Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Pemeriksaan dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Komoditas


Perikanan dengan Metode SNI 2332: 1-2015 di Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II

Disusun Oleh:
Arifa Yunia Rahma
14/366938/BI/09321

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020

i
LAPORAN KERJA PRAKTIK

Pemeriksaan dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Komoditas


Perikanan dengan Metode SNI 2332: 1-2015 di Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II

disusun sebagai
pelengkap prasyarat mata kuliah Kerja Praktik
di Fakultas Biologi UGM

Dosen Pembimbing KP : Dr. Eko Agus Suyono, M.App. Sc.


Dosen Pembimbing Lapangan KP : Indra Verdiana Apriliyanti, S.Pi

Disusun oleh :
Arifa Yunia Rahma
14/366938/BI/09321

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Naskah Kerja Praktik

Pemeriksaan dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Komoditas


Perikanan dengan Metode SNI 2332: 1-2015 di Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II

Disusun Oleh:
Arifa Yunia Rahma
14/366938/BI/09321

Telah diperiksa, disetujui dan dipresentasikan


di depan forum Kerja Praktik Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
pada tanggal 22 Desember 2020 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

iii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik yang berjudul “Pemeriksaan
dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Komoditas Perikanan dengan
Metode SNI 2332: 1-2015 di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II” sesuai dengan ketentuan yang
disyaratkan.
Laporan ini disusun untuk melengkapi syarat pelaksanaan mata kuliah
Kerja Praktik. Dengan terselesaikannya laporan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc selaku Dekan Fakultas Biologi UGM.
2. Rina Sri Kasiamdari, S.Si., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan Fakultas Biologi UGM.
3. Drs. Heri Sujadmiko M.Si dan Soenarwan Heri Poerwanto, S.Si., M.Kes
selaku Penyelenggara Kerja Praktik.
4. Dr. Eko Agus Suyono, M.App. Sc. selaku Pembimbing Kerja Praktik.
5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
laporan Kerja Praktik ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak ke depannya.

Yogyakarta, 20 Oktober 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Sampul Dalam .............................................................................................. ii
Halaman Pengesahan ................................................................................... iii
Prakata .......................................................................................................... iv
Daftar Isi ...................................................................................................... v
Daftar Gambar .............................................................................................. vi
Daftar Tabel ……………………………………………………………… vii
Daftar Lampiran ...........................................................................................
viii
Intisari .......................................................................................................... ix
Abstract ........................................................................................................ x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Permasalahan ...................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................................... 3
E. Deskripsi Lokasi ................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A.Tinjauan Pustaka ................................................................................. 5
B. Hipotesis ……………………………………………………………. 15
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ......................................................... 16
B. Alat dan Bahan ................................................................................... 16
C. Cara Kerja ........................................................................................... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil………………………………………………………………… 21
B. Pembahasan………………………………………………………... 21
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 31
B. Saran .................................................................................................. 31
Daftar Pustaka .............................................................................................. 32
Lampiran

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1 Lokasi Balai KIPM Surabaya II (Google map)……………........ 4
2 Kantor Balai KIPM Surabaya II………………………………... 6
3 Instalasi Balai KIPM Surabaya II……………………………… 7
4 Struktur Organisasi Balai KIPM Surabaya II………………….. 8
5 Struktur Sel Bakteri (Melliawati, 2009)………………………... 10
6 Morfologi Escherichia coli (Melliawati, 2009)………………. 12
Hasil Uji Pendugaan Koliform a) Negatif; (b) Media LSB
7
Sebelum diinokulasi bakteri; (c) Postif……………………….. 22
Hasil Uji Pendugaan E. coli (a) Negatif; (b) Media EC Broth
8
sebelum diinokulasi bakteri; (c) Postif……………………….. 23
Hasil uji penegasan E. coli (a) Negatif; (b) Media EMBA
9
sebelum diinokulasi bakteri; (c) Postiif………………………. 23
Hasil uji penanaman ke PCA miring (a) Media PCA miring
sebelum diinokulasi bakteri; (b) Media PCA miring setelah
10
diinokulasi bakteri; (c) Media PCA miring setelah 24 jam
inkubasi………………………………………………………… 24
Hasil uji indol a) Media Tryptophan broth; (b) Positif; (c)
11
Negatif………………………………………………………….. 25
Hasil uji methyl red (a) Media MRVP; (b) Positif; (c)
12
Negatif.......................................................................................... 25
Hasil uji voges proskauer (a) Media MRVP; (b) Positif; (c)
13
Negatif………………………………………………………….. 27
Hasil uji sitrat (a) Media Simmon sitrat; (b) Positif; (c)
14
Negatif………………………………………………………….. 27
Pewarnaan Gram Negatif E. coli (Sumber: Kayser F, Bienz K,
15
Ecker J 2005)…………………………………………………… 28
16 Pemotongan sampel uji (Sumber: foto pribadi)………………... 46
17 Penimbangan sampel uji (Sumber: foto pribadi)………………. 46
Penambahan larutan pengkaya (BFP) pada sampel uji (Sumber:
18
foto pribadi)…………………………………………………….. 47
Homogenasi sampel uji dan BFP dengan stomacher (Sumber:
19
foto pribadi)…………………………………………………….. 47
Homogenat sampel uji (Pengenceran 10-1) (Sumber: foto
20
pribadi)…………………………………………………………. 48
Reagen Uji IMViC (a) methyl red; (b) kovac’s; (c) VP1 alpha
21
naphtol; (d) VP2 KOH 40% (Sumber: foto pribadi)…………… 48
Hasil Uji IMViC pada (a) kontrol positif E. coli biotipe 1; (b) sampel
22
uji (Sumber: foto pribadi)……………………………………………. 49

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Interpretasi Hasil Pengujian Bakteri E. coli………………. 20
4.1 Hasil pengujian E. coli pada komoditas perikanan di Balai
KIPM Surabaya II………………………………………… 21
4.2 Indeks APM dengan tingkat kepercayaan 95% untuk
berbagai kombinasi hasil positif dari 3 seri tabung pada
pengenceran 10-1, 10-2 ,10-3………………………………... 29

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Agenda Kegiatan Kerja Praktik…………………………… 35
2 Pembuatan Media………………………………………….. 41
3 Pembuatan Pereaksi……………………………………….. 44
4 Dokumentasi Kegiatan…………………………………….. 46
5 Surat Pemberian Izin Kerja Praktik………………………. 50
6 Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik…………………... 51

viii
Pemeriksaan dan Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Komoditas
Perikanan dengan Metode SNI 2332: 1-2015 di Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II

Arifa Yunia Rahma


14/366938/BI/09321

Dosen Pembimbing : Dr. Eko Agus Suyono, M.App. Sc.

Hasil produksi perikanan Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.


Penanganan ikan segar yang kurang baik dapat mengakibatkan ikan yang
dipasarkan sudah tercemar oleh zat kimia maupun mikroflora. Bakteri indikator
yang bersifat patogen salah satunya adalah Escherichia coli. . Oleh karena itu
kerja praktik ini bertujuan untuk mengetahui proses pemeriksaan dan identifikasi
bakteri E. coli pada komoditas perikanan berdasarkan metode Standart Nasional
Indonesia (SNI) 2332: 1-2015 di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II (Balai KIPM Surabaya II). Sampel uji
berupa Baby shrimp, Frozen slipper lobster, Himego dan Frozen milk fish diambil
masing-masing sebanyak 25 g ditambahkan BFP 225 mL lalu di homogenasi.
Lalu dilanjutkan dengan uji pendugaan koliform dengan media LSB, uji
pendugaan E. coli dengan media EC Broth, uji penegasan E. coli dengan media
EMBA/L-EMB, uji morfologi dengan pewarnaan Gram dan uji biokimia yang
meliputi uji indol, uji methyl red, uji Voges Proskauer dan uji sitrat. Hasil
pengujian yang diperoleh diinterpretasi lalu dihitung dengan metode Angka
Paling Memungkinkan/APM dengan tingkat kepercayaan 95% untuk berbagai
kombinasi hasil positif dari 3 seri tabung pada pengenceran 10 -1, 10-2 ,10-3. Hasil
yang diperoleh menunjukkan seluruh sampel uji memiliki kombinasi angka 3 seri
tabung pengenceran yaitu 0, 0, 0 dengan nilai <3 APM/g. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh sampel negatif E. coli.

Kata kunci : Balai KIPM Surabaya II, Escherichia coli, pengujian mutu ikan

ix
Examination and Identification of Escherichia coli on Fishery Commodities
Using Indonesian National Standard (SNI) 2332: 1-2015 Method at
Surabaya Fish Quarantine Center for Quality Control and Safety of Fishery
Products II

Arifa Yunia Rahma


14/366938/BI/09321

Dosen Pembimbing : Dr. Eko Agus Suyono, M.App. Sc.

Indonesian fishery products has increased every year. Improper handling


of fresh fish might contaminate the marketed fishes with the chemicals or
microflora. One of pathogenic indicator bacteria is Escherichia coli.
Therefore, this practical work aimed to determine the process of checking
and identifying E. coli in fishery commodities based on the Indonesian
National Standard (SNI) 2332: 1-2015 method at Surabaya Fish
Quarantine Center for Quality Control and Safety of Fishery Products II.
Baby shrimp, frozen slipper lobster, Himego and frozen milk fish were
taken 25 g each and added BFP 225 mL and then homogenated. Then
proceeded with the presumptive coliform test with LSB media, the E. coli
presumptive test with EC Broth media, the E. coli confrimed test with
EMBA/L-EMB media, the morphological test with Gram staining and
biochemical tests including indole test, methyl red test, Proskauer Voges
test and citrate test. The test results were interpreted and calculated by the
Most Probable Number/MPN method with 95% confidence level for
various combinations of positive results from 3 series of tubes at 10-1, 10-2
,10-3 dilution. The results showed that all test samples had a combination
of number 0, 0, 0 with a value of <3 APM / g. So it can be concluded that
all samples were negative from E. coli

Keywords: Surabaya Fish Quarantine Center for Quality Control and


Safety of Fishery Products II., Escherichia coli, fish quality testing.

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai potensi sumber daya laut yang sangat melimpah
untuk dimanfaatkan. Adapun sumber daya laut Indonesia meliputi produk
perikanan tangkap dan budidaya. Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari
Kementerian Kelautan dan Perikaanan Indonesia (2018), angka produksi
perikanan nasional semakin meningkat setiap tahunnya dimulai dari tahun 2011
sebesar 13,64 juta ton hingga 2017 mencapai 23,26 juta ton.
Adanya produksi ikan yang tinggi membutuhkan teknologi penanganan
yang baik karena ikan mudah mengalami proses pembusukan atau mudah rusak
akibat dari kandungan air dan protein yang cukup tinggi di dalamnya. Dalam
Sahubawa (2016) disebutkan bahwa kadar air ikan segar yang tinggi dapat
mempercepat proses perkembangbiakan mikroorganisme pembusukan pada ikan.
Penanganan ikan segar yang kurang baik dapat mengakibatkan ikan yang
dipasarkan sudah tercemar oleh zat kimia maupun mikroflora. Cemaran
mikroflora yang banyak terdapat di produk perikanan seperti bakteri, kapang,
khamir dan jamur. Beberapa bakteri sering mengkontaminasi ikan segar berasam
rendah yaitu Escherchia coli, Salmonella, Virio cholera, Shigella, Aeromonas,
Clostridum, Enterococci.
Bakteri indikator yang bersifat patogen salah satunya adalah Escherichia
coli yang akan menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah (Entjang, 2003).
Dalam Tristyanto (2016) disebutkan bahwa Escherichia coli merupakan salah satu
bakteri yang mudah menyebar mencemari air dan mengkontaminasi bahan-bahan
yang bersentuhan langsung. Dalam suatu proses pengolahan, biasanya
Escherichia coli mengkontaminasi alat-alat yang digunakan dalam penanganan
ikan segar . Kasus-kasus diare karena Escherichia coli sudah diperhatikan oleh
beberapa negara salah satunya terhadap produk perikanan ekspor dan impor.
Penyebab adanya kasus diare karena Escherchia coli ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan dan penanganan yang tepat terhadap bahan pangan.

1
Keberadaan organisme indikator yang bersifat patogen sebelum masuk ke
dalam tubuh perlu diketahui, untuk mencegah seseorang terinfeksi oleh bakteri
patogen tersebut (Servais, 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukan adanya
pengujian mutu terhadap semua produk perikanan ekspor, impor maupun sebelum
produk-produk perikanan tersebut diproses menjadi berbagai macam olahan
produk yang dijual di pasar domestik. Pengujian mutu produk perikanan ini bisa
dilakukan salah satunya di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan.
Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
merupakan pelaksanaan dari implementasi peraturan perundangan, tugas pokok,
fungsi, visi dan misi, birokrasi dan orientasi pelayanan dari dua institusi yaitu
Karantina Ikan dan Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan. Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Surabaya II (Balai KIPM Surabaya II) berperan dalam menguji mutu
ikan ekspor maupun impor sehingga terbebas dari berbagai macam bahaya seperti
mikroba jamur, parasit dan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi produk-
produk perikanan (BKIPM KKP, 2018). Berdasakan hal tesebut, maka perlu
dilakukan Kerja Praktik (KP) untuk mengetahui proses pemeriksaan bakteri
Escherichia coli pada komoditas perikanan dengan metode Standart Nasional
Indonesia di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Surabaya II.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji sebagai
berikut:
1. Bagaiamana proses pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada
komoditas perikanan dengan metode Standart Nasional Indonesia
(SNI) 2332: 1-2015 di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II?
2. Bagaimana hasil pengujian bakteri Escherichia coli pada komoditas
perikanan pada tanggal 27 November 2019 – 20 Desember 2020 di
Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Surabaya II

2
C. Tujuan
Tujuan dari kerja praktik ini adalah untuk mengetahui:
1. Proses pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada komoditas perikanan
di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Surabaya II
2. Hasil pengujian bakteri Escherichia coli pada komoditas perikanan
pada tanggal 27 November 2019 – 20 Desember 2020 di Balai
Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Surabaya II

D. Manfaat
Kerja Praktik ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi,
pengetahuan, pemahaman dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan
mahasiswa khususnya dalam hal pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada
komoditas perikanan di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II. Selain itu, adanya kerja praktik ini
juga dapat melatih dan mengasah kemampuan mahasiswa dalam bekerja
secara profesional yang akan bermanfaat nantinya baik saat kembali ke
universitas maupun saat memasuki dunia kerja.
E. Deskripsi lokasi
Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Surabaya II (Balai KIPM Surabaya II) memiliki laboratorium
yang berada di Pasar Induk Agrobis Puspa Agro yang terletak di jalan
Sawunggaling No. 177-183, Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur. Kegiatan PKL dilaksanakan di Instalansi Karantina
Ikan Puspa Agro yang mempunyai luas wilayah kurang lebih 40.000 m².
Berjarak sekitar 16 km dari pusat Kabupaten Sidoarjo dan kurang lebih 19
km dari pusat Kota Surabaya.

3
Gambar 1. Lokasi Balai KIPM Surabaya II (Google map)

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

I. Tinjauan Pustaka
A. Profil Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Kelas I Surabaya II
1. Sejarah
Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan Tanjung Perak pertama kali
dibentuk tahun 1991 sebagai perwakilan Operasional di Pelabuhan
Tanjung Perak yang masih bergabung dengan Karantina Tumbuhan. Status
tersebut, disingkat menjadi Wilker Karantina Ikan Tanjung Perak
Surabaya di bawah Stasiun Karantina Ikan Juanda berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 800/95 pada tahun 1995. Karantina Ikan
Tanjung Perak resmi menempati kantor yang terpisah dari Karantina
Tumbuhan Tanjung Perak yaitu di Jalan Kalimas Baru No. 86 Tanjung
Perak Surabaya pada tahun 2000.
Berdasarkan keputusan Presiden No. 37 tahun 2001 wewenang
perkarantinaan ikan beralih dari Departemen Pertanian ke Departemen
Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor: Kep.29/MEN/2002/ status Wilker Karantina Ikan
Tanjung Perak pada tahun 2002 kembali ditingkatkan menjadi Pos
Karantina Ikan Tanjung Perak Surabaya. Hal ini sesuai dengan Surat
Edaran Kepala Pusat Karantina Ikan Nomor: B.36/PKRI/HK.140/I/2003
dimana Pos Karantina Ikan Tanjung Perak Surabaya bertanggung jawab
langsung kepada Pusat Karantina Ikan baik secara teknis operasional
maupun administrasi.
Pada tahun 2004 Status Pos Karantina Ikan Tanjung Perak
Surabaya berubah menjadi Stasiun Karantina Ikan Kelas I Tanjung Perak
Surabaya berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
Kep. 32/MEN/2004. Kemudian peningkatan status kembali dilakukan
pada tahun 2008 berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor: Per.21/MEN/2008, Stasiun Karantina Ikan Kelas I Tanjung Perak
Surabaya menjadi Balai Karantina Ikan Kelas II Tanjung Perak Surabaya.

5
Seiring perkembangan waktu dan lalu lintas komoditas perikanan
yang semakin meningkat, pada tahun 2011 Balai Karantina Ikan kembali
mengalami peningkatan menjadi Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu
dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Surabaya II berdasarkan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Per.25/MEN/2011 tentang
organisasi dan Tata Kerja UPT Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan.
2. Letak Geografis
Balai KIPM Surabaya II Jawa Timur berkantor di Tanjung Perak
Jl. Kalimas Baru No. 86 Surabaya. Lokasi ini termasuk dalam wilayah
kecamatan Pabean Cantikan, Kotamadya Surabaya, dan Provinsi Jawa
Tmur. Balai KIPM Surabaya II memiliki letak yang strategis dalam
kegiatan karantina ikan dikarenakan lokasinya yang dekat dengan
pelabuhan. Batas wilayah Balai KIPM Surabaya II meliputi, sebelah utara
dengan Dermaga Tanjung Perak dan Selat Maduran, sebelah timur
berbatasan dengan Kelurahan ujung Kecamatan Semangir, sebelah selatan
berbatasan dengan Kelurahan Perak Selatan, sebelah barat berbatasan
dengn Kelurahan Perak Barat Kecamatan Krembangan. Laboratorium
berada di Pasar Induk Agrobis Puspa Agro yang terletak di jalan
Sawunggaling No. 177-183, Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur. Kegiatan PKL dilaksanakan di Instalansi Karantina
Ikan Puspa Agro yang mempunyai luas wilayah kurang lebih 40.000 m².
Berjarak sekitar 16 km dari pusat Kabupaten Sidoarjo dan kurang lebih 19
km dari pusat Kota Surabaya.

Gambar 2. Kantor Balai KIPM Surabaya II

6
Gambar 3. Instalasi Balai KIPM Surabaya II

3. Visi dan Misi


Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Kelas I Surabaya II memiliki visi yaitu hasil perikanan yang
sehat, bermutu, aman konsumsi dan terpercaya. Untuk mewujudkan visi
tersebut Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Kelas I Surabaya II memiliki misi yaitu mewujudkan
pencegahan penyebaran Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) serta
pengendalian mutu hasil perikanan mampu menjamin lalu lintas perikanan
yang sehat, bermutu, aman konsumsi dan terpercaya. Demi terwujudnya
visi yang diterapkan, maka realisasi misi dilakukan dengan sangat disiplin
ketat sehingga visi yang disemboyankan dapat dicapai oleh Balai
Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I
Surabaya II.
4. Tugas Pokok
Tugas Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan Kelas I Surabaya II berdasarkan UU No. 16 Tahun 1992
tentang Karantina Ikan, Hewan dan Tumbuhan, yaitu:
1. Melakukan pencegahan masuknya hama dan penyakit hewan
karantina, hama dan penyakit ikan karantina serta organisme
penggangu tumbuhan karantina yang masuk ke Negara Republik
Indonesia

7
2. Melakukan pencegahan penyebaran hama dan penyakit hewan
karantina, hama dan penyakit ikan karantina serta organisme
penggangu tumbuhan karantina di dalam wilayah negara Indonesia
3. Melakukan pencegahan keluarnya hama dan penyakit hewan karantina
dari wilayah Negara Republik Indonesia.
5. Fungsi Pokok
Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Kelas I Surabaya II memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Berfungsi sebagai penyusun rencana, kebijakan teknis, serta berbagai
program perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, system jaminan
mutu dan keamanan hasil perikanan
2. Berfungsi sebagai pelaksana pemantauan, evaluasi dan pelaporan,
pelaksanaan perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, sistem jaminan
mutu, dan keamanan hasil perikanan
3. Berfungsi melakukan pelaksanaan administrasi Balai Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Berfungsi sebagai pelaksana fungsi lain yang diberikan oleh
menteri
6. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai KIPM Surabaya II
Struktur organisasi secara keseluruhan Balai KIPM Surabaya II
berdasarkan PER.06/MEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
UPT Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
pada Gambar sebagai berikut :

Gambar 4. Struktur Organisasi Balai KIPM Surabaya II

8
B. Komoditas Perikanan Indonesia
Ikan merupakan salah satu komoditas utama yang diperdagangkan baik
dalam pasar domestik Indonesia maupun pasar internasional. Komoditas
perikanan dapat diartikan sebagai sesuatu barang atau benda nyata yang
dihasilkan dari kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya ikan dan lingkungannya, dapat diperdagangkan atau diperjualbelikan
karena dapat berkontribusi baik secara langsung (sebagai produk akhir) maupun
produk tidak langsung (sebagai produk antara) untuk memenuhi kepuasan atas
kebutuhan manusia (Utami & Indrayani, 2018)
Jenis-jenis Komoditas Perikanan merupakan ragam dari spesies ikan
maupun produk perikanan yang telah digolongkan menurut ketentuan-ketentuan
yang telah disepakati seperti tertuang dalam UU No. 31/2004 tentang perikanan
maupun penggolongan ikan menurut ahli taksonomi. yaitu ikan digolongkan
menjadi 10 golongan; Pisces (ikan bersirip), Crustacea (udang, rajungan, kepiting
dan sebangsanya), Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput dan
sebangsanya, Coelentrata (ubur-ubur dan sebangsanya), Echinodermata (tripang,
bulu babi dan sebangsanya), Amphibia (kodok dan sebangsanya), Reptilia (buaya,
penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya), Mammalia (paus, lumba-
lumba, pesut, duyung dan sebangsanya), Algae (rumput laut dan tumbuh-
umbuhan lain yang hidupnya di dalam air), dan Biota perairan lainnya yang ada
kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas, semuanya termasuk bagian-
bagiannya dan ikan yang dilindungi (Utami & Indrayani, 2018 )
Komoditas perikanan diperoleh dari beberapa aktivitas yaitu perikanan
tangkap (capture fisheries) dan perikanan budidaya (aquaculture fisheries).
Komoditas utama ekspor produk perikanan Indonesia di periode tahun 2016-2017
meliputi udang, tuna, tingkol, cakalang, rajungan, kepiting, cumi, sotong, gurita
dan rumput laut. Sedangkan untuk komoditas utama impor produk perikanan
Indonesia periode tahun 2012-2017 meliputi salmon, trout, makarel, sarden,
rajungan, kepiting, tepung ikan, pellet, lemak dan minyak ikan (Kementerian
Kelautan dan Perikanan, 2018)

9
C. Bakteri
Secara sederhana, bakteria (tunggal: bakterium) didefinisikan sebagai
organisme dengan sel tunggal (unicellular) dan termasuk dalam kelompok
prokariotik (material genetiknya tidak diselubungi dengan membran)
(Murwani, 2015 ). Dalam Jawetz et al. (2004) disebutkan bahwa bakteri
merupakan salah satu golongan mikroorganisme prokariotik (bersel tunggal)
yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung inti namun mampu
hidup dimana saja. Pengertian lain mengenai bakteri oleh Prescott et al dalam
Fikri 2012 disebutkan bahwa bakteri merupakan organisme bersel tunggal dan
memiliki struktur sel yang lengkap yang bereproduksi dengan cara
pembelahan biner. Umumnya bakteri hidup bebas dan mengandung informasi
genetik, dan sebagian besar bersifat parasit tetapi ada juga yang bersifat
menguntungkan.

Gambar 5. Struktur Sel Bakteri (Melliawati, 2009)


Berdasarkan komponen penyusun dinding selnya, bakteri dapat
diklasifikasikan menjadi bakteri gram positif dan gram negatif. Adapun
komponen utama penyusun dinding sel bakteri gram negatif adalah lipid,
sedangkan pada gram positif adalah karbohidrat dan protein atau yang disebut
peptidoglikan (Murwani, 2015 ). Pada pewarnaan Gram, golongan bakteri gram
positif akan memberikan warna ungu karena memiliki lapisan peptidoglikan
setebal 20-80nm sedangkan Bakteri Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan
yang tipis yaitu 5-10 nm dengan komposisi utama: lipoprotein, membran luar dan
polisakarida (Holderman et al., 2017)

10
D. Bakteri Koliform
Kelompok bakteri koliform terdiri atas genus dan spesies bakteri, yaitu
Enterobacter, Klebsiella, Aeromonas, dan Escherichia coli yang semuanya
tergolong famili Enterobckteriaceae. Spesies yang disebutkan terakhir merupakan
spesies yang keberadaanya paling tinggi (Leclerc et al., 1981; Alonso et al., 1999).
Koliform didefinisikan sebagai kelompok bakteri Gram-negatif, berbentuk
batang, oksidase-negatif, aerob sampai anaerob fakultatif, tidak membentuk spora,
mampu tumbuh secara aerobik pada media agar yang mengandung garam
empedu, dan mampu memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas dan asam
dalam waktu 48 jam pada suhu 37°C. Jumlah koliform yang diperoleh dari
inkubasi pada suhu 37°C tersebut biasanya dinyatakan sebagai total koliform.
Sementara koliform fekal merupakan bagian dari koliform total dan
dipresentasikan oleh total bakteri koliform toleran panas yang mampu tumbuh
pada suhu 44,5 ± 0,2°C dengan memfermentasikan laktosa dan memproduksi
asam dan gas (Lynch & Poole, 1979).
Bakteri koliform merupakan suatu bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya cemaran terhadap air dan makanan. Koliform adalah bakteri
berbentuk batang, Gram negatif tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik
fakultatif yang menfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam
waktu 48 jam pada suhu 37ᵒC. Adanya bakteri koliform di dalam
makanan/minuman menunjukkan kemungkinkan adanya mikroba yang bersifat
enterohepatik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (SNI, 1995;
Widiyanti et al., 2004).
Total koliform yang berada di dalam makanan atau minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan
atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Total koliform dibagi menjadi dua
golongan, yaitu koliform fekal, seperti E. coli yang berasal dari tinja manusia,
hewan berdarah panas, dan koliform nonfekal, seperti Aerobacter dan Klebsiella
yang bukan berasal dari tinja manusia, tetapi berasal dari hewan atau tanaman
yang telah mati (Pakpahan et al., 2015)
E. Escherchia coli
Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut (ITIS, 2012):

11
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Classis : Gammaproteobacteria
Order : Enterobacteriales
Familiy : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli bersifat Gram negatif berbentuk batang dan tidak
membentuk spora. Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 nm,
tersusun tunggal, dan tumbuh pada suhu 10-40ᵒC, dengan suhu optimum 37ᵒC. pH
optimum pertumbuhannya adalah 7,0-7,5. Bakteri ini sangat sensitif terhadap
panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi (Supardi, 1999)

Gambar 6. Morfologi Escherichia coli (Melliawati, 2009)


Escherichia coli mempunyai organel eksternal yang berupa filament tipis
yang lurus atau yang disebut pili. Pili mampu menempel pada substrat tertentu
kemudian bisa menebal dan memanjang membentuk filamen heliks yang disebut
flagella yang mampu untuk berenang. Adapun habitat E. coli ada di usus halus
hewan berdarah panas, termasuk manusia. Ketika E. coli keluar dari tubuh, E. coli
hidup dalam kekurangan dan bahaya dalam air, sedimen dan tanah. E. coli bisa
hidup dengan atau tanpa oksigen saat berada di luar tubuh sampai ia menemukan
host yang lain (Berg, 2004)
Escherchia coli memproduksi lebih banyak asam di dalam medium
glukosa, yang dapat dilihat dari indikator merah metal, memproduksi indol, tetapi
tidak memproduksi asetoin dan tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber

12
karbon. Escherchia coli dapat menyebabkan diare pada manusia yang disebut
Entro patogenik Escherchia coli (EEG). Infeksi dari EEG dapat menyebabkan
penyakit seperti kolera dan disentri pada anak-anak dan orang dewasa (Nuraeni et
al. 2000 ; Azhari, 2007)
Jenis-jenis Escherichia coli yang bersifat patogen dalam Khotimah (2016),
antara lain:
1. Enteropatogenik Escherichia coli (EPEC)
Enteropatogenik Escherichia coli (EPEC) merupakan penyebab utama
diare pada bayi. EPEC meninfeksi dengan cara menempel pada
mukosa usus dan menyebabkan diare yang encer yang bisa sembuh
sendiri tetapi dapat menjadi kronik sehingga perlu pengobatan dengan
antibiotik.
2. Enterotoksigenik Escherichia coli (ETEC)
Enterotoksigenik Escherichia coli (ETEC) merupakan penyebab
umum diare pada orang sering berpergi-pergian ke daerah yang baru
dan penyebab penting pada bayi. ETEC menginfeksi dengan
menempel pada usus halus. ETEC pada beberapa strain dapat
menghasilkan enterotoksin yang tahan panas (STa) dan enterotoksin
yang tidak tahan panas (LT), bila kedua strain tersebut dihasilkan dapat
menyebabkan diare yang lebih berat. Ketika berpergian ke tempat yang
baru sangat disarankan agar tidak mengonsumsi makanan sembarangan
untuk menghindari terjadinya diare dan bila diare timbul maka
diberikan antibiotic untuk mempersingkat durasi penyakit.
3. Enterohemoragik Escherichia coli (EHEC)
Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC) dapat menyebabkan kolitis
hemoragik, diare yang berat, dan pada penderita sindroma hemolitik
uremik dapat menyebabkan gagal ginjal akut, anemia hemolitik
mikroangiopati, dan trombositopenia.
4. Enteroinvasif Escherichia coli (EIEC)
Enteroinvasif Escherichia coli (EIEC) dapat menyebabkan penyakit
yang mirip dengan shigelosis dan menginveksi dengan cara menempel
pada sel epitel mukosa usus.

13
5. Enteroagregatif Escherichia coli (EAEC)
Enteroagregatif Escherichia coli (EAEC) dapat menyebabkan diare
akut dan kronik. EAEC dapat ditemukan pada makanan dan
menghasilkan toksin yang mirip dengan ST yang dapat menyebabkan
diare
F. Metode Standar Nasional (SNI)
Metode Standar Nasional (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku
secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis dan ditetapkan
oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Berdasarkan Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan RI No.KEP.21/MEN/2004/ tentang sistem pengawasan
dan pengendalian mutu hasil perikanan untuk pasar Uni Eropa, standar yang
digunakan untuk melakukan uji mikrobiologi penentuan koliform dan E.coli pada
produk perikanan adalah SNI 2332.1:2006 (BSN, 2006). SNI 2332.1:2015
menyatakan bahwa dalam pelaporan koliform dan E.coli berupa APM/g dengan
menggunakan Angka Paling Memunginkan APM). Nilai APM E. coli maksimal
dalam produk perikanan beku adalah < 3 g produk (BSN, 2009)
Metode APM adalah metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan
menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap
pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan
merupakan tahap pendekatan secara statistik. Metode APM digunakan untuk
menduga organisme dalam jumlah sedikit (kurang dari 100/g) (KKP, 2018)
Metode penentuan APM merupakan metode yang memperkirakan jumlah
mikroba pada sampel secara tidak langsung. APM umumnya dilakukan tidak
hanya sampai menghasilkan tabung-tabung positif saja, melainkan dilanjutkan
dengan berbagai macam uji untuk mengkonfirmasi tabung positif. Prosedur
konfirmasi tersebut bertujuan untuk meyakinkan bahwa data positif tersebut
memang ditimbulkan oleh mikroorganisme target. Meskipun media awal yang
dipakai di dalam tabung sudah berfungsi sebagai media selektif. Terdapat tiga
tahap dalam prosedur lengkap metode APM yaitu uji penduga (presumptive test),
uji penegasan (confirmed test) dan uji pelengkap (completed test). Uji penduga
dilakukan untuk memperoleh kombinasi tabung positif awal, kemudian uji
penegasan digunakan untuk memastikannya. Nilai akhir yang diambil adalah dari

14
hasil uji penegasan dan pelengkap sehingga dimungkinkan mengubah kombinasi
tabung yang diperoleh pada uji penduga. Umumnya hanya uji E.coli saja yang
sampai tahap uji pelengkap. Uji E.coli yang sesuai standar harus dilakukan sampai
tahap akhir yang memerlukan waktu berhari-hari. Jika analisa tidak dilakukan
sampai akhir maka belum dapat dinyatakan pasti bahwa tabung positif tersebut
mengandung E. coli (KKP, 2018)

II. Hipotesis
Bakteri indikator yang bersifat patogen salah satunya adalah E. coli yang
dapat menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam tubuh. Dalam suatu proses
pengolahan, biasanya E. coli bisa mengkontaminasi alat-alat yang digunakan
dalam penanganan ikan segar. Oleh karena itu pada kerja praktik ini diajukan
hipotesis bahwa terdapat sampel uji yang melebihi ambang batas < 3 APM/g
dalam pengujian bakteri E. coli pada komoditas perikanan dengan metode SNI
2332: 1-2015 di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Surabaya II (Balai KIPM Surabaya II).

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kerja praktik ini dilaksanakan pada tanggal 25 November 2019 – 20
Desember 2019 bertempat di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II kawasan Puspa Agro Jalan Sawunggaling
177 – 183, Jemundo, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur.
B. Alat dan Bahan
Pemeriksaan bakteri Escherchia coli pada komoditas perikanan dengan
metode SNI 2332: 1-2015 menggunakan beberapa alat dan bahan sebagai berikut:
1) Alat
Stomacher, pisau, pinset, bunsen, spidol, inkubator, laminary air flow,
autoklaf, timbangan analitik, mikropipet, blue tip, tabung reaksi, tabung
Durham, rak tabung reaksi, vortex, cawan petri, jarum ose, inkubator,
oven, waterbath, object glass, mikroskop.
2) Bahan
Alkohol 70% dan 95%, sampel produk hasil kelautan dan perikanan
sebanyak 25 gram, plastik, kapas, BFP (Butterfield’s Phosphate Buffer),
LSB (Lauryl Sulfate Broth), EC Broth, L-EMB (Levine’s Eosin Metylen
Blue), PCA (Plate Count Agar), TB (Tryptone Broth), MRVP Broth
(Metilen Red-Voges Proskauer), Simmon sitrat agar, reagen Kovac’s,
reagen methyl red, reagen α-Naftol, reagen KOH 40%, Hucker’s Crystal
Violet, Larutan Iodine, dan larutan Hucker’s counterstain (Safranin).
C. Cara Kerja
1) Persiapan ( Pembuatan media dan sterilisasi )
Pembuatan media, baik media selektif pengkaya maupun media
differensial merupakan salah satu hal yang perlu disiapkan untuk
pengujian bakteri Escherichia coli pada suatu produk hasil perikanan
dengan memperhatikan berat dan konsentrasi yang berbeda-beda. Hal
ini karena masing-masing media memiliki perbedaan dalam hal
penggunaan, pembuatan, suhu serta penyimpanan. Adapun pembuatan

16
media dan reagen yang digunakan pada kerja praktik ini dapat terlihat
pada lampiran 2 dan 3.
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme
yang terdapat dalam suatu benda. Sterilisasi dilakukan pada alat-alat
yang digunakan menggunakan alkohol 70%, autoklaf dan oven.
2) Preparasi Sampel Uji
Sampel yang diuji merupakan produk hasil kelautan dan perikanan dari
perusahaan/instansi/PT. Proses preparasi sampel dilakukan di ruang
nekropsi yaitu dengan memotong dan memilah sampel lalu
dimasukkan ke dalam wadah plastik steril dan diberi kode kemudian
ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik sebanyak 25 gram
per sampel. Lalu sampel diberi larutan pengencer yaitu BFP sebanyak
225 ml dan dihomogenkan dengan Stomacher selama 30 detik menjadi
homogenat yang merupakan larutan dengan pengenceran 10-1 dan siap
untuk dilakukan pengujian bakteri Escherchia coli di Laboratorium
Mikrobiologi.
3) Pengujian Bakteri Escherchia coli
Pengujian bakteri Escherchia coli pada produk perikanan di Balai
Karatina Ikan dan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Surabaya II dilakukan dengan metode SNI 2332.1-2015 yang terdiri
dari lima tahapan yaitu:
a. Uji pendugaan koliform (Presumptive coliform)
Pengenceran 10-2 disiapkan dengan cara melarutkan 1 ml larutan
10-1 ke dalam 9 ml larutan BFP. Pengenceran 10-3 juga dibuat
sama seperti pengenceran 10-2. Pada setiap pengenceran dilakukan
pengocokan atau homogenasi minimal 25 kali menggunakan
vortex. Dari setiap pengenceran diambil sebanyak 1 ml dengan
pipet steril untuk dimasukkan ke dalam 3 tabung LSB yang berisi
tabung Durham. Kemudian seluruh tabung diinkubasi dengan suhu
35 ºC ± 0,5 ºC selama 48 jam ± 3 jam. Tabung yang positif
ditandai dengan kekeruhan dan gelembung gas yang terbentuk di
dalam tabung Durham.

17
b. Uji pendugaan Escherchia coli (Presumptive E. coli)
Tabung LSB yang positif diinokulasikan menggunakan jarum ose
secara aseptis ke tabung-tabung EC Broth yang berisi tabung
Durham lalu diinkubasi dengan suhu 45,5 ºC ± 0,2 ºC selama 48
jam ± 2 jam. Tabung yang positif ditandai dengan kekeruhan dan
gelembung gas yang terbentuk di dalam tabung Durham.
c. Uji penegasan Escherchia coli (Confirmed E. coli)
Tabung EC Broth yang postif diinokulasikan secara aseptis
menggunakan jarum ose ke L-EMB agar dan diinkubasi dengan
suhu 35 ºC ± 0,5 ºC selama 18 – 24 jam. Koloni E. coli
memberikan ciri yang khas (typical) yaitu hitam pada bagian
tengah, datar dan dengan atau tanpa hijau metalik. Koloni yang
memiliki ciri khas (typical) E. coli diambil secara aseptis dengan
jarum ose dari cawan L-EMB dan digoreskan ke media PCA
miring, lalu diinkubasi suhu 35 ºC ± 0,5 ºC selama 18 – 24 jam.
d. Uji biokimia (IMViC) yang meliputi:
- Uji indol
Koloni bakteri yang telah ditumbuhkan di PCA miring diambil
satu ose dan diinokulasikan ke dalam TB secara aseptis lalu
diinkubasi dengan suhu 35 ºC ± 0,5 ºC selama 18 – 24 jam.
Kemudian uji indol dilakukan dengan menambahkan 0,2 mL –
0,3 mL ( 3 - 4 tetes ) reagen Kovac’s. Reaksi positif ditandai
dengan terbentuknya cincin merah pada lapisan bagian atas
media dan reaksi negatif ditandai dengan terbentuknya cincin
warna kuning.
- Uji Methyl red
Koloni bakteri yang telah ditumbuhkan di PCA miring diambil
satu ose dan diinokulasikan ke dalam 5 mL MRVP broth secara
aseptis lalu diinkubasi dengan suhu 35 ºC ± 0,5 ºC selama 18 –
24 jam. Kemudian dari tabung MRVP broth tersebut diambil
sebanyak 4 mL untuk uji methyl red dan 1 mL untuk uji Voges
Proskuer . Uji methyl red dilakukan dengan menambahkan 5

18
tetes indikator methyl red ke dalam 4 mL tabung MRVP broth.
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna merah dan
reaksi negatif jika terbentuk warna kuning.
- Uji Voges Proskuer
1 ml MRVP broth ditetesi dengan reagen Vp1 yaitu α-Naftol
sebanyak 0,6 mL (8 tetes) dan reagen Vp2 yaitu KOH 40%
sebanyak 0,2 mL (4 tetes). Kemudian tabung dikocok dan
didiamkan selama 15 menit. Reaksi positif ditandai dengan
terbentuknya warna muda eosin sampai merah delima (ruby)
dan reaksi negatif jika ada perubahan warna menjadi kuning
pada permukaan media atau timbul warna perunggu (copper).
- Uji simmon sitrat
Koloni bakteri yang telah ditumbuhkan di PCA miring diambil
satu ose dan diinokulasikan ke permukaan simmon sitrat agar
lalu lalu diinkubasi dengan suhu 35 ºC ± 0,5 ºC selama 18 – 24
jam. Reaksi positif jika terjadi pertumbuhan dan media berubah
warna menjadi biru, sedangka reaksi negatif jika tidak terjadi
pertumbuhan dan media tetap berawarna hijau.
e. Uji morfologi
Koloni bakteri yang telah ditumbuhkan di PCA miring diambil satu
ose dan diratakan tipis di atas object glass lalu dilakukan fiksasi
dengan cara melewatkan preparat di atas api beberapa kali, agar
bakteri dapat melekat pada object glass. Lalu preparat digenangi
dengan pewarana crystal violet dan dibiarkan selama 30 detik
kemudian dibilas dengan air mengalir. Setelah itu pereparat
digenangi dengan Larutan Iodine dibiarkan selama 30 detik
kemudian dibilas dengan air mengalir. Lalu alkohol 95% dialirkan
pada apusan dari bagian ujung kaca objek dengan membentuk
sudut sampai tidak ada lagi zat warna yang terlihat mengalir dari
preparat. Setelah itu preparat dibilas dengan air mengalir dan
digenangi dengan safranin selama 30 detik. Lalu preparat dibilas
dengan air mengalir dan dibubuhkan larutan Hucker’s counterstain

19
berupa Safranin O selama 1 menit setelah itu dicuci kembali
dengan air mengalir dan dimiringkan agar sisa air pada preparat
apus mengalir dan preparat dikeringkan di udara bebas. Kemudian
dilakukan pengamatan dengan mikroskop. Hasil pewarnaan bakteri
Gram negativf akan berwarna merah dan bakteri Gram positif
berwarna ungu.
4) Interpretasi hasil
Semua kultur yang memfermentasikan laktosa dan menghasilkan gas
dalam 48 jam pada 35 ºC, mencirikan gram-negatif, berbentuk batang
tanpa apora dan uji IMViC memberikan pola ++-- (biotipe 1) atau -+---
(biotipe 2) maka dipertimbangkan sebagai E. coli seperti yang
tercantum di Tabel 3.1. berikut ini:
Tabel 3.1. Interpretasi Hasil Pengujian Bakteri E. coli
Kriteria Biotipe 1 Biotipe 2
Gas pada tabung + +
LTB/LSB
Indol + -
Methyl Red (MR) + +
Voges Proskauer - -
(VP)
Sitrat - +
Uji Morfologi Gram negatif, bentuk Gram negatif, bentuk
batang pendek tidak batang pendek tidak
berspora berspora

Nilai Angka Paling Memungkinkan (APM) ditentukan berdasarkan


jumlah tabung-tabung EC positif dari 3 pengenceran yang
berurutan. Nilai APM E. coli maksimal dalam produk perikanan
beku adalah < 3 g produk.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Pengujian bakteri Escherchia coli pada produk perikanan di Balai Karatina
Ikan dan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Surabaya II yang
dilakukan dengan metode SNI 2332.1-2015 diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil pengujian E. coli pada komoditas perikanan di Balai KIPM
Surabaya II dengan metode SNI 2332.1-2015
Tanggal Selesai Hasil
No Tanggal Masuk Sampel Jenis Sampel
Pengujian Uji
<3
1 26 November 2019 Baby shrimp 30 November 2019
APM/g
Frozen slipper <3
2 27 November 2019 4 Desember 2019
lobster APM/g
<3
3 30 November 2019 Himego 7 Desember 2019
APM/g
Frozen milk <3
4 2 Desember 2019 6 Desember 2019
fish APM/g

Pada tabel diatas terlihat semua sampel produk perikanan yang diuji memiliki
hasil uji < 3 APM/g yang berarti bahwa semua produk perikanan tersebut negatif
E. coli.
B. Pembahasan
Tahap awal yang dilakukan dalam proses pengujian bakteri E. coli dengan
metode SNI 2332.1-2015 ialah dengan melakukan preparasi sampel di Ruang
Nekropsi secara aseptis. Sampel yang ada di Balai KIPM Surabaya II merupakan
sampel ikan beku atau produk setengah jadi. Sampel yang akan digunakan
dipotong menjadi berukuran kecil dan dimasukkan ke dalam plastik steril. Setelah
itu dilakukan penimbangan sampel menggunakan timbangan analitik sebanyak
±25 gr dengan memotong sampel ikan menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian
dimasukkan ke dalam plastik steril yang telah diberi kode dan ditambahkan
dengan media prapengkaya yaitu BFP (Butterfield’s Phosphate Buffer) sebanyak
225 ml atau dengan perbandingan 1:9 (sampel uji : media prapengkaya). Dalam
Julie et al. (2015) disebutkan bahwa media BFP digunakan sebagai media

21
prapengkaya bakteri yang berfungsi untuk meremajakan bakteri. Sampel tersebut
kemudian dihomogenkan menggunakan stomacher selama kurang lebih 30 detik.
Tujuan dari homogenisasi sampel yaitu untuk mengelurakan sel bakteri dari
matriks daging sampel tanpa merusak sel bakteri sehingga dapat tercampur
dengan media yang digunakan untuk pengkaya bakteri.
Tahap selanjutnya yaitu Uji Pendugaan Koliform. Pada tahap ini
digunakan media LSB (Lauryl Sulfate Broth) yang biasa digunakan untuk
mendeteksi bakteri koliform dalam air, produk susu dan makanan lain berdasarkan
APHA (1989). Dalam LSB terdapat laktosa yang dapat dimanfaatkan bakteri
koliform untuk fermentasi sehingga kehadirannya dapat terdeteksi jika setelah
inkubasi selama 48 jam tabung berubah menjadi keruh dan menghasilkan
gelembung gas pada tabung durham.

a b c
a b c
Gambar 7. Hasil Uji Pendugaan Koliform a) Negatif; (b) Media LSB sebelum
diinokulasi bakteri; (c) Kontrol Positif

Kemudian tabung-tabung yang positif pada uji pendugaan koliform


diambil secara aseptis sebanyak 1 ml untuk masuk ke Uji Pendugaan E. coli dan
ditanam pada media EC Broth. Dalam EC Broth mengandung laktosa, garam-
garam empedu dan fosfat. Laktosa ini nantinya dapat dimanfaatkan bakteri untuk
fermentasi dan fosfat berperan dalam mengatur pH pada saat fermentasi terjadi.
Adapun garam-garam empedu pada EC Broth berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif. Setelah inkubasi selama 48 jam, tabung yang
mengalami perubahan warna menjadi keruh dan terdapat gelembung gas pada
tabung durhamnya lanjut ke tahap uji berikutnya yaitu Uji Penegasan E. coli.

22
a b c
a b c
Gambar 8. Hasil Uji Pendugaan E. coli (a) Negatif; (b) Media EC Broth sebelum
diinokulasi bakteri; (c) Kontrol Positif.

Pada Uji Penegasan E. coli dilakukan isolasi bakteri dari tabung-tabung


positif pada uji pendugaan E. coli ke media selektif L-EMB (Levine’s Eosin
methylene blue agar ) menggunakan streak plate method secara aseptis. L-EMB
merupakan salah satu media selektif yang digunakan untuk isolasi dan identifikasi
bakteri gram negatif. Eosin dan pewarna biru metilen menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif dan mendukung pertumbuhan bakteri gram negatif. Media ini
mengandung laktosa dan sukrosa. Mikroba yang dapat memfermentasi laktosa
akan menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dan kilap logam, sedangkan
mikroba yang tidak dapat memfermentasi laktosa, koloninya tidak berwana.
Adanya eosin dan metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut.
Media ini cocok untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E coli
(KKP, 2018). Pada media ini, koloni E coli yang tumbuh setelah 24 jam dalam
inkubasi akan terlihat berwarna hitam pada bagian tengah, datar dan dengan atau
tanpa hijau metalik.

b c
c
a
b
Gambar 9. Hasil uji penegasan E. coli (a) Negatif; (b) Media EMBA sebelum
diinokulasi bakteri; (c) Kontrol Positif.

23
Pada tahap uji penegasan E. coli ini, semua sampel yang diuji
menunjukkan hasil negatif dan hanya media dengan kontrol positif yang
menunjukkan adanya pertumbuhan koloni E. coli. Semua sampel yang diuji dan
hasilnya negatif ini tetap diuji ke tahap uji IMViC dan uji morfologi untuk
dibandingkan dengan hasil uji IMViC dan uji morfologi kontrol positif.
Tahap selanjutnya melakukan penanaman koloni bakteri yang positif dari
L-EMB ke PCA miring menggunakan jarum ose secara aseptis. PCA miring
sendiri merupakan media umum yang digunakan untuk membiakkan bakteri dan
juga untuk identifikasi sifat aerob dan anerob pada bakteri. Jika bakteri aerob
obligat maka koloni akan tumbuh hanya di bagian paling ujung atas media, jika
anaerob obligat maka hanya akan tumbuh di bagian dasar tabung, dan jika aerob
fakultatif maka koloni yang tumbuh merata dari ujung atas sampai bawah. Pada
gambar yang teramati di bawah ini

a b c
Gambar 10. Hasil uji penanaman ke PCA miring (a) Media PCA miring sebelum
diinokulasi bakteri; (b) Media PCA miring setelah diinokulasi bakteri;
(c) Media PCA miring dengan Kontrol Positif setelah 24 jam inkubasi.

Uji IMViC pertama yang dilakukan ialah uji indol yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan bakteri dalam memproduksi indol. Koloni bakteri pada
PCA miring diambil secara aseptis menggunakan jarum ose dan ditanamkan ke
dalam media Tryptone Broth (TB) dan ditambahkan 3-4 reagen kovac’s yang
berfungsi sebagai pendeteksi adanya indol. Pada TB terdapat tryptophan di
dalamnya yang dapat terdegradasi menjadi indol melalui reaksi deaminasi dengan
bantuan enzim triptofanase yang ada pada bakteri. Setelah inkubasi selama 24
jam, Indol yang terbentuk pada media akan bereaksi dengan aldehid (p-

24
dimetilaminobenzaldehid) yang ada dalam reagen kovac’s dan akan menghasilkan
cincin merah jika positif atau cincin kuning jika negatif.

a b c
Gambar 11. Hasil uji indol a) Media Tryptophan broth; (b) Kontrol Positif; (c)
Negatif.

Lalu selanjutnya dilakukan uji Methyl Red yang bertujuan untuk


mengetahui kemampuan bakteri dalam memproduksi produk sampingan berupa
asam kuat dengan jumlah yang banyak. Koloni bakteri pada PCA miring diambil
secara aseptis menggunakan jarum ose dan ditanamkan ke dalam media MRVP
broth (Metilen Red-Voges Proskauer). Dalam media MRVP broth terdapat
dekstrosa sebagai bahan fermentasi glukosa untuk bakteri. Setelah 24 jam
inkubasi, media MRVP broth dibagi menjadi dua tabung dengan perbandingan 1:4
dimana tabung yang berisi 1 mL nantinya akan digunakan untuk uji voges
proskauer. Pada tabung MRVP broth 4 mL diteteskan reagen methyl red yang
merupakan indikator ph asam yang memiliki rentang pH 4.4 - 6.0.

a b c
Gambar 12. Hasil uji methyl red (a) Media MRVP; (b) Positif; (c) Negatif

25
Setelah ditetesi reagen metyl red, pada tabung kontrol positif terlihat
terjadi perubahan warna menjadi merah ( pH < 4,4) yang berarti ini menunjukkan
bahwa telah terjadi proses fermentasi dan proses metabolisme glukosa lebih lanjut
menjadi asam-asam kuat dengan konsentrasi yang tinggi oleh bakteri E. coli.
Sedangkan pada tabung sampel uji terlihat terjadi perubahan bewarna kuning ( pH
4,4 – 6,0) atau orange ( pH 5 – 5,8) yang mengindikasikan bahwa bakteri yang
ada pada tabung sampel uji memetabolisme hasil awal fermentasi menjadi asetoin
yang akan mengakibatkan pH media MRVP broth menjadi basa.
Kemudian dilakukan uji voges proskauer yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan bakteri dalam menghasilkan
asetoin/asetilmetilkarbinol/AMC (prekursor 2,3 butanadiol) dari hasil fermentasi
glukosa (asam piruvat). Reagen yang digunakan pada uji ini adalah reagen α-
Naftol dan reagen KOH 40%. Uji voges proskauer ini awalnya digunakan untuk
membedakan E. coli dari kelompok Klebisella-Enterobacter yang juga
Enterobacteriaceae. Seluruh organisme Enterobacteriaceae diklasifikasikan
menjadi kelompok bekteri yang mampu memfermentasi asam campuran atau
asam format. Pada proses metabolisme lebih lanjut setelah fermentasi glukosa
pada bakteri yang menghasilkan asam piruvat, ada bakteri yang mampu
memproduksi berbagai asam kuat dengan jumlah sedikit dan 2,3- butanediol
dengan jumlah banyak (produk utama fermentasi glukosa) tapi ada juga bakteri
yang hanya memproduksi asam saja tanpa 2,3-butanaediol. Pada bakteri yang
mampu memfermentasi glukosa dan menghasilkan produk asam serta asetoin,
nantinya asetoin akan bereaksi dengan katalis α-Naftol dan KOH 40% sebagai
agen pengoksidasi untuk membentuk diacetyl. Diacetyl akan bereaksi dengan
pepton (kandungan dalam MRVP broth) dan menghasilkan warna merah eosin
sampai delima jika positif seperti pada tabung dengan sampel uji dan negatif jika
terbentuk warna kuning atau warna seperti perunggu (copper like color) seperti
pada tabung kontrol positif.

26
a b c
Gambar 13. Hasil uji voges proskauer (a) Media MRVP; (b) Positif; (c) Negatif (
kontrol positif).

Selanjutnya dilakukan uji sitrat untuk mengetahui kemampuan bakteri


dalam menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Koloni bakteri
pada PCA miring diambil secara aseptis menggunakan jarum ose dan ditanamkan
ke dalam media simmon sitrat. Media simmon sitrat memiliki pH 6.8±0.2 dan
mengandung sodium sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon untuk bakteri serta
mengandung garam-garam amonium anorganik yang dapat digunakan bakteri
sebagai sumber nitrogen jika memang bakteri tersebut mampu menggunakan sitrat
sebagai satu-satunya sumber karbonnya. Setelah 24 jam inkubasi, terlihat pada
tabung kontrol positif masih tetap bewarna hijau. Sedangkan pada tabung sampel
uji terjadi perubahan warna menjadi biru. Hal ini terjadi karena garam-garam
ammonium terdegradasi menjadi ammonia dan menyebabkan medium menjadi
basa. Adanya perubahan pH ini dapat terlihat karena adanya bromotymol blue
yang ada pada kandungan medium simmon sitrat sehingga merubah warna
medium dari hijau menjadi biru.

a b c

Gambar 14. Hasil uji sitrat (a) Media Simmon sitrat; (b) Positif; (c) Negatif (
kontrol positif).

27
Kemudian pada saat dilakukan uji morfologi dengan pewarnaan Gram
pada kontrol positif terlihat preparat berwarna merah. Hal ini karena bakteri Gram
negative memiliki komposisi dinding sel yang sebagian besar tersusun dari lapisan
lipid, sehingga pada saat pewarnaan kurang dapat mempertahankan zat warna
utama terutama saat dicuci dengan alcohol (lipid rusak saat dicuci dengan
alhokol), akibatnya kelompok bakteri ini memberikan kenampakan warna merah
(warna dari zat warna Safranin O) di akhir proses pewarnaan Gram.

Gambar 15. Pewarnaan Gram Negatif E. coli (Sumber: Kayser et al. 2005)

Penentuan APM dihitung berdasarkan jumlah seri tabung positif pada


beberapa pengenceran yang digunakan yang didasarkan pada 3 atau 5 seri tabung
pengenceran yang digunakan. Pada kerja praktik ini semua sampel uji dihitung
didasarkan pada 3 seri tabung. Pada pengamatan tabung yang positif dapat dilihat
dari timbulnya kekeruhan atau timbulnya gas pada tabung durham yang
diletakkan pada posisi terbalik. Dari setiap pengenceran, masing-masing
dimasukkan 1 ml masing-masing ke dalam tabung yang berisi medium, dimana
untuk setiap pengenceran digunakan 3 seri tabung. Setelah inkubasi pada suhu dan
waktu tertentu, dihitung jumlah tabung yang positif. Adapun hasil yang diperoleh
pada semua pengujian E. coli komoditas perikanan di Balai KIPM Surabaya II
menunjukkan pada pengenceran pertama, kedua dan ketiga tidak ditemui adanya
tabung yang menghasilkan pertumbuhan positif. Dari hasil tersebut didapatkan
kombinasi angka 0,0,0. Angka kombinasi ini kemudian dicocokkan dengan tabel
APM.

28
Tabel 4.2. Indeks APM dengan tingkat kepercayaan 95% untuk berbagai
kombinasi hasil positif dari 3 seri tabung pada pengenceran 10-1, 10-2
,10-3

Angka kombinasi 0, 0, 0 yang diperoleh pada hasil pengujian seluruh


sampel uji komoditas perikanan Balai KIPM Surabaya II menunjukkan bahwa
semua sampel memiliki hasil <3,0 APM/g. Angka ini belum melebihi ambang
batas maksimum E. coli berdasarkan SNI yaitu <3,0 APM/g sehingga dapat
dinyatakan bahwa seluruh sampel uji negatif E. coli.
Hasil negatif E. coli yang diperoleh pada seluruh sampel yang diuji ini
mengindikasikan bahwa semua sampel komoditas perikanan yang diuji telah
menerapkan prinsip sanitasi dan higiene yang baik pada proses pengolahan ikan.
Definisi sanitasi dalam industri perikanan mencakup cara kerja yang bersih dan
aseptik dalam berbagai tahapan, meliputi persiapan pengolahan, pengolahan,
pengepakan, hingga distribusi sampai diterima konsumen. Hygiene merupakan
pelaksanaan prinsip sanitasi untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan.
Dengan melaksanakan prinsip sanitasi dan hygiene selama pengolahan maka
berbagai jenis kontaminasi dapat dikurangi atau ditekan bahkan dapat
dihindarkan.
Beberapa tindakan dan prinsip sanitasi dalam KKP (2015) yaitu
membuang sumber kontaminan pada ikan seperti isi perut, insang dan seluruh
lapisan permukaan kulit, melakukan tindakan pencucian dengan menggunakan air
bersih, mempergunakan sarana dan prasarana yang memenuhi syarat kebersihan,
mempekerjakan tenaga kerja yang sehat dan bersih, melakukan tindakan

29
pengawetan yang tidak merubah komponen/gizi yang terdapat di dalam daging
segar, melakukan tindakan pengemasan yang sesuai persyaratan. Beberapa
persyaratan sanitasi dan higiene hasil perikanan ini sesuai dengan Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang
Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi. Adapun persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan harus diterapkan oleh setiap pelaku usaha perikanan baik perorangan
maupun badan usaha termasuk koperasi yang melakukan kegiatan produksi,
pengolahan dan distribusi.

30
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kerja praktik yang telah diperoleh adalah
sebagai berikut:
1. Proses pemeriksaan bakteri E. coli pada komoditas perikanan dengan
metode SNI 2332: 1-2015 di Balai KIPM Surabaya II terdiri dari
preparasi sampel, uji pendugaan koliform, uji pendugaan E. coli, uji
penegasan E. coli, uji morfologi dengan pewarnaan Gram dan uji
biokimia (uji IMViC).
2. Seluruh sampel hasil pengujian bakteri E. coli pada komoditas
perikanan pada tanggal 27 November 2019 – 20 Desember 2020 di
Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Surabaya II memiliki ambang batas < 3 APM/g yang sesuai
dengan batas maksimum cemaran bakteri E. coli pada standar SNI
2332: 1-2015
B. Saran
Pada saat proses pengujian E. coli dengan metode SNI 2332: 1-2015 di
Balai KIPM Surabaya II tidak dlakukan uji morfologi dengan pewarnaan
Gram pada setiap sampel uji karena keterbatasan waktu yang
mengharuskan sampel uji harus segera dikeluarkan hasil ujinya. Sehingga
pada lembar hasil uji sampel yang diserahkan pada customer hanya
dicantumkan hasil uji pendugaan koliform, uji pendugaan E. coli, uji
penegasan E. coli dan uji biokimia (uji IMViC). Karena hal ini juga cukup
sulit bagi mahasiswa magang untuk memperoleh data hasil pewarnaan
Gram sampel uji. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji morfologi tersendiri
bagi mahasiswa magang yang ingin mendapatkan hasil dari pewarnaan
Gram sampel uji.

31
Daftar Pustaka

Alonso, J.L., A. Soriano, O. Carbajo, I. Amoros, & H. Garelick. 1999.


Comparison and recovery of Escherechia coli and thermotolerant coliform
in water with a chromogenic medium incubated at 41 and 44,5°C. Appl.
Microbiology Environ 65(8): 3746-3749.
APHA. 1989. Standard Method for Examination of Water and Waste Water 14th
Ed. Washington DC : APHA-AWWA-WPFC, Port Press.
Azhari, Mega. 2007. Analisis Jumlah Bakteri dan Keberadaan Escherchia coli
pada Pengolahan Ikan Teri Nasi di PT Kelola Mina Laut Unit Sumenep.
Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Pertanian Unijoyo.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2006. Cara uji Mikrobiologi – Bagian 1:
Penentuan coliform dan Escherchia Coli pada produk perikanan (SNI 01-
2332.2-2006). Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2009. Batas Maksimum Cemaran dalam
pangan (7338: 2009). Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2015. Cara uji Mikrobiologi – Bagian 1:
Penentuan coliform dan Escherchia Coli pada produk perikanan. SNI
2322.1:2015. Jakarta.
Berg, H. C. 2004. E. Coli in Motion. New York: Springer-Verlag.
Entjang, I., 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan
dan Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Jakarta: PT. Citra Aditya
Bakti.
Fikri. 2012. Organisasi Sel. Universitas Pembangunan Indonesia. Bandung. Jawa
Barat.
Holderman, V.M., E. de Queljoe & S. B. Rondonuwu. 2017. Identifikasi Bakteri
Pada Pegangan Eskalator di Salah Satu Pusat Perbelanjaan Kota Manado.
Jurnal Ilmiah Sains 17(1):14
ITIS [Integrated Taxonomic Information System]. Escherchia coli.
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&sear
ch_value=285#null. Diakses 19 Januari 2020

32
Jawetz, E., J, Melnick & Adelberg. 2004. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23.
Jakarta: EGC.
Julie, A., Anna, M., Insook, S., Andrew, L., & Thomas , S. 2015. Comparison of
eight different agars for the recovery of clinically relevant non-0157 shiga
toxin producing Escherichia coli from baby spinach, cilantro, alfalfa
sprouts and raw milk. Food Microbiology 46:280-287
KKP. 2018. Produktivitas Perikanan Indonesia.
http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/v2016/sejarah.php. Diaskes 20
Desember 2019
KKP. 2015. Menerapkan Sanitasi dan Hiegine Hasil Perikanan. Jakarta: Pusat
Pendidikan Kelautan dan Perikanan.
Kayser F, Bienz K, Ecker J 2005. Medical microbiology. New York: Thieme
Stuttgart.
Khotimah, Nurul. 2016. Analisis Cemaran Bakteri Coliformdan Identfifikasi
Eschrichia coli pada Es Batu Kristal dan Es Balok di Kelurahan Cibubur
Jakarta Timur Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Farmasi. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehetan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lynch, J.M. & N.J. Poole. 1979. Water pollution and its prevention In Microbial
Ecology: A Conceptual Approach. Oxford: Blackwell scientific
Publication.
Melliawati, Ruth. 2009. Escherchia coli dalam Kehidupan Manusia. BioTrends
4(1):1-3
Muwarni, S. 2015. Dasar-dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang: UB Press.
Pakpahan, R. S., I. Picauly. & I. N. W. Mahayasa. 2015. Cemaran Mikroba
Escherichia coli dan Total Bakteri Koliform pada Air Minum Isi Ulang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 9(4): 300 – 306
Sahubawa, L. 2016. Teknik Penanganan Hasil Perikanan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Servais, Pierre. 2007. Fecal Bacteria in the Rivers of the Seine Drainage Network
(France). Source, Fate and Modelling; Universite Libre de Bruxelles;
Bruxelles.

33
Supardi, 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.
Bandung: Alumni Press.
Tristiyanto, N. 2006. Buku Monogrof: Uji Bakteriologi MPN koliform dan
Escherchia coli pada Air Baku Mutu Kolam Renang di Kota Malang.
Jakarta: PT. Semen Anugrah.
Utami, T. N. & E. Indrayani. 2018. Komoditas Perikanan. Malang: UB Press.
Widiyanti, N.L.P.M. dan N.P. Ristanti. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Coliform
pada Depo Air Minum isi ulang di kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi
Kesehatan 3(1): 64-73.

34
35
36
37
38
39
40
Lampiran 2. Pembuatan Media

1. Lauryl Sulphate Broth (Lauryl Tryptose Broth)


Tryptose atau trypticase 20 g
Lactose 5g
KH2PO4 2,75 g
K2HPO4 2,75 g
NaCl 5g
Sodium lauryl sulfate 0,1 g
Aquades 1L
Bahan-bahan diatas dicampur dan diambil 9 mL dengan pipet ke dalam
tabung ukuran 20 mm x 150 mm yang berisi tabung durham ukuran 10
mm x 75 mm. Lalu di sterilisasi selama 15 menit pada suhu 121℃ . pH
media akhir 6,8 ± 0,2.
2. EC broth
Trypticase atau Tryptose 20 g
Bile salt mixture 31, 5 g
Lactose 5g
KH2PO4 4g
K2HPO4 1,5 g
NaCl 5g
Aquades 1L
Bahan-bahan diatas dicampur dan diambil 9 mL dengan pipet ke dalam
tabung ukuran 20 mm x 150 mm yang berisi tabung durham ukuran 10
mm x 75 mm. Lalu di sterilisasi selama 15 menit pada suhu 121℃ pH
media akhir 6,8 ± 0,2.
3. Levine’s eosin methylene blue (L-EMB) agar
Peptone 10 g
Lactose 5g
KH2PO4 2g
Bacto agari 15 g
Eosin 0,4 g

41
Methylen blue 0, 065 g
Aquades 1L
Peptone, KH2PO4 dan agar diaduk ke dalam 1 L aquades. Kemudian 100
ml – 200 ml campuran tersebut dan disterilisasi selama 15 menit pada suhu
121℃. Sebelum digunakan, campuran dilelehkan 100ml dan ditambahkan
5 ml larutan steril Lactose 20% dan 2 ml Eosin 2% serta 4,3 ml larutan
Methylen blue 0,15% lalu didihkan kembali hingga I L. dari campuran
tersebut diambil 100 ml – 200 ml dan disterilisasi selama 15 menit pada
suhu 121℃. pH media setelah sterilisasi pada suhu 25℃ 7,1 ± 0,2.
4. Tryptone broth 1%
Tryptone atau trypticase 10 g
Aquades 1L
Semua abhan dilarutkan dan diambil dengan pipet sebanyak 5 ml ke dalam
tabung ukuran 12 mm x 150 mm dan disterilisasi selama 15 menit pada
suhu 121℃. pH media setelah sterilisasi pada suhu 25℃ 7,5 ± 0,2.
5. MRVP broth
Medium 1
Buffered peptone water powder 7g
Glucose 5g
KH2PO4 5g
Aquades 1L
Medium 2
Pancreatic digest casein 3,5 g
Peptic digest dari jaringan hewan 3,5 g
Dextrose 5g
Potassium phosphate 5g
Aquades 1L
Bahan-bahan tersebut dilarutkan dalam aquades dan diambil dengan pipet
10 ml untuk dimasukkan ke dalam tabung ukuran 16 mm x 150 mm. Lalu
disterilisasi selama 15 menit pada suhu 118℃. - 121℃. pH media setelah
sterilisasi pada suhu 25℃ 6,9 ± 0,2.
6. Simmon citrate agar

42
Sodium citrate 2g
NaCl 5g
K2HPO4 1g
NH4H2PO4 1g
MgSO4 0,2 g
Bromothymol blue 0, 08 g
Bacto agar 15 g
Aquades 1L
Seluruh bahan dicampur, diaduk dan didihkan selama 1-2 menit sampai
seluruh agar larut. Lalu diambil dengan pipet untuk dimasukkan ke dalam
tabung ukuran 16 mm x 150 mm dan disterilisasi selama 15 menit pada
suhu 118℃. - 121℃. Sebelum beku, tabung dimiringkan hingga diperoleh
agar miring 4 - 5 cm dan agar tegak 2 – 3 cm. pH media setelah sterilisasi
pada suhu 25℃ 6,8 ± 0,2.
7. Plate count agar ( PCA )
Tryptone 5g
Yeast extract 22,5 g
Bacto agar 15 g
Dextrose 1g
Aquades 1L
Seluruh bahan dipanaskan sampai mendidih Lalu disterilisasi selama 15
menit pada suhu 118℃. - 121℃. pH media setelah sterilisasi pada suhu
25℃ 7,0 ± 0,2.

43
Lampiran 3. Pembuatan Pereaksi

1. Butterfields Phosphate Buffered (BFP)


KH2PO4 34 g
Aquades 1L
BFP Stok: Timbang KH2PO4 sebanyak 34 gram dalam 500 ml aquades,
kemudian ukur pH, tambahkan aquades sampai dengan 1000 ml,
homogenkan semua campuran tersebut dengan magic stirrer sampai
terlarut sempurna, sterilisasi dengan autoclave pada suhu 121°C selama 15
menit.
BFP LK (Larutan Kerja): Ambil BFP stok 10 ml dan tambahkan aquades
990 ml, total tepatnya 1000 ml. Kemudian tuang 9 ml untuk pengujian
menggunakan tabung reaksi dan 225 ml untuk keperluan homogenate
2. Pereaksi Kovac’s
p-Dimethylaminobenzaldehyde 5g
Amyl alcohol 75 ml
Hcl (concentrate) 25 ml
p-Dimethylaminobenzaldehyde dilarutkan dalam Amyl alcohol lalu
ditambahkan HCL perllahan. Campuran disimpan di suhu 4°C.
3. Indikator methyl red
Methyl red 0,1 g
Ethanol 95% 300 ml
Methyl red dilarutkan dalam ethanol lalu ditepatkan dengan aquades
hingga 500 ml
4. Pereaksi VP
Larutan 1
Alpha naphtol 5g
Alcohol 100 ml
Larutan 2
KOH4 0,1 g
Aquades 100 ml
5. Pereaksi pewarnaan gram
Hucker’s crystal violet

44
Larutan A;
Crystal violet 2g
Etyl alcohol 20 ml
Larutan B;
Ammoinium oxalate 0,8 g
Aquades 80 ml
Larutan A dan B dicapur dan disimpan selama 24 jam kemudian disaring
dengan kertas saring.
Gram’s iodine
Iodine 1g
Potassium iodine 2g
Aquades 300 ml
Iodine digerus dalam mortar dengan KJ selama 5 – 10 detik. Lalu
ditambahkan air 1 ml dan digerus lagi lalu ditambah air lagi sebanyak 5
ml. lalu ditambahakan lagi air 10 ml dan digerus. Kemudian larutan ini
dituang ke dalam botol pereaksi. Lalu mortar dan alat penggiling dibilas
dan ditambahkan air hingga volume 300 ml.
Hucker’s counterstain (larutan stock)
Safranin O 2,5 g
Ethanol 95% 100 ml
Larutan kerja: 10 ml larutan stok dilarutkan ke dalam 90 ml aquades

45
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Kerja Praktik

Gambar 16. Pemotongan sampel uji

Gambar 17. Penimbangan sampel uji

46
Gambar 18. Penambahan larutan pengkaya (BFP) pada sampel uji

Gambar 19. Homogenasi sampel uji dan BFP dengan stomacher

47
Gambar 20. Homogenat sampel uji (Pengenceran 10-1)

c d
a b
Gambar 21. Reagen Uji IMViC (a) methyl red; (b) kovac’s; (c) VP1 alpha naphtol;
(d) VP2 KOH 40%

48
a b
Gambar 22. Hasil Uji IMViC pada (a) kontrol positif E. coli biotipe 1; (b) sampel
uji komoditas perikanan

49
Lampiran 5. Surat Pemberian Izin Kerja Praktik

50
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik

51

Anda mungkin juga menyukai