Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Fisologi Organisme Ikan

KARAKTERISTIK TELUR DAN SPERMA IKAN NILA


(Oreochromis niloticus)

Di susun oleh

Nama : Rajku Febrianza

NPM : 2111102010096

Mata Kuliah : Fisiologi Organisme Ikan

Asisten : Dwi Mutia Tasna Rizki

Kelompok : 01

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat Nikmat
dan Karunia-Nya kepada kita semua, yaitu nikmat iman dan nikmat islam sehingga
praktikan dapat menyelesaikan laporan ini. Shalawat dan Salam kepangkuan Nabi
Besar Baginda Muhammad SAW, yang mana oleh Beliau yang telah membawa dari
jaman jahiliah menuju kejaman yang penuh ilmu pengetahuan. Praktikan
mengucapkan terimakasih kepada asisten yang telah dengan sabar dan konsisten
dalam menjabarkan materi, sertadosen yang sudah memberikan arahan beserta
ilmunya dalam melakukan praktikum ini.

Praktikan sangat menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, baik
dari cara pembuatan maupun penyusunan kata yang praktikan gunakan. Oleh karena
itu, praktikan sangat mengharapkan adanya kritikan dan saran terhadap laporan yang
telah praktikan selesaikan ini, agar kedepannya praktikan bisa lebih baik lagidalam
proses pembuatan laporan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi praktikan
maupun yang membaca.

Banda Aceh, 26 Maret 2023

Praktikan

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan praktikum.................................................................................................2
1.3 Manfaat Praktikum...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
BAB III METODE KERJA.....................................................................................5
3.1 Waktu dan Tempat...............................................................................................6
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................................6
3.3 Cara Kerja............................................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................10
4.1 Hasil Pengamatan………………………………………………………………7

4.2 Pembahasan........................................................................................................13
BAB V PENUTUP.....................................................................................................15
5.1 Kesimpulan........................................................................................................15
5.2 Saran..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
LAMPIRAN...............................................................................................................17

DAFTAR TABEL

ii
Halaman

Tabel 3.2.1 Alat………………………………………………………………….. 6

Tabel 3.2.2 Bahan…………………………………………………………………7

Tabel 4.1.1 Hasil pengamatan………………………………………………….... 10

DAFTAR GAMBAR

iii
Halaman

Gambar 1 Hasil pengamatan……………………………………………………10

Gambar 2 Hasil pengamatan……………………………………………………11

Gambar 3 Hasil pengamatan……………………………………………………12

Gambar 4 Hasil pengamatan……………………………………………………12

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

iv
Lampiran 1. Dokumentasi………………………………………………………. 17

Lampiran 2. Analisa Data……………………………………………………….. 17

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan potensial
di Indonesia. Pengembangan usaha budidaya ikan gurame tersebut masih terkendala
karena pertumbuhan yang dimilik ikan gurame tersebut masih relatif lambat baik
pada fase pemeliharaan benih maupun pembesaran. Ikan gurame dipengaruhi oleh
faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan antara
lain keturunan atau genetik, seks, umur, ketahanan penyakit. Sedangkan faktor luar
yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain makanan, kualitas air dan ruang gerak.

Manajemen pemberian pakan merupakan pengelolaan kegiatan pemberian pakan,


agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien oleh kultivan dengan tujuan untuk
mendapatkan pertumbuhan ikan yang optimal. Salah satu penerapan manajemen
pemberian pakan adalah pengaturan frekuensi pemberian pakan. Lebih lanjut,
pemberian pakan dengan waktu yang berbeda akan mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Frekuensi pemberian pakan telah dilakukan penelitian dan menunjukkan hasil positif
pada benih ikan tawes frekuensi pemberian pakan terbaik 3 kali sehari menunjukan
pertumbuhan relatif sebesar.

Penyakit adalah kondisi patologik ikan yang diperlihatkan melalui tandatanda


klinis pada tubuh dan tingkah laku ikan sebagai indikasi adanya kelainan baik secara
histologi maupun fisiologis. Penyakit pada ikan budidaya muncul karena interaksi
yang tidak seimbang antara ikan (inang), lingkungan dan patogen. Penyakit pada
ikan disebabkan oleh parasit (parasiter) seperti virus, jamur, bakteri dan protozoa dan
penyakit non parasiter seperti gangguan lingkungan, nutrisi dan genetik

1
1.2 Tujuan praktikum
Praktikum dari praktikum ini untuk mengetahui Tujuan praktikum ini yaitu
mengetahui bagaimana cara mengobati ikan sakit dengan menggunakan bahan alami
seperti ekstrak daun mengkudu serta mengetahui pembuatan ekstrak daun mengkudu.

1.3 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari di lakukannya praktikum ini , ialah :

1. Praktikan mampu mengetahui bagaimana cara menyembuhkan ikan sakit


2. Praktikan mampu mengetahui bagaimana cara membuat ekstrak daun
mengkudu,
3. Praktikan mampu mengetahui manfaat dari kandungan ekstrak daun
mengkudu,
4. Praktikan mampu mengamati perubahan yang terjadi pada ikan jika diberi
ekstrak daun mengkudu,
5. Praktikan mampu mengidentifikasi jenis organisme yang ada pada ikan
sakit.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ikan gurami memiliki nilai protein yang tinggi dan rendah lemak, sehingga
banyak diminati. Permintaan pasar akan ikan gurami yang cukup besar menyebabkan
harga ikan gurami dipasaran menjadi tinggi dibandingkan dengan harga ikanikan
yang dipelihara di kolam air tawar lainnya. Sehingga ikan gurami menjadikan sebagai
salah satu ikan paling bergengsi dan sering disajikan pada acara-acara pernikahan,
peresmian kantor dan acara-acara lainnya yang dianggap penting. Maka dari itu, tidak
heran jika ikan gurami ini menjadi salah satu komoditi paling unggul pada sektor
perikanan air tawar. Banyak kalangan yang percaya bahwa ikan gurami
partumbuhannya sangat lamban, tetapi tidak seluruhnya benar. Pertumbuhan ikan
gurami bisa dipercepat jika pemeliharaannya terarah, pemberian pakannya yang
bermutu dan kontinu (Sitanggang & Sarwono. 2011) Sitanggang M, Sarwono B.
2011. Budidaya Gurami (Edisi Revisi). Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Bagian tanaman yang diambil adalah daun yang masih segar. Daun tersebut
dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir lalu dikeringkan. Kemudian, daun
dipotong kecil-kecil dan dibelender sampai menjadi serbuk. Selanjutnya serbuk yang
dihasilkan disaring dengan saringan halus (size 100–200 mesh) sampai menjadi
tepung (Wahjuningrum et al, 2012).

Nama latin dari Ikan gurami adalah Osphronemus goramy, Lacepede (Kottelat
et al. 1993). Memiliki ciri-ciri fisik yang khas, yaitu bentuknya pipih, agak lonjong,
memiliki sisik yang kuat, besar dan tepian agak kasar pada sisik kepala. Ciri lainnya
adalah mulutnya kecil, memiliki gigi-gigi kecil, agak miring, dan tidak tepat di bawah
bibir. Memiliki alat peraba yaitu sepasang benang yang Panjang terletak di bagian
bawah tubuhnya. Jika dilihat secara langsung, secara fisik, ikan gurami dewasa jelas
3
berbeda dengan ikan gurami muda yaitu dari perbedaan segi ukuran tubuh, warna,
bentuk kepala serta dahi. Sedangkan jika dilihat dari segi warna, gurami muda lebih
menarik jika dibandingkan dengan gurami dewasa (Marilin & Sulantiwi 2015).

Budidaya ikan gurami pada lahan sempit (Nugroho 2011) dengan


menggunakan kolam bundar, dengan ukuran kolam diameter 3 meter dan tinggi 1
meter menggunakan besi wiremesh yang melingkar membentuk lingkaran bundar dan
juga terpal jenis bhoonseet dengan ketebalan 750 micron yang mengikuti ukuran
diameter dari kolam bundar. Jenis terpal bhoonseet ini, kualitas premium karena
khusus untuk diekspor ke Jepang. Yang perlu diperhatikan adalah suhu air dalam
kolam antara 26‒28°C kualitas air juga harus bersih berasal dari air sumur, jika
menggunakan air sungai maka harus melalui filterisasi terlebih dahulu dengan
didiamkan selama 6 hari baru digunakan untuk memindahkan ikan. Agar kualitas air
terjaga agar tidak tercemar dari parasite dan bahan beracun serta sumber air lain.
Kandungan oksigen dalam air minimal 2mg/L dengan derajat keasaman (pH) antara
7‒8 Pertumbuhan ikan Gurami dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar. Faktor
dari dalam yang memengaruhi pertumbuhan ikan antara lain keturunan atau genetik,
seks, umur, ketahanan terhadap penyakit. Faktor luar yang memengaruhi
pertumbuhan antara lain dari jenis makanan, kualitas air, dan ruang gerak.

Pemanfaatan teknologi pada budidaya ikan gurami umumnya ada 3 cara, yaitu
cara tradisional, semi intensif dan intensif. Pada sebagian pembudidaya ikan sekitar
80% masih menggunakan teknologi cara tradisional dan semi intensif, dan hanya
sekitar 20% saja yang sudah menggunakan teknologi intensif. Pemanfaatan teknologi
ini berhubungan erat dengan keterbatasan dana/modal yang dimiliki oleh
pembudidaya. Peningkatan produksi benih ikan gurami akan menyebabkan
meningkatnya kebutuhan pakan alami bagi benih ikan gurami (Andhika et al. 2016).

4
BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat


Dilakukan praktikum Hama Penyakit Ikan di Laboratorium Biologi Laut pada
14 Maret 2023 Fakultas Kelautan Dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat yang di gunakan saat praktikum :

No. Nama alat Jumlah Fungsi


1. Toples 1 Sebagai wadah ikan hidup
2. Mesin aerasi 1 Penambahan oksigen atau udara ke

dalam badan air melalui difusi udara.


3. Batu aerasi 1 Menghasilkan gembung udara atau

oksigen
4. Selang aerasi 1 Sebagai penghubung antara mesin
dengan batu aerasi untuk mengalirkan
udara.
5. Kran Cabang 3 1 Untuk menghubungkan selang aerasi

dengan mesin aerasi


6. Wayer 1 Sebagai penghantar listrik untuk

menghidupkan mesin aerasi


5
7. Gelas ukur 1 Untuk mengukur larutan
8. Camera 1 Untuk mengambil foto

3.2.2 Bahan yang digunakan adalah :

No. Nama bahan Jumlah Fungsi


1. Ikan Nila 1 ekor Untuk dilihat perkembangannya saat

diberi ekstrak daun mengkudu


2. Air 6 liter Sebagai media ikan hidup
3. Pakan Secuku Untuk diberikan kepada ikan
pnya
4. Ethanol 96% secuku Sebagai bahan pengenceran
pnya
5. Ekstrak daun 17 ml Sebagai bahan menyembuhkan ikan
mengkudu sakit

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Persiapan wadah :
Cara kerja yang di lakukan yaitu:
1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukkan air

3. Diaklimatisasi ikan

6
4. Biarkan ikan keluar dengan sendirinya

5. Dipasangkan selang aerasi, batu aerasi, dan hubungkan ke


mesin aerasi
3.3.2 Pembuatan Ekstrak Daun Mengkudu
Cara kerja yang di lakukan yaitu:
1. Diambil daun secukupnya

2. Dicuci daun hingga bersih

3. Dikeringkan atau dikipasi daun

4. Dihaluskan daun mengkudu dengan blander hingga menjadi


serbuk halus (siplisia)
5. Direndam (maserasi) selama 3 hari dengan menggunakan
ethanol 96%
6. Diaduk daun tersebut setiap 6 jam sekali

7. Di saring setelah 3 hari perendaman

8. Diuapkan ekstrak daun mengkudu (evaporasi) dengan


menggunakan alat evaporator, sehingga ethanol dengan ekstrak
daun mengkudu akan terpisah
9. Dibuang atau dipisahkan ethanol dengan ekstrak daun
mengkudu tersebut
10. Dilakukan pengenceran.
3.3.3 Pengenceran Ekstrak Daun

Cara kerja yang di lakukan yaitu :

1. Diambil dan dituangkan ekstrak daun mengkudu


sebanyak 17 ml pada gelas ukur

7
2. Diletakkan pada wadah yang besar

3. Diambil aquades sebanyak 983 ml (supaya mencapai


1liter larutan) dan dituangkan pada wadah yang berisi
ekstrak daun mengkudu 17 ml
4. Dicampur dan dihomogenkan

5. Diambil 300 ml larutan ekstrak daun mengkudu


yang telah diencerkan
6. Dimasukkan kedalam wadah pemeliharaan ikan

7. Ditambahkan air sebanyak 6 liter

8. Dibiarkan menyebar dengan sendirinya

3.3.4 Pergantian air

Cara kerja yang di lakukan yaitu :

1. Dikeluarkan selang dan batu aerasi dari wadah


2. Dipindahankan ikan ke wadah lain
3. Dibuang air yang berisi campuran ekstrak daun mengkudu
4. Dimasukkan Kembali air bersih
5. Diaklimatisasi ikan
6. Dimasukkan kembali batu dan selang aerasi

3.4 Analisa Data

3.1.1 Pengnceran

M1 – V1 = M2 – V2

Keterangan :

8
M1 : Konsentrasi larutan pekat (ml)

M2 : Konsentrasi larutan yang digunakan (ml)

V1 : Volume larutan pekat (ppm)

V2 : Volume larutan encer (ppm)

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel hasil pengamatan Gonadsomatik Indeks

No. Hari Gambar Keterangan


1. H0  Dimasukkan air, ekstrak
daun mengkudu, batu dan
selang aerasi
 Ikan masih menyesuaikan
diri dengan air yang diberi
ekstrak daun mengkudu
 Terdapat jamur di pangkal
sirip anus
 Selaput mata menguning dan
menonjol
Gambar 1. Ikan Dengan  Sirip mengelupas/luka
Ekstrak Daun Mengkudu

10
2. H1  Ikan dengan ekstrak daun
mengkudu masih terlihat
diam di dasar, luka serta
bintik kemerahan juga
masih terlihat jelas, dan
Gambar 2. Ikan sebelum
ikan sudah mengeluarkan
pergantian air
fesses
 Saat diganti air, ikan
masih menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang
baru, dan sedikit
melakukan manuver,
namun sering berdiam di
dasar
 Ketika diberi pakan,
sekali- kali ikan
Gambar Ikan Setelah memiringkan tubuhnya
Pergantian Air dan ke samping
Pemberian Pakan

3. H2
 Nafsu terhadap pakan
lambat
 Tingkah laku masih sama
darii sebelumnya

11
Gambar 3. Ikan setelah
pergantian air dan
pemberian pakan

4. H3  Tubuh mulai seimbang


 Cenderung diam di dasar
 Respon terhadap pakan
lambat

Gambar 4. Ikan setelah


diberi Pakan

12
4.2 Pembahasan

Dilakukan praktium ini di laboratorium biologi laut dan telah diteliti serta
diamati pula setiap perubahan ataupun perkembangan ikan mujair terhadap ekstrak
daun mengkudu. Sudah dilakukan persiapan wadah hingga pengenceran ekstrak daun
mengkudu untuk di uji pada ikan gurami tersebut. Tujuannya untuk mengobati ikan
gurami yang terjangkit penyakit atau mengalami luka-luka.

Daun mengkudu dipercaya dapat mengobati ikan yang terserang bakteri


karena daun mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan salah satu jenis herbal atau
fitofarmaka yang berpotensi meningkatkan imunitas ikan. Hasil skrining fitoframaka
dari daun mengkudu mengandung senyawa flavonoid, saponin, steroid, alkoloid,
vitamin dan asam askorbic. Senyawa flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan,
antibakteri, imunomudulator, dan antiinflamasi dan senyawa saponin berfungsi
sebagai membran permeabilising dan dapat mempengaruhi pertumbuhan serta
meningkatkan respon makan hewan serta kandungan bahan aktif tersebut dapat
digunakan sebagai imunostimulan untuk mengobati infeksi penyakit pada ikan
mujair.

Pada Hari ke-0 saat peletakkan pertama ikan mujair dengan ekstrak daun
mengkudu terlihat ikan masih menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baru, tubuh
ikan masih terdapat bitnik-bintik kemerahan, serta lebih sering diam di dasar wadah.
Pada hari ke-1 air yang diberian ekstrak daun mengkudu diganti dengan air yang baru
dan pakan, ikan masih diam di dasar, luka serta bintik kemerahan juga masih terlihat
jelas, dan ikan sudah mengeluarkan fesses, respon terhadap pakannya pun sangat
lambat, manuver tidak seimbang. Pergerakkan ikan yang lambat dan terkadang ikan
memiringkan tubuhnya karena kehilangan keseimbangan dalam tubuh. Pada hari ke-

13
2, ikan sudah mati dengan posisi tubuh mengambang di permukaan air serta terlihat
jelas masih ada bintik-bintik kemerahan di bagian insang, dada, perut, sisiknya.

Dari percobaan pengobatan dengan menggunakan ekstrak daun mengkudu


dengan ikan mujair dapat dikatakan kurang efektif dikarnakan ikan pada hari ketiga
masih mengalami penyakit dan luka-luka walaupun ikan tidak mati tapi bisa
dikatakan oebggunaan esktrak daun mengkudu pada ikan yang terkena penyakit
kurang berhasil dalam menyembuhkan luka-luka dan penyakit pada ikan, tapi ikan
bisa bertahan hidup untuk kurun waktu tiga hari, mungkin jika dalam tempo waktu
seminggu persentase keberhasilan penyembuhan ikan menggunakan ekstrak daun
mengkudu bisa efektif. Ekstrak daun mengkudu- aquades memiliki kemampuan
sebagai bakteristatik dan bakterisidal. Semakin tinggi konsentrasi semakin sedikit
jumlah bakteri yang mampu bertahan hidup. Ini menunjukkan bahwa dengan
meningkatnya konsentrasi semakin besar kadar bahan aktif yang berfungsi sebagai
antibakteri. Artinya dosis ekstrak daun mengkudu pada praktikum kali ini masih
kurang untuk mengobati atau menyumbuhkan ikan mujair dari bakteri atau
mikroorganisme yang sangat banyak pada tubuh ikan mujair tersebut.

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan


potensial di Indonesia,
2. Daun mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan salah satu jenis herbal atau
fitofarmaka yang berpotensi meningkatkan imunitas ikan,
3. Pada praktikum ini kami mendapati TKG pada ikan Nila (Oreochromis
niloticus) pada TKG 3 yang mana bisa di tinjau dari aspek ukuran maupun
warna dari gonad ikan.
4. Daun mengkudu mengandung senyawa flavonoid, saponin, steroid, alkoloid,
vitamin dan asam ascorbic,

5. Pada Praktikum kali ini penggunaan Ekstrak Daun Mengkudu pada Ikan
Gurami bisa dikatakan kurang efektif dalam menyembuhkan luka-luka dan
penyakit dalam kurun waktu tiga hari.

5.2 Saran

Penyampaian materi secara lugas dan pengoptimalan waktu dapat


memperlancar jalannya praktikum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andhika WP, Fajar B, Tristiana Y. 2016. Pengaruh Penambahan Recombinant


Growth

Hormone (RGH) pada pakan dengan kadar protein tinggi terhadap

pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan benih ikan gurami (Osphronemus

gouramy). Journal of Aquaculture Management and Technology. 5(1): 17‒25.

Marilin K, Sulantiwi. 2015. Sistem Pendukung Keputusan Menentukan Kualitas Bibit

Ikan Gurami di Pekon Sukasari Menggunakan Aplikasi Visual Basic 6.0. Jurnal

TAM (Technology Acceptance Model). 4(2015): 26‒ 33.Pulungan, 2015.

Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknik Perikanan). PT. Rineka Cipta,

Jakarta.

Nugroho E. 2011. Sukses Budidaya Gurami di Lahan sempit dan Hemat Air. Jakarta

(ID): Penebar Swadaya

Sitanggang M, Sarwono B. 2011. Budidaya Gurami (Edisi Revisi). Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

Wahjuningrum, D., Widiani I., Nuryati S., 2012. Lama pemberian pakan

mengandung tepung meniran (phyllanthus niruri) dan bawang putih


16
(alliumsativum) untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila
pada

Ikan gurame. Jurnal Akuakultur Indonesia, 11 (2) : 179-189.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi

Gambar 1 . Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4.

Sampel Praktikum Aklimitasi Ikan Wadah Untuk Ikan Esktrak Mengkudu

Lampiran 2. Analisa Data

 Pengenceran

M1 x V 1 = M2 x V 2

M1 x 100 ppm = 850 ml x 2.000 ppm

(100M1)ppm = 1.700.000 ml
17
M1 = 17.000 ml

18

Anda mungkin juga menyukai