Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lobster adalah hewan laut yang termasuk dalam Crustacea

atau udang-udangan, jenis udang raksasa ini termasuk dalam keluarga

Nephropidae dan juga keluarga Homaridae termasuk lobster yang

memiliki capit salah satu jenis yang termasuk dalam golongan ini adalah

Metanephrops sibogae. Lobster merupakan salah satu hewan laut yang

memiliki nilai ekonomis tinggi selain produk ikan. Lobster biasanya

menjadi favorit bagi penggemar masakan ikan laut yang ada di restaurant-

restaurant besar. Harganya yang mahal menjadikan lobster menjadi

primadona bagi para penangkapnya untuk mendapatkan keuntungan yang

besar. Lobster juga memiliki kerabat yang bentuknya tidak sepenuhnya

sama dengan yang kita kenal. Lobster adalah jenis yang tidak memiliki

cakar, lobster air tawar juga merupakan kerabat lobster karang namun

memiliki rasa dan tekstur yang jauh berbeda karena habitat asalnya.

Lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada malam hari, pada

waktu siang hari lebih suka berdiam pada lubang-lubang karang dan nanti

pada malam hari keluar dari persembunyiannya untuk mencari makan di

sekitar karang yang lebih dangkal pada waktu air pasang.

Lobster laut tinggal di daerah perairan yang berbatu, berkarang dan

berpasir. Banyaknya batu karang akan membantu lobster untuk

bersembunyi dan beranak pinak. Tempat tinggal yang strategis bagi


2

kelangsungan hidup mereka adalah batu karang yang banyak lubangnya

dimana mereka bisa bersembunyi di dalamnya. Hampir semua perairan di

dunia menjadi habitat penyebaran hewan crustacea ini. Lobster di alam

liar termasuk hewan yang memiliki pola makan omnivora atau pemakan

segala. Ia memakan ikan kecil, berbagai jenis moluska kecil dan udang-

udang kecil lain serta makan ganggang serta tanaman laut. Dalam

mencari makanan ia berjalan di dasar perairan laut dengan menggunakan

kaki-kakinya serta berburu dengan menggunakan capit yang juga

berfungsi sebagai tangan juga.

Lobster termasuk keluarga crustacea yaitu suatu kelompok besar

dari arthropoda, terdiri dari kurang lebih 52.000 spesies yang

terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai suatu subfilum.

Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti

Lobster, Kepiting, Udang, Udang Karang, serta Teritip. Mayoritas

merupakan hewan akuatik, hidup di air tawar atau laut, walaupun

beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti

Kepiting darat. Mayoritas dapat bebas bergerak, walaupun beberapa

takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya.


3

B. Tujuan Dan Manfaat

 Tujuan

Dari Praktik Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui prosedur

tindakan karantina pada komoditi lobster (panulirus SP) di Balai

Besar KIPM Makassar.

 Manfaat

Dilakukannya Praktik Kerja Lapang ini adalah agar siswa dapat

menambah ilmu dan pengalaman kerja yang tidak sama seperti

yang didapatkan perkuliahan serta dapat memperluas wawasan

tentang dunia kerja khususnya di bidang perikanan.


4

BAB II

PERSIAPAN

A. Rencana Kegiatan

Rencana Kegiatan Praktik Kerja Lapang di Balai Besar Karantina

Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Makassar

terbagi menjadi 2 (dua) tempat, yaitu tempat pemeriksaan fisik Balai Besar

Karantina Ikan, pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Makassar yang terletak di JL. Dakota No. 24 Sudiang Makassar dan di

Laboratorium Balai Besar KIPM Makassar yang beralamat di JL. Andi

Djemma No. 07 Makassar. Adapun rencana kegiatan sebagai berikut :

a. Pelaporan pengeluaran ikan

b. Tindakan karantina ikan 8P

1. Pemeriksaan

2. Pengasingan

3. Pengamatan

4. Perlakuan

5. Penahanan

6. Penolakan

7. Pemusnahan

8. Pembebasan
5

B. Jadwal Kegiatan

Adapun jadwal kegiatan yang dilaksanakan di TPFI Balai Besar

KIPM Makassar adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal kegiatan di Balai Besar KIPM Makassar

NO JANUARI FEBRUARI MARET APRIL


KEGIATAN
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Pengenalan

2 Pengujian
Laboratorium
BBKIPM
MAKASSAR

3 Dokumentasi

4 Pemeriksaan
Kesesuaian
Jenis,
Jumlah,
Volume Dan
Ukuran
6

C. Potensi Wilayah

Potensi wilayah di Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu

dan Keamanan Hasil Perikanan (BBKIPM) Makassar, antara lain.

a. Aspek Sosial

Keberadaan Balai Besar KIPM Makassar baik yang terletak di JL.

Dakota dan JL. Andi Djemma dapat diterima dengan baik dan respon

yang positif dari masyarakat sekitar.

b. Aspek Ekonomi

Balai Besar KIPM Makassar memiliki peranan penting yang cukup

berpengaruh dalam menunjang keberhasilan pengembangan Negara

dalam sektor perikanan karena adanya BBKIPM Makassar produk-produk

perikanan yang akan diekspor sesuai dengan persyaratan mutu. Sehingga

dapat menghasilkan sumber pendapatan negara yang cukup besar.

c. Aspek Teknis

Letak Balai Besar KIPM Makassar yang terletak di JL. Dakota dan

JL. Andi Djemma dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat

menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi dan bukan

merupakan daerah yang rawan banjir.


7

BAB III

METODE PELAKSANAAN PKL

A. Waktu dan Tempat

Praktik Kerja Lapang (PKL) tentang prosedur tindakan karantina

pada komoditi lobster (Panulirus SP) dilaksanakan pada 09 Januari 2019

sampai 04 Mei 2019 di Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu

dan Keamanan Hasil Perikanan Makassar. Praktik Kerja Lapang (PKL) ini

berlangsung di dua tempat yaitu:

1. Alamat : Jl. Dakota No. 24


Kecamatan : Biringkanaya

Kota : Makassar

Provinsi : Sulawesi Selatan

Waktu : 09 Januari 2019 - 04 Mei 2019

Gambar 1. Tempat pemeriksaan fisik ikan (TPFI)

2. Alamat : Jl. Andi Djemma No. 7


8

Kecamatan : Mamajang

Kota : Makassar

Provinsi : Sulawesi Selatan

Waktu : 09 Januari 2019 - 04 Mei 2019

Gambar 2. Laboratorium pengujian Balai Besar KIPM Makassar Jl. Andi


Djemma No. 7

B. Tahapan Pelaksanaan

Pelaksanaan PKL selama 4 bulan dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut :

1. Tempat Pemeriksaan Fisik Ikan Balai Besar KIPM Makassar

- Melakukan rekapitulasi data sertifikat kesehatan (HC).

- Melakukan tindakan pemeriksaan ikan sebelum dikirim.

2. Kantor Pusat Balai Besar KIPM Makassar

- Membantu menyusun dan mendokumentasikan sertifikat

kesehatan (HC).

3. Laboratorium Penguji Balai Besar KIPM Makassar

- Melakukan pengujian organoleptik dan histamin.


9

- Melakukan pengujian parasit.

- Melakukan pembuatan bahan pengujian bakteri.

C. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPAN

1. Sejarah Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan Makassar

Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan

Hasil Perikanan Makassar dengan status Eselon II B, merupakan Unit

pelaksanaan Teknis Karantina Ikan yang ditetapkan berdasarkan

peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.21/MEN/2008

tentang organisasi dan tenaga kerja. Berdasarkan Pepres No. 24 Tahun

2010 kedudukan, tugas, dan fungsi Eselon I Kementerian Negara maka

terjadi reorganisasi atau perubahan organisasi yang ditindaklanjuti dengan

peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER. 15/MEN/2010

tentang organisasi dan tata kerja Kementrian Kelautan dan Perikanan

maka seluruh instansi Karantina Ikan di tingkat operasional menjadi UPT

BBKIPM merupakan suatu instansi yang memiliki tugas dari pemerintah

dalam mengembang fungsi regulasi, fasilitasi, dan pelayanan yang sebaik-

baiknya kepada masyarakat pada kegiatan lalulintas produk perikanan

baik untuk tujuan perdagangan antar area, ekspor, dan impor maupun

untuk tujuan budidaya, penangkapan serta kepentingan-kepentingan

lainnya dari luar dan ke Provinsi Sulawesi Selatan.

Keberadaan Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan

keamanan hasil Perikanan Makassar dan perannya di wilayah Provinsi


10

Sulawesi Selatan secara aktif mendukung pembangunan sektor perikanan

dan kelautan. Hal ini dapat dipahami bahwa keberadaan Karantina Ikan di

Bandar Udara, Pelabuhan Laut dan tempat-tempat lain yang ditetapkan di

Provinsi Sulawesi Selatan menjadi subsistem dalam sistem perdagangan

yang diakui secara Nasional dan Internasional serta menjadi salah satu

unsur pokok kepabeanan di pelabuhan dan Bandar udara Nasional dan

Internasional.

Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan

Hasil Perikanan Makassar sebagai filter masuk dan tersebarnya hama dan

penyakit ikan karantina, mempunyai peranan yang semakin penting dan

strategis. Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang

karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan dan Peraturan Pemerintah No. 15

tahun 2002 tentang Karantina Ikan, Permen KEP Nomor PER

25/MEN/2011 mempunyai tugas yaitu :

“Melaksanakan pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan

penyakit Ikan Karantina (HPIK) ke dalam/luar wilayah Negara Republik

Indonesia, Pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, serta

penerapan sistem manajemen mutu”.

2. Visi dan Misi Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan Makassar

Sebagai salah satu unit pelaksanaan teknis untuk mencegah

masuk, keluar, dan tersebarnya hama dan penyakit ikan dari luar negeri

dan dari satu area ke area lain di dalam negeri, atau keluar wilayah
11

Republik Indonesia, maka Balai Besar Karantina Ikan Hasanuddin

mempunyai visi dan misi.

Visi adalah menjadikan Balai Besar Karantina Ikan Hasanuddin

Makassar modern yang tangguh, profesional dan terpercaya.

Misi Balai Besar Karantina Ikan Hasanuddin Makassar adalah :

 Melindungi dan menyelesaikan kelestarian sumber daya hayati

perikanan.

 Mendukung keberhasilan program akuabisnis dan ketahanan pangan

nasional.

 Mengembangkan dan meningkatkan teknologi perkarantinaan

nasional dalam rangka meningkatkan daya saing komoditas perikanan

melalui stadar sertifikasi karantina nasional.

 Memfasilitasi kelancaran perdagangan atau pemasaran produk

akuabisnis.

 Meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui sumberdaya manusia

yang profesional.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar KIPM Makassar

Tugas pokok dan fungsi Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian

Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan sebagaimana diatur atau

diamanatkan dalam UU. No. 16 tahun 1992 tentang karantina hewan, Ikan

dan tumbuhan adalah mencegah masuk dan tersebarnya HPIK dari luar

negeri dan dari suatu area ke area lain didalam negeri, atau keluarnya dari

dalam wilayah Negara Republik Indonesia.


12

Untuk mencapai dari tujuan tersebut maka Balai Besar Karantina

Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

menyelenggarakan fungsi :

a. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap media pembawa hama dan

penyakit ikan.

b. Pelaksanaan kegiatan uji coba perlakuan karantina.

c. Pembuatan koleksi Hama dan Penyakit Ikan (HPI) dan Hama Penyakit

Ikan Karantina serta media pembawa HPI dan HPIK.

d. Pengumpulan dan pengolahan data karantina ikan.

e. Pemantauan daerah sebar hama dan penyakit ikan karantina.

f. Melakukan pengawasan penindakan pelanggaran peraturan

perundang-undangan perkarantinaan.

g. Pengelolaan urusan keuangan, rumah tangga dan tata usaha.

1. Defenisi dan Istilah

a) Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama

dan penyakit ikan yang belum terdapat dan/atau telah terdapat

hanya di area tertentu di wilayah Republik Indonesia yang dalam

waktu relatif cepat dapat mewabah dan merugikan sosiol ekonomi

atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

b) Hama dan Penyakit Ikan Karantina Golongan I adalah semua

Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang tidak dapat

disucihamakan atau disembuhkan darimedia pembawanya karena

teknologi perlakuannya belum dikuasai.


13

c) Hama dan Penyakit Ikan Karantina Golongan II adalah semua

Hama dan Penyakit Ikan Karantina yang dapat disucihamakan

dan/atau disembuhkan dari media pembawanya karena teknologi

perlakuannya sudah dikuasai.

d) Sertifikat Kesehatan adalah dokumen resmi yang ditandatangani

oleh petugas karantina atau pejabat yang berwenang di negara

asal atau transit yang menyatakan bahwa media pembawa yang

tercantum didalamnya tidak tertular hama dan penyakit ikan

karantina dan/atau hama penyakit ikan yang dipersyaratkan.

e) Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan/Produk Perikanan adalah

dokumen resmi yang ditandatangani oleh petugas karantina ikan

di tempat pengeluaran, yang menyatakan bahwa media pembawa

tersebut dapat dilalulintaskan ke luar wilayah Negara Republik

Indonesia atau ke area lain di dalam wilayah Negara Republik

Indonesia, karena media pembawa tersebut tidak termasuk jenis

ikan/produk perikanan yang dilarang atau diatur/dibatasi

pengeluarannya.

f) Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh

daur hidupnya berada di dalam air, dalam keadaan hidup atau

mati, termasuk bagian-bagiannya.

g) Benda lain adalah media pembawa selain ikan yang mempunyai

potensi penyebaran Hama dan Penyakit Ikan Karantina.

h) Lalu lintas merupakan pemasukan atau pengeluaran media

pembawa dari luar ke dalam atau dari dalam keluar wilayah


14

Republik Indonesia atau dari suatu area ke area lain di dalam

wilayah Republik Indonesia.

i) Tindakan karantina ikan adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mencegah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan

karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam

negeri, atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam wilayah

Republik Indonesia.

4. Struktur Organisasi Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian

Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Makassar

Berdasarkan Keputusan Menteri Departemen Kelautan dan

Perikanan Nomor : Per. 25/MEN/2011 tanggal 26 September 2011

tentang struktur organisasi BBKIPM Makassar terdiri dari :

1) 1 orang Kepala Balai.

2) 1 orang Kepala Bagian Umum.

3) 3 orang Kepala Sub Bagian yakni:

a)Kepala Sub Bagian Keuangan.

b)Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian.

c)Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan.

4) 2 orang Kepala Bidang yakni :

a)Kepala Bidang Tata Pelayanan.

b)Kepala Bidang Pengawasan, Pegendalian dan Informasi.

5) 4 orang Kepala Seksi yakni :

a)Kepala Seksi Pelayanan Laboratorium dan Instalasi.

b)Kepala Seksi Pelayanan Teknis.


15

c)Kepala Seksi Pengawasan Dan Pengendalian.

d)Kepala Seksi Data dan Informasi.

5. Obyek Karantina Ikan

Media pembawa adalah ikan dan/atau benda lain yang dapat

membawa hama dan penyakit ikan karantina. Obyek Karantina Ikan

adalah semua Media Pembawa yang dilalulintaskan, media pembawa

tersebut meliputi :

1. Ikan

Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau seluruh daur

hidupnya berada di dalam air. Obyek media pembawa yang meliputi :

1. Ikan bersirip (Pisces)

2. Udang, rajungan, kepiting dan sebangsanya (Crustacea)

3. Kerang, tiram, cumi–cumi, gurita, siput, dan sebangsanya

(Mollusca)

4. Ubur-ubur dan sebangsanya (Coelenterata)

5. Teripang, bulu babi dan sebangsanya (Echinodermata)

6. Kodok dan sebangsanya (Amphibia)

7. Buaya, penyu, kura-kura, ular air, dan sebangsanya (Reptilia)

8. Paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsanya (Mamalia)

9. Rumput laut, dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya didalam

perairan (Algae)

10. Biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis

tersebut diatas, termasuk yang dilindungi.


16

2. Benda lain

1. Bahan Patogenik

2. Bahan Biologik

3. Makanan Ikan

4. Bahan Pembuat Makanan Ikan

5. Sarana/Bahan Pengendalian Hayati

6. Biakan Organisme dan Vektor

6. Persyaratan Karantina Ikan

Setiap media pembawa yang akan dimasukkan atau dikeluarkan dari

atau ke wilayah Republik Indonesia maupun antara area dalam wilayah

Republik Indonesia harus memenuhi persyaratan berikut :

a. Dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara atau area asal.

b. Melalui tempat pemasukan atau pengeluaran yang telah ditentukan.

c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ikan di tempat-

tempat pemasukan atau pengeluaran.

d. Pemasukan media pembawa dari luar negeri harus memiliki surat

izin pemasukan dari menteri Perikanan.

e. Pemasukan atau pengeluaran jenis-jenis yang dilindungi atau

dilarang berdasarkan ketentuan yang berlaku, harus mendapat

rekomendasi dari instansi yang berwenang (khusus untuk penelitian).

f. Pengeluaran ikan hidup harus dilengkapi syarat keterangan asal dari

Dinas Perikanan setempat.

7. Prosedur Karantina Ikan


17

a. Prosedur Impor

1. Pemilik melaporkan rencana pemasukan selambat-lambatnya 4

(empat) hari sebelum komoditi atau media pembawa tiba di

tempat pemasukan.

2. Setelah media pembawa tiba, pemilik mengajukan permohonan

pemeriksaan dan menyerahkan media pembawa tersebut kepada

karantina beserta dokumen pemasukannya.

3. Petugas karantina memeriksa kelengkapan dan kebenaran

dokumen pemasukan, apabila sudah benar media membawa

dimasukkan diinstalasi karantina dan kepada pemilik diberikan

surat keterangan masuk karantina. Masa karantina paling lama 1

(satu) minggu kecuali dalam hal yang dianggap perlu.

4. Dalam instalasi karantina media pembawa dilakukan tindakan

karantina dan apabila ternyata media pembawa tersebut bebas

dari hama penyakit ikan karantina maka diberikan surat

pelepasan.

b. Prosedur Health Certificate atau Sertifikat Kesehatan (KI-D1)

1. Mengajukan permohonan pemeriksaan karantina sambil

memberikan sampel, paling lambat 2 (dua) hari sebelum rencana

pengiriman.

2. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa media pembawa

sehat dan memenuhi persyaratan akan diterbitkan sertifikat

kesehatan mutu produk perikanan (Health Certificate).

3. Dua jam sebelumnya pemberangkatan dilakukan pengecekan


18

ulang secara acak, apabila sesuai dengan Health Certificate yang

telah diterbitkan media pembawa diizinkan untuk diberangkatkan.

c. Prosedur antara area domestik keluar (KI-D2)

1. Pemilik mengajukan permohonan pemeriksaan paling lambat 2

(dua) hari sebelum pengiriman, sambil menyerahkan sampel

untuk pemeriksaan.

2. Apabila hasil pemeriksaan sehat selanjutnya diberikan surat

kesehatan ikan.

3. Dua jam sebelumnya pemberangkatan dilakukan pengecekan

ulang.

4. Dipelabuhan atau bandara pemberangkatan secara acak. Apabila

sesuai dengan surat kesehatan yang telah dikeluarkan, media

pembawa diizinkan untuk diberangkatkan.

d. Prosedur antara daerah domestik masuk (KI-D12)

1. Pemilik melaporkan rencana pemasukan paling lambat 2 (Dua)

hari sebelumnya kepada petugas karantina.

2. Setelah media pembawa tiba, pemilik mengajukan permohonan

pemeriksaan dan menyerahkan media pembawa berikut surat

kesehatan dari daerah asal.

3. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata media pembawa bebas

atau dapat membebaskan dari HPIK, maka diberikan surat

pelepasan.

e. Surat Keterangan Lalulintas KI-D3

1. Pemilik melaporkan rencana pengiriman kemudian ditindak lanjuti


19

oleh petugas karantina ikan dengan mengecek kebenaran antara

media pembawa dengan permohonan (kesesuaian jenis, jumlah

dan ukuran).

8. Dokumen Karantina Ikan

Menurut peraturan pemerintah No. 15 tahun 2002, jenis-jenis

dokumen tindakan karantina terdiri atas :

1) Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate

for Fish and Fish Products).

2) Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan Domestik.

3) Surat Keterangan Lalu Lintas Ikan dan Produk Perikanan.

4) Surat Persetujuan Muat.

5) Surat Penolakan.

6) Sertifikat Pelepasan.

7) Surat Pemusnahan.

9. Dasar Hukum Karantina Ikan

Dalam pelaksanaan tugas oprasional Balai Besar Karantina Ikan,

Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Makassar

berdasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan

perundangan yang mengatur atau berkaitan dengan tugas perkarantinaan

meliputi produk Undang-Undang, surat keputusan menteri, dan surat

keputusan atau instruksi direktur jenderal ketentuan-ketentuan tersebut

antara lain adalah :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor  16 Tahun 1992 tentang

Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.


20

2. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan.

3. Keputusan menteri kelautan dan perikanan No : Kep.17/Men/2006

tentang penetapan jenis-jenis HPI dan HPIK, golongan, media

pembawa dan sebarannya.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2006 tentang Penerimaan

Negara Bukan Pajak.

5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05 /MEN/2005

tentang Tindakan Karantina Ikan untuk Media Pembawa Hama dan

Penyakit Ikan Karantina.

6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.21/MEN/2006

tentang Tindakan Karantina Ikan Dalam Hal Transit.

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 09 Tahun 2007

tentang Ketentuan Pemasukan Media Pembawa Berupa Ikan Hidup

sebagai Barang Bawaan ke dalam Wilayah Negara Republik

Indonesia.

8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 20 Tahun 2007

tentang Tindakan Karantina Untuk Pemasukan Media Pembawa

Hama Dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri Dan Dari Suatu

Area Ke Area Lain Di Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.

9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.32/MEN/2012

tentang Jenis, Penerbitan dan Bentuk Dokumen Tindak Karantina

Ikan.

10. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

KEP.53/MEN/2010 tentang Penetapan Tempat Pemasukan dan


21

Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina.

11. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor : PER. 05/MEN/

2005. Tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran Media

Pembawa Hama Dan Penyakit Ikan Karantina.

10. Tindakan Karantina Ikan 8P

1) Pemeriksaan

a. Pengambilan sampel (PPC)

Pengguna jasa yang telah mengajukan permohonan dan

memberikan kepada petugas karantina ikan, petugas karantina ikan

melakukan pemeriksaan terhadap isi dokumen/permohonan. Dokumen

permohonan yang diterima, dilaporkan ke petugas pengambil contoh

(PPC) karantina ikan yang sudah ditugaskan sebelumnya untuk dilakukan

pengambilan sampel. Pada pengambilan sampel (PPC) dilakukan

penomoran setiap sampel yang diambil. Dalam pengambilan sampel

dilakukan pemeriksaan secara klinis untuk mengamati gejala atau tanda

tertularnya hama penyakit ikan atau hama penyakit ikan karantina pada

morfologi luar sampel dan pergerakannya, kemudian dicatat pada

dokumen atau lembar pengamatan sampel. Sampel yang diterima dibawa

ke laboratorium uji Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan

Kemanan Hasil Perikanan Makassar.

Sampel yang tiba di laboratorium uji Balai Besar Karantina Ikan,

Pengendalian Mutu dan Kemanan Hasil Perikanan Makassar, sampel

diturunkan dari alat angkut atau transportasi. Selanjutnya dilakukan


22

pengujian untuk mengidentifikasi HPI/HPIK yang ada pada media

pembawa.

3. Pengasingan

Bila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa media pembawa tidak

tertular atau bebas dari HPIK dan memenuhi persyaratan maka media

pembawa tersebut dapat dilakukan pembebasan (penerbitan sertifikat

kesehatan ikan) sebagai bukti bebas HPIK dan merupakan salah satu

syarat (persyaratan dokumen) dalam prosedur pengiriman produk lalu

lintas media pembawa. Tetapi apabila media pembawa yang telah

dilakukan tindakan pemeriksaan laboratorium, diduga terkena atau tertular

HPIK maka dilakukan tindakan pengasingan.

Pengasingan dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi HIPK yang

diduga tertular pada media pembawa, yang dalam pemeriksaannya

membutuhkan waktu dan tempat yang khusus. Pengasingan dilakukan di

instalasi karantina ikan.

4. Pengamatan

Setelah dilakukan tindakan pengasingan terhadap media pembawa

yang didiuga tertular HPIK tindakan selanjutnya yaitu pengamatan.

Pengamatan yaitu tindakan untuk mendeteksi lebih lanjut terhadap Hama

Penyakit Ikan Karantina dan/atau hama dan penyakit ikan pada media

pembawa yang diasingkan.

Tindakan pengamatan juga membutuhkan waktu dan tempat yang

khusus dikarenakan agar media pembawa tidak menyebarkan atau

menularkan Hama dan Penyakit Ikan Karantina di lingkungan sekitarnya


23

atau tempat tujuan. Maka pengasingan dilakukan di instalasi karantina

ikan.

5. Perlakuan

Perlakuan diberikan apabila setelah dilakukan pemeriksaan dan

pengamatan dan hasilnya merupakan ternyata media pembawa tersebut

tertular atau diduga tertular hama dan penyakit yang dipersyaratkan hama

Penyakit Ikan Golongan II.

Tindakan perlakuan dilakukan dengan tujuan untuk membebaskan

atau mensucihamakan media pembawa dari Hama dan Penyakit Ikan

Karantina dan/atau hama dan penyakit.

Hasil tindakan perlakuan yang telah dilakukan terhadap media

pembawa :

a. Media Pembawa yang tertular HPIK Gol. II dilakukan

Tindakan/Perlakuan Pembebasan disertai dengan dilakukan

Penerbitan Sertifikat kesehatan.

b. Media Pembawa yang tertular HPIK Gol. I dilakukan

Tiindakan/Perlakuan Pemusnahan.

6. Penahanan

Jika dalam pemeriksaan dokumen dan kesesuain jenis dan ukuran.

Di tempat pemeriksaan fisik ikan (TPFI) sebelum pengiriman didapatkan

media pembawa dengan komoditi yang dipersyaratkan tidak sesuai dan

media pembawa tidak dilengkapi dengan dokumen yang dipersyatkan

maka dilakukan tindakan penahanan.


24

Penahanan adalah tindakan menahan media pembawa yang akan

dimasukkan atau dikeluarkan ke area/dalam negeri atau dari suatu daerah

dalam wilayah Negara RI.

Penahanan dilakukan jika, media pembawa dengan komoditi yang

dipersyatakan pengelurannya tidak sesuai peraturan dan media pembawa

tidak dilengkapi dengan dokumen yang dipersyatkan.

Pada tindakan penahanan, media pembawa yang tidak dilengkapi

dengan sertifikat kesehatan, maka pemilik diberi waktu untuk selama 3

hari untuk melengkapi dokumen atau sertifikat kesehatan ikan, jika dalam

kurun waktu tersebut maka dilakukan tindakan Penolakan.

7. Penolakan

Penolakan adalah tindakan tidak diijinkannya media pembawa

dimasukkan atau dikeluarkan dari suatu area ke area lain atau dalam

Negara RI. Penolakan dilakukan apabila :

 Tidak dilengkapi atau tidak dipenuhi dengan dokumen yang

dipersyaratkan dan persyartan lainnya serta terdapat ketidaksesuain

antara jenis, jumlah isi dan ukuran media pembawa dengan yang

tercantum dalam dokumen karantina.

 Sampai batas waktu yang ditetapkan, dokumen karantina dan

dokumen persyaratan tidak dapat dilengkapi oleh pemilik.

 Pemasukan dan pengeluaran media pembawan tidak melalui tempat

yang telah ditetapkan.

 Media Pembawa tidak dapat disembuhkan atau disucihamakan dari

Gol. II.
25

 Media Pembawa tertular HPIK Gol. I busuk, jenis yang dilarang atau

yang diatur atau yang dibatasi pemasukan/pengeluarannya, yang

tidak dilengkapi perijinan.

 Media Pembawa melebihi 5% dari yang tercantum dalam dokumen,

maka terhadap kelebihannya dilakukan penolakan.

 Media pembawa yang dipersyaratkan pengeluarannya tidak sesuai

dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

8. Pemusnahan

Pemusnahan adalah tidakan memusahkan media pembawa sebagai

tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya. Pemusnahan dilakukan

dengan tujuan mencegah mewabahnya atau menyebarnya HIPK di area

atau wilayah tersebut. Pemusnahan dilakukan apabila :

1. Batas waktu penolakan telah habis.

2. Media Pembawa tidak dapat dibebaskan/disembuhkan dari HPIK Gol.

II.

3. Media pembawa yang telah masuk tertular HPIK Gol. I, busuk, rusak,

dan atau jenis yang dilarang, tidak diurus, atau tidak diketahui

pemiliknya atau tidak dikirim kemballi ke negara/area asal.

4. Dalam waktu 3 hari media pembawa tidak diurus, busuk, dan rusak.

9. Pembebasan

Tindakan Pembebasan adalah tindakan mengijinkan media

pembawa untuk dimasukkan atau dikeluarkan ke/dari suatu area didalam

wilayah Negara Republik Indonesia, setelah dikenakan tindakan karantina

sebelumnya, pembebasan dilakukan apabila :


26

1. Media Pembawa setelah dilakukan tindakan karantina, bebas dari HPI

dan yang dipersyaratkan oleh area/negara tujuan.

2. Media pembawa telah dilengkapi dengan sertifikat kesehatan ikan dan

telah diperiksa keabsahan dan kesesuaian media pembawa dengan

data pada sertifikat kesehatan ikan.

3. Media Pembawa setelah dilakukan tindakan karatina, bebas dari HPIK

yang telah ditetapkan oleh Menteri KP.

4. Media Pembawa yang tertular HPIK Gol. II, setelah diberi perlakuan

dapat dibebaskan/disembuhkan.

Media pembawa yang telah bebas dari HPIK, dapat dilakukan

pembebasan dengan penerbitan sertifikat kesehatan ikan oleh petugas

karantina ikan sebagai bukti media pembawa telah bebas dari HPIK.

Media pembawa yang telah bebas dari HPIK dan dilengkapi dengan

sertifikat kesehatan ikan dapat dilakukan pengiriman ke area tujuan.

Sebelum pengiriman, media pembawa yang sudah bebas dari HPIK tiba

dipintu pengeluaran, dilakukan pemeriksaan ulang yaitu :

1. Kelengkapan dokumen

2. Keabsahan atau keaslian dokumen

3. Kebenaran atau kesesuaian isi, jenis, berat dan jumlah dengan

dokumen

Media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan dokumen dan

memenuhi persyaratan, media pembawa ditempeli dengan stiker dan

dokumen sertifikat kesehatan ikan ditandai dengan stempel original,

sebagai bukti telah dilakukan pemeriksaan kesesuaian dengan


27

dokumennya, media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan dapat

dibawa ke tempat pengiriman dan selanjutnya dapat dilakukan pengiriman

ke area tujuan.

D.URAIAN KEGIATAN

1. Prosedur lalu lintas ekspor dan domestik keluar

a. Pelaporan

Pemilik Ikan atau hasil perikanan (media pembawa) mengajukan

pelaporan secara tertulis kepada Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis)

atau Wilayah Kerja Balai Besar KIPM. diserahkan kepada petugas di

ruang pelayanan. Untuk bagian ekspor sendiri hanya bisa dilakukan oleh

perusahaan yang berbentuk CV yang memiliki sertifikat CKIB dan untuk

kegiatan domestik keluar bisa dilakukan oleh badan milik perorangan.

b. Penerapan cara karantina ikan yang baik (CKIB)

Dalam rangka memberi jaminan kesehatan ikan dan kualitas

terhadap komoditi perikanan yang diperdagangkan baik ekspor, impor,

dan antar area maka diperlukan penerapan cara karantina ikan yang baik

sekaligus menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh eksportir apabila ingin

mengekspor komoditi perikanan di negara tujuan.

Adapun persyaratan dan prosedur sertifikasi CKIB adalah sebagai

berikut :

1) Perseorangan/Badan Hukum memiliki Instalasi Karantina Ikan (IKI)

yang telah ditetapkan.


28

Beberapa kriteria teknis yang wajib dipenuhi dalam penetapan

kelayakan instalasi karantina :

a) Kelayakan Lokasi :

 Terletak di daerah bebas banjir.

 Mudah di jangkau dan diakses oleh sarana transportasi.

 Tertutup/terisolir, tidak berhubungan langsung dengan daerah

budidaya disekitarnya.

 Berada pada lingkungan yang tidak tercemar.

 Memiliki sumber/suplai air yang cukup dan berkualitas baik.

b) Memilki Fasilitas Dan Sarana Instalasi :

 Sarana Pengasingan dan Pengamatan.

 Sarana Perlakuan;

 Sarana Pemusnahan; dan

 Sarana pendukung lainnya.

c) Memiliki SDM yang kompeten dan/atau tersertifikasi

d) Memiliki dokumen mutu CKIB

2) Menandatangani fakta integritas.

3) Dilakukan monitoring Penerapan CKIB dan surveilan HPIK/HPI

tertentu.

Monitoring CKIB dilakukan untuk memastikan kegiatan di instalasi

telah dilaksanakan sesuai prosedur kerja dan memenuhi standar

biosecurity dan biosafety serta dapat tertelusur, sedangkan surveilen

HPIK/HPI tertentu dilakukan untuk mengetahui dan memastikan status

kesehatan media pembawa yang dikelola di instalasi.


29

4) Dilakukan inspeksi CKIB

Inspeksi CKIB dilakukan untuk mengevaluasi secara keseluruhan

penerapan CKIB, termasuk menilai efektifitas sistem manajemen di

instalasi dalam upaya penjaminan kesehatan ikan. Setelah itu instalasi

karantina ikan (IKI) akan mendapatkan Grade yang selanjutnya akan

menjadi pedoman pemasukan sampel.

5) Diterbitkan sertifikat Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)

Apabila seluruh persyaratan dan tahapan prosedur tersebut telah

terpenuhi serta dinyatakan “layak” maka instalasi karantina ikan tersebut

diterbitkan sertifikat Cara Karantina Ikan yang Baik (Sertifikat CKIB).

c. Pengambilan Contoh Uji

Pengguna jasa yang telah tersertifikasi CKIB selanjutnya harus

memasukkan sampel sesuai dengan grade yang telah di tetapkan oleh upt

Balai Besar KIPM, adapun lama pemasukannya yaitu;

 Grade A memasukkan sampel 3 bulan sekali

 Grade B memasukkan sampel 2 bulan sekali

 Grade c memasukkan sampel 1 bulan sekali

Untuk pengguna jasa yang melakukan pengiriman domestik keluar

setelah menyelesaikan proses pelaporan maka petugas pengambil contoh

uji akan mengambil sampel di lokasi pengguna jasa kecuali daerah yang

berada di luar kota makassar, maka pengguna jasa yang berlokasi di luar

kota makassar di haruskan membawa sendiri sampel ujinya. Sampel yang

diambil kemudian dibawa ke laboratorium Balai Besar KIPM makassar

untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara laboratoris.


30

d. Pemeriksaan kesehatan secara laboratoris

Sampel yang selanjutnya disebut media pembawa dilakukan

pemeriksaan secara laboratoris untuk mengetahui apakah media

pembawa bebas dari HPIK/HPI yang dipersyaratkan oleh negara tujuan.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis dan/atau

laboratoris ternyata media pembawa tersebut :

1) Bebas Hama dan Penyakit Ikan (HPI) yang dipersyaratkan oleh

Negara tujuan, maka terhadap media pembawa tersebut dibebaskan

dan diterbitkan Laporan Hasil Uji (LHU).

2) Tertular HPI yang dipersyaratkan oleh Negara tujuan yang

merupakan HPIK Golongan I, maka terhadap media pembawa

tersebut ditolak pengeluarannya dan ditindaklanjuti dengan

pemusnahan.

3) Tertular HPI yang dipersyaratkan oleh Negara tujuan yang

merupakan HPIK Golongan II, maka terhadap media pembawa

tersebut diberi perlakuan Apabila hasil pemeriksaan klinis dan /atau

laboratoris ikan tidak dapat disembuhkan maka terhadap media

pembawa tersebut ditolak pengeluarannya dan ditindaklanjuti

dengan pemusnahan. Namun apabila setelah dilakukan perlakuan

dan hasil pemeriksaan klinis dan/atau laboratoris ikan dapat

disembuhkan maka media pembawa tersebut dibebaskan dan

diterbitkan Laporan Hasil Uji (LHU).


31

e. Permohonan

Setelah Laporan Hasil Uji (LHU) diterbitkan maka proses selanjutnya

yaitu pengguna jasa membuat permohonan. Untuk permohonan itu sendiri

Balai Besar KIPM Makassar telah menerapkan permohonan secara online

dimana pengguna jasa hanya diharuskan membuat akun pada aplikasi

PPK Online kemudian mengisi data pada aplikasi tersebut dan melakukan

permohonan.

Sebelum melakukan pengiriman, pengguna jasa di haruskan

melampirkan beberapa dokumen kepada petugas di bagian pelayanan.

adapun dokumen yang harus dilampirkan yaitu :

1) Dokumen untuk ekspor

 Print out PPK Online

 Packing list (asli)

 Invoice (asli)

 Sertifikat CKIB (foto copy)

 Laporan Hasil Uji (LHU) (foto copy)

2) Dokumen untuk Domestik Keluar

 Print out PPK Online

 Laporan Hasil Uji (LHU) (foto copy)

Setelah melampirkan dokumen tersebut ke petugas di bagian

pelayan maka petugas akan menginput data dan memasukkannya ke

dalam aplikasi SIRIP.


32

f. Pemeriksaan fisik

Dalam rangka mengecek kesesuaian antara isi dokumen karantina

dengan jenis, jumlah dan volume media pembawa, Petugas Karantina

wajib melakukan pemeriksaan ulang terhadap media pembawa yang akan

dikeluarkan, paling lambat 2 (dua) jam sebelum keberangkatan.

Setelah melakukan pemeriksaan fisik berupa jumlah, jenis, volume

dan ternyata media pembawa tersebut :

 Terdapat ketidaksesuaian antara isi dokumen dengan jumlah, jenis,

dan volume maka media pembawa tersebut ditolak pengeluaranya

 Terdapat media pembawa yang dilarang pemasukan atau

pengeluarannya, maka terhadap media pembawa tersebut dikenakan

tindakan penahanan (KI-D10)

Apabila ternyata isi dokumen dengan jumlah, jenis dan volume

sesuai maka ditindak lanjuti dengan penyegelan.

Setelah dilakukan penyegelan maka pengguna jasa diberikan Surat

Persetujuan Pemeriksaan (spp) oleh petugas pemeriksa fisik yang

selanjutnya diserahkan kepada petugas di lini 1 untuk dilakukan

penerbitan sertifikat.

g. Penerbitan sertifikat

Surat persetujuan pemeriksaan (spp) kemudian diserahkan kepada

petugas yang berada di lini 1 untuk selanjutnya dilakukan penerbitan

sertifikat kesehatan. Adapun jenis sertifikat yang diberikan sesuai dengan

tujuan pengiriman yaitu :


33

1) Ekspor

 HEALTH CERTIFICATE FOR FISH AND PRODUCTS (KI-D1)

 SURAT PERSETUJUAN MUAT (KI-D4)

2) Domestik Keluar

 Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan Domestik (KI-D2)

 Sertifikat Keterangan Lalu Lintas dan Produk Perikanan (KI-D3)


34

BAB IV

HASIL PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Prosedur tindakan karantina terhadap produk perikanan LOBSTER

(panulirus SP) dapat disajikan dalam bagan yang dapat dilihat pada

bagan tabel.2

PERMOHONAN PENGUJIAN
OLEH UPI

PENGUJIAN SAMPEL LOBSTER


(PARASIT)

HASIL PENGUJIAN

PERMOHONAN PENERBITAN
SERTIFIKAT KESEHATAN (HC) DAN
LAPORAN HASIL UJI (LHU)

VERIFIKASI DOKUMEN DAN


LAPANGAN

SERTIFIKAT KESEHATAN
(HC) DAN LAPORAN
HASIL UJI (LHU)
35

A. Permohonan Pengujian Sampel LOBSTER (panulirus sp)

Unit pengolahan ikan (UPI) melakukan pengajuan permohonan

pengujian ke Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan Makassar dan selanjutnya petugas karantina

melakukan pengambilan sampel di tempat unit pengolahan ikan untuk

dibawa ke laboratorium penguji Balai Besar KIPM untuk dilakukan

pengujian sampel terhadap produk perikanan LOBSTER (panulirus sp).

B. Pengujian Sampel LOBSTER (panulirus sp)

Pada pengujian sampel LOBSTER (panulirus sp) dilakukan

pengujian berikut:

1. Pengujian parasit

Pada pengujian parasit terhadap produk perikanan LOBSTER

(panulirus sp) menggunakan work sheet, dengan prinsip pemeriksaan

menggunakan:

- Pemeriksaan secara visual / gejala klinis


- Preparasi preparat
Alat dan bahan yang digunakan untuk pengujian parasit yaitu :

 Mistar
 Timbangan
 Slide glass dan cawan petri
 Nacl 0,9%
 Nampan atau wadah yang digunakan lobster
 Pisau, gunting
 Tissue
 Microskop stereo dan trinokuler
 work sheet
36

 Sampel LOBSTER (panulirus sp)

Prosedur pengujian parasit yaitu :

1. Pengujian parasit yaitu;

- Pertama yang dilakukan mengambil sampel lobster letakkan pada

nampan atau wadah, lalu mengukur panjang lobster dan

menimbang beratnya.

- lendir badan dikerok lalu diletakkan pada slide glass yang ditetesi
larutan Nacl fisiologis 0,9%.
- Overculum dibuka dan insang diambil lalu diletakkan pada cawan
petri yang diberi larutan fisiologis Nacl 0,9%.
- Rongga perut dibedah lalu organ dalam diambil dan diletakkan
pada cawan petri yang diberi larutan fisiologis Nacl 0,9%.
- Kemudian dilakukan pemeriksaan didua microskop yaitu stereo dan
trinokuler apakah sampel tersebut ditemukan parasit octolasmus.sp
atau tidak ditemukan parasit. (gambar 3)

at
37

Gambar 3. parasit octolasmus.sp

- Menulis work sheet parasit. (gambar 4)

Gambar 4. Work sheet

- Setelah dilakukan pengujian akan keluar laporan hasil uji (LHU)


sampel tersebut. (gambar 5)
38

Gambar 5. Laporan hasil uji (LHU)

2. Setelah pengujian selesai, membersihkan alat yang sudah


digunakan.

C. Hasil Pengujian Sampel LOBSTER (panulirus sp)

Pada pengujian parasit akan keluar laporan hasil uji (gambar 6)

lobster ditemukan parasit atau tidak ditemukan parasit jika ditemukan tidak

akan jadi kendala pengiriman barang karena ada tindakan yang dilakukan

oleh karantina ikan.

Gambar 6. Hasil Pengujian parasit


39

D. Permohonan Penerbitan Sertifikat Kesehatan (HC)

Unit Pengolahan Ikan (UPI) mengajukan permohonan penerbitan

HC kepada unit pelaksanaan teknis (UPT) karantina ikan pengendalian

mutu (BBKIPM) sesuai wilayah kerja dengan melampirkan sekurang-

kurangnya dokumen spesifikasi produk yang akan didistribusikan

diantaranya: Packing List (PL) identitas produk atau batch code yaitu

dokumen muat barang yang dimuat, kode atau tanggal, produksi, tujuan,

tanggal, dan alat pengangkutan. Selanjutnya Invoice yaitu dokumen muat

barang yang berisi keterangan tentang spesifikasi harga barang yang

dimuat. Kemudian Identitas Sertifikat adalah satu kesatuan data atau

informasi yang menerangkan produk yang akan diekspor dari sisi isian

format sertifikat kesehatan yang akan diterbitkan sesuai Negara tujuan.

Dan yang terakhir surat rekomendasi dari unit pelaksana teknis

pengolahan sumberdaya pesisir dan lautan, direktorat jendral pengolahan

ruang laut, khusus untuk ekspor ikan/produk perikanan yang dilarang,

dibatasi dan dilindungi.

F. Evaluasi Permohonan Penerbitan sertifikat Kesehatan (HC)

Verifikator melakukan evaluasi dengan melakukan pengecekan

terhadap permohonan yaitu nama UPI, alamat UPI, kesesuaian nomor

registrasi dan tipe produk dengan Negara tujuan ekspor, kesesuaian

tanggal permohonan dengan tanggal keberangkatan. Sertifikat penerapan

HACCP pada unit produksi, dan evaluasi laporan pengujian. Selanjutnya

verifikator melaporkan hasil evaluasi kepada kepala UPT BBKIPM atau

pejabat yang ditunjuk untuk menyampaikan ke bagian administrasi


40

pelayanan sesuai rekomendasi verifikator, jika hasil evaluasi menunjukkan

kesesuaian dengan seluruh persyaratan maka selanjutnya dilakukan

percetakan draf sertifikat kesehatan.

G. Percetakan Draf Sertifikat Kesehatan (HC)

Percetakan sertifikat kesehatan dilakukan sesuai dengan pedoman

pengisian sertifikat kesehatan untuk masing masing Negara tujuan ekspor.

Petugas percetakan melakukan pencetakan draft HC terlebih dahulu untuk

disampaikan kepada UPI untuk diperiksa kebenaran dari data HC yang

sudah dicetak petugas percetakan bertanggung jawab terhadap

kebenaran dan kejelasan hasil cetakan diantaranya kesesuaian data HC

dengan permohonan penerbitan sertifikat kesehatan, kesesuaian jenis

sertifikat berdasarkan Negara tujuan, nomor registrasi Negara mitra dan

tipe jenis produk, pemberian nomor sertifikat kesehatan dan form HC yang

sesuai dengan tujuan.

H. Verifikasi Lapangan Untuk Produk Akhir Sebelum Dikirim

Verifikasi lapangan atau pemeriksaan barang (gambar 7) dilakukan

pada saat pemuatan. Hal ini bertujuan Untuk memastikan kebenaran dan

kesesuaian data yang tercantum pada draft HC dengan produk yang akan

diekspor.
41

Gambar 7. Pemeriksaan jenis, jumlah dan volume

I. Penerbitan Sertifikat Kesehatan (HC) Mutu

Apabila dokumen sudah lengkap dan hasil pemeriksaan barang

menunjukkan kebenaran dan kesesuaian dengan data draf HC maka

dapat dilakukan percetakan sertifikat kesehatan (Gambar 8). Verifikator

melakukan verifikasi terhadap HC yang sudah dicetak kemudian pejabat

penandatanganan HC menandatangani HC yangsudah diverifikasi dan

dibubuhi stempel BBKIPM. Setelah itu, Verifikator melakukan pengecekan

ulang terhadap HC yang sudah ditandatangani dan menyerahkan ke

bagian administrasi untuk menginformasikannya kepada pihak unit

pengolahan ikan (UPI) untuk mengambil sertifikat kesehatan yang sudah

diverifikasi oleh verifikator dan produk perikanan lobster siap untuk dikirim.
42

Gambar 8. Sertifikat Kesehatan (Healt Certificate) Mutu

BAB V

RANGKUMAN DAN SARAN

A. Rangkuman

Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan

Hasil Perikanan Makassar merupakan suatu unit pelaksana teknis


43

karantina ikan dimana memilki peran penting dalam tindakan terhadap

produk perikanan LOBSTER (panulirus sp). Adapun tindakan karantina

di Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan Makassar yaitu permohonan pengujian sampel, pengujian

sampel (parasit dan virus), hasil pengujian, permohonan penerbitan

laporan hasil uji (LHU).

Dengan adanya sertifkat kesehatan (HC) dan laporan hasil uji ini

sebagai bukti pengendalian jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan

yang menyatakan bahwa produk perikanan LOBSTER (panulirus sp)

telah memenuhi persyaratan mutu dan aman untuk dikonsumsi oleh

manusia.

B. Saran

Penulis menyarankan bahwa sebaiknya petugas Karantina Ikan

lebih berhati-hati dalam penerbitan sertifikat kesehatan (HC) dan laporan

hasil uji (LHU) agar produk perikanan yang ingin dikirim tidak mengalami

permasalahan sertifikat kesehatan (HC).

DAFTAR PUSTAKA

Profil Balai Besar Karantina Ikan.


http://www.bkipm.kkp.go.id/bkipm/profil diakses pada tanggal
19 Januari 2019.

Regulasi karantina ikan dan mutu http://bkipm.kkp.go.id/bkipm/regulasi


diakses pada tanggal 19 januari 2019.

Jenis-jenis lobster http://farming.id/mengenal-lobster-udang-bernilai-


tinggi/ diakses pada tanggal 23 januari 2019.
44

Jenis-jenis lobster air laut http://lagilagibegadang.blogspot.com/


diakses pada tanggal 23 januari 2019.

Suryaningrum, Th. D., Wibowo,, S., Muljanah, l., Romawaty, P.,


Hastarini, e., Syamdidi. Dan Ikasari, D. 2006. Riset penanganan
dan transportasi ikan hidup air tawar. Laporan Teknis. Balai
Besar Riset Pengolahan Produk Dan Biotekniknologi Kelautan dan
Perikanan.
45

Lampiran 1 :
46

Gambar 1. Pemeriksaan fisik, jenis, jumlah dan volume


47

Gambar.2 Penimbangan lobster yang dikirim

Gambar.3 mendinginkan lobster agar tidak stress


48

Gambar.4 Stiker/ Tanda segel bahwa barang telah di periksa oleh


pihakKarantina ikan

Lampiran 2.

Gambar.1 Penulisan
dokumen / verifikasi HPIK
49

Gambar.2
Pengeluaran sertifikat Perlepasan

Gambar.3 Surat permohonan pemeriksaan


50

Gambar.4 Alur proses penerbitan sertifikat mutu dan HPIK

Lampiran. 4.

Gambar.1 Microskop stereo dan trinokuler


51

Gambar.2 Disecting Set

Lampiran 5.

Gambar.1 Sertifikat kesehatan ikan domestik


52

Gambar.2 Surat penolakan


Lampiran 6.

G am
bar.1 Kantor BBKIPM MAKASSAR
53

Gambar.2 Laboratorium Karantina Ikan

Gambar.3 Tempat Pemeriksaan kesesuaian jenis, jumlah, volume dan


ukuran
54

( TPFI )

Gambar.4 Tempat Pelayanan Karantina Ikan

Gambar.5 Tempat Pengiriman Barang / CARGO

Anda mungkin juga menyukai