Anda di halaman 1dari 43

TEKNIK IDENTIFIKASI EKTO PARASIT PADA IKAN KUWE

( Caranx sp) DI KERAMBA JARING APUNG

LAPORAN
PRAKTEK KETERAMPILAN LAPANGAN

OLEH :
RIVAL ALOATUAN
2016-65-023

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
LEMBARAN PENGASAHAN

TEKNIK IDENTIFIKASI EKTO PARASIT PADA IKAN KUWE (Caranx sp) DI


KERAMBA JARING APUNG

LAPORAN KETRAMPILAN LAPANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu peryaratan akademik Fakultas Perikanan dan ilmu
kelautan Universitas Pattimura Ambon

Oleh:

RIVAL ALOATUAN

NIM: 2016-65-023

MENYETUJUI

PEMBIMBING

R. R. Borut S. Pi. Mp
NIP:19761003 200502 1 005

KETUA PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

Dr. B. M. Laimeheriwa, S. PI, M .Si


NIP:19700221 199803 1 001

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

Ir. J. W. Loupatty, M. Si
NIP. 19640627 199003 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktek
Keterampilan Lapangan dengan judul TEKNIK IDENTIFIKASI EKTO
PARASIT PADA IKAN KUWE (Caranx sp.) DI KERAMBA JARING
APUNG.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan praktik kerja lapangan sampai


pada penulisan laporan ini tidak terlepas dari dukungan semua pihak yang selalu
memberi masukan, saran, dan motivasi kepada penulis. Untuk itu pada
kesempatan ini ijinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan terimah kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. J. W. Loupatty Msi. Selaku ketua jurusan program studi budidaya perairan.
2. Dr. B.M.Laimeheriwa, Spi, Msi. Selaku ketua program studi budidaya
perairan yang selalu memberi dorongan dan arahan kepada penulis.
3. Bapak Ruku Ratu Borut, Spi, Mp. Sebagai pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan laporan ini hingga selesai.
4. Kepada seluruh staf dosen fakultas perikanan dan ilmu kelautan program studi
budidaya perairan yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu saya
mengucapkan banyak terimah kasih yang sebesar-besarnya.
5. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan doa, motivasi dan
dorongan kepada penulis
6. Teman seperjuangan (William, ondry, ekel, nis, bila, lie, emi, muti, hamran
dan teman BDP’’ 16) yang telah menemani selama bekerja bersama.
7. Senior BDP 15, dan 14 yang menemani dan membantu penulis dalam mencari
informasi, memberi semangat dan dorongan kepada penulis.
8. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu per satu yang
secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dari awal sampai
terelesainya laporan praktik keterampilan lapangan ini.

iii
penulis Menyadari akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
penulis dalam penulisan ini sehingga laporan ini jauh dari kesempurnaaan.
kami selaku penulis mengharapkan sumbangan pemikiran, berupa kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca, agar dalam penulisan-
penulisan selanjutnya kesalahan kami dapat diperbaiki.

Semoga laporan ini dapat memberikan kontribusi positif kepada kita dan
diterima sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai akhir kepada
saya. Akhir kata, penulis memohon maaf apabila dalam penulisan laporan
Praktek ketrampilan ini terdapat banyak kesalahan dan terima kasih.

Ambon, 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

LEMBARAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 3

1.3. Manfaat 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelas Dan Morfolgi Ikan Kuwe 4

2.1.1. Ikan Kuwe 4

2.1.2. Morfologi Ikan Kuwe 5

2.2. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup 6

2.4. Habitat dan Penyebaran Ikan Kuwe 6

2.4. Parasit 7

2.4.1. Penyebab Penyakit 8

2.4..2. Sumber dan Jenis Penyakit 9

2.4.3. Bagian Tubuh Ikan yang Diserang 11

2.5. Identifikasi Penyakit Secara Umum 11

2.6. Parasit dan Parasitologi 13

v
2.7. Pemeriksaan dan teknik Identifikasi Ektoparasit 17

BAB III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat 19

3.2. Alat dan Bahan 19

3.3. Prosedur Kerja 20

3.4. Metode Analisa Data 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Teknik Identifikasi Ekto Parasit Pada Ikan Kuwe (Caranx sp) 23

4.2. Identifikasi Kehadiran Ekto Parasit Pada Ikan Kuwe

Caranx sp) 24

4.3. Klasifikasi Parasit Ascarophis sp 26

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan 28

5.2. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

JURNAL KEGIATAN

vi
DAFTAR TABEL

NO. JUDUL HAL.

1. Alat Yang Digunakan 19

2. Bahan Yang Digunakan 20

3. Identifikasi Kehadiran Parasit 24

4. Parasit Yang Ditemukan Pada Ikan Kuwe (Caranx sp) 25

vii
DAFTAR GAMBAR

NO. JUDUL HAL

1. Ikan Kuwe (Caranx sp) 5

2. Parasit (Ascarophis sp) 26

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar

daerahnya merupakan perairan, baik tawar maupun asin (laut). Indonesia memiliki

17.000 buah pulau kecil dengan panjang garis pantai 81.000 km mempunyai

potensi yang cukup besar dalam perikanan laut, namun baru sebagian kecil yang

dimanfaatkan. Permintaan pasar domestik dan internasional akan ikan laut

ekonomis penting terutama dalam keadaan hidup, belum diimbangi dengan

produksi hasil tangkapan, maka usaha budidaya akan semakin penting dimasa

mendatang .

Ikan kuwe adalah salah satu komoditas perikanan laut yang yang bernilai

ekonomis. Ikan kuwe (Caranx sp) merupakan ikan konsumsi yang mempunyai

prospek pengembangan budidaya yang cukup cerah karena teknologi

pembenihannya telah dikuasai. Sampai saat ini budidaya ikan-ikan laut termasuk

ikan kuwe masih mengandalkan ikan sebagai pakan utama. Ikan ini berpeluang

sebagai spesies kandidat yang dapat dikembangkan dalam usaha budidaya

(Poernomo. 2006). Selain itu, ikan kuwe sangat diminati konsumen dan tingkat

permintaan yang tinggi. Tingginya permintaan konsumen terhadap ikan kuwe

dikarenakan harga pasar ikan kuwe yang relatif tinggi yakni mampu mencapai

Rp.75,000/kg. Dampak dari tingginya permintaan tersebut, mengakibatkan

populasi ikan kuwe semakin menurun, dan salah satu upaya yang dikembangkan

1
adalah dengan cara dibudidayakan. Budidaya ikan kuwe sangat diperlukan agar

menjaga kelestarikan sumberdaya dan meningkatkan produktivitas pengelolaan

secara berkelanjutkan.

Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan

yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor

pakan yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada

padat penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan

misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang

tepat baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka

ikan akan menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah terserang

oleh penyakit (Snieszko, 1973 ; Sarig, 1971).

Parasit merupakan organisme yang dapat menyebabkan kematian pada

ikan. Perkembangbiakan parasit ini dapat terjadi apabila, jika wadah pemeliharaan

tersebut kurang perawatannya, pakan yang berlebihan, perubahan lingkungan

yang dapat menurunkan resistensi ikan tersebut. Parasit hidup secara menumpang

pada organisme lain yang menyebabkan kerugian pada organisme yang

ditumpangi. Tempat parasit hidup dinamakan inang yang berperan sebagai tempat

nutrien, tempat hidup dan tinggal. Parasit pada ikan adalah parasit yang hidup di

tubuh ikan dan menjadikan ikan sebagai inang (Usy dan Fatmawati, 2016).

Parasit yang menyerang ikan, terutama pada insang ikan dikelompokkan

ke dalam ektoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup permukaan luar tubuh

inang atau di dalam liang-liang kulit ikan. Dampak negatif yang ditimbulkan dari

adanya parasit pada tubuh ikan akibat serangan ektoparasit terlihat jelas pada

2
tubuh luar ikan (Purbomartono, 2010). Parasit yang menyerang ikan budidaya

akan mempengaruhi kelangsungan hidup seperti terhambatnya pertumbuhan ikan.

Pengaruh yang muncul diawali dengan terganggunya sistem metabolisme tubuh

hospes sampai merusak organ (seperti insang, lambung dan usus), sehingga dapat

mempengaruhi pertumbuhan ikan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Daur

hidup parasit yang menginfeksi ikan budidaya dapat diketahui melalui hubungan

antara hospes yaitu biakan budidaya, parasit serta lingkungan hospes tersebut

hidup, sehingga para pembudidaya ternak dapat mengantisipasi keadaan yang

timbul akibat parasit tersebut (Nofyan dkk, 2015).

1.2. Tujuan

Praktek keterampilan lapangan (PKL) ini bertujuan untuk mengetahui

danmengidentifikasi tentang jenis-jenis ektoparasit pada ikan kuwe (caranx sp).

1.3. Manfaat

Manfaat dari praktek ketrampilan lapangan (PKL) ini adalah :

• Memberikan infomasi mengenai identifikasi jenis-jenis ektoparasit pada

ikan kuwe (caranx sp).

• Terampil dalam mempraktikan teknik identifikasi jenis ektoparasit pada

ikan kuwe (caranx sp).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Burgess at al. (1988), klasifikasi ikan kuwe adalah sebagai

berikut :

2.1. Klasifikasi dan Morfologi

2.1.1. Klasifikasi Ikan Kuwe (caranx sp)

Phylum : Chordata

Sub phylum : Verterbrata

Kelas : Osteichtyes

Sub klass : Actinoperig

Ordo : Percomorphi

Sub ordo : Percoidea

Famili : Carangidae

Genus : Caranx, Alectis

Spesies : Caranx sp.

4
Gambar 1.Ikan Kuwe (Caranx sp)

2.1.2. Morfologi Ikan Kuwe (caranx sp)

Ikan Kuwe Caranx sp adalah ikan tangkapan umum di perairan tropis

Indo-Pasifik. Ikan ini mudah untuk dikenali mulai dari dahinya yang tampak besar

dengan warna tubuh keperakan semburat kuning. Ikan Kuwe memiliki

karakteristik: badan pipih; punggung lebih cembung dibanding perut, sebagai ciri

khas untuk genus Caranx; terdapat scute pada ekor sebagai perpanjangan dari

gurat sisi; sirip punggung kedua dan sirip dubur memanjang sampai ekor; dua duri

keras di depan sirip dubur, sebagai ciri umum untuk famili Carangidae; dan noda

hitam pada tutup insang, sedangkan untuk spesies caranx papuensis, noda tersebut

berwarna putih; serta sirip dada panjang dan membentuk bulan sabit

falcate).Warna badan sangat bervariasi, tergantung spesies.

Ikan dari famili Carangidae ini terdiri dari 12 genus, yaitu Megalapsis,

Decapterus, Alectis, Parastrometeus, Seriola, Naucrates, Atropus, Caranx,

Chrorinemus, Trachinotus, Elagatis dan Gnatodon. Tetapi yang disebut ikan

bubara hanya terdiri dari 3 genus, yaitu Caranx, Alectis dan Gnatodon.

5
2.2. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup

Ikan kuwe dari jenis Golden tre-vally, Gnathanodon speciosus Forsskal

merupakan jenis ikan yang bisa hidup dipermukaan, ikan ini termasuk family dari

ikan Carangidae.Untuk ukuran panjang 10 – 15 cm disebut ikang londongan

(Gushiken, 1983; Shokitaet al., 1991).Ikan ini biasanya hidup pada perairan pantai

yang dangkal, karang dan batu karang, dan secara alami dapat memijah, serta

tidak musiman.

Ikan kuwe ini pertumbuhannya relative cepat, umur juvenile bisa

mencapai 30-35 hari, dan juga mencapai ukuran panjang 23.9-26.6 cm pada bobot

282.2-383.9 g, dapat dipelihara selama 7- 9.5 bulan untuk ukuran konsumsi. Ikan

ini relative mudah dibudidayakan (Kordi, 2005) sehingga merupakan species yang

ditargetkan untuk pengembangan budidaya laut (Gushiken S, 1983).Upaya

pembenihan skala masal sudah dilakukan melalui berbagai penelitian yang meng-

arah pada peningkatan kelangsungan hidup benih (Setia dharmaet al.,

2007).Kegiatan penelitian pembenihan ikan kuwe telah dimulai di Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol sejak tahun 2006 dan induk

ikan sudah berhasil dipelihara dalam bak terkontrol dan dapat memijah secara

alami (Setia dharmaet al., 2006a dan 2006b).

2.3. Habitat Dan Penyebaran

Habitat dari ikan Kuwe sangat beragam, dari pantai sampai laut lepas dan

dari yang bersifat pelagis sampai mendekati dasar.Caranx dan Gnathanodon

sangat khas sebagai penghuni terumbu karang.Hampir semua ikan Kuwe

mempunyai sifat bergerombol dan bersifat karnivor.Rahim (2001) melaporkan

6
bahwa makanan utamanya adalah ikan dan makrofauna lainnya.Ikan kuwe

memiliki lingkungan pergaulan yang unik, seperti halnya manusia, ikan kuwe pun

gemar bercengkerama dengan teman sebayanya.Habitat ikan kuwe kecil lebih

senang berada di dekat karang.Adapun ikan kuwe besar kebanyakan menyebar

lebih jauh dan sering pula muncul ke permukaan.Ukuran tubuhnya besar, dengan

panjang dapat mencapai 170 cm dan berat 80 kg (Kordi, 2010).Ketika muda ikan

kuwe gerong menyukai perairan dengan kegaraman rendah, tetapi setelah besar

dapat ditemukan di berbagai zona laut.

2.4. Parasit

Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang

dapatmenimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit yang

menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan tiga

faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi dalam air), kondisi inang (ikan), dan

adanya jasad patogen (jasad penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan

penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres

pada ikan,sehingga mekanisme pertahanan diri yang memilikinya menjadi lemah

dan akhirnya mudah diserang penyakit. (Ghufran M.H.,et al 2004)

Penyakit adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan

padaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan

dapat di sebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi linkungan yang

kurangmenunjang kehidupan lain. Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit

ikandi kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi

7
lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah

menyebabkan stres pada ikan sehingga mekanisme pertahanan diri dari yang

dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah di serang penyakit (Lukistyowati

dan Morina, 2005).

Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang

dalam tubuh ikan, sehingga organ tubuh ikan terganggu, akan terganggu pula

seluruh jaringan tubuh ikan (Gusrina, 2008).

Hal yang sering menyebabkan terjadinya penyakit yang disebabkan oleh

organisme parasit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat

terlukakarena gesekan dengan benda keras, jika terlambat mengobatinya maka

tubuhikan dapat mengalami infeksi skunder karena serangan organisme parasit.

Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit terbukti telah

menimbulkan banyak kematian pada ikan (Dailami, 2001).

2.4.1 Penyebab Penyakit

Manusia memegang peran penting dalam upaya mencegah

terjadinyaserangan penyakit pada ikan budidaya, baik di kolam, keramba,

tambak,maupun dalam wabah budidaya lainnya, dan pada ikan liar di daerah

aliran sungai, yaitu :dengan cara memelihara kelestarian interaksi anatara tiga

komponem diatas iniberarti, kerugian yang diderita karena serangan penyakit

sebenarnya dapat dihindari karena serangan penyakit sebenarnya dapat dihindari

apabila mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai cara menjaga

keserasian antara ketiga komponem penyebab penyakit ikan. Di samping itu,

8
ketelitian dan kecermatan juga sangat menentukan keberhasilan dalam

pencegahan serangan penyakit ikan tersebut (Ghufran M.H.,et al 2004).

Salah satu kelompok penyebab penyakit pada ikan yang juga harus

diwaspadai oleh petani ikandanhobiis (kolektor) ikan adalah kelompok non-

infeksi.Kelompok ini adalah kelompok penyakit yang disebabkan oleh bukan

jasad hidup,antara lain disebabkan oleh perubahan lingkungan seperti kepadatan

ikan terlalu tinggi, variasi lingkungan (oksigen, suhu, ph, salinitas, dsb),biotoksin

(toksinalga,toksin zooplankton, dsb), pollutan, rendahnya mutu pakan dan lain-

lain (Hofman, 1967).

Ciri masing-masing penyebab penyakit merupakan proses menuju

morbiditas dan mortalitas. Dan di antara bebagai penyebab penyakit

tersebut,proses menuju mortalitas sangat tergantung pada jenis penyebabnya.

Kebanyakan keracunan dan infeksi virus terjadi secara mendadak dan

meningkatkan kematian dengan tajam (Ghufran M.H.,et al 2004).

2.4.2. Sumber dan Jenis Penyakit

Pengetahuan mengenai sumber penyakit yang sering dapat

menyebabkanikan terserang penyakit, selain sangat membantu dalam upaya

pengobatan, juga bermanfaat dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan

petani ikan untuk mencegah serangan suatu penyakit yang mungkin akan dialami

oleh ikan budidaya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penyakit

yang menyerang ikan budidaya tidak datang begitu saja, melainkan akibat dari

9
interaksiyang tidak serasi antara tiga komponem utama, yaitu lingkungan, ikan,

dan organisme penyebab penyakit (Ghufran M.H.,et al 2004).

Munculnya penyakit pada ikan umumnya merupakan hasil interaksi yang

tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem perairan yaitu inang (ikan)

yang lemah, patogen serta kualitas lingkungan yang memburuk. Penyakit ikan

dapat disebabkan oleh mikrob penyebab penyakit (Patogen) yang dapat berupa

parasit, bakteri, virus maupun jamur (Kordi,2004).

Jasad patogen merupakan sumber penyakit, walaupun pada saat tertentu

penyebab karena ada faktor lain menjadi sumber. Jasad patogen termasuk

organisme yang telah hidup diperairan tersebut, bahkan pada tubuh ikan, misalnya

Vibriosp. Sering ditemukan dibagian usus (intenstine) pada ikan-ikan sehat.

Jasadpatogen ini tidak dapat menyerang ikan dalam kondisi sehat dan lingkungan

dalam keadaan optimum (Ghufran M.H.,et al 2004).

Penyakit yang di sebabkan oleh parasit secara umum jarang

mengakibatkan dampak yang akan berakibat buruk dengan cepat. Akan tetapi,

pada intesitas penyerangan yang sangat tinggi dan areal yang terbatas dapat

berakibat buruk pada ikan yang dibudidayakan. Akibat dari penyakit yang

disebabkan oleh parasit secara ekonomis cukup merugikan yaitu dapat

menyebabkan kematian, menurunkan berat tubuh, bentuk dan ketahanan tubuh

ikan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jalan masuk bagi infeksi sekunder oleh

patogen lain seperti jamur, bakteri dan virus (Huda, 2008).

10
Sumber penyakit adalah hama.yang masuk keperairan umum alami dapat

membuat ikan memar atau terluka atau sebagian pembawa (carrier) jasad

patogen,-sehingga bila kondisi memungkinkan ikan akan terserang penyakit

yangdibawa oleh hama.

2.4.3 Bagian Tubuh Ikan Yang Di Serang Penyakit

Berdasarkan daerah penyerangan penyakit pada tubuh ikan

terutamapenyakit infeksi, dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

1. Kulit

Ikan yang terserang penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat

(tampak jelas pada ikan yang berwarna gelap) dan berlendir. Ikan tersebut

biasanya akan mengosok-gosokkan tubuhnya pada benda-benda yang ada

disekitarnya

2. Insang

Serangan penyakit pada insang menyebabkan ikan sulit bernapas, tutup

insang mengembang, dan warna insang menjadi pucat.Pada lembaran insang

sering terlihat bintik-bintik merah karena pendarahan kecil (peradangan).

2.5. Identifikasi Penyakit Secara Umum

Dalam identifikasi atau dianogsa penyakit ikan, nama penyakit

cukuppenting. Nama penyakit ikan sering dihubungkan dengan gejala-gejala

klinis,seperti penyakit bercak-bercak putih, penyakit bintik putih, penyakit becak-

11
becak hitam, dan sebagainya. Tetapi, gejala-gejala tersebut tidak selalu

merupakan tanda-tanda khusus penyakit ikan tertentu (Ghufran M.H.,et al 2004).

Identifikasi terhadap parasit ikan yang dijumpai dapat dilakukan

berdasarkan adanya ciri-ciri khusus yang dijumpai dan morfologi dari tiap-tiap

jenis parasit dan habitatnya. Identifikasi ini dilakukan dengan petunjuk Kabata

(1985), Hoffman (1967), Waren (1984) dan Bykhovskaya-Pavlovskaya (1964)

Ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama seperti

eksoftalmia, hemoragik, dan perut kembung, sehingga untuk mendapatkan

dianogsa yang benar, perlu dilakukan pengujian lebih luas terhadap ikan-ikan

yang sakit. Cara lain untuk memberi nama penyakit adalah menurut agen

penyebab infeksi, misalnya vibriosis sp, atau menurut jenis penyakit

patologis,misalnya penyakit ginjal benjol-benjol karena penambahan jumlah sel.

Apabila nama-nama penyakit diberi menurut satu prinsip maka akan lebih mudah

(Ghufran M.H.,et al 2004).

Metode pemeriksaan ektoparasit pada permukaan tubuh dilakukan dengan

cara scraping (Noga, 2010). Pengerokan dilakukan dari ujung anterior kepala

hingga posterior sirip ekor, pengerokan dilakukan pada kedua sisi tubuh ikan dan

juga semua bagian sirip kemudian dilakukan pengamatan di bawah mikroskop

dengan perbesaran 100x. Pemeriksaan insang ikan bandeng dilakukan secaranatif,

yaitu dengan memeriksa secara langsung lamela insang dengan menggunakan

mikroskop perbesaran 40x dan 100x.

12
Dalam identifikasi atau dianogsa suatu penyakit, satu-satunya hal yang

perlu dilakukan adalah mengenal adanya suatu penyakit khusus atau lebih yang

berhubungan dengan ketida normalan dan mengidentifikasi penyebab-

penyebabnya.Bila penyebab penyakit pada ikan sudah teridentifikasi, langkah

selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan jenis dan cara pengobatan

yang paling tepat (Ghufran M.H.,et al 2004).

Dalam identifikasi penyakit ikan, akan lebih mudah seseorang mempunyai

kemampuan yang cukup. Seseorang yang hendak melakukan identifikasi,selain

harus mengetahui tanda-tanda ikan yang terserang penyakit, nama-nama

penyakitikan dan teknik mendianogsa, juga harus mengetahui cara berjangkit dan

penularan suatu penyakit.

2.6. Parasit dan Parasitologi

Parasit adalah suatu organisme lebih kecil ruang hidup dan menempelpada

tubuh organisme yang lebih besar yang disebut host. Keberadaan parasit dalam

tubuh host dapat bersifat sebagai parasit sepenuhnya dan tidak sepenuhnya

sebagai parasit. Hal tersebut tergantung dari jumlah, jenis, tingkat kesakitan yang

ditimbulkan oleh parasit serta ketahanan tubuh dan nutrisi dalam tubuh host.

Hubungan host dan parasit dapat bersifat simbiosis, mutualisme, parasitis, dan

parasitosis (Bowmans, 1999).

Parasit-parasit yang dapat mendatangkan kerugian kepada induk

semangnya biasanya dengan beberapa cara antara lain menghisap darah, cairan

limfe, memakan jaringan padat secara langsung, menyebabkan penyumbatan

13
secara mekanis pada usus, saluran empedu, pembulu darah, menghancurkan sel-

sel tubuh dengan berlangsungnya pertumbuhan didalamnya, memproduksi

subtansi bearcun seperti hemolisin, merangsang pertumbuhan kanker dan juga

menurunkan induk semangnya terhadap penyakit lain dan parasit (Levine, 1990).

Parasitologi adalah suatu ilmu cabang biologi yang mempelajari tentang

semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini

terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi:

protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit ,baik yang zoonosis ataupun

anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup

masing-masing parasit, serta patologi dan epidemeologi penyakit yang

ditimbulkannya (Bowman, 1999).

Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada suatu golongan benda

atau komponen tertentu. Identifikasi memiliki tugas untuk membedakan

komponen-komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak

menimbulkan kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah suatu komponen itu

dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana (Nawawi, 1996).

Infeksi yang terjadi pada ikan karena serangan parasit merupakan masalah

yang cukup serius dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain.

Sebab parasit bisa menjadi wabah bila diikuti oleh infeksi sekunder. Kolam yang

tidak terawat merupakan tempat yang baik bagi organisme penyebab infeksi

penyakit yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal dari luar.

Selamakolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat

14
perhatian, parasit dalam kolam maupun yang diluar tidak akan mampu

menimbulkan infeksi (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Kematian karena parasit biasanya berjalan lambat dan bertahap. Gejala

biasanya dapat dilihat dengan mata, oleh karena itu infeksi yang disebabkan oleh

parasit dapat langsung diketahui di lapangan. Parasit-parasit yang hidup dapat

menyebabkan efek yang berbeda terhadap inang yang berbeda. Parasit dapat

dijumpai pada tempat atau bagian tubuh tertentu dari inang. Parasit yang hidup

pada bagian permukaan tubuh ikan (kulit, sirip, insang) disebut ektoparsit dan

sedangkan parasit yang hidup pada tubuh internal ikan dan otot daging disebut

endoparasit (Lukistyowati, 2005)

Menurut Widyastuti et al (2002), pada umunya tiap jenis parasit

mempunyai inang tertentu (inang spesifik). Spesifik ini sangat jelas pada jumlah

besar parasit ikan. Parasit yang menyerang ikan dapat dibedakan dalam dua

kelompok yaitu :

1. Ektoparasit

Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya ditubuh ikan bagian luar seperti

pada kulit, sirip, sisik, anus, mata, operculum dan insang. Ektoparasit khususnya

merupakan kelompok besar organisme patogen didaerah iklim sedang dan daerah

tropis. Ektoparasit yang sering menyerang atau menyebabkan kematian pada ikan

budidaya maupun ikan aqurium antara lain : ichthyophthirius multifilis,Trichodina

sp, Oodum sp, Gyrodactilus sp, Dactilogyrus sp dan Lerneae.

15
a. Gyrodactyliasis

Penyakit ini disebabkan oleh parasit helmin yang termasuk kedalam

kelasmonogenia, Sub klas Polyonchoinea, ordo Gyrocylidea, dan family

Gyrodactylidae. Parasit ini ditemukan pada kulit dan sirip ikan. Bentuk tubuhnya

kecil dan memanjang (oval), bagian posterior terdapat ophisthaptor dengan 16

kaittepi dan sepasang kait tengah (anchor), serta tidak mempunyai bintik mata,

pada ujung anterior terdapat dua tonjolan/cuping.

b. Dactylogyriasis

Penyebab penyakit ini adalah cacing golongan Monogenia,

genusDactylogyrus. Biasanya parasit ini bersama-sama dengan Gyrodactylus

menyerang benih ikan mas terutama yang berukuran 3–10 cm. Infeksi parasit ini

biasanya tidak fatal, kecuali bila intensitas penyerangan sangat tinggi.

Parasit ini memiliki ciri khas yaitu; bentuk tubuh pipih dorsoventral dan

bilateral simetris, mempunyai ophistaptor yang dilengkapi dengan 14 kait tepi dan

sepasang kait pusat (anchor), warna transparan, mempunyai bintik mata 2 pasang,

panjang tubuh 1–2 mm, pada bagian anterior mempunyai empat lekukan.

2. Endoparasit

Endoparasit adalah parasit yang hidupnya di organ dalam tubuh ikan

seperti: saluran pencernaan, hati, otot dan darah. Endoparasit yang sering

menyerang ikan adalah : parasit dari phylum tremotoda (Sanguinicola Sp), dan

phylum Plathihelminthes (Lytocestus sp).

16
a. Sanguinicolosis

Penyebabnya adalah parasit trematoda yang ditemukan didarah

ikan.Cacing dewasa hidup didarah ikan tanpa memiliki succer, bahkan berenang

aktif dengan cara gerak bergelombang didalam tubuh. Banyak ditemukan di

jantung,dan pembulu darah di insang. Ikan yang terenfeksi akan terlihat inang

berwarna pucat atau lembaran insang tembus cahaya. Selanjutnya penggerakan

menjadi lambat.

b. Lytocestusiasis

Penyebabnya adalah parasit Plathyhelmintes, kelas Cestoidea,

genusLytocestus, spesies Lytocestus parvulus. Biasanya menyerang usus ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus). Ciri-ciri dari parasit ini adalah; tubuh pipih

memanjang dorsoventral dan berbentuk seperti pita.

2.7. Pemeriksaan dan Teknik Identifikasi Parasit

Menurut handajani dan samsundari (2005), identifikasi parasit dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Makroskopis

Dengan mengamati secara langsung penampilan organism peliharaan,

pemeriksaaan secara visual dapat pula dilakukan terhadap organ-organ dalam

seperti gonad, ginjal, hati dan sebagainya dengan cara melakukan pembedahan.

17
Adanya infeksi endoparasit dapat mengakibatkan ketidaknormalan bentuk dan

warna organ organ lain.

b. Mikroskopis

Pemeriksaan menggunakan mikroskop terhadap ektoparasit maupun

endoparasit pada organism yang tidak mampu untuk dlihat secara jelas maupun

tidak dapa dilihat sama sekali dengan metode pegamatan mikroskopis.

18
BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu Dan Tempat

Kegiatan praktek keterampilan lapangan ini dilaksanakan di Laboratorium

Kultivasi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Pattimura-Ambon, pada Bulan Maret 2019 sampai selesai.

3.2. Alat Dan Bahan

Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktek keterampilan

lapangan.

No Alat Kegunaan

1 Keramba jaring apung Wadah pemeliharaan

2 Cawan petri Untuk menyimpan sampel

3 Kamera Untuk dokumentasi

4 Alat tulis Mencatat data

5 Timbangan Untuk mengukur berat ikan

6 Penggaris Untuk mengukur panjang ikan

7 Mikroskop Untuk melihat parasit pada sampel

8 Laptop Untuk penyusunan data penelitian

9 Kaca preparat Untuk meletakan sampel

10 Peralatan bedah Untuk membedah sampel

19
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan praktek keterampilan

lapangan.

No Bahan Kegunaan

1 Ikan kuwe Sebagai hewan uji

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Metode Pengambilan Sampel Ikan

Sampel yang digunakan adalah ikan kuwe (Caranx sp) sebanyak 3 ekor

dengan panjang 19-25 cm dan berat 100-195 gram. Sampel tersebut berasal dari

Tempat pemeliharaan Keramba Jaring Apung milik Program Studi Budidaya

Perairan, sampel yang diambil kemudian dibawah ke Laboratorium

Sefarminguntuk di bedah sedangkan Identifikasi dilakukan di Laboratorium

Taksonomi.

3.3.2. Metode Kerja Di Laboratorium untuk pemeriksaan parasit

Menurut handajani dan samsundari (2005), identifikasi parasit dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Makroskopis

Dengan mengamati secara langsung penampilan organisme peliharaan,

pemeriksaaan secara visual dapat pula dilakukan terhadap organ-organ dalam

20
seperti gonad, ginjal, hati dan sebagainya dengan cara melakukan pembedahan.

Adanya infeksi endoparasit dapat mengakibatkan ketidaknormalan bentuk dan

warna organ organ lain.

b. Mikroskopis

Pemeriksaan menggunakan mikroskop terhadap ektoparasit maupun

endoparasit pada organisme yang tidak mampu untuk dlihat secara jelas maupun

tidak dapa dilihat sama sekali dengan metode pegamatan mikroskopis.

Langkah – langkah Pemeriksaan pada bagian luar :

a) Pertama Periksa permukaan tubuh ikan dengan teliti, apakah terdapat

penyakit makro yang terlihat oleh mata telanjang atau dengan bantuan

kaca pembesar/loop.

b) Pemeriksaan pada bagian badan (Sisik) ikan kuwe dikerok mulai dari

kepala sampai batas pangkal ekor. Kemudian sisik-sisik yang terangkat di

masukan ke dalam botol sampel, Kemudian sampel tersebut dibawah

untuk di amati dibawah mikroskop, pengamatan dilakukan di

Laboratorium Taksonomi

c) Pemeriksaan pada bagian sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan sirip

ekor. Kemudian dimasukan kedalam botol sampel yang sudah disiapkan,

pengamatan dibawah mikroskop dilakukan di Laboratorium Taksonomi

d) pemeriksaan pada bagian insang dilakukan dengan cara mengunting pada

bagian insang menggunakan gunting kemudian sampel tersebut dimasukan

21
ke dalam botol sampel yang sudah disiapkan kemudian dibawah ke

Laboratorium Taksonomi untuk di amati dibawah mikroskop

e) Jika ditemukan parasit, buka software motic pada computer, agar parasit

yang terlihat di mikroskop bisa terlihat jelas di layar computer dan

foto/gambar.

3.4. Metode Analisa Data

Dalam penulisan Praktek Ketrampilan ini metode yang digunakan adalah

bersifat deskriptif dengan mendeskripsikan kondisi/ karakteristik/ keadaan/

kejadian tertentu.Penulis juga menggunakan acuan data primer (secara langsung

mengamati kejadian-kejadian di lapangan), Wawancara, dan meggunakan data

sekunder melalui buku, artikel, jurnal, skripsi/disertasi.Untuk menganalisa data

yang diperoleh dari PKL ini penulis menggunakan metode analisis statistik

deskriptif.

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Teknik Identifikasi Ekto Parasit Pada Ikan Kuwe (Caranx sp)

Sampel ikan yang terkena penyakit kemudian dibawa ke Laboratorium

Sefarming, kemudian diidentifikasi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pertama di lakukan pemeriksaan pada bagian insang yang dimana

dilakukan dengan cara mengunting bagian insang menggunakan gunting

kemudian sampel tersebut dimasukan ke dalam botol sampel yang sudah

disiapkan kemudian dibawah ke Laboratorium Taksonomi untuk di amati

dibawah mikroskop

2. Pemeriksaan ekto parasit dengan cara menggerus bagian badan (sisik),

kemudian sisik tersebut dimasukan ke dalam botol sampel yang sudah

disiapakan, pengamatan di bawah mikroskop di lakukan di Laboratorium

Taksonomi

3. Pemeriksaan pada bagian sirip dilakukan dengan cara menggunting bagian

sirip dengan menggunakan gunting, kemudian dimasukan kedalam botol

sampel dan dibawah ke laboratorium taksonomi untuk diamati dibawah

mikroskop.

23
4.2. Identifikasi Kehadiran Ekto Parasit Pada Ikan Kuwe (Caranx sp)

Berdasarkan hasil pengamatan selama praktek keterampilan lapangan

mengenai ektoparasit yang menyerang ikan kuwe (caranx sp) dengan cara

mengambil sampel dari lokasi pemeliharaan ikan kuwe (caranx sp) di Keramba

Jaring Apung, Program Studi Budidaya perairan, kemudian dibawah ke

LaboratoriumSefarminguntuk dibedah, pengamatan mikroskop dilakukan di

Laboratorium Taksonomi.

Tabel 3 Identifikasi Kehadiran Parasit

No Ikan kuwe (Caranx P B Keterangan

sp)

1 Sampel A 25 195 Tidak ditemukan adanya parasit

cm gram

2 Sampel B 19 100 Ditemukan adanya parasit pada

cm gram bagian badan (sisik)

3 Sampel C 20 146 Tidak ditemukan adanya parasit

cm gram

Berdasarkan tabel di atas dari hasil pengamatan dibawah mikroskop

terhadap sampel-sampel tersebut menunjukan hanya ada satu parasit yang

menyerang pada bagian badan (sisik) yaitu pada sampel B.

24
Tabel 4 Parasit yang ditemukan pada ikan kuwe (Caranx sp).

No Jenis parasit Jumlah parasit pada organ target

Badan Insang sirip

1 Ascarophis sp 1

2 _ _ _ _

Dari tabel diatas ditemukan satu jenis parasit yang ditemukan selama

praktikum yaitu, Ascarophis sp.Pada bagian badan (sisik).

Seluruh badan ikan mempunyai sisik (squama). Sisik disebut juga rangka

dermal, yang berhubungan dengan rangka luar (exoskeleton).

Jenis parasit yang biasanya berkembang dan menyerang bagian permukaan

kulit (sisik) ikan kuwe adalah Cryptocaryon sp, Trichodina sp, Caligus sp,

Argulus sp, dan Benedenia sp. Sisik ikan kuwe dikerok mulai dari kepala sampai

batas pangkal ekor. Kemudian sisik-sisik yang terangkat diletakan di atas gelas

object. Kemudian amati dibawah mikroskop. Dari hasil pengamatan, terdapat satu

jenis parasit dengan ciri-ciri, panjang dan kurus dengan segmen pada seluruh

tubuhnya. Setelah dicocokan dengan buku identifikasi parasit tenyata parasit yang

ditemukan adalah parasit Ascarophis sp.

25
4.3 Klasifikasi Parasit Ascarophis sp

Secara taksonomi klasifikasi dari parasit Ascarophis sp ini adalah sebagai

berikut:

Filum : nemathelminthes

Kelas : nematode

Ordo : spirurida

Sub ordo: spirurina

Genus : Ascarophis
Gambar 2. Parasit (Ascarophis sp.)
Spesies : Ascarophis sp

Ascarophis sp merupakan jenis parasit dari golongan nematode yang

memiliki panjang spikula antara 663-729 pM atau 105-108 pM dan memiliki

filament pada kedua kutub telurnya sebanyak masing-masing 2-5 buah.

Ascarophis jantan memiliki ciri-ciri panjang antara 10,2-22,5 mm, sedangkan

yang betina antara 32,8-44,2 mm. ukuran telur antara 0,030-0,039 mm x 0,015-

0,021 mm, dan panjang spicule kiri 0,4-0,6 mm. Ascarophis spini menginfeksi

insang dan ekr ikan kuwe dengan gejala klinis. Berenangnya lambat dan kondisi

ikan lemah.

Pada umumnya, seluruh spesies yang masuk dalam kelas nematode

merupakan endoparasit, namun pada praktek ketrampilan ini, penulis menemukan

26
Ascarophis sp yang merupakan spesies dari kelas nematode ada pada bagian luar

tubuh inang. Hal ini perlu di identifikasi lebih lanjut.

27
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Keterampilan Lapangan diatas, dapat

disimpulkan antara lain:

1. Ditemukan satu jenis parasit yang menempel pada ikan kuwe (Caranx sp)

yaitu Asca rophis sp.

2. Organ target dari jenis Parasit (Ascarophis sp) di temukan pada bagian

Badan (sisik).

5.2. Saran

a. Dalam melakukan praktikum ini sebaiknya harus sesuai prosedur yang

ada, sehingga hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.

b. Identifikasi Ascarophis sp, perlu dilakukan lebih lanjut karena kelas

nematode, pada umumnya merupakan jenis endoparasit.

c. Praktek kerja lapangan ini di lanjutkan dengan mengamati parasit yang

berbeda pada organ (endoparasit) tubuh ikan untuk melihat perbedaan

jenis ektoparasit dan endoparasit.

28
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E. danEvi L. 1992.Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.


Kanisius.Yogyakarta. 89 hal.

Bowman DD. 1999. Parasitology for veterinarians seventh edition. Phila


delphia.Wb Saunders Company. 24 p.

Daelami D. 2001.Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta 30 hal.

Ghuffran H.dan Kordi K.2004.Penanggulangan Hama dan Pnyakit Ikan. Pt.Asdi


Mahasatya. Jakarta.

Gusrina.2008.budidaya Ikan Jilid 3.Departemen pendidikan Nasional.


Cianjur.Jakarta.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gajah Mada University Press:


Yogyakarta.

Kabata, Z. 1985.Parasites and Diseases of Fhis Cultured in The


Tropics.Londonand Philadelphia.

Kordi, M, G. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Rineka


Cipta. Jakarta.

Kordi M.G.H.,Tamsil A. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis secara


BuatanPenerbit Andi. Yogyakarta.

Levine N. D. 1990. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University


Press.Yokyakarta. 30 hal.

Lukistyowati, I. 2005.Teknik Pemeriksaan Penyakit Ikan Universitas Riau


Press.Riau.

Nawawi R. 1996.Identifikasi, Klasifikasi Ikan. di Surabaya.16 hal.Nora


Manurung, Usy dan Fatmawati Gaghenggang. 2016. Identifikasi dan
prevalensi ektoparasit pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) di kolam
budidaya Kampung Hiung, Kecamatan Manganitu, Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Budidaya Perairan. Vol. 4 No. 2: 26 – 30.

Noga, E. J. 2010. Fish Disease Diagnosis and Treatment.2nd Edition. Wiley-


Balckwell. USA. 538 hal.

Ode, I., 2001. Studi Endoparasit pada benih ikan mas (Cyprinus carpio) pada
kolam Balai Benih Ikan Abeli sawah, Kabupaten Kendari. Skripsi
Program Studi Budidaya Perairan. Universitas haluoleo Kendari.
Poernomo A., Mardlijah,S., Linting M.L., Amin E.M,. Widjopriono. 2006. Ikan
Hias Laut Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purbomartono C, Isnaetin M dan Suwarsito. 2010. Ektoparasit Pada Benih Ikan


Gurami (Osphronemus gouramy). Sains Akuatik. 10(1): 54-65.

Roza, D. dan F. Johnny. 2006. Infeksi parasit hirudenia pada induk ikan kerapu
lumpur, Epinephelus bleckeri dan kerapu batik, Epinephelus
polyphekadion serta upaya penanggulangannya. Prosiding Seminar
Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,
Jogyakarta, 27 Juli 2006. Hal. 201-206.

Supriyadi, H. 2007. Pemeriksaan dan Identifikasi Hama dan Penyakit Ikan,


Hama, dan Penyakit Ikan Karantina. Pelatihan Dasar Karantina
IkanTingkst Ahli dan Terampil Pusat Karantina Ikan: Jakarta. Hal: 6.

Taukhid. 2006. Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Laboratorium Riset


Kesehatan Ikan: Bogor.

Widyastuti, R,. E. Srimurni, S. Subadrah, Mardiyah. 2002.Parasitologi. Pusat


Penerbitan Universitas Terbuka (Tidak dipublikasikan).

Zafran., 2009. Penyakit parasitik pada ikan budidaya di daerah Bali. Makalah di
sampaikan pada Seminar Nasional Kelautan V. Pada 23 April 2009.
Universitas Hang Tuah Surabaya.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan bahan.

Gambar 1.Camera Gambar 2.Cawan petri

Gambar 3.Timbangan Gambar 4. Penggaris

Gambar 5.Mikroskop Gambar 6. Kaca Preparat


Gambar 7.Leptop Gambar 8. Keramba

Gambar 8. Hewan uji ikan kuwe


Lampiran 2. Kegiatan Praktik Keterampian Lapangan

Gambar 10. Proses pengambilan sampel pada organ target ikan kuwe (caranx sp)

Gambar 11. Identifikasi dibawah mikroskop


Gambar 12. Foto sampel pada cawan petri
UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
PROGRAM BUDIDAYA PERAIRAN

Jurnal Kegiatan
Praktek Keterampilan Lapangan

No Tanggal Jenis Kegiatan Tujuan Paraf

Pengajuan Outline
1 Maret 2019 Mengusulkan judul PKL
PKL

Untuk menentukan
Pengamatan dan
2 Maret - april 2019 periode yang tepat untuk
Pengambilan data
pengambilan data

Persiapan alat dan Untuk pelaksanaan


3 Maret - April 2019
bahan kegiatan PKL

Untuk mengidentifikasi

4 Mei - juni 2019 Pengolahan data ekto parasit pada ikan

kuwe caransx sp

5 juni 2019 Pelaporan Penulisan laporan PKL

Menyetujui :

Ketua Program Studi Pembimbing


Budidaya Perairan

Dr. B.M.Laimeheriwa, Spi, Msi R. R. Borut, Spi,.Mp


NIP. 197002211998031001 NIP. 197610032005021005

Anda mungkin juga menyukai