Disusun oleh:
Kelompok 11
Kelas B-Perikanan
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Penggulaan “Manisan
Rumput Laut” yang merupakan bagian dari tugas Mata Kuliah Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan.
Makalah ini kami buat sebaik-baiknya. Rasa terima kasih tak lupa kami
ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini. Semoga Allah senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Kami
berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi semua civitas akademika yang
membutuhkannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengawetan .............................................................................. 3
2.2 Penggulaan ............................................................................... 4
2.2.1 Prinsip dan Fungsi Penggulaan ................................................ 4
2.2.2 Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Gula .............................................. 5
2.2.3 Efek Pengawet dari Gula .......................................................... 5
2.2.4 Jenis-Jenis Kerusakan Akibat Penggulaan
Pada Bahan Pangan .................................................................. 6
2.2.5 Metode Penggulaan .................................................................. 6
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................. 16
4.2 Saran ......................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengawetan
Bahan pengawet adalah bahan kimia yang dapat membantu
mempertahankan bahan pangan dari serangan mikroorganisme pembusuk, baik
bakteri, kapang, maupun khamir dengan cara menghambat, mencegah dan
menghentikan proses pembusukan, pengasaman, atau kerusakan komponen lain
dari bahan pangan. Bahan pengawet yang aman dan lazim digunakan oleh
masyarakat diantaranya adalah gula dan garam.
Tujuan utama pengawetan pangan adalah memperpanjang masa simpan.
Selain itu pengawetan :
- Sebagai solusi ketidaktepatan perencanaan bidang pertanian
- Meningkatkan nilai tambah produk.
Pengawetan tidak dapat meningkatkan mutu, artinya bahan yang sudah
terlanjur busuk tidak akan menjadi segar kembali. Masing-masing cara pengawetan
hanya efektif selama mekanisme pengawetannya masih bekerja.
Tujuan pengawetan pangan ada tiga yaitu :
Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial
Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan
Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk serangan
hama
Pengawetan pangan secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga yaitu
- fisik,
- biologi, dan
- kimia misalnya penggulaan, penggaraman, pengasaman. Pengawetan secara
kimiawi ini akan menurunkan kadar air bahan sehingga produk akan menjadi awet.
2.2 Penggulaan
Pengawetan dengan proses penggulaan diterapkan pada komoditas buah
dan hewani yang akan menghasilkan produk antara lain jam, manisan, sirup buah
3
4
1) Karamelisasi
Bila suatu bahan makanan atau larutan gula (sukrosa) dipanaskan, maka
kadar gulanya akan meningkat, demikian juga titik didihnya. Keadaan ini akan terus
berlangsung sehingga seluruh air menguap. Bila bahan tersebut dipanaskan terus
hingga melampaui titik lebur gula, misalnya pada suhu 1700C, maka mulailah
terjadi karamelisasi.
2) Reaksi Maillard
Reaksi ini terjadi pada karbohidrat khususnya gula pereduksi dan protein
yang ada dalam bahan, misalnya pada pembuatan dendeng daging.
Hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan berwarna coklat yang sering dikehendaki
atau sebaliknya menjadi tanda penurunan mutu.
3) Pencoklatan akibat vitamin C
Vitamin C (asam askorbat) merupakan senyawa yang umumnya terdapat
pada buah-buahan dan sayuran berwarna dan mempercepat terjadinya reaksi
maillard dan proses pencoklatan.
9
10
pengawet, seperti selai, jeli, sari buah pekat, buah-buahan bergula, chutney dan
madu.
Sukrosa merupakan disakarida yang mempunyai peran penting dalam
pengolahan bahan pangan. Sukrosa dalam bentuk kristal biasanya digunakan dalam
industri-industri makanan (Winarno, 1992). Sukrosa tidak mempunyai daya
mereduksi sama sekali, karena gugus pereduksi dari glukosa dan fruktrosa salnga
mengikat membentuk ikatan 1,2-glukosis sebagai berikut (Girindra, 1990). :
Buckle et al (1987) menyatakan bahwa penambahan gula dapat
menurunkan aw, tetapi bukan merupakan satu-satunya faktor yang mengendalikan
pertumbuhan mikroba, karena bahan-bahan dasar yang mengandung komponen
yang berbeda juga berpengaruh terhadap kerusakan yang disebabkan oleh mikroba.
Oleh karena itu teknik pengawetan dengan penambahan gula pada umumnya
dikombinasikan dengan teknik pengawetan lainnya seperti pemanasan.
2. Asam Sitrat
Selama pengolahan bahan pangan, tidak dapat dihindari terjadinya
penurunan zat gizi dan mutu bahan pangan, baik kualitas maupun kuantitas. Hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh enzimatis, fisik dan mikrobiologis (Desrosier,
1987).
Asam sitrat ditambahkan pada bahan makanan dengan tujuan sebagai
antioksidan, menginaktifkan enzim pengoksidasi, mengatur pH dan mencegah
reaksi pencokelatan (Prescott dan Dunn (1982) dalam Haryani, 1999).
Menurut Haryani (1999), konsentrasi asam sitrat yang terbaik pada
pembuatan leather nangka adalah 0,1% agar rasanya tidak terlalu asam.
3.2 Pengeringan
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas. Dengan cara ini bahan menjadi lebih awet, volumenya
menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan.
(Winarno, 1992)
13
5. Tekstur
Hutabean (1996) menyatakan bahwa konsentrasi larutan gula pekat
menyebabkan sirup, jelly, selai dan manisan kering buah-buahan tampak
cemerlang.
Proses pengeringan dengan suhu awal yang terlalu tingi dapat menyebabkan
permukaan bahan menjadi mengering lebih dahulu sebelum bagian dalamya (case
hardening), akibatnya permukaan bahan menjadi keras dan keriput sehingga
pengeringan selanjutnya menjadi terhambat (Winarno, 1992).
Pelaksanaan:
1) Tahap Sortasi Bahan
Bahan baku dipilih yang segar, kering, tidak berjamur, warna putih kecoklatan.
Bahan yang sudah dipilih dipisahkan dari bahan yang berjamur atau tidak utuh.
2) Tahap Pencucian I
Bahan yang sudah disortasi sicuci dengan air yang mengalir sampai bersih.
Kemudian bahan dibersihkan dari kotoran berupa pasir dengan cara di gosok
dengan tangan sampai kotoran lepas dari bahan.
3) Tahap Perendaman bahan baku
Bahan direndam dengan air tawar sampai bahan baku benar-benar terendam.
Perendaman dilakukan selama 1-2 hari, setiap 12 jam sekali air rendaman
diganti dengan yang baru agar air tidak berlendir dan rumput laut dapat
mengembang dengan sempurna seperti semula, karena menggunakan rumput
laut kering.
4) Pengirisan
Bahan yang sudah direndam diiris dengan pisau stain less steel. Pengirisan
dilakukan bertujuan untuk memperkecil ukuran bahan, sehingga mempercepat
peresapan larutan ke dalam bahan baku manisan.
5) Tahap Perendaman dalam larutan kapur sirih
Bahan yang sudah diiris kemudian direndam dengan larutan kapur sirih 1%
selama 12 jam. Tujuan perendaman dengan larutan kapur sirih, yaitu untuk
memperkuat tekstur bahan baku.
6) Tahap Pencucian II
15
Bahan yang sudah direndam larutan kapur sirih, kemudian dicuci bersih dengan
air bersih yang mengalir agar sisa-sisa larutan kapur sirih segera hilang.
7) Tahap Pemasakan
Larutan gula dimasak sehingga mendidih selama 5 menit, kemudian bahan baku
dimasukkan dalam rebusan larutan gula tersebut, selanjutnya dimasak selama 10
menit. Larutan gula dan bahan yang sudah dimasak dimasukkan dalam wadah.
8) Tahap Perendaman dalam larutan gula
Ditimbang sesuai perlakuan yaitu 15% (150 g), 25% (250 g), 35% (350 g), 45%
(450 g), 65% (650 g), 75% (750 g) dan masing-masing dilarutkan ke dalam 1000
ml air dan dibiarkan terendam selama 24 jam, selanjutnya larutan gula diambil
untuk dipekatkan dengan cara dimasak sampai mendidih,
kemudianditambahkan asam sitrat 0,5%(pasta) dan essence aroma 1%,
selanjutnya dimasukkan bahan dalam larutan gula tersebut diangkat dari api
dibiarkan 12 jam, diulangi sebanyak tiga kali.
9) Tahap Pengeringan
Bahan yang sudah direndam ditempatkan pada tampah yang dialasi dengan daun
pisang kering kemudian dijemur dibawah sinar matahari. Selama pengeringan
bahan dibolak-balik sampai bahan kering. Lama pengeringan berkisar 1-2 hari
tergantung dari kondisi cuaca.
10) Tahap Pengemasan
Pengemasan merupakan proses akhir atau finishing dalam proses produksi.
Pengemasan dilakukan setelah manisan kering, dengan bahan pengemas yang
tidak membahayakan kesehatan. Bahan pengemas yang digunakan dari bahan
plastik atau beling.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Penggulaan mampu mengawetkan produk makanan dan minuman agar
masa simpannya menjadi lebih lama serta mampu meningkatkan nilai tambah
produk yang dihasilkan. Gula bekerja dengan menurunkan aktivitas air sehingga
pertumbuhan mikroba mampu dihambat. Namun kekurangan dari metode
penggulaan ini ialah mampu menyebabkan kerusakan pada pangan, salah satunya
yakni browning.
Hasil proses ekstraksi rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan
makanan atau sebagai bahan tambahan untuk industri makanan, farmasi,
kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula sebagai pupuk
hijau dan komponen pakan ternak maupun ikan.
4.2 Saran
Metode penggulaan yang diterapkan pada suatu produk perlu dilakukan
dengan baik agar terhindar dari kerusakan-kerusakan produk yang dihasilkan
seperti browning, karamelisasi, dan reaksi maillard sehingga produk yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, 1995. Pengaruh Konsentrasi Gula Dan Lama Perendaman Terhadap Beberapa
Sifat Fisik Dan Kimia Manisan Kering Belimbing Wuluh (Averhoa belimbi) Setelah
Disimpan (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.
Astawan, M. dan M. Wahyuni, 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna.
Akademika Pressindo. Jakarta.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan Wooton, 1987. Ilmu Pangan. Diterjemahkan
oleh Purnomo, H dan Adiono. Universitas Indonesia. Jakarta.
Hambali, Erliza, 2004. Membuat Aneka Olahan Rumput Laut. Jakarta: Penerbit Swadaya.
Haryany, N., 1999. Kajian Sifat Kimia Dan Organoleptik Leather Nangka Pada Berbagai
Konsentrasi Asam Sitrat (skripsi). Fakultas Pertanian. Universitas Mataram.
Hutabean, T.J., 1996. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Lama Pengentalan terhadap
Sifat Fisik dan Kimia Konsentrat Sari Buah Jambu Mete. Fakultas Pertanian
Universitas Mataram. Matara
17