimasukkan mulai dari bibir jaring bagian atas
dan sekelilingnya untuk menyatukan dua sisi ujung hingga membentuk kotak, d)
memasang tali ris bagian bawah dan bagian dasar kurungan membentuk kotak, e)
membuat tali kuping dari salah satu ujung secara berurutan dan diikat mati, sisa tali
pada setiap kuping disimpul kuat dan ujungnya dibar supaya kuat dan rapi. f) jaring
siap dipasang dengan alur pemasangan tali ris.
Penempatan Rakit
Penentuan tata letak berguna untuk mendapatkan posisi rakit yang stabil dilokasi
perairan, hal yang harus diperhatikan ; a) panjang tali jangkar minimal 3 kali
kedalaman pada saat pasang tinggi, b) pengikat tali jangkar harus menggunakan
simpul kuat agar rakit tidak hanyut pada saat gelombang besar, c) posisi rakit yang
dipasang stabil adalah arah pelampung harus sejajar dengan arah arus, d) jarak antar
rakit, e) jumlah rakit perjalur maksimal 5 rakit/unit, antar unit dipasang ban bekas.
Penempatan Keramba Jaring
1) Untuk pendederan dan penggelondongan menggunakan jaring ukuran 1 cm x
1 cm x 2 meter yang diletakan dipetakan 3,2 x 3,2 meter yang sudah dibagi menjadi
4 petak.
2) Keramba jaring pembesaran ukuran 3 x 3 x 3 meter yang diletakan pada petakan
ukuran 3,2 x 3,2 meter.
3) Pemasangan keramba jaring ke bingkai rakit diletakkan pada tiap sudut bagian
atas keramba yang dipasang tali diikat pada sisi bingkai, pemasangan dengan
menarik keramba jaring membentuk kotak dan terpasang kuat.
4) Pemasangan pemberat pada keramba jaring dipasang pada setiap sudut keramba
yang digantung tersendiri, diikat menggunakan simpul hidup kuat dan mudah
dilepas, bobot pemberat harus sesuai dengan ukuran dan jenis keramba dan kuat
arus, setiap pemberat diberi tali untuk memudahkan penarikan dalam penggantian
pemberat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Budidaya laut adalah budidaya ikan yang dilaksanakan di laut dengan
menggunakan teknik yang sesuai. Beberapa teknik budidaya laut telah dilakukan
untuk memelihara ikan, kerang, rumput laut, dan sebagainya. Sejauh ini keramba
jaring apung merupakan yang paling baik untuk budidaya ikan secara intensif
dibandingkan cara lain seperti kurung tancap (Pens), Tambak (pond), kolam (tank),
ataupun kolam arus.
Keramba jaring apung adalah wadah pemeliharaan ikan terbuat dari jaring
yang di bentuk segi empat atau silindris ada diapungkan dalam air permukaan
menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi, serta sistem
penjangkaran. KJA merupakan wadah budidaya perairan yang cukup ideal, yang
ditempatkan di badan air dalam, seperti waduk, danau, dan laut.
Didalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai
setiap perubah (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup,
dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Kualitas air ini meliputi sifat fisik dan
kimia air. Kualitas fisik air terdiri dari kecepatan arus, kecerahan dan suhu air.
Kualitas kimia air terdiri dari salinitas, pH, DO, senyawa nitrogen, pospat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, T., Imanto, P.T., Muchari, Basyarie, A., Sunyoto, P., Slamet, B., Mayunar,
Purba, R., Diana, S., Redjeki, S., Pranowo, S.A., & Murtiningsih, S. (1991).
Operasional pembesaran ikan kerapu dalam keramba jaring apung.
Departemen Pertanian. Jakarta.

BSN, 1999. SNI 01-6145-1999 Keramba Jaring Apung (KJA) Kayu


untuk Pembesaran Ikan Kerapu di Laut. Badan Standardisasi Nasional,
Jakarta.

Effendi, I. 2002. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya : Jakarta.

Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung.
Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan
Kelautan dan Perikanan, Aceh

Nikijuluw, Victor P.H., 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Pusat


Pemberdayaan dan Pembangunan Daerah dan PT. Pustaka Cidesindo.
Jakarta

Lee, C.S. 1997. Constraints and government intervention for the development of
aquaculture in developing countries. Aquaculture Economics and
Managements, 1(1) : 65 – 71.

Sutarman, T dan Hanafi, A. 2008. Pembesaran Ikan Kerapu Bebek Dalam Keramba
Jaring Apung di Teluk Pegametan Gerokgak, Bali. BBRPBP Gondol : Bali

14

Anda mungkin juga menyukai