BIOLOGI PERIKANAN
Disusun Oleh :
Kelompok 2
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Biologi
Perikanan ini.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sangat
berperan penting dalam proses kegiatan praktikum ini, terutama pada Dosen
Pengampu yaiyu Ibu Dewi Wisudayanti yang telah memberi bimbingan dan
arahan kepada kami. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-
teman sekalian yang telah membantu saat praktikum berlangsung. Kami sadar
tanpa dukungan dari semua pihak, kami tidak akan mampu menyusun laporan ini
dengan maksimal.
Kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari
pembaca terhadap laporan praktikum yang telah kami buat.
Penyusun
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN.............................................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................................
1.2 Tujuan............................................................................................................
1.3 Manfaat..........................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
III. METODE PRAKTIKUM.............................................................................
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum.............................................
3.2 Materi.............................................................................................................
3.2.1 Alat..............................................................................................................
3.2.2 Bahan..........................................................................................................
3.3 Metode Praktikum........................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
4.1 Hasil................................................................................................................
4.1.1 Ikan nila......................................................................................................
4.2 Pembahasan...................................................................................................
V. PENUTUP............................................................................................................
5.1 Kesimpulan....................................................................................................
5.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 1 1 Tabel Pertumbuhan Ikan........................................................................17
Tabel 1 2 Tabel Morfometri Ikan Nilem................................................................18
Tabel 1 3 Tabel Morfometri Ikan Lele...................................................................23
Tabel 1 4 Tabel Morfometri Ikan Nila...................................................................26
Tabel 1 5 Tabel Bukaan Mulut Ikan Nila..............................................................39
Tabel 1 6 Tabel Ukuran Bukaan Mulut Ikan Lele.................................................40
Tabel 1 7 Tabel Ukuran Ukuran Bukaan Mulut Ikan Nilem.................................41
Tabel 1 8 Data Sifat seksual primer ikan nilem (Osteochilus hasseltii)................55
Tabel 1 9 Data Sifat seksual primer ikan Nila.......................................................56
Tabel 1 10 Data Sifat sekunder ikan nilem............................................................57
Tabel 1 11 Data Sifat sekunder ikan lele...............................................................58
Tabel 1 12 Data Sifat sekunder ikan Nila..............................................................58
Tabel 1 13 Data pendugaan sifat seksuak ikan Nilem, Lele, dan Nila..................59
Tabel 1 14 Data Kebiasaan makanan ikan berdasarkan nilai RLG (Relative Length
of Gut)....................................................................................................................75
Tabel 1 15 Data pengamatan fekunditas ikan........................................................95
Tabel 1 16 Data Volume Gonad Ikan..................................................................112
Tabel 1 17 Data Imdeks Kematangan Gonad Ikan..............................................113
DAFTAR GAMBAR
Disusun Oleh:
Kelompok 4
2021
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Secara etimologis, pertumbuhan beraasal dari kata “tumbuh” yang bartinya
tambah besar atau sempurna. Sedangkan secara terminologis, pertumbuhan berarti
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan
waktu tertentu (Ikalor, 2013). Pertumbuhan juga merupakan suatu proses
pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible
(tidak dapat kembali ke asal). Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan
adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa.
Pertumbuhan sangat penting bagi suatu makhluk hidup, misalnya pada manusia,
dengan tumbuh dan berkembang dapat mempertahankan keberlangsungan
hidupnya dan melestarikan keturunannya, begitu pula dengan hewan
(Syamsussabri, 2013).
Biasanya pada pertumbuhan ikan dilakukan analisis hubungan panjang
bobot. Analisi tersebut bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan. Pola
pertumbuhn ikan sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu isometric (pertumbuhan
panjang dan berat ikan seimbang) dan allometrik. Selain itu, hubungan panjang
bobot merupakan faktor kunci untuk pengelolaan sumberdaya ikan dan kajian
biologi spesies ikan serta pendugaan ukuran stok ikan. Informasi ini juga penting
untuk menilai kesehatan ikan secara umum dan dapat digunakan untuk
menentukan berat ikan berdasarkan panjangnya ataupun sebaliknya (Affandi
dkk,2003).
Dalam analisis hubungan panjang berat juga terdapat elemen penting, yaitu
faktor kondisi. Factor kondisi sendiri ialah suatu instrumen yang efisien dan dapat
menunjukkan perubahan kondisi ikan sepanjang tahun. Parameter pertumbuhan
ini dapat menggambarkan keragaan biologi ikan, seperti kemontokan ikan,
perkembangan gonad, kesesuaian terhadap lingkungan, kapasitas fisik untuk
survival dan reproduksi genitalnya. Apabila nilai faktor kondisi berkisar 1 – 2
menunjukan tubuh ikan kurang pipih (Affandi dkk, 2003). Penelitian
pertumbuhan dilakukan dengan cara mengukur tubuh ikan untuk menganalisis
panjang-berat ikan. Analisis panjang-berat ikan sangat penting dilakukan untuk
mengetahui kondisi kondisi biologi ikan dan stok ikan agar mudah ikan dan stok
ikan agar mudah dilakukan manajemen keberlangsungan biodiversitas ikan, serta
dapat dijadikan sebagai indikator biologi dari kondisi ekosistem perairan tersebut.
(Nurhayati dkk, 2016).
I.2. Tujuan
Tujuan pada praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan berdasarkan ukuran panjang dan berat, mengidentifikasi ikan
menggunakan pengukuran morfometri serta mengetahui faktor kondisi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Spesies : Osteochilus hasselti
Morfologi ikan nilem mempunyai bentuk tubuh pipih dan mulut masuk ke
dalam tipe terminal. Posisi sirip perutnya terletak di belakang sirip dada
(abdominal), Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik garis rusuk ke-8
sampai ke-10. Bentuk sirip dubur agak tegak, permulaan sirip dubur berhadapan
dengan sisik garis rusuk ke-22 atau ke23 di belakang jari-jari sirip punggung
terakhir. Sirip perut dan sirip dada hampir sama panjang. Ikan herbivora ini
memiliki panjang usus sekitar 3 – 4 kali lipat tubuhnya (Nuryanto, 2001).
Gambar 1 2Ikan lele (Clarias anguillaris)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopteri
Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias anguillaris
Ikan lele adalah ikan tawar yang memiliki tulang sejati, tubuhnya llicin
dan pipih memanjang serta memiliki sungut di sekitar mulutnya. Pada bagian atas
dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat , Tulang ini membentuk ruangan
rongga di atas insang. Mulut ikan lele juga dilengkapi dengan gigi nyata atau
hanya berupa permukaan yang kasar dimulut bagian depan. Pada bagian sirip dada
lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umumnya disebut dengan nama patil.
Ikan yang bersifat nocturnal ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu
pertumbuhannya cenderung cepat dan mampu beradapatasi dengan cepat dan baik
terhadap lingkungan yang tinggi. Oleh sebab itu ikan lele memiliki organ
arborescent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang
hanya mengandung sedikit oksigen (Rahardjo dan muniarti, 1984).
Gambar 1 3Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan nila termasuk salah satu ikan herbivora yang cenderung karnivora,
mempunyai bentuk tubuh bulat pipih, pada badan dan sirip ekor (caudal fin)
ditemukan garis lurus. Pada sirip punggung ikan nila ditemukan garis lurus
memanjang. Ikan nila dapat hidup di perairan tawar dengan menggunakan ekor
untuk bergerak. Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip
dada (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor
(caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang sampai
bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang
berukuran kecil serta sirip anus berbentuk agak panjang.
III.2. Metode
Pertama ikan diukur panjang totalnya (cm) dan ditimbang beratnya (gram),
kemudian ditulis dalam tabel yang telah tersedia. Kemudian dihitung log-nya,
hubungan panjang beratnya dihitung menggunakan rumus:
b= ∑ logW −¿ ¿ ¿
105 W
F=
L3
Di mana W merupakan berat rata-rata ikan yang sebenarnya yang terdapat dalam
kelasnya (gram) dan L merupakan panjang rata-rata ikan yang akan dalam kelas
tersebut (mm). Kemudian prosedur kelima yaitu dibuat daftar yang tersusun dari
harga-harga L, Log L, W, Log W, Log L x Log W, dan (Log L)2.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
IV.1.1. Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi
Tabel 1. Data Tabel Pertumbuhan Ikan
NO Ikan Panjang Berat Pola Faktor
. Pertumbuhan Kondisi
1. Ikan nilem 1a 18,5 cm 190 gr Allometrik 10,35
negatif
2. Ikan nilem 2a 18,8 cm 250 gr Allometrik 10,35
negative
3. Ikan nilem 3a 13,5 cm 130 gr Allometrik 10,35
negatif
4. Ikan nilem 1b 17 cm 180 gr Allometrik 10,35
negatif
5. Ikan nilem 2b 16,5 cm 170 gr Allometrik 10,35
negatif
6 Ikan nilem 3b 15,1 cm 150 gr Allometrik 10,35
negatif
7. Ikan lele 1a 26 cm 140 gr Allometrik 7,847
negatif
8. Ikan lele 2a 25,5 cm 150 gr Allometrik 7,847
negatif
9. Ikan lele 3a 26,8 cm 170 gr Allometrik 7,847
negatif
10. Ikan lele 1b 25 cm 114 gr Allometrik 7,847
negatif
11. Ikan lele 2b 28 cm 154 gr Allometrik 7,847
negatif
12. Ikan lele 3b 26 cm 122 gr Allometrik 7,847
negatif
13. Ikan nila 1a 20,5 cm 295 gr Allometrik 3,625
negatif
14. Ikan nila 2a 20 cm 290 gr Allometrik 3,625
negatif
15. Ikan nila 3a 16 cm 130 gr Allometrik 3,5
negatif
Tabel 1 1 Tabel Pertumbuhan Ikan
Tabel 2. Data Tabel Morfometrik Ikan Nilem a
Ciri Morfologi Kode Ikan
1 2 3
Bawah mulut - awal sirip perut A1 7,1 7,5 5,2
Bawah mulut - atas mata A2 1,5 1,5 1
Atas mata - awal sirip A3 4,9 6,9 5
punggung keras
Awal sirip perut - awal sirip A4 5,3 5 3,2
punggung keras
Awal sirip perut - atas mata A5 6,6 7,1 4,1
Bawah mulut – awal sirip A6 6,8 7 4,7
punggung atas
1 2 3
punggung keras
1 2 3
punggung keras
1 2 3
punggung keras
V.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Saran yang ingin disampaikan yaitu lebih baik spesies ikan yang menjadi
bahan praktikum pertumbuhan ikan terdiri atas ikan air laut, tawar, dan payau
sehingga praktikan menjadi informatif sehingga dapat menunjukan berbagai
jenis tipe pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Ridwan dan Usman Muhammad. 2003. Fisiologi Hewan Air.
Pekanbaru: Unri Press.
Ahmad, N., dkk. 2017. Pengaruh Kadar Protein Yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy). Jurnal Agroqua.
(15) 2: 51-58.
Bidawi, B. M., Desrita, dan Yunasfi. 2017. Hubungan Panjang Berat dan
Faktor Kondisi Ikan Belodok (Famili: Gobiidae) pada Sumatera Utara
Ekosistem Mangrove Di Desa Pulau Sembilan Kabupaten Langkat
Provinsi. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir, dan Perikanan. 6 (3), 228-
234.
Deden. 2013. Pemanfaatan Plankton Sebagai Pakan Ikan Bandeng di Waduk Ir.
H. Juanda Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan. 1 (2) : 11-23.
Eva Dwi Cholifah. 2016. Pengaruh Induksi Hormon Oocyte Developer (Oodev)
terhadap Kematangan Gonad Calon Induk Ikan Nilem (Osteochilus
Hasselti) [Skripsi].Surabaya:Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Airlangga.
Farida, Singgih Gunarsa, Hastiadi Hasan.2018. Penambahan Tepung Kunyit dan
Oodev dalam Pakan untuk Menginduksi Pematangan Gonad Induk Ikan
Biawan (Helostoma temminkii). Jurnal Ruaya.6(2).70-80.
Froese, R.; Tsikliras, A. C.; Stergiou, K. I., 2011: Editorial note on weight–
length relations of fishes. Acta Ichthyol. Piscat. 41, 261-263.
Merta, I.G.S. 1993. Hubungan panjang – berat dan faktor kondisi ikan lemuru,
Sardinella lemuru BLEEKER, 1853 dari perairan Selat Bali. Jur. Pen.
Per. Laut ( 73 ) : 35 - 44.
Mojeta A. 1992. Simon and schluster’s guide to saltwater fish and fishing by
Angelo Mojeta. Fireside. New York. 255 Hlm.
Nindya, K.M., Sri Rejeki., Tita Elfitasari. 2017. Performa Pertumbuhan dan
Kelulushidupan Benih Ikan Patin (Pangsius hypopthalamus) dengan
Intensitas Cahaya yang Berbeda. Journal of Aquaculture Management
and Technology.6(4).130-138.
Nurhayati, Fauziyah, Siti Masreah B. 2016. Hubungan Panjang-Berat dan Pola
Pertumbuhan Ikan di Muara Sungai Musi Kabupaten Banyuasin
Sumatera Selatan. Maspari Journal.8(2).111-118.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.
Wijaya, B. T., Darti, I., Widodo, A. 2015. Fish Growth Model with Feed Quality
Factor in Wastewater Oxidation Pond. International Journal Science and
Technology. 4(3).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Ikan Kembung (Rastrelliger sp.), Ikan Bawal Putih
(Pampus argenteus), Ikan Bandeng (Chanos chanos), Ikan Baracuda (Sphyraena
barracuda), Ikan Nilem (Osteochilus hasseltii)
Perhitungan Ikan Nilem (Osteochilus hasseltii)
∑ logW x ∑ ( log L )2 −∑ log L x ∑ ( log L x logW )
log A= 2
N x ∑(log L)2−( ∑log L )
60,07 x 74,83 – 47,65 x 62,95
=
41 x 74,83−2270,52
4495,03 – 2999,56
=
3068,03−2270,52
1495,47
=
797,51
= 1,87
b=
∑ log W −(N log a)
∑ log L
60,07−(41 x 1,87)
=
47,65
= -0,34
Nilai b dari Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) adalah -0,34 yang menunjukkan
bahwa tipe pertumbuhannya allometrik negatif, yaitu pertambahan panjang ikan
tersebut lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan beratnya.
Disusun oleh :
Kelompok 2
I.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis pakan
yang dikonsumsi ikan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan, semakin
kecil bukaan mulut ikan maka semakin kecil ukuran pakan yang
diberikan, dan juga disesuaikan dengan umur ikan
I.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah kita mengetahui ukuran bukaan
mulut ikan dan bisa mengetahui tipe pakan apa yang cocok untuk
diberikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Pustaka
II.1.1 Klasifikasi ikan nilem
Phylum : chordata
Class: Actinopterygii
Division : Teleostei
Ordo : Cypriniformes
Familia: Cyprinidae
Genus: Osteochillus
Species : Osteochillus hasselti
(Nelson, 1994)
II.1.2 Klasifikasi ikan nila
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
(Saanin, 1984)
II.1.3 Klasifikasi ikan lele
Kingdom :Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Pisces
Ordo :Ostariophysi
Famili :Clariidae
Genus :Clarias
Spesies :Clarias gariepinus
(Saanin, 1984)
Banyak penelitian yang menganalisa hubungan antara bukaan
mulut dan aktivitas enzim pencernaan. Pada Sparid fish (S.aurata)
enzim trypsin dan chymotrypsin terdeteksi pada umur 3 hari setelah
menetas saat mulut juga mulai terbuka (Moyano et al., 1996).
Lebar bukaan mulut larva sesuai dengan umur larva ikan, semakin
tinggi umur larva ikan makan semakin bertambah ukuran bukaan
mulut larva ikan. Menurut Shirota (1970) dalam Tang (2000) lebar
bukaan mulut menjadi penting untuk diketahui karena merupakan
salah satu faktor penyebab tingkat konsumsi pakan adalah hubungan
antara lebar bukaan mulut dengan ukuran pakan.
III. METODE PRAKTIKUM
III.2 Materi
III.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah penggaris.
III.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Ikan nila
(Oreochromis niloticus), Ikan nilem , Ikan lele
- Ukur panjang rahang atas dengan penggaris dari titik A (rahang atas
bagian depan) sampai titik B (rahang atas bagian belakang).
IV.1 Hasil
IV.1.1 Ikan nila
Nila UBM
1 1.979898987
2 1.838477631
3 1.414213562
Tabel 1 5 Tabel Bukaan Mulut Ikan Nila
1 3.535533906
2 3.535533906
3 3.535533906
4 1.414213562
5 1.414213562
6 1.13137085
Tabel 1 7 Tabel Ukuran Ukuran Bukaan Mulut Ikan Nilem
IV.2 Pembahasan
Praktikum dilakukan dengan cara mengukur PRA (Panjang Rahang
Atas) yang dimulai dari rahang atas bagian depan sampai ke rahang
atas bagian belakang. PRA yang telah didapat kemudian dikalikan
dengan akar dua untuk mendapatkan nilai UBM (Ukuran Bukaan
Mulut).
Pada ikan nila, ukuran panjang rahang atas nila adalah 1,4.
Berdasarkan rumus untuk mendapatkan estimasi bukaan mulut, maka
didapat hasil 1,979898987. Ikan nila kedua memiliki angka PRA
sebesar 1,3 sehingga didapatkan hasil sebesar 1,838477631. Pada ikan
nila ketiga, didapatkan PRA sebesar 1 sehingga estimasi bukaan
mulutnya yaitu 1,414213562.
Pada praktikum kali ini digunakan 6 ekor ikan lele, lele pertama
memiliki nilai PRA sebesar 2,7; lele kedua 2,5; lele ketiga 3; lele
keempat 3; lele kelima 3; dan lele keenam 3. Dengan menggunakan
rumus UBM, maka didapatkan nilai estimasi bukaan mulut masing-
masing sebesar 3,818376618; 3,535533906; 4,242640687;
4,242640687; 4,242640687; dan 4,242640687.
Ikan yang digunakan selanjutnya yaitu enam ekor ikan nilem.
Nilem pertama memiliki nilai PRA sebesar 1,3; nilem kedua 1,3; nilem
ketiga 1,3; nilem keempat 1; nilem kelima 1; dan nilem keenam 0,8.
Dengan menggunakan rumus UBM maka didapatkan nilai esimasi
bukaan mulut ikan sebesar 3,535533906; 3,535533906; 3,535533906;
1,414213562; 1,414213562; 1,13137085.
Lebar bukaan mulut larva sesuai dengan umur larva ikan, semakin
tinggi umur larva ikan makan semakin bertambah ukuran bukaan
mulut larva ikan. Menurut Shirota (1970) dalam Tang (2000) lebar
bukaan mulut menjadi penting untuk diketahui karena merupakan
salah satu faktor penyebab tingkat konsumsi pakan adalah hubungan
antara lebar bukaan mulut dengan ukuran pakan.
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah
bahwa ukuran bukaan mulut setiap ikan berbeda tergantung dengan
pakan alami mereka. Bukaan mulut juga akan semakin besar seiring
dengan usia mereka.
V.2 Saran
saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah agar
sebaiknya materi yang disampaikan dalam setiap acara praktikum
disampaikan secara berkala. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam pemahaman praktikan dalam memahami
materi.
DAFTAR PUSTAKA
Moyano, F.J., M. Diaz, F.J. Alarcon, and M.C. Sarasquete. 1996. Characterization
of digestive enzyme activity during larval development of gilthead seabream
(Sparus aurata). Fish Physiology and Biochemistry, 15:121–130.
Nelson, J.S., 1994. Fishes of the world. Third edition. John Wiley & Sons, Inc.,
New York. 600 p.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Jakarta : Bina Cipta.
Tang, U. M. 2000. Kajian Biologi Pakan dan Lingkungan Pada Awal Daur Hidup
Ikang Baung (Mystus nemurus Cuvier & Valeneiennes 1945). Thesis Institut
Pertanian Bogor.Bogor
LAMPIRAN
Nila PRA
1 1,4
2 1,3
3 1
Lele PRA
1 2,7
2 2,5
3 3
4 3
5 3
6 3
Nilem PRA
1 1,3
2 1,3
3 1,3
4 1
5 1
6 0,8
ACARA 3
Oleh Kelompok 2
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengenali perbedaan jantan dan
betina pada ikan secara morfologi dan anatomi
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Ossariophyyci
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan
yang memeiliki nilai ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele hidup
lebih aktif mencari makan di malam hari atau nocturnal . Ikan lele umumnya
memiliki warna kehitaman atau ke abuan dengan bentuk tubuh yang panjang dan
pipih ke bawah. Memiliki kepala yang pipih dan tidak memiliki sisik dan terdapat
alat pernapasan bantuan. Insang pada ikan lele berukuran kecil dan terletak
dibagian belakang kepala. Jumlah sirip ikan lele sebanyak 68-79, di bagian sirip
dada ada 9-10, di bagian sirip perut 5-6, di sirip dubur 50-60, dan memiliki 4
pasang sungut. Sirip dada di lengkapi dengan duri tajam patil yang memiliki
panjang maksimum hingga mencapai 400 mm. Matanya berukuran 1/8 dari
panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel pada rahangnya
(suyanto dalam Pratiwi , 2014).
2.3. Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1984),
mempunyai bentuk tubuh bulat pipih, pada badan dan sirip ekor (caudal fin)
ditemukan garis lurus. Pada sirip punggung ikan nila ditemukan garis lurus
memanjang. Ikan nila dapat hidup di perairan tawar dengan menggunakan
ekor untuk bergerak. Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip punggung (dorsal
fin), sirip dada (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin), dan
sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup
insang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan
sirip perut yang berukuran kecil serta sirip anus berbentuk agak panjang.
Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
2.4. Pengenalan Ikan Jantan dan Betina
Pada umumnya seksualitas ikan dibedakan menjadi Ikan jantan dan ikan
betina. Ikan jantan dicirikan dengan kemampuan ikan untuk menghasilkan gamet
jantan (spermatozoa) dan Ikan betina dicirikan dengan kemampuan ikan untuk
menghasilkan gamet betina (ovum). Untuk membedakan ikan jantan dan ikan
betina dapat secara langsung melihat organ reproduksinya dengan cara membedah
dan melihat gonad yang dimiliki ikan. Umumnya gonad ikan bentuknya
memanjang,
Perbedaan jenis kelamin dari suatu individu ikan dapat ditentukan dengan
memperhatikan karakteristik seksual yang dimilikinya. Testis dan ovari ataupun
spermatozoa dan telur (ovum) adalah karakteristik seksual primer pada ikan.
Dimorfisme seksual dan dikromatisme seksual adalah karakteristik seksual
sekunder ikan. Karakteristik seksual sekunder ini ada yang bersifat permanen adan
ada juga yang bersifat sementara. Karakteristik seksual bersifat sementara hanya
muncul ketika musim ikan mijah, biasanya hanya dapat dijumpai pada ikan jantan
saja (Lagler et al., 1977; Moyle dan Cech (1982). Biasanya setiap spesies ikan
akan memiliki karakteristik seksual sekunder yang berbeda – beda.
Ciri seksualitas ikan dibedakan menjadi dua yaitu ciri primer dan ciri
sekunder. Ciri seksual primer merupakan ciri seksual yang berhubungan secara
langsung dengan proses reproduksi, dalam hal ini adalah organ-organ reproduksi
dan hormon-hormon yang mempengaruhinya. Organ reproduksi yang
menghasilkan sel kelamin disebut gonad. Gonad ikan meliputi ovarium dan
pembuluhnya (oviduk) pada betina; serta testis dan pembuluhnya (spermduk)
pada jantan. merupakan ilustrasi bentuk umum dari gonad dan saluran (pembuluh)
kelamin pada ikan. Ovarium dan testis, biasanya berjumlah sepasang terletak
membujur didalam rongga perut terhubung dengan saluran gonad (spermduk atau
oviduk) yang selanjutnya ke arah luar melalui lubang genital (genital pore).
Dalam hubungan antara gonad dan salurannya serta ginjal dan salurannya,
sebagian kecil spesies ikan tidak memiliki oviduk yang sempurna contohnya pada
ikan-ikan salmonid sehingga telur mengumpul bebas di dalam rongga perut
sebelum dikeluarkan melalui lubang genital. Sebagian besar spesies ikan memiliki
oviduk yang sempurna dapat langsung mengeluarkan telur melalui lubang genital.
Pada umumnya kelamin ikan jantan dan betina dapat dibedakan dengan
melihat saluran kelaminnya. Pada ikan betina, telur dikeluarkan melalui oviduk
(saluran telur) yang terpisah dari saluran kencing (uretra); sedangkan pada ikan
jantan, sperma dikeluarkan melalui saluran sperma yang menyatu dengan saluran
kencing (uretra) yang umumnya berbentuk menonjol seperti penis pada mamalia
dan disebut dengan papila genital.
Selain ciri primer terdapat juga ciri sekunder untuk membedakan ikan
jantan dan betina. Ciri seksual sekunder adalah ciri kelamin yang dapat ditandai
dengan melihat ciri-ciri fisik untuk membedakan ikan jantan dan betina. Namun,
tidak semua jenis ikan bisa dibedakan jenis kelaminnya hanya dengan melihat
ciri-ciri fisiknya, contohnya ikan ringau (Datnioides micrrolepis) yang sangat sulit
dibedakan jenis kelaminnya sehingga sering kali terjadi kesalahan dalam
pemilihan induk (Sirikul et al., 1994). Jenis ikan yang memiliki morfologi (bentuk
dan ukuran tubuh) yang jelas berbeda antara ikan jantan dan betina maka ikan
tersebut memiliki ciri dimorfisme seksual. Sedangkan jenis ikan yang memiliki
perbedaan warna yang jelas antara ikan jantan dan betina maka ikan tersebut
memiliki ciri dikromatisme seksual. Suatu jenis ikan dapat memiliki kedua ciri
tersebut atau hanya salah satunya saja, atau bahkan tidak kedua-duanya. Ciri
seksual sekunder pada ikan jantan dan betina berkembang seiring dengan
diferensiasi seksual yang terjadi. Seiring dengan perkembangan stadia ikan (larva-
benih-juvenil-dewasa), ciri kelamin sekunder akan berkembang menentukan
status kelamin ikan tersebut. Ikan jantan biasanya mengembangkan karakteristrik
seksual yang lebih ekstrim dari segi morfologi, warna, dan agresivitas. Hal ini
dipengaruhi oleh hormon androgen yang diproduksi oleh testis. Secara umum,
bentuk sirip ikan jantan lebih panjang, warna ikan jantan lebih cerah dan
cemerlang, serta ikan jantan memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi.
Namun dari segi ukuran, pada beberapa spesies, ikan betina memiliki ukuran
tubuh yang jauh lebih besar dari ikan jantan.
3. MATERI DAN METODE
3.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat bedah dan baki
preparat. Bahan yang digunakan berupa beberapa jenis speies ikan.
3.2. Metode
1. Secara morfologi
Pertama ikan diamati kemudian dilihat perbedaan bentuk warna dan letak
organ reproduksi ikan tersebut. Kemudian semua data yang telah diamati di catat.
2. Melihat bagian dalam ikan
Metode kedua adalah melihat bagian dalam organ iman. Pertama ikan
disiapkan lalu dibedah melalui bagian anus hingga ke bagiasn atas, kemudian
kearah kiri hingga bagian operculum dan terakhur gunting kebagian bawah.
Setelah ikan dibedah amati organ ikan lalu tentukan jenis kelamin nya.
3.3. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di lokasi masing – masing pada tanggal 17 – 20 oktober
2021.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 4.1.1 Data Sifat seksual primer ikan nilem (Osteochilus hasseltii)
No Ikan Betina Ciri seksual
1 - Gonad betina
berwarna kuning
kecoklatan
- Ovarium ganda
atau tunggal
Jantan Betina
Memiliki sepasang testis Gonad ikan lele betina berwarna
kuning
Gonad jantan berwarna putih Memiliki sepasang ovarium
Jantan Betina
- Ikan nilem jantan cenderung - Memiliki tubuh yang lebih
memiliki tubuh yang lebih besar
kecil - Warna tubuh lebih gelap
- Warna tubuh lebih cerah - Mempunyai lubang genital
- Mempunyai lubang genital berwarna merah muda
berwarna merah - Bagian perut melebar
- Bagian perut ramping
4.2. Pembahasan
4.2.1. Morfologi Ikan Jantan dan Betina
Seksualitas ikan adalah ciri khas untuk membedakan antara ikan jantan dan
betina. Tingkat kematangan gonad ikan dapat dideteksi dengan melihat tanda-
tanda morfologi dan fisiologi dari sel telur dan sperma (Gusrina:2015) Tanda-
tanda morfologi pada ikan betina yang sudah matang gonad adalah perut
gembung, gerak lambat, perut bila diraba terasa lunak, kulit terkadang terlihat
memerah. Sedangkan pada ikan jantan yang telah matang gonad, tanda-tandanya
adalah: ikan lebih langsing, gerakkan lincah, bila diurut kearah lubang genital ikan
akan keluar cairan berwarna putih susu.(Gusrina:2015)
. Ciri seksual sekunder adalah ciri kelamin yang dapat ditandai dengan
melihat ciri-ciri fisik untuk membedakan ikan jantan dan betina. Namun, tidak
semua jenis ikan bisa dibedakan jenis kelaminnya hanya dengan melihat ciri-ciri
fisiknya, contohnya ikan ringau (Datnioides micrrolepis) yang sangat sulit
dibedakan jenis kelaminnya sehingga sering kali terjadi kesalahan dalam
pemilihan induk (Sirikul et al., 1994). Spesies ikan yang mempunyai ciri
morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas,
maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme. Contoh dari sifat seksual
dimorfisme adalah ukuran ikan jantan cenderung lebih kecil dibandingkan yang
betina. Ada pula sifat seksual dikromatisme yaitu spesies ikan didentifikasi
menjadi jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warnanya. Contohnya adalah
ikan jantan memiliki warna yang lebih cerah dan menarik dibanding ikan betina
(Yuniar, 2017).
Yuniar (2017) mengatakan bahwa pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat
dibagi menjadi dua yaitu:
1. Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu
musim pemijahan saja. Ciri seksual sekunder muncul akibat adanya
rangsangan lingkungan pada saat musim pemijahan. Secara umum, ikan
yang siap memijah atau birahi menunjukkan beberapa perubahan perilaku
dan penampakan tubuhnya yang muncul karena pengaruh hormonal saat
ikan sedang birahi. Perubahan ini merupakan salah satu bentuk adaptasi
reproduksi yang dikembangkan oleh spesies ikan tersebut untuk
kelestarian jenisnya.
2. Sifat seksual sekunder yang bersifat permanen atau tetap yaitu tanda yang
tetap ada sebelum, selama dan sesudah pemijahan.
Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva jantan,
gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan
Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan
ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya
dan sebagainya.
Ciri-ciri seksualitas primer ikan yaitu gonad pada ikan jantan berbentuk
memanjang, berjumlah sepasang, terletak dibagian posterior gelembung renang
dan berwarna bening hingga putih susu. Sedangkan gonad ikan betina memiliki
bentuk memanjang, berjumlah sepasang, terletak dibagian posterior gelembung
renang dan berwarna bening sampai kekuningan pada fase gonad berkembang
(Eka, 2017).
Dapat disimpulkan bahwa ikan nilem (Ostechilus sp.) adalah ikan yang
bersifat gonokoristik bukan hermaprodit. Sedangkan pada ikan Lele (Clarias
gariepinus) dan Nila (Oreochromis niloticus) bersifat hermaprodit bukan
gonokoristik. Karena hermaprodit adalah kondisi dimana pada satu spesies
terdapat dua sel kelamin jantan dan betina pada tubuhnya. Sedangkan
gonokoristik adalah sebaliknya, yaitu keadaan dimana pada satu spesies hanya
terdapat satu jenis sel kelamin pada tubuhnya selama daur hidupnya (Afini, 2014).
Saran untuk praktikum kali ini yaitu saat pembedahan ikan harus hati –
hati agar tidak merusak organ bagian dalam ikan yang akan diamati. Lalu,
saat mengamati ikan harus dilakukan secara teliti agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Afini, I., Elfidasari, D,. Kadarini, T., dan Musthofa , S.Z. 2014. Analisis
Morfometrik dan Meristik Hasil Persilangan Ikan Pelangi Boesemani
(Melanotaenia boesemani) dan Ikan Pelangi Merah Abnormal
(Glossolepis incisus). NunnesJournal of Life Science 3 (2).
Burhanuddin, A. I. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan
Pemahaman Sistem Organ Ikan yang Berbasis SCL pada Mata Kuliah
Ikhtiologi. Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan. Laporan
Modul Pembelajaran Berbasis SCL. Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hasanuddin.
Oleh: Kelompok 2
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Alat pencernaan merupakan salah satu organ tubuh yang penting untuk
berlangsungnya proses kehidupan hewan. Alat pencernaan berfungsi
menampung, mencerna dan menyerap makanan dan struktur alat pencernaan
ini berkaitan dengan perilaku makan dan jenis pakan yang biasa dimakannya.
Ikan memiliki variasi morfologi alat percernaan yang berbeda-beda.
Perbedaan variasi disebabkan karena ikan memiliki perilaku makan, jenis
pakan dan habitat yang berbeda-beda pula. Saluran pencernaan ikan terdiri
dari mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum
dan anus. Lambung merupakan bagian dari alat pencernaan pada ikan, dan
isinya berupa cairan dan makanan yang telah dicerna dimulut. Hal itu dapat
diketahui dengan mempelajari isi dari makanannya apakah ikan tersebut
merupakan pemakan plankton, ikan buas, tumbuh-tumbuhan, dan pemakan
segala (Haraningtias, 2018).
Secara umum kebiasaan makanan yang dimakan (food habit) oleh ikan
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan, sehingga
makanan kelimpahan ikan disuatau perairan, karena menentukan
pertumbuhan dan kondisi ikan. Kekurangan makanan akan membatasi jumlah
populasi ikan disuatu perairan. Disamping itu tidak semua jenis makanan
yang tersedia disukai oleh ikan. Jenis-jenis pakan alami yang dimakan ikan
sangat bermacam-macam, bergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya.
Benih ikan yang baru mencari makan, pakan utamanya adalah plankton nabati
(fitoplankton) (Selviani, 2018).
Menurut (Effendi, 1979) makanan merupakan faktor yang menentukan
bagi populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan. Diperairan, kebutuhan ikan
sudah tersedia yaitu berupa makanan alami, baik berupa hewan (zooplankton,
invetebrata, dan vertebrata), tumbuhan (fitoplankton dan tumbuhan air), dan
organisme mati (detritus). Selain itu, organisme yang dapat menjadi makanan
ikan tersebut tergantung tropik level. Kebiasaan makanan ikan secara alami
tergantung pada lingkungan tempat ikan itu hidup. Hal-hal yang termasuk
dalam kebiasaan makanan ikan ialah kualitas dan kuantitas makanan yang
dimakan oleh ikan (Effendie, 2002).
Secara umum ikan mengawali hidup dengan memanfaatkan makanan
sesuai dengan bukaan mulut, setelah bertambah dewasa makanan, akan
berubah baik kualitas maupun kuantitas (Effendie, 2002). Banyak jenis ikan
dapat menyesuaikan diri dengan persediaan makanan dalam perairan
sehubungan dengan musim yang berlaku. Ikan dengan jenis dan ukuran yang
sama hidup dalam suatu perairan yang berbeda, dapat berbeda dalam
kebiasaan makanan. Demikian pula dalam suatu perairan, jika terjadi
perubahan lingkungan akan menyebabkan perubahan ketersediaan makanan,
sehingga ikan akan mengubah kebiasaan makan (Effendie, 1979).
I.2 Tujuan
Mengetahui kebiasaan makanan (food habit) ikan dari nilai RGL
(Relative Length of Gut) saluran pencernaan.
I.3 Manfaat
Dapat mengetahui kebiasaan makanan (food habit) ikan dari nilai RGL
(Relative Length of Gut) saluran pencernaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom :Animalia
Phylum:Chordata
Class: Pisces
Ordo: Teleostei
Famili: Clariidae
Genus: Clarias
Species: Clarias sp.
(Saanin, 1984).
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan air
tawar yang unggul di pasaran selain mujair, patin, nila dan gurami. Ikan lele
memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis ikan lain yaitu
pertumbuhannya tergolong cepat, toleran terhadap kualitas air yang kurang
baik, relatif tahan terhadap penyakit dan dapat dipelihara hampir di semua
wadah budi daya (Nasrudin, 2010).
Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan
mempunyai organ arborecent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di
lumpur atau air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele berwarna
kehitaman atau keabuan, memiliki bentuk badan yang memanjang pipih
kebawah, berkepala pipih dan memiliki empat pasang kumis yang
memanjang sebagai alat peraba (Iqbal, 2011).
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah semua perairan tawar,
meliputi sungai dengan aliran yang tidak terlalu deras atau perairan yang
tenang seperti waduk, danau, telaga, rawa dan genangan air seperti kolam.
Ikan lele tahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan
relative tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik (Iqbal, 2011).
Kingdom :Animalia
Phylum:Chordata
Class: Pisces
Ordo: Perciformes
Famili: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Species: Oreochromis niloticus
(Amri dan Khairuman 2007).
Adapun morfologi ikan nila menurut Amri dan Khairuman (2007) yaitu
lebar badan ikan nila umumnya sepertiga dari panjang badannya. Bentuk
tubuhnya memanjang dan ramping, sisik ikan nila relatif besar, matanya
menonjol dan besar dengan tepi berwarna putih. Ikan nila mempunyai lima
buah sirip yang berada di punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Pada sirip
dubur (anal fin) memiliki 3 jari-jari keras dan 9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip
ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari-jari lemah mengeras dan 16-18 jari-jari
sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin) memiliki 17 jari-jari sirip keras dan
13 jari-jari sirip lemah. Sementara sirip dadanya (pectoral fin) memiliki 1 jari-
jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Sirip perut (ventral fin) memilki 1
jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Ikan nila memiliki sisik cycloid
yang menutupi seluruh tubuhnya.
IV.2 Pembahasan
Panjang relatif usus dapat dijadikan indikator kebiasaan makanan ikan,
yaitu dengan membandingkan panjang total tubuh dan panjang total usus.
Kebiasaaan makanan ikan dapat juga diprediksi dari perbandingan panjang
saluran pencernaannya dengan panjang total tubuhnya. Setelah didapatkan
panjang usus, maka dihitung RLG menggunakan rumus. Setelah didapatkan
hasil dari rumus, maka dapat diidentifikasi jenis makanan yang dimakan ikan.
Apabila panjang usus relative memiliki nilai kurang dari 1 maka ikan
tergolong ikan karnivora, nilai antara 1-3 maka ikan tergolong ikan omnivora,
sedangkan nilai diatas 3 maka ikan tergolong ikan herbivora.
Berdasarkan hasil pengukuran panjang usus terhadap 6 ikan lele, nilai
RLG ikan lele yaitu 0,84 cm, 0,96 cm, 0,88 cm, 1,26 cm, 0,9 cm, dan 1,19
cm. Berdasarkan jumlah RLG kurang dari 1 dan terdapat lebih dari 1, maka
ikan lele termasuk ke dalam hewan karnivora dan hewan omnivora. Hal ini
sesuai dengan referensi dari Fariedah dkk. (2017) yang menyatakan bahwa
apabila panjang usus relative memiliki nilai kurang dari 1 maka ikan
tergolong ikan karnivora dan nilai antara 1-3 maka ikan tergolong ikan
omnivora. Perbedaan kebiasaan makan (food habit) dari lele tersebut
dikarenakan terdapat perbedaan habitat dan pakan dari lele tersebut.
Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam. Ikan lele
termasuk dalam golongan pemakan segalanya (omnivora), tetapi cenderung
pemakan daging (karnivora). Selain bersifat karnivora, ikan lele juga makan
sisa-sisa benda yang membusuk. Ikan lele dapat menyesuaikan diri untuk
memakan pakan buatan (Suyanto, 2008). Pada habitat aslinya, lele memakan
cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik, serangga air, kutu air. Ikan lele
memiliki sifat nocturnal yaitu hewan yang lebih aktif beraktivitas dan
mencari makanan di malam hari, sehingga ikan lele menyukai tempat-tempat
yang terlindung atau gelap (Iqbal, 2011).
Oleh: Kelompok 2
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum acara ini yaitu untuk mengetahui jumlah
telur ikan (fekunditas) dan untuk mengetahui hubungan antara ukuran
tubuh ikan dan jumlah telur yang dihasilkan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum acara fekunditas adalah kita dapat
menetukan dan mengetahui fekunditas atau jumlah ikan nila (Oreochromis
niloticu), Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan ikan lele (Clarias
gariepinus) dan juga dapat mengetahui hubungan antara ukuran tubuh ikan
dan jumlah telur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom :Animalia
Phylum:Chordata
Class: Pisces
Ordo: Teleostei
Famili: Clariidae
Genus: Clarias
Species: Clarias sp.
(Saanin, 1984).
Menurut Sudarto (2004), Habitat atau lingkungan hidup lele ialah air
tawar. Meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele ialah air sungai, air
dari saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele juga
relative tahan terhadap kindisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai
kurang baik. Ikan lele juga hidup dengan padat penebaran tinggi meupun pada
kolam yang kadar oksigennya rendah karena lele mempunyai alat pernafasan
tambahan yang disebut labirin yang memungkinkan lele mengambil oksigen
langsung dari udara untuk pernafasannya.
Lele juga dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun dalam
kolam yang kadar oksigennya rendah, karena ikan lele mempunyai alat
pernapasan tambahan yang disebut arborescent yang memungkinkan lele
mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasan, faktor-faktor yang
berhubungan dengan lingkungan hidup ikan senantiasa harus dijaga dan
diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: suhu berkisar antara 24
– 300C, pH 6,5 – 7,5, oksigen terlarut 5 – 6 mg/l. Dengan kondisi perairan
tersebut di atas ikan lele dapat hidup dengan baik mengenai kepesatan
tubuhnya maupun kemampuan dalam menghasilkan benih ikan.
Kingdom: Animalia
Phylum:Chordata
Class: Pisces
Ordo: Ostariophysi
Famili: Cyprinidae
Genus: Osteochilus
Species: Osteochilus hasseltii
(Saanin, 1984).
Nilem merupakan ikan budidaya yang memang diternakkan untuk
konsumsi, terutama di Pulau Jawa. Namun kini, ikan nilem juga diintroduksi
ke beberapa danau yang ada di daerah Sulawesi. Ikan ini memiliki tubuh yang
berukuran sedang, dan memiliki panjang total sampai 260 mm. Tinggi
badannya yang pada awal sirip dorsal berukuran 3—3,7 cm, dan berbanding
lurus dengan panjang standarnya yang tanpa sirip dan ekor. Panjang kepalanya
berukuran 4,1—4,5 cm yang berbanding dengan panjang standar.
Moncongnya berbentuk agak membulat tumpul dengan bibir yang agak
berlipat dan dapat disembulkan keluar. Ikan nilem biasanya dibudidayakan
oleh masyarakat sekitar yang ada di Pulau Jawa, terutama yang bertempat di
daerah Jawa Barat. Telur ikan ini sangat digemari karena rasanya yang lezat.
4.1 Hasil
Tabel 1. Data pengamatan fekunditas ikan
Nama Ikan Ikan ke- V (gr) v (gr) x (butir) X (butir) Berat Panjang
Ikan (gr) Ikan (cm)
Lele 1 0,45 0,15 248 744 150 25,5
Nila 1 1,7 0,85 320 476 180 16
Nilem 1 0,98 0,37 157 415,84 190 18,5
IV.1 Pembahasan
Fekunditas adalah jumlah telur yang telah matang dalam suatu ovarium
sebelum dikeluarkan pada waktu memijah. Fekunditas yang seperti ini
dinamakan fekunditas mutlak (fekunditas individu), sedangkan fekunditas
relatif adalah jumlah telur per satuan berat dan panjang ikan (Effendie, 2002).
Hasil praktikum fekunditas yang diperoleh pada telur ikan lele (Clarias
gariepinus) yaitu sebanyak 744 butir. Hal ini tidak sesuai dengan referensi
dari Azizati (2015) yang menyatakan bahwa nilai fekunditas induk lele
berkisar antara 50.000-100.000 butir/kg bobot tubuh ikan. Perbedaan ini dapat
dipengaruh dari faktor lingkungan, bobot tubuh ikan, dan umur ikan. Hal ini
didukung oleh Jabarsyah et al., (2006) yang menyatakan bahwa fekunditas
berhubungan erat dengan lingkungan, ketersediaan makanan. Kecepatan
pertumbuhan dan tingkah laku ikan waktu pemijahan. Ukuran dan jumlah
telur cenderung bertambah dengan bertambahnya ukuran dan umur betina
sampai ikan tersebut mendekati masa akhir dari hidupnya.
Gambar 1. Telur Ikan Lele
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Hasil praktikum fekunditas yang diperoleh pada telur ikan nila (Clarias
gariepinus) yaitu sebanyak 476 butir. Hal ini sesuai dengan referensi dari
Oymak et al. (2000) yang menyatakan bahwa fekunditas ikan nila berkisar
antara 243-847 butir telur/induk. Ikan nila memiliki potensi reproduksi yang
tergolong besar. Fekunditas dapat beragam karena hasil adaptasi terhadap
lingkungan, habitat, umur ikan, ukuran telur, makanan dan musim.
Gambar 1 4 Telur
Gambar 2.Ikan Nilem
Telur Ikan Nila
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Hasil praktikum fekunditas yang diperoleh pada telur ikan nilem yaitu
didapat jumlah telur paling rendah sebanyak 349,35 butir pada nilem ke-3 dan
fekunditas teretinggi yaitu sebesar 1454,68 butir pada nilem ke-5.
Berdasarkan referensi dari Sharifuddin (2010) yang menyatakan bahwa
fekunditas relatif ikan nilem berkisar 17,66-475,58 butir telur setiap gram
bobot tubuh, dengan rata-rata 101,59±72,61 butir telur setiap gram bobot
tubuh. Hal ini menunjukan fekunditas ikan Nilem yang kami lakukan kurang
sesuai dengan referensi. Perbedaan ini terjadi dapat disebabkan oleh variasi
fekunditas sangat umum terjadi pada ikan dan jumlah telur yang dihasilkan
oleh seekor induk bergantung kepada banyak faktor, termasuk umur, ukuran,
spesies, dan kondisi (ketersediaan makanan, suhu air, musim). Fekunditas
kadang-kadang juga berhubungan dengan densitas karena jika densitas
populasi menurun maka pertumbuhan meningkat dan fekunditas
kemungkinan ikut meningkat pula (Sharifuddin, 2010).
Amri K dan Khairuman. 2007. Budidaya ikan nila secara intensif. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Azizati, Very luftia dkk. 2015. Pengaruh Penambahan Kombinasi Omegasqua
Dan Klorofil Terhadap Fekunditas, Daya Tetas Dan Kelulushidupan Larva
Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp.). Journal of Aquaculture Management
and Technology. 4(4): 136-140.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta.
Jabarsyah, H A., J. Cabyadi1), D. Usman. 2006. Aspek Reproduksi Ikan Kurisi
Bali (Aprion virescens) Diperairan Pulau Derawan dan Sekitarnya. Hal 42-
56.
Khairuman,dkk ,2002. Pemeriksaan Kadar Logam Berat dan Unsur Hara pada
Ikan, Pakan dan Sedimen di Waduk Cirata. Laporan Hasil. Bandung.
Oymak S.A., et al. 2000. Some Biological Characteristics of Silurus triostegus
Heckel, 1843. From Ataturk Dame Lake (Turkey). Turk J Zool. 25:139-
148.
Pratiwi, R.D. 2014. Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang di Kolam Budidaya Lele
Jombang. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah. 50 hal.
Rian. 2010. Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya. Pustaka Utama. Yogyakarta.
Saanin, 1984. Usaha Budidaya Ikan nila. C.V Simplex. Jakarta.
Sharifuddin. 2010. Aspek reproduksi ikan nilem, Osteochilus vittatus
(Valenciennes, 1842) di Danau Sidenreng, Sulawesi Selatan. Jurnal
Iktiologi Indonesia. 10(2):111-122
Widodo, E.P. 2009. Tingkah Laku Makan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
Terhadap Beberapa Jenis Anak Ikan. Tesis. Fakultas Matematika dan
Pengetahuan Alam Program Pascasarjana. Universitas Indonesia. Depok.
LAMPIRAN
Lampiran 2. Gambar
Oleh: Kelompok 2
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
Kingdom :Animalia
Phylum:Chordata
Class: Pisces
Ordo: Teleostei
Famili: Clariidae
Genus: Clarias
Species: Clarias sp.
(Saanin, 1984).
Lele merupakan salah satu ikan yang hidup di air tawar. Lele
merupakan famili dari Clariidae, yaitu suatu kelompok ikan yang
memppunyai ciri khas bentuk kepalanya pipih dengan lempeng tulang
keras sebagai batok kepala. Selain itu ciri khas lain dari ikan lele adalah
bersungut (kumis) sebanyak empat pasang, sirip dadanya terdapat patil dan
mempunyai alat pernapasan tambahan yang terletak di bagiam depan
rongga insang. Alat pernapsan tersebut memungkinkan ikan lele
mengambil oksigen langsung dari udara(kjdfikufgafhnjb).
Kingdom: Animalia
Phylum:Chordata
Class: Pisces
Ordo: Ostariophysi
Famili: Cyprinidae
Genus: Osteochilus
Species: Osteochilus hasseltii
(Saanin, 1984).
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan salah satu ikan air
tawar. Ikan ini termasuk hewan herbivora, yang diketahui hidup dan
menyebar di bagian perairan Asia Tenggara, seperti Siam-Thailand,
Tonkin, Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Nilem
merupakan ikan budidaya yang memang diternakkan untuk konsumsi,
terutama di Pulau Jawa. Namun kini, ikan nilem juga diintroduksi ke
beberapa danau yang ada di daerah Sulawesi. Ikan ini memiliki tubuh yang
berukuran sedang, dan memiliki panjang total sampai 260 mm. Tinggi
badannya yang pada awal sirip dorsal berukuran 3 - 3,7 cm, dan
berbanding lurus dengan panjang standarnya yang tanpa sirip dan ekor.
Panjang kepalanya berukuran 4,1 - 4,5 cm yang berbanding dengan
panjang standar. Moncongnya berbentuk agak membulat tumpul dengan
bibir yang agak berlipat dan dapat disembulkan keluar. Sungut ikan ini
berbentuk maksilar-dua tulang yang membentuk rahang, yang kurang
lebih ukurannya sepanjang diameter mata, serta ditambah dengan sungut
rostralnya lebih pendek. Ikan nilem biasanya dibudidayakan oleh
masyarakat sekitar yang ada di Pulau Jawa, terutama yang bertempat di
daerah Jawa Barat.
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan slah satu komoditas
budidaya air tawar yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Kusdiarti
(2011) menyatakan ikan nilem memiliki ketahanan terhadap penyakit,
sintasan dan reproduksi yang tinggi serta mempunyai beragam potensi
antara lain ikan terapi, restocking pada perairan umum dan telurnya dapat
dimanfaatkan sebagai bahan caviar ikan air tawar (Subagja dkk., 2006).
Menurut Data Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2013
mencantumkan nilai produksi ikan nilem di Indonesia pada tahun 2009,
2010 dan 2011 bersifay fluktuatif. Sumantadinata (1983) menjelaskan
bahwa secara alami proses pemijahan ikan nilem betina dapat dipijahkan
dari umur satu hingga satu setengah tahun dengan berat badan sekitar 100
gr dan lebih banyak terjadi pada musim penghujan saja (Choolik et al.,
2005).
Pemberian pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang cukup dapat
meningkatkan kualitas induk. Pakan sangat besar pengaruhnya terhadap
kematangan gonad, baik jantan maupun betina, oleh sebab itu pemilihan
pakan yang tepat sangat berperan penting terhadap proses kematangan
gonad (Pujianti et al., 2008). Pemilihan pakan untuk proses pematangan
gonad harus memenuhi beberapa syarat yaitu mudah didapat, harganya
murah serta memiliki kandungan nutrisi yang baik. Pellet merupakan
pakan yang mudah diperoleh dan harganya murah, kerang merupakan
biota yang banyak terdapat diwilayah Indonesia, ikan seribu sangat mudah
didapat serta memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik. Cacing tanah
juga sudah banyak digunakan untuk pematangan gonad ikan hias maupun
ikan konsumsi.
Cara kerja pada praktikum ini yaitu siapkan gelas ukur dengan volume
tertentu, kemudian ambil telur ikan masukkan ke dalam gelas ukur lalu catat
volome akhir setelah telur dimasukkan. Volume telur dapat dihitung dengan cara
volume akhir dikurangi volume awal. Ikan dimatikan kemudian diukur panjang
dan beratnya. Lalukan pembedahan dengan hati-hati agar gonad tidak rusak,
kemudian dihitung Indeks Kematangan Gonad dengan menggunakan rumus :
BG
IKG = × 100%
BT
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
Kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad
sebelum dan sesudah memijah. Perkembangan gonad yang semakin
matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan.
Pada gonad yang semakin betambah berat diikuti dengan semakin
bertambah besar ukurannya termasuk diameter telur. Peningkatan ukuran
gonad disebabkan oleh perkembangan stadiaoosit. Pertambahan berat
gonad pada ikan betina sebesar 10 – 25% dari berat tubuh (Effendie,
2002).
Pada praktikum ini juga menggunakan ikan nilem, ikan nilem yang
digunakan berjumlah enam ekor. Tiga diantara ikan tersebut telah dihitung
volume awal dan volume akhirnya. Pada praktikum ini diperoleh ikan
nilem nomer 1 diperoleh sebesar 6%, kemudian pada ikan nilem nomer 2
diperoleh sebesar 7%, dan untuk ikan nilem nomer 3 diperoleh angka
kematangan gonad sebesar 8%. Dari angka kematangan gonad yang
diperoleh tersebut dapat dikatakan jika ikan tersebut belum siap untuk
memijah.
Gambar 2. Telur Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Khairuman,dkk ,2002. Pemeriksaan Kadar Logam Berat dan Unsur Hara pada
Ikan, Pakan dan Sedimen di Waduk Cirata. Laporan Hasil. Bandung.
Pratiwi, R.D. 2014. Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang di Kolam Budidaya Lele
Jombang. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah. 50 hal.
Rupawan. 1999. Beberapa sifat biologi dan ekologi ikan semah (Tor douronensis)
di Danau Kerinci dan Sungai Merangin. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia 5 (4): 1-6.
Widodo, E.P. 2009. Tingkah Laku Makan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
Terhadap Beberapa Jenis Anak Ikan. Tesis. Fakultas Matematika dan
Pengetahuan Alam Program Pascasarjana. Universitas Indonesia. Depok.
LAMPIRAN
1. Ikan Lele
BG
IKG = × 100%
BT
10
= × 100%
150
= 0,06
2. Ikan Nila
BG
IKG = × 100%
BT
17
= × 100%
180
= 0,094
3. Ikan Nilem 1
BG
IKG = × 100%
BT
10
= × 100%
150
= 0,06
4. Ikan Nilem 2
BG
IKG = × 100%
BT
13
== × 100%
170
= 0,076
5. Ikan Nilem 3
BG
IKG = × 100%
BT
15
= × 100%
180
= 0,083
Lampiran 2. Gambar
Gambar 1. Telur Ikan Lele ( Clarias sp.)