Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
Drh Irvan Firmansyah, M. Tr.Pi
Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
drh Irvan Firmansyah, M. Tr. Pi
Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
drh Irvan Firmansyah, M. Tr. Pi
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyusun Proposal Praktik Kerja Lapang (PKL) I.
Sebagai salah satu syarat untuk dapat megikuti perkuliahan Praktik Kerja Lapang
I yang berjudul “Teknik Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di
PT. Central Pertiwi Bahari, Rembang, Jawa Tengah”
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Proposal Praktik Kerja
lapang ini. Rasa terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P selaku Dosen Pembimbing 1.
2. Bapak drh Irvan Firmansyah M.Tr.Pi selaku Dosen Pembimbing 2.
3. Bapak Ega Aditya Prama, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi Budidaya
Ikan.
4. Bapak Arpan Nasri Siregar, S.Pi., M.S.T.Pi selaku Direktur Politeknik
Kelautan dan Perikanan Pangandaran.
5. Bapak Subarkoh selaku pembimbing lapangan.
6. Orangtua yang telah memberikan dukungan melalui apapun untuk
menyelesaikan proses pembuatan proposal ini.
7. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan proses pembuatan proposal ini.
Demikian proposal yang dapat penulis sampaikan dan penulis juga
menyadari dalam penyusunan proposal ini memliki banyak kekurangan, untuk itu
maka penulis harap ada kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat.
NIT 21.3.0.026
DAFTAR ISI
1.2. Tujuan
Fillum : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : penaeidae
Genus : Litopenaeus
Tubuh udang vaname dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite
dan endopodite. Udang vaname memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas
berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (moulting). Tubuh udang
vaname dibagi menjadi dua bagian besar yakni bagian cephalothorax dan
abdomen.
Habitat yang disukai udang vaname adalah dasar laut. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa,induk udang vaname ditemukan di perairan lepas pantai dengan
kedalaman berkisar antara 70- 72 meter (235 kaki).Udang vaname (Litopenaeus
vannamei) yang dikenal dengan nama udang putih adalah spesies introduksi asal
dari perairan Amerika Tengah dan negara negara di Amerika Tengah dan Selatan
seperti Ekuador, Venezuela, Panama, Brasil yang belum lama dibudidayakan di
Indonesia.
2.3. Siklus Hidup Udang Vaname
1. Stadia Nauplius
Stadia ini terbagi menjadi enam tingkatan dan berlangsung antara 35-50
jam.Pada stadia ini belum memerlukan makanan dari luar karena masih memiliki
cadangan makanan dari kuning telur. Dalam fase nauplius ini mengalami 6 kali
pergantian bentuk, dapat dilihat pada tabel 1.
2. Stadia Zoea
Pada stadia zoea, larva mulai diberi pakan karena pada fase ini larva
mulai nampak aktif mengambil makanan sendiri dari luar, terutama plankton. Fase
zoea berlangsung selama 3-4 hari, dimana larva tersebut sangat peka terhadap
perubahan lingkungan seluruh kebutuhan biologi dan persyaratan media hidupnya
harus selalu dijaga agar tidak terjadi perubahan yang drastis, sehingga dapat
menyebabkan stress atau kematian. Perkembangan larva udang vaname pada
stadia zoea dapat dilihat pada tabel 2.
Stadia Karakteristik
Zoea I Bentuk badan pipih, karapas dan mata mulai nampak,maxilla
pertama dan kedua mulai berfungsi, alat pencernaanmakanan
nampak jelas
Zoea II Mata mulai bertangkai dan pada karapas sudah terlihat rostrum
dan duri supraorbital yang bercabang
Zoea III
Sepasang uropoda yang bercabang dua
mulai berkembang duri pada ruas-ruas perut mulai tumbuh
Setelah stadia zoea selesai, maka stadia selanjutnya adalah stadia mysis
yang berlangsung selam 4-5 hari. Larva pada stadia mysis bersifat planktonis dan
mempunyai ciri-ciri khas yaitu cara bergeraknya mundur dan membengkokkan
badannya. Makanan yang disukai pada stadia ini adalah dari golongan
zooplankton seperti copepod dan rotifer. Pada stadia mysis mengalami 3 kali
perubahan yakni dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3. Stadia mysis udang vaname
Stadia Karakteristik
Mysis I Bentuk badan sudah seperti udang muda
Mysis II Tunas kaki renang mulai nampak nyata, tetapi
belumberuas- ruas
Mysis III Tunas kaki renang bertambah panjang dan beruas- ruas
Bentuk paling akhir dan paling sempurna dari seluruh metamorfosa larva
udang adalah post larva. Pada fase ini larva tidak mengalami perubahan bentuk,
karena seluruh bagian anggota tubuh sudah lengkap dan sempurna seperti udang
dewasa, larva hanya mengalami perubahan panjang dan berat. Pada stadia PL
memiliki ciri-ciri yaitu telah mempunyai pleopoda yang berambut (setae) untuk
berenang. Post larva yang sudah mencapai post larva sepuluh (PL 10) dapat
dilepas ditambak untuk dipelihara.
BAB III METODOLOGI
3.1. Waktu dan tempat
Adapun alat dan bahan pada kegiatan pembenihan udang vaname antara
lain:
Metode perolehan data yang di gunakan pada Praktik Kerja Lapang (PKL)
di PT. Central Pertiwi Bahari adalah dengan megunakan metode observasi dengan
mengunakan data primer dan sekunder.
a. Populasi
b. Panjang Larva
`BAB IV
Persiapan alat di lakukan 2-3 hari sebelum stocking larva ( nauplii atau
post larva).Persiapan peralatan bak yang akan di stocking di mulai dengan selang
perendaman selang aerasi menggunakan larutan formalin 1000 ppm ( 100 ml per
100 liter air ),timah dan batu aerasi menggunakan larutan h 202 1000 ppm ( 10 ml
per 10 liter air), plastic penutup bak menggunakan lautan formalin 1000 ppm
( 200 ml per 200 liter air ),dan batang heater menggunakan larutan formalin 1250
ppm ( 250 ml per 200 liter air ). Persiapan bak dilakukan 2 hari sebelum stoking
larva yang dimulai dengan mencuci bak dengan detergen 10 gr/liter,dgosok
dengan scoring pad, lalu dibilas dan dikeringkan.setelah bak kering ,lalu dibaluri
dengan larutan iodine 1000 ppm,yang dicampur 10 ml povidone iodine 10 %
dengan 10 liter air ke seluruh permukaan bak . setelah siap,kemudian dilakukan
pemasangan alat aerasi.Menurut Sa’adah & Roziqin (2018),pencucian bak
berguna untuk membuang air sisa yang ada di dalam bak . pencucian dilakukan
dengan air bersih yang ditambah dengan deterjen.
4.3. Persiapan air
1. Air laut dipompa berdasarkan pasang surut air laut. Air yang digunakan
di ambil menggunakan pipa besar dan Panjang + 300 meter.
2. Air kemudian dimasukan ke bak pengendapan dengan tujuan untuk
mengendapkan partikel – partikel padat sehingga kekeruhan air sedikit
berkurang. Air hasil pengendapan masih mengandung virus sehingga
masih perlu di lakukan penyaringan. Penyaringan dilakukan sebanyak 2x
yaitu penyaringan I dan penyaringan II.
3. Penyaringan I dilakukan menggunakan sand filter. Tujuan dari
penyaringan I adalah untuk memisahkan partikel – partikel kecil dari air
atau menjernihkan air. Air yang sudah melalui penyaringan I kemudian
dialirkan ke tandon I. Tandon I ini berfungsi sebagai tempat
penampungan sementara sebelum dialirkan ke penyaringan II.
Pemeliharaan menggunakan air laut harus difilter menggunakan sand
filter dan ultrafiltrasi serta disanittasikan dengan larutan chlorin 125
mg /L untuk menjamin kualitas air yang baik dan bebas dari partikel
berbahaya ( Sunaryo et al.,2018).
4. Penyaringan II dilakukan menggunakan 2 buah pressure filter.Pressure
filter berfungsi untuk menyaring kotoran yang masih lolos pada tahapan
penyaringan sebelumnya.setelah air melewati penyaringan II kemudian
air dialirkan untuk proses ozonisasi.proses ozonisasi bertujuan untuk
membunuh bibit – bibit penyakit yang ada di dalam air.setelah itu air
dialirkan ke bak tandon II,air diendapkan di tandon II selama 2 jam
kemudian di oksigenasi.Oksigenasi bertujuan untuk menghilangkan
residu ozon yang tertinggal dalam air.oksigenasi dilakukan dengan cara
membuka valve dan menyalakan pompa.kemudian air akan mengalir
melewati pressure filter dan dialirkan Kembali ke tandon II. Setelah
oksigenasi,air dibiarkan selama 24 jam dan dilakukan pengecekan
kandungan klorin serta bakteri untuk memastikan bahwa air siap
digunakan untuk pemeliharaan larva.
5. Pengisian air dilakukan 2 hari sebelum penebaran nauplii ( sore hari). Air
dari bak tandon II dipompa, dialirkan melalui pipa inlet dengan ujung
dipasang filter bag.volume pengisian air sampai 60-70 % dari kapasitas
bak.setelah terisi,kemudian aerasi dinyalakan hingga gelembung yang
dihasilkan rata. Aerasi dibuat kuat untuk mengantisipasi adanya
kandungan gas O3 yang masih terkandung dalam air sehingga dapat
ternetralisir.
6. Sterilisasi ulang dilakukan 2 hari sebelum penebaraan nauplii
menggunakan kaporit 90% sebanyak 3-5 ppm. Tujuan penebaran kaporit
ini adalah untuk membunuh bibit penyakit dalam air media. Setelah 12
jam pemberian kaporit ,kemudian diberi Na-thiosulfat 3-5 ppm untuk
menetralkan kandungan kaporit.keesokan harinya dilakukan cek residu
klorine dengan menggunakan chlorine test caranya dengan mengambil
sampel air 5 ml kemudian ditambahkan chlorine test sebanyak 4 tetes jika
sampel air tidak berubah warna menjadi kuning,maka dinetralkan
Kembali dengan Na – thiosulfat. Setelah netral,kemudian dimasukan vit
– C dengan dosis 1 ppm dan dilanjutkan dengan pemberian EDTA 20
ppm.
Pakan buatan berupa pakan bubuk yang di beli dari pabrik berupa
spirulina,skreting,lanzy,CAR, dan CD yang diberikan sesuai stadia larva dengan
dosis yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA