OLEH :
FURQON SAEPUL ROHMAN
17.3.08.011
OLEH :
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai pada mata kuliah
Praktik Kerja Lapangan
Program Studi Budidaya Ikan
Disetujui Oleh
Disetujui Oleh
Ketua Program Studi
Tanggal Seminar :
I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun limpahkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
rahmat dan izin-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Kerja
Praktek Lapangan (PKL) III di Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah
Utara Satuan Peayanan Konservasi Perairan Daerah Wanayasa. Penyusun
menyadari bahwa Laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak, penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak DH. Guntur Prabowo, A.Pi., MM, selaku Direktur Politeknik
Kelautan dan Perikanan Pangandaran
2. Bapak Ega Aditya Prama, S.Pi., M.Si, selaku Ketua Program Studi
Budidaya Ikan
3. M. Akbarurrasyid, S.Kel., M.P, selaku Pembimbing 1 Politeknik Kelautan
dan Perikanan Pangandaran.
4. Siti Nurazizah, S.Pi., M.Si, selaku Pembimbing 2 Politeknik Kelautan dan
Perikanan Pangandaran.
5. Dede Hermawan, S.Pi., M.Si, selaku kepala Cabang Dinas Kelautan Dan
Perikanan Wilayah Utara, Satuan Pelayanan Konservasi Perairan Daerah
Wanayasa-Purwakarta.
6. Lilis Nurjanah S.Pi., M.Si , selaku pembimbing Eksternal di Kantor
Cabang Dinas Kelautan Dan Perikanan Wilayah Utara, Satuan Pelayanan
Konservasi Perairan Daerah Wanayasa Purwakarta.
7. Seluruh pegawai Kantor Cabang Dinas Kelautan Dan Perikanan Wilayah
Utara,Satuan Pelayanan Konservasi Perairan Daerah Wanayasa-
Purwakarta.
8. Kedua Orang Tua yang telah memberi banyak dukungan dengan baik
secara moril maupun materil.
9. Kepada Rekan-Rekan dan semua pihak yang telah memberi dorongan
serta bantuannya.
Akhir kata penyusun mengucapkan banyak terimakasih, semoga laporan ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun umumnya bagi pengembang ilmu
pengetahuan.
Pangandaran, April 2019
III
4.2.1 Alat ................................................................................................. 180
4.2.2 Bahan ............................................................................................. 191
4.3 Metode Perolehan Data ............................................................................. 191
4.3.1 Observasi Data ................................................................................. 12
4.3.2 Wawancara ....................................................................................... 12
4.3.3 Dokumentasi ..................................................................................... 12
4.3.4 Studi Literatur.................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 13
5.1 Pemeliharaan Induk ..................................................................................... 13
5.2 Manajemen Pakan Induk ............................................................................. 13
5.3 Seleksi Induk ............................................................................................... 14
5.4 Persiapan Pemijahan ................................................................................... 15
5.5 Pemijahan.................................................................................................... 15
5.6 Paska Pemijahan ......................................................................................... 16
5.7 Penetasan telur .............................................................................................17
5.8 Pemeliharaan Larva..................................................................................... 18
5.9 Sampling ..................................................................................................... 19
5.10 Pemanenan Larva ..................................................................................... 19
5.11 Kendala Pemeliharaan Larva ..................................................................... 20
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 21
6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 21
6.2 Saran ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 22
LAMPIRAN ........................................................................................................ 24
IV
DAFTAR GAMBAR
V
DAFTAR TABEL
VI
BAB I PENDAHULUAN
1
1.3 Batasan Masalah
Pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) III ini penulis membatasi
kajian dengan batasan permasalahan yang meliputi: kontruksi kolam, persiapan
kolam pemijahan, pemeliharaan induk, seleksi induk, pemijahan induk, penetasan
telur, analisis kualitas air, manajemen pakan, pencegahan hama dan penyakit, dan
panen.
2
BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI
2.1 Sejarah Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara Satuan
Pelayanan Konservasi Perairan Daerah (CDKPWU SPKPD)
3
2.2 Letak Geografis Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah
Utara Satuan Pelayanan Konservasi Perairan Daerah (CDKPWU
SPKPD)
4
Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara, meliputi pendayagunaan
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil serta konservasi dan keanekaragaman hayati;
penyelenggaraan koordinasi dan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Cabang
Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara; serta penyelenggaraan fungsi lain
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
2.4 Visi dan Misi
Sebagai subunit dari Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara
di bawah Dinas Kelautan Dan Perikanan Propinsi Jawa Barat, SPKPD Wanayasa
memiliki Visi dan Misi yaitu “Masyarakat Kelautan dan Perikanan Jawa Barat yang
Maju dan Sejahtera”
Misi yang dimiliki SPKPD Wanayasa, meliputi : Meningkatkan
pendayagunaan pesisir laut dan pulau-pulau keci di Jawa Barat; meningkatkan
pengetahuan masyarakat terhadap konservasi dan pelestarian sumber daya
kelautan; menunjang ketersediaan benih dan induk unggul ikan patin, lele, nila dan
mas di Jawa Barat sebagai bahan konservasi dan pelestarian; memperluas akses
produktifitas wilayah utara pesisir laut dan pulau-pulau kecil agar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat di Jawa Barat.
5
2.5 Struktur Organisasi
SPKPD Wanayasa memiliki struktur organisasi yang meliputi Kepala Balai,
Kepala Sub Bagian Tata Usaha, jabatan fungsional, Kepala Seksi dan sub unit.
Struktur organisasi SPKPD wanayasa dapat dilihat pada Gambar 3.
SPKPD Wanayasa,
Jatisari dan Pametakan
6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
7
3.2 Habitat
ikan mas merupakan ikan jenis air tawar yang hidup di perairan dangkal
yang mengalir tenang (cholik et al. 2002 dalam Lia, 2012). Menurut Susanto 1997
dalam Lia (2012), ikan mas sering ditemui dipinggiran sungai, danau atau perairan
tawar lainya yang tidak terlalu dalam dan aliranya tidak terlalu deras.
3.3 Persiapan Kolam
Persiapan kolam menurut Cahyono (2000), kolam tempat hidup ikan mas
harus subur. Kolam yang subur merupakan wadah yang baik untuk ikan mas
karena dapat menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan mas.
3.4 Pemeliharaan Induk
Menurut Werdemeyer (1996) dalam Wicaksono (2005), peningkatan
kepadatan akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku ikan terhadap
ruang gerak yang akhirnya menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis,
pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Secara teknis,
induk ikan mas Marwana dipelihara ke dalam media pemeliharaan yang berbeda,
hal tersebut bertujuan untuk mencegah ikan mas Marwana memijah sembarang.
3.5 Kriteria Induk
Menururt Ismail dan Khumaidi (2016), umur dan berat badan juga
merupakan syarat seleksi induk, umur induk betina 2,5 tahun dengan berat badan
4- 5 kg, induk jantan minimal 1,5 tahun dengan berat badan 1-2 kg. Induk betina
yang siap untuk dipijahkan biasanya ditandai dengan perutnya besar atau buncit
apabila diraba terasa lembek, gerakan lamban dan jika perutnya diurut akan
mengeluarkan cairan kuning. Induk jantan biasanya ditandai dengan gerakan
lincah, badan tampak ramping atau langsing, jika bagian perut diurut ke arah sirip
ekor akan mengeluarkan cairan berwarna putih (sperma) Ismail dan Khumaidi
(2016).
3.6 Manajemen Pakan Induk
Menurut Sarifin MS (2014), ikan mas tergolong omnivora, yakni mampu
memanfaatkan sumber pakan nabati maupun hewani untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Pakan induk yang diberikan berupa pakan buatan atau pelet
dengan kadar protein 28-32% sebanyak 2-3% dengan frekuensi pemberian 3 kali
dalam sehari. Pakan yang baik akan memberikan waktu pemulihan yang relatif
lebih cepat dibandingkan pakan sekadarnya. Umumnya, induk betina ikan mas
mempunyai waktu recovery dalam memproduksi telur sekitar 3 bulan (Nudiyal
2011).
8
3.7 Pemijahan
Menurut Ismail dan Khumaidi (2016), Pemijahan dapat dilakukan dengan
perbandingan induk jantan dan betina (1 : 1) atau (2 : 1). Pada proses pemijahan
induk ikan mas di SPKPD Wanayasa dilakukan pemijahan terhadap 11 ekor induk
jantan dengan bobot 3,368 kg dan 2 ekor induk betina dengan bobot 8,469 kg.
Perbedaan jumlah berat induk jantan disesuaikan dengan jumlah sperma yang
tedapat pada induk jantan, hal tersebut bertujuan untuk memperoleh tingkat
fekunditas yang besar. Djuhanda (1981) dalam Unus (2010) mengemukakan
bahwa besar kecilnya fekunditas dipengaruhi oleh makanan, ukuran ikan dan
kondisi lingkungan, serta dapat juga dipengaruhi oleh diameter telur. Selain itu
juga disebabkan oleh kenaikkan suhu yang ekstrim dan kadar amoniak yang tinggi.
3.8 Manajemen Pakan Larva
Menurut Makmur (2004), kandungan nutrisi yang terdapat pada pakan
sangat berpengaruh terhadap hasil panen, yang merupakan tujuan akhir pada
budidaya. Pakan yang diberikan untuk larva ikan mas adalah pakan alami berupa
artemia. Menurut Nuryati et al (2013) 1 ekor larva ikan mas dapat memakan 10
ekor artemia.
3.9 Hama dan Penyakit
Hama yang ditemukan menyerang ikan Mas terutama pada stadia benih
adalah ular, katak, belut, dan biawak (Ismail dan Khumaidi, 2016). Penyakit yang
biasa menyerang ikan mas adalah virus, bakteri, jamur dan parasit. Salah satu
penyakit yang menyerang ikan mas adalah penyakit Motile Aeromonas
Septecemia. Menurut Stevenson (1998) Motile Aeromonas Septecemia yang
disebabkan Aeromonas hydrophila merupakan penyakit ikan sistemik. Infeksi
terjadi apabila inang mengalami Immunosupressed karena stres atau terinfeksi
patogen lainya dan penurunan kualitas air.
3.10 Kualitas Air
Menurut Effendi (2003), okisgen terlarut yang baik bagi perumtubuhan ikan
adalah >5 mg/L. Nilai ini masih berada dalam rentang nilai oksigen KEPMEN No
27 (2016) yaitu rentang nilai oksigen terlarut 3-5 mg/L. Oksigen dipengaruhi oleh
suhu, semakin tinggi suhu di dalam air, maka semakin berkurang kandungan
oksigen di dalam air (Eva, 2018).
9
BAB IV METODE PRAKTIK KERJA LAPANG
10
9 Ember (kecil dan besar) Digunakan untuk menampung sementara ikan
(benih atau induk), dan untuk wadah pakan ketika
pemberian pakan
4.2.2 Bahan
Bahan−bahan pendukung yang akan digunakan dalam pelaksanaan mulai
dari pemeliharaan induk sampai dengan proses pemijahan dapat dilihat dalam
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Bahan yang Akan Digunakan Untuk Melakukan Pembenihan Ikan Mas
No Jenis bahan Kegunaan
1 Induk ikan mas Marwana Biota yang digunakan
11
permasalahan yang ditemukan khususnya berkaitan dengan pembenihan ikan
Mas Marwana.
4.3.1 Observasi Data
Observasi Data yang dilakukan ialah pengamatan secara langsung tanpa
menggunakan alat bantu, terhadap kegiatan pembenihan ikan mas Marwana yang
dilakukan seperti persiapan alat dan wadah budidaya, pemeliharaan dan juga
pemanenan.
4.3.2 Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan data
melalui cara tanya jawab dengan karyawan dan juga teknisi mengenai kegiatan
pembenihan ikan Mas Marwana.
4.3.3 Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan adalah dengan cara terlibat secara langsung
ke lapangan dan mengambil data dengan cara mengambil foto-foto seluruh
kegiatan dilapangan.
4.3.4 Studi Literatur
Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relefan dengan kasus
atau permasalahan yang ditemukan
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Protein 32%
2 Serat kasar 6%
3 Lemak 5%
4 Abu 12%
Sumber : www.sintafeed.com
13
5.3 Seleksi Induk
Ikan mas yang akan dipijahkan harus memenuhi kriteria yang baik. Induk
ikan mas yang baik yaitu induk ikan mas yang sehat dan matang gonad. Oleh
karena itu dilakukan seleksi induk. Kriteria induk ikan mas betina yang siap
dipijahkan minimal harus berumur 2-5 tahun dengan berat minimal 2 kg.
Sedangkan induk jantan minimal berumur 1,5 tahun dengan berat 1-2 kg. kegiatan
seleksi induk meliputi seleksi kesehatan, seleksi gonad dan sperma, dan seleksi
kelamin. Perbedaan ikan mas Marwana jantan dan betina disajikan pada Gambar
6. Sedangkan ciri ikan mas Marwana jantan dan betina disajikan pada Tabel 5.2.
Betina Jantan
Badan membulat
Badan lebih ramping
Perut lembek terasa berisi
14
5.4 Persiapan Pemijahan
Langkah awal dalam pemijahan adalah penyiapan wadah untuk ikan mas
memijah. Persiapan pemijahan dimulai dengan penyiapan hapa yang berukuran
8×4×2 sebagai wadah untuk ikan mas memijah. Setelah itu dilakukan penyusunan
kakaban (berbahan dasar ijuk) sebagai substrat telur ikan mas. Kakaban yang
dibutuhkan untuk ikan mas yaitu untuk 1 kg induk betina di butuhkan 5−7 kakaban,
kemudian kakaban disusun dan diberi pemberat untuk menahan dari pergeseran
tempat, posisi kakaban di letakan 5−10 cm dibawah permukaan air. Contoh
kakaban yang digunakan untuk pemijahan di disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 kakaban
5.5 Pemijahan
Pemijahan yang dilakukan di SPKPD Wanayasa menggunakan induk ikan
mas Marwana. Perbandingan induk jantan dan betina ikan mas menggunakan
perbandingan nisbah kelamin yaitu 1:1 dalam hitungan kilogram. Sistem
pemijahan yang diterapkan di SKPD Wanayasa adalah dengan menggunakan
sistem pemijahan alami. Dalam proses pemijahan yang dilakukan di SKPD
Wanayasa berat induk jantan 3,3 kg/11 ekor dan induk betina 8,4 kg/2 ekor. Proses
pemijahan ikan mas berlangsung sekitar pukul 00.00 - 01.00, Proses pemijahan
berlangsung ditandai dengan adanya percikan air pada permukaan. Menurut
Ismail dan Khumaidi (2016), ikan mas memijah pada pukul 22.00 sampai
menjelang subuh. Data morfometrik berat dan panjang induk jantan ikan mas
Marwana disajikan pada Tabel 5.3
15
Tabel 5.3 Data berat dan panjang induk jantan ikan mas Marwana Ginogenesis
No Berat (g) Panjang (Cm)
1 171,0 22,8
2 343,6 27
3 372,6 29
4 518,5 29,8
5 427,4 29
6 237,8 25
7 474,2 29
8 118,5 21
9 314,1 26
10 196,0 23
11 194,3 22
5.6 Paska Pemijahan
Setelah ikan mas memijah, kakaban yang berisi telur dicuci kemudian
dipindahkan ke kolam penetasan. Kemudian induk ikan mas betina ditimbang
untuk mengetahui fekunditas atau jumlah telur yang dikeluarkan induk. Sutisna
dan Sutamanto (1995) dalam Firmansyah (2011) mengungkapkan bahwa
fekunditas adalah jumlah telur masuk sebelum dikeluarkan pada saat ikan
memijah. Kemudian telur diambil 1 g untuk sampling. Nilai yang diperoleh di hitung
menggunakan rumus Menurut (Seifali dan Esmaeili, 2012).
𝐺𝑊
F= Fs x 𝐺𝑆
1500 𝑔
F= 429 butir x 1𝑔
F= 643.500 butir
Keterangan:
F= Fekunditas
Fs= jumlah telur sampling
Gw= berat gonad
Gs= Berat telur sampling
16
5.7 Penetasan Telur
Waktu penetasan telur yang diamati yaitu berkisar 31 jam. Penetasan telur
di SPKPD wanayasa lebih cepat dibanding waktu menurut (SNI 01- 6137 – 1999)
yaitu waktu penetasan telur ikan mas berkisar 45 jam. Pada saat pengamatan
dilapangan didapatkan banyak telur yang tidak terbuahi yang ditandai dengan
warna telur yang pucat, hal ini dikarenakan kurangnya sperma induk jantan untuk
membuahi telur induk betina. Pada saat penetasan telur dilakukan pengamatan
menggunakan mikroskop setiap 4 jam sekali dan ketika telur akan menetas
pengamatan dilakukan setiap 2 jam sekali. Standar Kualitas air yang baik untuk
penetasan telur ikan mas menurut ketentuan (SNI 01- 6137- 1999) yaitu DO
(Disolved oxygen) minimal 5 mg/L, suhu 25oC – 30oC, pH (derajat keasaman) 6,5
– 8,5. Pada saat penetasan terlihat perubahan dari telur hingga menetas menjadi
larva. Perubahan telur menjadi larva disajikan pada Tabel 5.4
Tabel 5.4 Proses embriogenesis telur ikan mas Marwana.
Gambar
Gambar
Waktu Fase Pengamata Deskripsi
Literatur
n
17
22.00 Gastrulasi Mulai terlihat bahwa
sel-sel yang sudah
terus membelah akan
menjadi suatu lapisan
yaitu ectoderm,
mesoderm dan
endoderm
18
Setelah menetas larva ikan mas tidak langsung di beri pakan alami karena
larva ikan mas masih memiliki kuning telur (yolk egg). Hal ini sesuai dengan
pendapat (Djarijah, 2001), larva yang menetas tidak langsung diberi pakan karena
masih ada kandungan kuning telurnya. Pemberian pakan alami berupa artemia
dilakukan ketika kuning telur yang menempel pada larva habis. Frekuensi
pemberian artemia yaitu 3 kali sehari. Menurut Nuryati et al (2013) 1 ekor larva
ikan mas dapat memakan 10 ekor artemia.
5.9 Sampling
Ikan mas mengalami pertumbuhan pada masa pemeliharaan, dari hari ke
satu sampai hari ke 14.. berikut kurva pertumbuhan panjang ikan mas Marwana.
Pertumbuhan
0.9
1 0.8
0.7 0.75
0.8 0.6
0.6
0.4
0.2
0
1 4 7 10 14
Hari ke-
Pertumbuhan ikan mas pada hari ke satu sebesar 0.6 cm, pada hari ke
empat pertumbuhan panjang ikan mas sebesar 0.7 cm, pada hari ke tujuh
pertumbuhan panjang ikan mas sebesar 0.75 cm, pada hari ke 10 pertumbuhan
panjang ikan mas sebesar 0.8 cm, dan pada hari ke 14 pertumbuhan panjang ikan
mas sebesar 0.9 cm.
5.10 Pemanenan Larva
Pemanenan dilakukan setelah 14 hari masa pemeliharaan. Larva yang
telah dipanen kemudian di sampling untuk mengetahui jumlah total larva dan bobot
pertumbuhan larva ikan mas. Larva yang di dapat setelah masa pemeliharaan
berjumlah 11.520. Setelah larva ikan mas di panen kemudian di packing dan di
berikan hormon testosteron. Larva yang masih hidup dapat dilihat pada
perhitungan Rumus SR menurut Effendi (1997).
19
𝑁𝑡
SR (%) = No x 100%
11.520
SR (%) = 50.270 x 100%
20
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pemijahan yang dilakukan di SPKPD Wanayasa menggunakan teknik
pemijahan alami. Induk ikan mas yang dipijahkan merupakan induk unggul.
Pemijahan menggunakan induk ikan mas Marwana ginogenesis. Hasil dari
pemijahan didapatkan Fekunditas 643.500 butir. Hatching rate 50.273 telur. Dan
Survival rate 22,92%.
6.2 Saran
Pada saat pemeliharaan larva dibutuhkan genset untuk menunjang
kelangsungan hidup larva dan pakan alami yang lebih ekonomis untuk
memangkas biaya produksi selain suhu kurang stabil perlu diatasi dengan
penggunaan water heater lebih di optimalkan dan pemanfaatan artemia yang
bagus untuk menunjang proses pemeliharaan ikan sehingga perlu ditingkatkan
keterampiln pemijahan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Unus F. 2010. Analisis Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Malalugis Biru
(Decapterus macarellus cuvier, 1833) Di Perairan Kebupaten Banggai
Kepulauan, Propinsi Sulawesi Tengah. Fakultas Ilmu kelautan dan
perikanan Unhas, Makasar. 35 hal.
Wicaksono, P., H. Enang., E. Rizal. 2005. Pengaruh Padat Tebar Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Nilem Osteochilus hasselti
C.V. yang Dipelihara Dalam Keramba Jaring Apung Di Waduk Cirata
Dengan Pakan Perifiton. Skripsi. Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
23
LAMPIRAN
24
Lampiran 1. Jurnal kegiatan Praktik Kerja Lapang
25
Senin, 06 Mei - Apel pagi - 7.30
- Pemberian pakan ikan - 8.30
- Panen ikan - 9.00
26
Selasa, 21 Mei - Apel pagi - 7.30
- Pemberian pakan ikan - 8.30
- Pemanenan larva ikan - 9.00
- Membersihkan waring hapa - 13.00
27
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan
28