Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil utama komoditi perikanan yang ikut

berperan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan sumber protein asal ikan. Ikan dan

produk perikanan asal Sulawesi Selatan dilalulintaskan ke berbagai negara di dunia ataupun

untuk memenuhi kebutuhan komoditi perikanan di daerah lain di dalam negeri. Jalur

perdagangan ikan antar area ini menimbulkan berbagai macam peluang dan tantangan yang

harus ditangani secara serius. Salah satu tantangan dari perdagangan komoditi perikanan

adalah menyebarnya penyakit ikan karantina dari satu daerah ke daerah lain yang dapat

mengganggu produksi sumberdaya ikan. Selain itu, untuk memenuhi persyaratan negara-

negara importir ikan yang diekspor dari Sulawesi Selatan, maka diperlukan sistem sertifikasi

yang mampu menjamin mutu serta keamanan hasil perikanan sehingga komoditi perikanan

Sulawesi Selatan dapat diterima di berbagai negara di seluruh dunia.

Kendala yang dihadapi untuk saat ini adalah pengelolaan yang masih kurang baik, oleh

karena itu perlu dilakukan pelatihan dan memberikan pemahaman mengenai ilmu perikanan

khususnya dibidang ilmu karantina ikan tujuannya agar kuliatas perikanan di Indonesia

semakin membaik. Beberapa Balai-balai perikanan besar di Indonesia yang telah

meningkatkan kualitas sumberdaya alam ataupun sumberdaya manusia, salah satu contohnya

yaitu Balai Besar Karantina ikan yang terdapat dikota Makassar.

Menurut Menteri Kelautandan Perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2014 tentang

Instansi karantina ikan, Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan (BKIPM) melalui pusat karantina (PUSKARI) telah mengembangkan cara

Karantina Ikan yang Baik (CKIB). CKIB merupakan metode yang berisikan standar

operasional produser (SOP) yang digunakan unruk memastikan bahwa semua tindakan dan
fasilitas instansi karantina dilakukan dengan cara efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi

prinsip-prinsip biosekuriti untuk menjamin kesehatan ikan.

Balai Besar KIPM Makassar merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina

Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang memiliki 5 (lima)

wilayah kerja di Sulawesi Selatan. Dua diantara wilayah kerja tersebut adalah

Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dan Pelabuhan Soekarno Hatta

Makassar yang merupakan bandara dan pelabuhan hub untuk lalulintas produk perikanan

di Indonesia timur.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan pembahasan mengenai

perkembangan Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

(BKIPM) yang terdapat di kota Makassar, apakah Balai perikanan di kota Makassar

mengalami perubahan yang baik dari tahun ke tahunnya. Melalui makalah ini penulis

berharap siapapun yang ingin melakukan penelitian mengenai ilmu karantina ikan dapat

memahaminya dengan baik, sehingga makalah ini dapat dijadikan referensi.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu agar mahasiswa mengetaui bagaimana

perkembangan dari Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

(BKIPM) di kota Makassar. Sedangkan manfaat dari makalah ini yaitu mahasiswa dapar

mengentahui perkembangan dari Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan

Hasil Perikanan (BKIPM) di Kota Makassar.


II. ISI

2.1. Sejarah Singkat BBKIPM Makassar

Pembentukan Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan merupakan simplifikasi dari pelaksanaan implementasi peraturan perundangan,

tugas pokok dan fungsi, visi dan misi, birokrasi dan orientasi pelayanan dari dua institusi

yaitu Karantina Ikan dan Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan.

Dilatarbelakangi masih terdapatnya permasalahan dalam kegiatan ekspor hasil perikanan

yang menyangkut aspek persyaratan negara tujuan ekspor dalam hal mutu, lemahnya

pengawasan dan pengendalian mutu produk perikanan tujuan ekspor yang berdampak masih

terdapatnya penolakan produk perikanan asal Indonesia oleh negara tujuan, diperlukan

langkah dan strategi untuk menciptakan sinergitas dua institusi yang mempunyai tugas pokok

dan fungsi yang masing-masing berorientasi kepada keamanan pangan, perlindungan

sumberdaya, pelayanan kepada masyarakat dan merupakan bagian dari sistem perdagangan,

menjadi satu organisasi sebagai bentuk yang dianggap ideal guna mengemban misi dan tugas

yang semakin berkembang.

Balai Besar KIPM Makassar merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina

Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang memiliki 5 (lima)

wilayah kerja di Sulawesi Selatan. Dua diantara wilayah kerja tersebut adalah

Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dan Pelabuhan Soekarno Hatta

Makassar yang merupakan bandara dan pelabuhan hub untuk lalulintas produk perikanan

di Indonesia timur.

Potensi Sulawesi Selatan sebagai sentra penghasil produk perikanan sangat besar, dengan

volume lalulintas tahun 2019 sebesar 222.529 ton dengan nilai 7,5 T. Untuk meningkatkan
keberterimaan produk di pasar global, diperlukan sertifikasi guna menjamin kesehatan ikan

dan mutunya.

Sebanyak 49.742 sertifikat harus diterbitkan kepada masyarakat pengguna baik

ekspor, impor dan domestik pada tahun 2019. Kepala Balai Besar Karantina Ikan,

Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Makassar: Ir. Tegus Samudro, MP (2016

- 2017) dan

Ir. Sitti Chadidjah, M.Si (2017 - Sekarang)

Balai Besar KIPM Makassar menjalankan empat tugas utama, yaitu :

 pencegahan penyebaran Hama dan Penyakit Ikan Karantina

 pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan

 penerapan sistem manajemen mutu

 pengawasan keamanan hayati ikan

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai Besar KIPM Makassar melaksanakan

pengawasan lalulintas komoditi perikanan di berbagai Bandar Udara dan Pelabuhan Laut

yang ada di Sulawesi Selatan. Dalam rangka pencegahan sebelum dilalulintaskan maka Balai

Besar KIPM Makassar juga melaksanakan kegiatan monitoring dan surveilen peta

penyebaran penyakit ikan karantina, inspeksi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan

hasil perikanan di unit-unit pengolahan ikan, serta pemantauan penyebaran jenis ikan yang

bersifat invasif.

Untuk menjamin komoditi perikanan tersebut bebas dari penyakit ikan karantina dan

memenuhi standar mutu dan keamanan hasil perikanan, maka Balai Besar KIPM Makassar

memiliki laboratorium penguji yang terakreditasi dengan berbagai ruang lingkup pengujian.

Pengujian juga dapat dilakukan oleh laboratorium lain yang telah terakreditasi bilamana

ruang lingkup pengujiannya berada diluar ruang lingkup pengujian laboratorium Balai Besar

KIPM Makassar.
2.2. Wilayah Kerja

Wilker Pelabuhan Laut Soekarno Hatta : 

Penanggung Jawab : Sukardin, S.Pi

Alamat Kantor : Jl. Tarakan No. 15 B Makassar

Wilker Pelabuhan Laut Pare pare : 

Penanggung jawab : Rita Apriani, S.Pi

Alamat Kantor : Jl. Jend. Sudirman No. 184 Pare Pare

Wilker Pelabuhan Laut Bajoe : 

Penanggung Jawab : Marniati, S.Pi

Alamat Kantor : Jl. Veteran No. 20 Bajoe - Kab. Watampone

Wilker Pelabuhan Laut Siwa : 

Penanggung Jawab : Mutmainnah Muchtar, S.Pi

Alamat Kantor : Jl. Poros Makassar - Palopo - Siwa

2.3. Layanan Laboratorium Penguji

Laboratorium Penguji Balai Besar KIPM Makassar bertanggung jawab melakukan

pengujian HPI/HPIK serta mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai standar SNI ISO/IEC

17025: 2017 dalam rangka memenuhi kebutuhan/ kepuasan pelanggan (customer

satisfaction), serta pihak yang berwenang atau organisasi yang memberikan pengakuan.

Sistem manajemen yang diterapkan di laboratorium penguji Balai Besar KIPM Makassar
mencakup pekerjaan yang dilakukan dalam fasilitas laboratorium yang permanen, di tempat

di luar fasilitas laboratorium yang permanen atau dalam fasilitas laboratorium yang

sementara atau bergerak. Manajemen laboratorium menetapkan personil inti laboratorium

penguji dan tanggung jawabnya untuk mencegah terjadinya pertentangan kepentingan yang

potensial karena laboratorium merupakan bagian dari organisasi induknya. Laboratorium

menjamin:

Mempunyai personel manajerial dan teknis yang pasti dan tetap disamping tugas dan

tanggung jawabnya yang lain, memiliki kewenangan untuk menyediakan  sumber daya yang

cukup termasuk mengimplementasikan pemeliharaan dan peningkatan sistem manajemen

serta mampu mengidentifikasi terjadinya penyimpangan dari sistem manajemen mutu atau   

prosedur   dalam   melaksanakan  pengujian yang selanjutnya melakukan pencegahan dan

korektif untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan.

Semua personel bebas dari setiap pengaruh, tekanan komersial, keuangan, tekanan

internal dan eksternal, serta tekanan lainnya yang dapat berpengaruh buruk terhadap mutu

pekerjaan. Melindungi kerahasiaan informasi dan hak kepemilikan customer, termasuk

penyimpanan dan penyampaian laporan hasil pengujian. Menghindari kegiatan yang

dapat mengurangi kepercayaan pada kompetensi, keberpihakan, integritas pertimbangan dan

operasional.

Adapun ruang lingkup pengujian laboratorium meliputi :

Parasitologi : Anisakis sp, Gnatosthoma sp, Octolasmis sp, Trichodina sp, Myxobolus sp,

Myxoboluskoi, Argulus sp, Ergasilus sp, Diplectanum sp, Lepeoptheirus sp, Nerocila sp, Pro

sorhyncus sp, Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp, Lernaea sp,

Mikrobiologi : Angka Lempeng Total, E. coli, Salmonella, Vibrio Cholerae, V.

parahaemolyticus, Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, Edwardsiella tarda, E.

ictaluri, Aeromonas hydrophyla, Streptococcus spp, Early Mortality Syndrome.


Virologi : White Spot Syndrome Virus (WSSV), Viral Nervous Necrosis Virus (VNNV),

Enterocytozon Hepatopenaei (EHP), Yellow Head Virus (YHV), Infectious Myo Necrosis

Virus (IMNV), Taura Syndrome Virus (TSV), Koi Herpes Virus (KHV).

Organoleptik

Residu Kimia : Histamin

Metode pengujian yang digunakan adalah:

 Pengujian parasit dan bakteri menggunakan metode konvensional

 Pengujian virus secara molekuler menggunakan metode PCR Konvensional dan Real

Time PCR

 Pengujian organoleptik menggunakan metode skoring

 Pengujian histamin menggunakan metode UPLC

Level laboratorium

Laboratorium UPT karantina ikan dalam mendiagnosis penyakit ikan digolongkan menjadi:

 Laboratorium level I

Memiliki kemampuan diagnosis penyakit ikan golongan parasit dan jamur, teknik dan

metode pemeriksaan secara konvensional

 Laboratorium level II

Memiliki kemampuan diagnosis penyakit ikan golongan parasit, jamur dan bakteri serta

pemeriksaan dengan teknik histologi, teknik dan metode pemeriksaan secara konvensional

 Laboratorium level III

Memiliki kemampuan diagnosis penyakit ikan golongan parasit, jamur, bakteri, virus dan

teknik dan metode pemeriksaan dilakukan dengan cara konvensional, histopatologi,

molekuler, immunologi dan kultur sel.


Level Laboratorium Balai Besar KIPM Makassar tergolong Level III. Metode

Pemeriksaan yang dapat dilakukan : Standar Diagnosa Hama dan Penyakit ikan, mengacu

pada standar internasional seperti OIE dan Standar Nasional (SNI) Teknik dan Metoda

Diagnosa menggunakan pendekatan : Konvensional : Makroskopis, Mikroskopis, dan uji

biokimia - Modern : Biologi Molekuler (PCR, dot blood hydridization), Serologi/Imunologi

(Elisa). Akreditasi Pada Tahun 2012 Laboratorium Penguji Balai Besar Karantina Ikan,

Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Makassar telah melakukan kegiatan

Surveilan dalam rangka untuk mempertahankan status akreditasi yang telah diperoleh pada

tahun 2007 dengan menerapkan Sistim Manajemen Mutu sesuai ISO/IEC 17025:2005.

2.4. Komoditi Dominan yang di Lalulintaskan Melalui BBKIPM Makassar

5 Komoditi Dominan Triwulan II Th. 2017 dalam satuan Kg

Ekspor: Udang Vannamei, Kerapu, Tenggiri, Gurita dan Rumput Laut

Impor:-

Domestik Keluar: Tuna, Rajungan, Kerapu, Udang Windu dan Tenggiri

Domestik Masuk : Tuna, Tenggiri, Kerapu, Tuna Loin dan Teripang

2.5. Bidang Kerja yang Ada di BBKIPM Makassar


Pusat Karantina Ikan terdiri atas:

 Bidang Operasional dan Penindakan Karantina Ikan;

 Bidang Inspeksi, Verifikasi, dan Monitoring Karantina Ikan;

 Bidang Keamanan Hayati Ikan; dan

 Subbagian Tata Usaha.

Bidang Operasional dan Penindakan Karantina Ikan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, evaluasi, dan

laporan di bidang operasional dan penindakan perkarantinaan ikan. Bidang Operasional dan

Penindakan Karantina Ikan menyelenggarakan fungsi:

 penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang operasional perkarantinaan ikan;

 penyiapan bahan perumusan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur,

kriteria di bidang penindakan pelanggaran perkarantinaan ikan; dan

 penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan di bidang operasional dan

penindakan perkarantinaan ikan.

Bidang Inspeksi, Verifikasi, dan Monitoring Karantina Ikan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, evaluasi, dan

laporan di bidang inspeksi, verifikasi, dan monitoring. Bidang Inspeksi, Verifikasi, dan

Monitoring Karantina Ikan menyelenggarakan fungsi:

 penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, kriteria, evaluasi dan laporan di bidang inspeksi dalam negeri dan luar

negeri, verifikasi, serta tindak lanjut hasil inspeksi instalasi karantina ikan;

 penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,

prosedur, kriteria, evaluasi, dan laporan monitoring karantina ikan.


Bidang Keamanan Hayati Ikan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, monitoring, evaluasi,

dan pelaporan di bidang keamanan hayati ikan. Bidang Keamanan Hayati Ikan

menyelenggarakan fungsi:

 penyiapan perumusan kebijakan dan penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria di

bidang keamanan hayati ikan;

 pelaksanaan pemeriksaan pemasukan dan pengeluaran agen hayati jenis ikan

dilindungi, dibatasi, dilarang, invasif dan produk rekayasa genetik;

 pelaksanaan mitigasi risiko di bidang keamanan hayati ikan;

 penyusunan bahan monitoring, evaluasi, dan laporan di bidang keamanan hayati ikan.
III. KESIMPULAN

Balai Besar KIPM Makassar merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina

Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang memiliki 5 (lima)

wilayah kerja di Sulawesi Selatan. Dua diantara wilayah kerja tersebut adalah

Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dan Pelabuhan Soekarno Hatta

Makassar yang merupakan bandara dan pelabuhan hub untuk lalulintas produk perikanan

di Indonesia timur.

Kepala BBKIPM Makassar yaitu Ir. Sitti Chadidjah, M.Si (2017 - Sekarang). BBKIPM

Makassar memiliki 4 tugas utama yaitu :

1. Pencegahan penyebaran Hama dan Penyakit Ikan Karantina

2. Pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan

3. Penerapan sistem manajemen mutu

4. Pengawasan keamanan hayati ikan

Pusat Karantina Ikan terdiri atas:

 Bidang Operasional dan Penindakan Karantina Ikan;

 Bidang Inspeksi, Verifikasi, dan Monitoring Karantina Ikan;

 Bidang Keamanan Hayati Ikan; dan

 Subbagian Tata Usaha.

Level Laboratorium Balai Besar KIPM Makassar tergolong Level III. Metode

Pemeriksaan yang dapat dilakukan : Standar Diagnosa Hama dan Penyakit ikan,

mengacu pada standar internasional seperti OIE dan Standar Nasional (SNI)Teknik

dan Metoda Diagnosa menggunakan pendekatan : Konvensional : Makroskopis,

Mikroskopis, dan uji biokimia – Modern : Biologi Molekuler (PCR, dot blood

hydridization), Serologi/Imunologi (Elisa).


DAFTAR PUSTAKA

Chadidjah, Siti. 2017. Standar Pelayanan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan. Balai Besar Karantina Ikan. Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan. Makassar

Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. 2008.
http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/profil/upt .Diakses pada 08 Oktober 2021
pukul 21.18 WIB
_____________.2016. http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/v2016/profil_puskari.php.
Diakses pada 08 Oktober 2021 pukul 21.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai