Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
Drh Irvan Firmansyah, M. Tr.Pi
Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
drh Irvan Firmansyah, M. Tr. Pi
Dosen Pembimbing:
Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P
drh Irvan Firmansyah, M. Tr. Pi
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia- Nya
sehingga saya dapat menyusun Laporan Praktik Kerja Lapang I. Sebagai salah satu
syarat untuk dapat megikuti perkuliahan Praktik Kerja Lapang I yang berjudul
“Teknik Pemeliharaan larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di PT. Central
Pertiwi Bahari, Rembang, Jawa Tengah”
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja
lapang ini. Rasa terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Rani Rehulina Tarigan, S.Pi., M.P selaku Dosen Pembimbing 1.
2. Bapak drh Irvan Firmansyah M.Tr.Pi selaku Dosen Pembimbing 2.
3. Bapak Ega Aditya Prama, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi Budidaya
Ikan dan Narasumber 2.
4. Bapak Arpan Nasri Siregar, S.Pi., M.S.T.Pi selaku Direktur Politeknik
Kelautan dan Perikanan Pangandaran.
5. Bapak Subarkoh selaku pembimbing lapangan.
6. Bapak Benny selaku maneger di PT.Central Pertiwi Bahari Rembang.
7. Orangtua yang telah memberikan dukungan melalui apapun untuk
menyelesaikan proses pembuatan laporan ini.
8. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
proses pembuatan laporan ini.
Demikian laporan yang dapat penulis sampaikan dan penulis juga menyadari
dalam penyusunan laporan ini memliki banyak kekurangan, untuk itu maka penulis
harap ada kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat.
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 2
2.1. Klasifikasi dan Morfologi ....................................................................... 2
2.2. Daerah Penyebaran dan Habitat .............................................................. 3
2.3. Siklus Hidup Udang Vaname .................................................................. 3
BAB III METODOLOGI .................................................................................... 7
3.1. Waktu dan Tempat .................................................................................. 7
3.2.Alat dan Bahan ............................................................................................. 7
3.3. Tahapan Kegiatan.................................................................................... 8
3.4. Metode Perolehan Data ........................................................................... 9
3.4.1. Data Primer ..................................................................................... 9
3.4.2. Data Sekunder ............................................................................... 10
3.5. Metode Analisis Data ............................................................................ 10
3.5.1. Data Populasi dan Panjang Larva ................................................. 10
3.5.2. Survival Rate (SR) ......................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 11
4.1. Teknik Pemeliharaan Larva................................................................. 11
4.2 Persiapan Alat dan Bak ...................................................................... 11
4.3. Persiapan Air ....................................................................................... 11
4.4 Penebaran Nauplii .............................................................................. 13
4.4.1 Monitoring Kualitas Air .................................................................. 14
4.5 Pergantian Air..................................................................................... 14
4.6 Monitoring Pertumbuhan dan Estimasi Kepadatan Larva ................... 16
4.7 Manajemen Pakan ............................................................................... 17
4.8 Panen .................................................................................................. 18
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 20
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 20
5.2 Saran ........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21
LAMPIRAN ......................................................................................................... 22
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
Tujuan dari Praktik Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui teknik
pemeliharaan larva udang vaname (Litopenaeus vannamei ) di PT.Central Pertiwi
Bahari Rembang, Jawa Tengah.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Rakhfid et al. (2017) klasifikasi udang vannamei sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metozoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacosrtaca
Super Ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrabranchiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
2
Tubuh udang vaname dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite
dan endopodite. Udang vaname memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas
berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (moulting). Tubuh udang
vaname dibagi menjadi dua bagian besar yakni bagian cephalothorax dan abdomen.
3
2.3 Siklus Hidup Udang Vaname
Litopenaeus vannamei, juga dikenal sebagai udang putih Pasifik adalah
salah satu spesies yang paling penting secara ekonomi di antara hewan air yang
dibudidayakan. Ada lima tahap pertumbuhan dalam perkembangan udang penaeid:
telur, larva (nauplius, zoea dan mysis), post larva, juvenile dan dewasa (Zheng et
al., 2016). Perkembangan larva udang vaname pada setiap stadia mulai dari stadia
nauplius sampai stadia larva adalah sebagai berikut :
1. Stadia Nauplius
Stadia ini terbagi menjadi enam tingkatan dan berlangsung antara 35-50
jam.Pada stadia ini belum memerlukan makanan dari luar karena masih memiliki
cadangan makanan dari kuning telur. fase nauplius ini mengalami 6 kali pergantian
bentuk, dapat dilihat pada tabel 1.
4
2. Stadia Zoea
Pada stadia zoea, larva mulai diberi pakan karena pada fase ini larva mulai
nampak aktif mengambil makanan sendiri dari luar, terutama plankton. Fase zoea
berlangsung selama 3-4 hari, dimana larva tersebut sangat peka terhadap perubahan
lingkungan seluruh kebutuhan biologi dan persyaratan media hidupnya harus selalu
dijaga agar tidak terjadi perubahan yang drastis, sehingga dapat menyebabkan stress
atau kematian. Perkembangan larva udang vaname pada stadia zoea dapat dilihat
pada table 2.
Stadia Karakteristik
Zoea I Bentuk badan pipih, karapas dan mata mulai nampak,maxilla
pertama dan kedua mulai berfungsi, alat pencernaanmakanan
nampak jelas
Zoea II Mata mulai bertangkai dan pada karapassudah terlihat rostrum dan
duri supraorbital yang bercabang
Zoea III
Sepasang uropoda yang bercabang dua
mulai berkembang duri pada ruas-ruasperut mulai tumbuh
Setelah stadia zoea selesai, maka stadia selanjutnya adalah stadia mysis yang
berlangsung selam 4-5 hari. Larva pada stadia mysis bersifat planktonis dan
mempunyai ciri-ciri khas yaitu cara bergeraknya mundur dan membengkokkan
badannya. Makanan yang disukai pada stadia ini adalah dari golongan zooplankton
seperti copepod dan rotifer. Pada stadia mysis mengalami 3 kali perubahan yakni
dapat dilihat pada Tabel 3.
Stadia Karakteristik
Mysis I Bentuk badan sudah seperti udang muda
Mysis II Tunas kaki renang mulai nampak nyata, tetapi
belumberuas- ruas
Mysis III Tunas kaki renang bertambah panjang dan beruas-ruas
5
Bentuk paling akhir dan paling sempurna dari seluruh metamorfosa larva
udang adalah post larva. Pada fase ini larva tidak mengalami perubahan bentuk,
karena seluruh bagian anggota tubuh sudah lengkap dan sempurna seperti udang
dewasa, larva hanya mengalami perubahan panjang dan berat. Pada stadia PL
memiliki ciri-ciri yaitu telah mempunyai pleopoda yang berambut (setae) untuk
berenang. Post larva yang sudah mencapai post larva sepuluh (PL 10) dapat dilepas
ditambak untuk dipelihara.bisa dilihat pada gambar 2.
Nauplii Zoea
6
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan tempat
Adapun alat dan bahan pada kegiatan pemeliharaan larva udang vaname
antara lain :
7
Adapun bahan untuk pemeliharaan larva udang vaname dapatdilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Bahan
Bahan Spesifikasi Jumlah Kegunaan
Probiotik Epicin – D 17 ml / 2 kg Sebagai pengurai
ammonia
Kaporit Klorine 60 % 50 – 60 mg Treatment air dan
/ liter Sterilisasi Bak
Povidone iodine Iodine 97 % Kantong naupli
Formalin Formalin 40 % 5 drum Sterilisasi air
3.3. Tahapan kegiatan
8
4. Pemanenan benur dilakukan pada stadia PL 4 dan stadia PL 7-Syarat agar benur
bisa dipanen adalah lolos uji formalin stress test salinity stress test dan bebas
penyakit yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium, dan bebas
dari luminescent bacteria hasil uji PCR harus bebas dari Systemic Ectodermal
and Mesodermal Baculo Virus (SEMBV), Infectious Hypodermal and
Hematopoietic Necrosis (IHHNV),Taura Syndrome Virus (TSV), dan
Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) yang biasa menyerang udang vaname.
Adapun tahapan kegiatan bisa dilihat pada gambar dibawah ini.
9
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder dalam Praktik Kerja Lapang I ini didapatkan melalui studi
pustaka yaitu menelaah litelatur seperti laporan-laporan, jurnal dan pustaka
pemeliharaan indukan dari lembaga-lembaga penelitian maupun instansi-instansi
yang ada kaitanya dengan bidang tesebut.
3.5. Metode analisis data
3.5.1. Data populasi dan Panjang larva
Metode anisis data menurut azizah (2018) data populasi, panjang larva dan
survival rate yang diperoleh dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
a. Populasi
Populasi larva udang vaname dapat dihitung dengan rumus
Populasi = Jumlah total sampel larva × Volume air bak
Volume air sampel
b. Panjang Larva
Panjang rata-rata larva udang vaname dapat dihitung dengan rumus :
Panjang Rata – Rata : Jumlah panjang total
Jumlah sampel
3.5.2. Survival Rate (SR)
Survival rate merupakan tingkat kelangsungan hidup, menggunakan rumus
(Effendi,1997 ) yaitu :
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persiapan alat di lakukan 2-3 hari sebelum stocking larva (nauplii atau post
larva). Persiapan peralatan bak yang akan di stocking di mulai dengan selang
perendaman selang aerasi menggunakan larutan formalin 1000 ppm (100 ml per
100 liter air), timah dan batu aerasi menggunakan larutan H202 1000 ppm (10 ml
per 10 liter air), plastic penutup bak menggunakan lautan formalin 1000 ppm (200
ml per 200 liter air),dan batang heater menggunakan larutan formalin 1250 ppm
(250 ml per 200 liter air). Persiapan bak dilakukan 2 hari sebelum stoking larva
yang dimulai dengan mencuci bak dengan detergen 10 gr/liter, digosok dengan
scoring pad, lalu dibilas dan dikeringkan. setelah bak kering lalu dibaluri dengan
larutan iodine 1000 ppm,yang dicampur 10 ml povidone iodine 10 % dengan 10
liter air ke seluruh permukaan bak.setelah siap kemudian dilakukan pemasangan
alat aerasi. Menurut Sa’adah dan Roziqin (2018) Pencucian bak berguna untuk
membuang air sisa yang ada di dalam bak. pencucian dilakukan dengan air bersih
yang ditambah dengan deterjen.
11
masih perlu di lakukan penyaringan. Penyaringan dilakukan sebanyak 2x
yaitu penyaringan I dan penyaringan II.
3. Penyaringan I dilakukan menggunakan sand filter. Tujuan dari
penyaringan I adalah untuk memisahkan partikel – partikel kecil dari air
atau menjernihkan air. Air yang sudah melalui penyaringan I kemudian
dialirkan ke tandon I. Tandon I ini berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara sebelum dialirkan ke penyaringan II. Pemeliharaan
menggunakan air laut harus difilter menggunakan sand filter dan
ultrafiltrasi serta disanittasikan dengan larutan chlorin 125 mg /L untuk
menjamin kualitas air yang baik dan bebas dari partikel berbahaya (
Sunaryo et al., 2018).
4. Penyaringan II dilakukan menggunakan 2 buah pressure filter. Pressure
filter berfungsi untuk menyaring kotoran yang masih lolos pada tahapan
penyaringan sebelumnya.setelah air melewati penyaringan II kemudian air
dialirkan untuk proses ozonisasi.bertujuan untuk membunuh bibit – bibit
penyakit yang ada di dalam air setelah itu air dialirkan ke bak tandon II air
diendapkan di tandon II selama 2 jam kemudian di oksigenasi. Oksigenasi
bertujuan untuk menghilangkan residu ozon yang tertinggal dalam air
oksigenasi dilakukan dengan cara membuka valve dan menyalakan
pompa.kemudian air akan mengalir melewati pressure filter dan dialirkan
Kembali ke tandon II. Setelah oksigenasi,air dibiarkan selama 24 jam dan
dilakukan pengecekan kandungan klorin serta bakteri untuk memastikan
bahwa air siap digunakan untuk pemeliharaan larva.
5. Pengisian air dilakukan 2 hari sebelum penebaran nauplii (sore hari). Air
dari bak tandon II dipompa, dialirkan melalui pipa inlet dengan ujung
6. dipasang filter bag.volume pengisian air sampai 60-70 % dari kapasitas
bak setelah terisi kemudian aerasi dinyalakan hingga gelembung yang
dihasilkan rata. Aerasi dibuat kuat untuk mengantisipasi adanya
kandungan gas O3 yang masih terkandung dalam air sehingga dapat
ternetralisir.
7. Sterilisasi ulang dilakukan 2 hari sebelum penebaraan nauplii
menggunakan kaporit 90% sebanyak 3-5 ppm. Tujuan penebaran kaporit
12
ini adalah untuk membunuh bibit penyakit dalam air media. Setelah 12 jam
pemberian kaporit ,kemudian diberi Na-thiosulfat 3-5 ppm untuk
menetralkan kandungan kaporit keesokan harinya dilakukan cek residu
klorine dengan menggunakan chlorine test caranya dengan mengambil
sampel air 5 ml kemudian ditambahkan chlorine test sebanyak 4 tetes jika
sampel air tidak berubah warna menjadi kuning,maka dinetralkan Kembali
dengan Na – thiosulfat. Setelah netral kemudian dimasukan vit – C dengan
dosis 1 ppm dan dilanjutkan dengan pemberian EDTA 20 ppm.
13
4.4.1 Monitoring kualitas air
1. Pengukuran suhu yang dilakukan pada pagi dan sore hari menggunakan
Thermometer yang diletakkan kedalam bak pemeliharaan. Suhu yang ideal
untuk pertumbuhan larva adalah 29 – 33 ℃ semakin tinggi stadia larva
semakin banyak jumlah pakan yang harus diberikan,sehingga penumpukan
kotoran dan sisa pakan menjadi banyak.suhu tinggi dan kotoran banyak
dapat menyebabkan kenaikan ammonia dan Asam Sulfide yang dapat
meracuni larva. Suhu dibawah 26 ℃ dapat membuat larva tidak nafsu
makan sehingga pertumbuhan terhambat dan kematian.
2. Pengukuran pH dilakukan pada pagi dan sore hari menggunakan pH meter.
pH yang ideal untuk bak pemeliharaan adalah 7,5 – 8,5. pH yang rendah
dapat menigkatkan kandungan asam dalam air karena banyaknya amonia
dan gas H2S dari sisa pakan dan kotoran,sehingga dapat mengurangi nafsu
makan pada larva pH air yang rendah akan berakibat pada kematian
sedangkan pH air yang terlalu basa dapat menyebabkan laju pertumbuhan
udang terhambat.
3. Pengukuran salinitas dilakukan pada pagi hari saat pergantian air
menggunakan refraktomete.salinitas yang terdapat pada bak berkisar 22– 33
PPT. Udang vannamei merupakan hewan air yang bersifat euryhalin yaitu
dapat hidup dalam lingkup yang luas yaitu pada salinitas 15 – 40 ppt. Udang
vannamei dapat tumbuh baik atau optimal pada salinitas 15–25
PPT.salinitas dibawah 25 ppt dapat menyebabkan larva tidak nafsu makan
sehingga larva tidak mampu bergerak dan mati pengukuran DO (Dissolve
oxygen ) dilakukan pada pagi dan sore hari dengan tujuan untuk mengetahui
kandungan oksigen pada bak pemeliharaan larva Nilai DO minimal 4 ppm.
14
pakan plankton alami diganti dengan artemia.pertambahan air mulai dilakukan pada
stadia mysis hal itu dilakukan karena permukaan air telah banyak mengandung
gelembung yang diasumsikan bahwa air dalam kondisi jenih dan telah terjadi
banyak perombakan gas di dalam air.
N 28 0,5
Z1 28
Z1-2 29 0,5
Z2 29 1 0,5 0,5+1
Z3 33 2 0,5 1
M1 35 2 0,5 3 1,5+2
M2 35 3 1 5 1 1+3
M3 35 3 1 5 1 3+3
PL 1 35 4+2 1 7 1 2
PL 2 35 4+2 1 7 2
PL 3 35 4+2 1 7
PL 4 35 4 2 6
PL 5 35 8 2 5
PL 6 35 10 2 10
15
4.6 Monitoring pertumbuhan dan estimasi kepadatan larva
Pengamatan pertumbuhan larva dilakukan setiap hari dengan
menggunakan beaker glass.pengamatan dilakukan untuk mengetahui laju
pertumbuhan larva apakah terhambat atau tidak.
16
Tabel 9. Hasil Pengamatan Mikroskopis
Stadia Keterangan
Nauplii Larva baru menetas dan masih memiliki kantung kuning telur
Zoea -1 Mata masih belum tampak
Dosis pemberian algae pada setiap stadia berbeda –beda tergantung tingkat
stadia,cuaca dan keadaan media pemeliharaan yaitu hasil pengecekan di Lab QC
pada pagi dan siang hari.untuk kultur algae dimulai kultur dalam Elenmeyer, botol
17
dan galon. Setelah itu dilanjutkan kultur intermediet didalam bak filber yang
besar,lalu dilanjut ke kultur algae massal di dalam bak beton,kemudian siap
digunakan untuk pakan alami larva udang vannamei yang disalurkan melalui pipa
– pipa.
Pakan buatan berupa pakan bubuk yang di beli dari pabrik berupa spirulina,
skreting,lanzy, CAR, dan CD yang diberikan sesuai stadia larva dengan dosis yang
telah ditentukan.pakan buatan yang dibutuhkan dapat dilihat pada gambar7.
18
larva udang vannamei dapat dipanen mulai PL-10 hingga PL-12 dengan kriteria
bebas pathogen atau Specific Pathogen free ( SPF).
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktik kerja lapang I di PT. Central Pertiwi Bahari
ini adalah Untuk mengetahui teknik pemeliharaan larva udang vannamei Faktor –
faktor mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan larva dalam udang vannamei
adalah kualitas air yang baik, kualitas larva yang baik, pemberian pakan tepat waktu
dan jumlah kandungan nutrisi pada pakan yang tinggi.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktik kerja lapang I di PT. Central Pertiwi Bahari ini
adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan naupli sebaiknya berasal dari tepat yang lokasinya dekat
2. Ketersediaan obat untuk menanggulangi hama dan penyakit sebaik lebih
dipersiapkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, S., & Muqsith, A. 2014. Production Management Nauplius Vannamei
Shrimp (Litopenaeus vannamei) Seedling Installation in Shrimp Fisheries
Center Bight Brackish-Water Aquaculture Gelung, Situbondo, East Java.
Samakia : Jurnal Ilmu Perikanan, 5(2), 53–64.
Cinthya, C., Sururi, M.R., Ainun, S. 2019. Efektivitas Proses Ozonisasi Studi
Kasus: IPA dan Miniplant Dago Pakar. Jurnal Institut Teknologi Nasional.
©Teknik Lingkungan Itenas No.2 Volume 7.
Hui. Et.al. 2014. “Joint Effect of Temperature, Salinity and PH on the Percentage
Fertilization and Hatching of Nile Tilapia (Oreochromis Niloticus).”
Aquaculture Research 45.
Zheng, Y. , Yu M., Liu Y., Su Y., Xu T., Yu M., Zhang, X.H. 2016. Comparisonof
Cultivable Bacterial Communities Associated with Pacific White
Shrimp(Litopenaeus vannamei) Larvae at Different Health Statuses and
Growth 17Stages. College of Marine Life Sciences, Ocean University of
China, Qingdao 266003, China. Aquaculture 451 (2016) 163169.
Rakhfid, A., Baya, N., Bakri, M. dan Fendi. 2017. Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Pada Padat Tebar Berbeda
Growth and Survival Rate of White Shrimp (Litopenaeus vannamei) at
different density. 1(2), 1–6.
21
LAMPIRAN
1. Dokumentasi kegiatan
Panen Kedatangan PL 4
22
2. Jenis pakan buatan
23
24
No Public Area No Water and waste water treatment Area
1 Pos Satpam 1 Bak Air laut
2 Ruang Genset 2 Bak Air Tawar
3 Kantin 3 Ozon
4 Mushola 4 Tempat Blower
5 Kantor 5 Sand Filter
6 Parkir 6 Bak Sedimentasi
7 Area packing 7 IPAL
8 Mess
9 Gudang
No Laboratory Area
1 Lab QC
2 Lab Mikrobiologi
25
Denah PT. Central Pertiwi Bahari Rembang
26
27