OLEH :
NURSALINA R. MAKKITA
17061008
..............................
Mengetahui
Kepala Seksi Uji Terap Teknis Dan Kerja Sama
BPBAT Tatelu
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penyusun dapat penyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan judul “Teknik Pembenihan Ikan Mas
(Cyprinus carpio)) Di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Tatelu,
Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini dibuat semaksimal mungkin dengan berusaha menghindari
kesalahan dan kekurangan, karena penyusun menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dari penyusunan laporan ini baik dari segi materi maupun teknik
penyajiannya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan penyusun demi kesempurnaan penyusunan laporan ini.
Pada akhirnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan dalam penyusunan laporan ini, oleh karena kerja
samanya maka laporan ini dapat terselesaikan. Pihak yang dimaksud antara
lain:
1. Ayah (Rahman Makkita) dan Ibu (Salma Kattu). Serta saudara dan keluarga
yang telah memotifasi, mendoakan selama saya berada dalam kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL)
2. Bapak Ir Tasruddin, S.Pi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Perikanan Budidaya
Perairan
3. Bapak Rapiuddin, S.Pi. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan
saran untuk kesempurnaan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini di
BPBAT Tatelu.
4. Ibu Yanti Mutalib, S.Pi., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan nasehat, arahan serta bimbingan kepada penyusun.
5. Fernando J. Simanjuntak, S.St.Pi. selaku Kepala Balai Perikanan Budidaya
Air Tawar (BPBAT) Tatelu yang telah menerima penyusun untuk
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
ii
6. Maman Suparman, S.St.Pi. selaku Pembimbing Lapangan yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penyusun dalam kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL)
7. Tim divisi serta pegawai dan tenaga kontrak BPBAT Tatelu yang telah
membantu penyusun selama berada di lokasi
8. Rekan dan teman-teman yang telah memberikan motivasi kepada penyusun
selama melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan.................................................................................2
1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan...............................................................................2
iv
4.2.5. Hama Yang Terdapat pada Kolam Pembenihan Ikan Mas di BPBAT
Tatelu.28
BAB V PENUTUP.............................................................................................................29
5.1. Kesimpulan................................................................................................................29
5.2. Saran...........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
No Teks Hal
1. Alat yang digunakan selama kegiatan PKL...............................................................9
2. Bahan yang digunakan selama kegiatan PKL............................................................9
3. Prosedur kerja pembenihan ikan Mas........................................................................
9
4. Sarana dan Prasarana BPBAT Tatelu (Sumber: Profil BPBAT Tatelu).....................17
5. Bobot induk yang digunakan untuk pemijahan di BPBAT Tatelu............................18
6. Nilai fekunditas pemijahan di BPBAT Tatelu............................................................22
7. Nilai HR pemijahan di BPBAT Tatelu......................................................................23
8. Perkembangan larva ikan mas....................................................................................23
9. Padat tebar kolam P1..................................................................................................26
10. Pemeliharaan benih P1 ikan Mas...............................................................................26
11. Nilai SR pemanenan benh Ikan Mas..........................................................................27
vi
DAFTAR GAMBAR
No Teks Hal
1. Benih Ikan Mas..........................................................................................................3
2. Peta Lokasi BPBAP Tatelu, Sulawesi Utara(Sumber: Geogle Map 2018)................13
3. Struktur Organisasi BPBAT Tatelu...........................................................................15
4. Persiapan kakaban......................................................................................................20
5. Bak pemijahan ikan Mas............................................................................................20
6. Kakaban yang telah diletakkan dalam bak pemijahan...............................................21
7. Telur ikan Mas yang menempel Pada kakaban..........................................................23
8. Persiapan kolam Pendederan P1................................................................................25
9. Hama yang terdapat pada kolam pembenihan ikan mas............................................28
vii
BAB I
PENDAHULUAN
budidaya ikan, sebab usaha pembenihan dapat mensuplai benih terhadap usaha
budidaya ikan untuk setiap musim tanam. Dalam kegiatan budidaya pembenihan
memiliki posisi sangat penting dikarenakan kelangsungan hidup suatu benih dan
pembenihan ikan bukan hanya ditentukan oleh daya ukur sumber daya hayati
Ikan mas termasuk salah satu komoditi perikanan air tawar yang
berkembang pesat dari waktu ke waktu. Ikan mas disukai karena rasa dagingnya
yang enak, gurih, serta mengandung protein yang cukup tinggi. Ditinjau dari
1
konsumsi dari tahun ketahun. Dari segi nilai jual, harga ikan mas biasanya selalu
lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual ikan air tawar jenis lain. Tingginya
harga ini tentunya berkaitan dengan tingginya permintaan pasar. Dari segi
benih, baik untuk benih yang akan dipelihara untuk kegiatan pendederan, maupun
benih yang akan dipelihara untuk kegiatan pembesaran. Karena itu, tidak
Benih ikan mas yang unggul dalam kualitas dan kuantitas tidak lepas dari
mendapat benih secara kontinu yang memenuhi permintaan pasar, sehingga dapat
lain tidak akan dapat berjalan karena kegiatan pendederan dan pembesaran sangat
pembesaran benih juga memerlukan penanganan yang baik agar benih ikan mas
yang dihasilkan dapat tumbuh dengan optimal, sehingga dapat memenuhi standar
Tujuan dari praktek kerja lapangan ini yaitu untuk mengetahui teknik
2
1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Manfaat yang bisa di ambil dari praktek kerja lapangan ini antara lain, yaitu
selain tercapainya tujuan dari praktek kerja lapangan ini, mahasiswa peserta
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed).
4
terbentuk atas tiga baris gigi geraham. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan
mas ditutupi sisik, kecuali pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit
sisik. Sisik ikan mas berukuran besar dan digolongkan kedalam sisik tipe sikloid
dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi, letak sirip punggung
mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya
bergerigi. Garis rusuknya (linea lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap,
berada di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) berupa perairan tawar yang
airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran
sungai atau danau. Ikan ini hidup dengan baik di daerah dengan ketinggian 150-
600 meter diatas permukaan air laut dengan suhu air 25-30 oC. Walaupun
tergolong ikan air tawar, ikan mas kedang-kadang juga ditemukan diperairan
payau atau muara sungai dengan salinitas mencapai 25-30‰ (Khairuman dan
Khairul, 2008).
Makanannya antara lain tumbuhan air dan binatang renik. Namun, makanan
utamanya adalah tumbuhan yang tumbuh di dasar perairan dan di tepi perairan
5
2.1.4. Perkembangbiakan Ikan Mas
Pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung
pada musim. Namun, di alam ikan mas biasanya memijah pada awal musim
hujan, saat muncul rangsangan dari aroma tanah kering yang kemudian tergenang
air. Secara alami, proses pemijahan terjadi pada malam sampai menjelang pagi
hari. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas menjadi aktif mencari tempat
yang rimbun dengan tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air.
Substrat berupa tanaman air atau rerumputan inilah yang nantinya akan dijadikan
sebagai lokasi memijah dan menempelkan telur yang dihasilkan (Khairuman dan
Khairul, 2008).
bervariasi, tergantung umur serta ukuran bobot induk. Namun secara umum
diameter telur mencapai 1,5-1,8 mm dengan berat 0,17-0,29 mg. Dalam waktu 2-3
hari, telur-telur ikan mas akan menetas dan tumbuh menjadi larva berukuran 0,5-
0,6 mm dengan berat 18-20 mg. Larva-larva ini memiliki kantong kuning telur
sebagai cadangan makanan, yang akan habis dalam 2-4 hari. Larva ikan mas
2008).
Setelah 4-5 hari, larva-larva tersebut akan berubah menjadi kebul. Pada
stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan pakan dari luar untuk menunjang
seperti rotifera, moina, dan daphnia. Dosis perharinya 60-70% dari total beratnya
6
Setelah 2-3 minggu, kebul akan tumbuh menjadi burayak dengan panjang
1-3 cm dan berat 0,1-0,5 gram. Setelah 2-3 minggu kemudian, burayak tumbuh
menjadi putihan dengan panjang 3-5 cm dan berat 0,5-2,5 gram. Tiga bulan
gram per ekor. Gelondongan ini akan terus tumbuh dan menjadi induk. Induk
Kualitas air, yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen lain dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter,
parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan
1. Suhu
suhu pada kolom air dengan kedalaman tertentu dapat dilakukan dengan
kisaran suhu tertentu (batas atas dan batas bawah) yang disukai bagi
7
adalah 20oC – 30oC sementara kisaran temperatur yang baik bagi
2. Oksigen Terlarut
Oksigen (O2) merupakan salah satu unsur yang vital dan sangat
dapat terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya
Kadar oksigen (O2) terlarut dalam perairan tawar berkisar antara 15 mg/l
pada temperatur 0oC dan 8 mg/l pada temperatur 25 oC. Sedangkan, kadar
oksigen (O2) terlarut dalam perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/l
(Effendi, 2003).
3. pH
(Effendi, 2003).
8
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh
makhluk yang menyerang dan memangsa ikan yang biasanya mempunyai ukuran
tubuh yang lebih besar dari ikan itu sendiri. Hama sering menyerang ikan bila
saluran pemasukan air maupun sengaja datang melalui pematang untuk memangsa
Hama adalah istilah yang luas yang digunakan untuk hewan yang tidak
diinginkan untuk beberapa alasan, mungkin jumlahnya yang terlalu banyak, atau
ditempat yang salah atau memiliki efek negatif tertentu. Hewan yang dianggap
sebagai hama atau sumberdaya, hama yaitu hewan yang berada di satu tempat
pada satu waktu dan mungkin tidak terdapat di tempat lain. Memang, suatu hewan
sangat dihargai di satu tempat namun mungkin juga dianggap hama di tempat lain
Secara umum, hama ikan dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan
1. Predator
selalu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya atau jika
9
predatornya berukuran kecil, biasanya memiliki “senjata” yang
ada juga yang sekedar mampir di areal budidaya tersebut dalam rangka
lainnya). Jenisnya dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis
kuntul, blekok, ibis, burung raja udang, dan sebagainya, anjing, katak
2. Kompetitor
ikan mujair (Tilapia mossambica). Spesies ikan mujair ini selain rakus
10
selain dapat menyebabkan terjadinya persaingan untuk mendapatkan
spp.), kepiting (Scylla serrata), katak (pada fase berudu), keong, dan
sebagainya.
3. Pengganggu/Pencuri
seperti saat sampling yang tidak sesuai aturan atau cara panen yang
kurang baik.
areal pembenihan dan pendederan ikan dimana golongan hewan ini akan
11
menyerang dan memangsa larva dan benih ikan. Predator benih ikan ini
ada yang tinggal menetap di sekitar kolam dan ada pula yang hanya
ikan ada yang memakan atau menyantap langsung benih ikan secara utuh
dan ada pula yang mematikan target terlebih dahulu beberapa waktu
kemudian dimakan setelah menjadi bangkai. Selain itu, ada juga predator
benih ikan yang hanya mematikan benih ikan untuk dihisap darah atau
cairan tubuhnya, sementara tubuh benih yang sudah mati tidak dimakan
12
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
(BPBAT), Jl. Pinilih, Desa Tatelu, Jaga VI, Kecamatan Dimembe, Kabupaten
Alat yang digunakan selama kegiatan praktek kerja lapangan ini dapat
13
3.2.2. Bahan yang Digunakan Selama Kegiatan PKL
Bahan yang digunakan selama kegiatan praktek kerja lapangan ini dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Bahan yang digunakan selama kegiatan PKL
No Nama Bahan Kegunaan
1 Ikan mas Sebagai objek pengamatan
2 Air tawar bersih Sebagai media hidup ikan mas
3 Bak beton uk 1,5x5x1m Sebagai wadah pemijahan
4 Pakan Sebagai makanan untuk ikan mas
5 Pupuk organik Untuk menyuburkan tanah dasar kolam
6 Kapur dolomit Untuk menetralkan pH
14
pengeluaran air
‐ Padat tebar larva
‐ Pemberian pakan untuk larva
‐ Kualitas air
‐ Lama pemeliharaan larva
6. Pemanenan ‐ Persiapan alat-alat pemanenan
‐ Waktu pemanenan
‐ Cara pemanenan
‐ Pemindahan larva ke kolam
pendederan
Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adapun metode yang
4. Sumber Data
(PKL) ini, berupa data primer dan sekunder yang antara lain:
a. Data Primer
15
b. Data Sekunder
a) Fekunditas
G.x
F =
g
keterangan :
Hatching Rate (HR) adalah daya tetas telur atau jumlah telur yang
HR = (JTM/JTB) x 100%
Keterangan :
16
JTM : Jumlah telur yang menetas
sebagai berikut :
SR = (N ₁ /N ₀ ) x 100%
Keterangan :
17
BAB IV
Pinilih, Desa Tatelu, Jaga VI, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara,
Provinsi Sulawesi Utara tepatnya berada di kaki Gunung Klabat bagian Utara
yang dapat ditempuh dengan perjalanan darat ± 15 km dari Bandar udara Sam
18
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Talawaan.
BPBAT Tatelu sendiri yaitu 14,18 Ha dengan ketinggian 328 dpl. BPBAT Tatelu
dapat dibedakan dalam 3 Tofografi lahan. Lahan sebelah barat seluas 3,5 Ha
merupakan lahan yang relatif rata dan merupakan bagian tertinggi, pada lahan ini
lainnya. Pada lahan seluas 5,18 Ha yang ada di bagian tengah relatif lebih rendah
untuk areal ini dibuat unit-unit perkolaman. Sedangkan disebelah timur dengan
luas 5,5 Ha terdapat sungai sebagai sumber air perkolaman berasal dari mata air
berpasir. Sumber air yang dipergunakan untuk perkolaman berasal dari aliran air
sungai Gunung Klabat. Pada bagian hulu ditahan dengan cekdam atau bendungan
dengan panjang 25 meter dan lebar 6 meter, debit air yang Masuk dari bendungan
dalam tandon lalu dialirkan kembali ke kolam-kolam melalui saluran yang terbuat
dari tembok.
tahun 1976. Lembaga ini diberi nama (BBI) Balai Benih Ikan Sentral Tatelu dan
19
Utara. Pada tahun 1995, BBI Tatelu diubah namanya menjadi (LBAT) Loka
Budidaya Air Tawar Tatelu yang secara struktural berada di bawah Direktorat
keberadaan LBAT diubah namanya menjadi (BBAT) Balai Budidaya Air Tawar
ditingkatkan menjadi Eselon III dengan nama Balai Perikanan Budidaya Air
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu adalah salah satu
20
4.1.3. Visi dan Misi.
Nasional”
teknologi inovatif.
KP/2014, struktur organisasi BPBAT Tatelu terdiri dari Kepala Balai, Subbagian
Tata Usaha, Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama, Seksi Pengujian dan
21
Gambar 3. Struktur Organisasi BPBAT Tatelu.
Tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) dari struktur organisasi yang ada di
Teknik dan Kerja Sama, Produksi, Pengujian Laboratorium Kesehatan Ikan dan
KP/2014, Pasal 52 ayat (1) huruf c mempunyai tugas melakukan Penyiapan Bahan
22
c. Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama.
Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama dalam Peraturan Menteri Kelautan
Teknis Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis dalam Peraturan Menteri Kelautan
Produksi Induk Unggul, Benih Bermutu dan Sarana Produksi serta Bimbingan
Air Tawar, Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan, Pengawasan Perbenihan dan
Pembudidayaan dan Penyuluhan serta Kegiatan lain sesuai Tugas masing - masing
23
4.1.6. Sumber Daya Manusia.
Balai perikanan budidaya air tawar tatelu dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya telah memiliki tenaga teknis dan tenaga administrasi dengan jumlah
Sumber air dan tata pengairan kolam. Sumber air yang di pergunakan
untuk perkolaman berasal dari aliran sungai talawaan dari gunung klabat. Pada
bagian hulu ditahan dengan cekdam atau bendungan dengan panjang 25 m dan
lebar 6 m, debit air yang masuk dari bendungan air tersebut pada musim
meneyidakan beberapa saran dan prasarana. Saraa dan prasarana dapat di lihat
24
Karam bajaring apung 6x6 dan 3x3 62 Akuatik dan bambu
100 m2 dan 500
Tandon posok 3 Opresional
m m2
Gudang pakan 2 Gudang dan kontainer
2
Gedung layan informasi 287 m
Gedung serbaguna (display) 120 m2
Gedung pelatihan 200 m2
Rumah dinas 41 unit
Asrama 3 unit
Ruang generator 287 m2
Laboratorium 120m2
Kendaraan opresional Innova
Kendaraan oprasional Toyota hi-lux
Kendaraan oprasional Kia travel
Kendaraan oprasional Trukhinodruto
Excavator Sumitomo SC -75
Excavator Hitachi taxis
Oprasional pengawasan perikanan
Motor
perkantoran
Kendaraan oprasional Mazda E200
(Sumber: Profil BPBAT Tatelu)
4.2. Pelaksanaan Kegiatan Pembenihan (P1) Ikan Mas
Pelaksanaa Praktek Kerja Lapangan (PKL) mengenai teknik pembenihan
ikan mas (Cyprinus carpio L) di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT)
Desa Tatelu, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi
Sulawesi Utara adalah sebagai berikut:
4.2.1. Persiapan Pemijahan
a. Seleksi Induk
Kualitas induk yang baik diperlukan untuk menghasilkan bibit yang
unggul. Oleh karena itu diperlukan adanya seleksi induk. Seleksi induk
yang dilakukan di BPBAT Tatelu bertujuan mengetahui induk ikan yang
matang gonad dan siap memijah serta mengetahui kualitas dari induk
tersebut.
Pada pemijahan kali ini induk betina ikan mas siap dipijahkan dengan
perbandingan 1:1 kg, induk betina berumur 2 tahun sedangkan induk
jantan umur 1,5 tahun, tidak sakit atau mengalami cacat pada tubuh
dengan berat tubuh sebagai berikut :
25
Tabel 5. Bobot induk yang digunakan untuk pemijahan di BPBAT Tatelu
BETINA Bobot Induk (gr) Jumlah (ekor)
1. 3120 1 ekor
2. 3743 1 ekor
BAK 1 3. 3968 2 ekor
4. 3650 2 ekor
Jumlah total = 14.481 6 ekor
gr
1. 3364 2 ekor
BAK 2 2. 4453 2 ekor
3. 2990 2 ekor
Jumlah total = 10.807 6 ekor
gr
1. 2680 2 ekor
BAK 3 2. 5921 4 ekor
dengan kriteria kuantitatif SNI 01-6130-1999. Umur pertama induk ikan mas
matang gonad sesuai SNI adalah jantan berumur 8 bulan dan betina berumur 18
26
bulan, berat tubuh pertama matang yaitu jantan 500/ekor gr dan betina 2500/ekor.
Sedangkan menurut informasi di BPBAT Tatelu yaitu pada umur 1,5-2 tahun
untuk induk betina dan 10 bulan sampai 2 tahun untuk induk jantan. Hal ini
menandakan bahwa induk ikan mas akan menghasilkan telur dengan kualitas dan
kuantitas yang baik apabila induk yang digunakan sudah benar-benar matang
gonad.
Adapun ciri-ciri induk sudah matang gonad secara fisik, dapat ditandai
dengan perutnya mengembang kearah lubang urogenital bila diraba lebih lembek,
lubang urogenital berwarna agak kemerah-merahan, tutup insang bila diraba lebih
kasar. Sedangkan induk jantan ditandai dengan bila perut diurut dari arah kepala
ke anus akan keluar cairan berwarna keputih-putihan, dan tutup insang bila diraba
terasa kasar.
Kriteria induk yang baik yang dilaksanakan pada saat PKL di BPBAT
Tatelu :
Induk Betina
lubang kelamin,
‐ Umur 1,5-2 tahun, berat tubuh induk seperti pada tabel di atas,
27
Induk Jantan
‐ Alat kelamin relatif kecil dan seolah-olah menyatu dengan lubang anus,
Maka, hal ini telah sesuai dengan SNI 01-1630-1999 kriteria kualitatif.
a b
b. Persiapan Kakaban
menggunakan tali dan bambu atau kayu agar kakaban tersebut mengapung.
Hal tersebut bertujuan agar telur yang dihasilkan ikan mas tidak dimakan
kembali oleh induk. Dikarenakan telur yang dihasilkan ikan mas tidak
28
‐ Bak A8 : kondisi 60% berjumlah 10 kakaban
Bak pemijahan yang digunakan pada BPBAT Tatelu adalah bak tembok
cm, suhu 26°C, nilai pH 7,60, oksigen terlarut 4,5 mg/l. Hal tersebut sesuai
dengan (SNI 01- 6133 – 1999) yaitu ketinggian standar untuk pengisian air
adalah 50-70 cm, suhu 25°C-30°C, nilai pH 6,5-8,5, dan oksigen terlarut
pemanenan larva.
29
Menurut Djarijah (2001), penetasan telur didalam hapa dapat dikontrol
lebih baik dari pada penetasan telur ikan di kolam terbuka. Biasanya,
penetasan telur ikan di dalam happa memiliki daya tetas lebih tinggi dan
Pelepasan induk jantan dan betina dilakukan pada pagi hari saat suhu
dalam keadaan normal (tidak panas) agar induk tidak mengalami stres.
Menurut Ismail dan Khumaidi (2016), waktu pelepasan induk yang baik
yaitu pada waktu pagi dan soreh hari karena pada waktu tersebut suhu
30
4.2.2. Pemijahan Dan Penetasan Telur Ikan Mas
a. Pemijahan
dengan meletakkan induk jantan dan induk betina dalam bak pemijahan
ikan mas terjadi ditandai dengan bunyi percikan air yang dihasilkan akibat
Menurut Ismail dan Khumaidi (2016), ikan mas memijah pada pukul
tengah malam pada kakaban dan waring dan diikuti oleh induk jantan yang
yaitu 24.778 gr. Tujuan dari pemisahan induk setelah memijah yaitu agar
telur yang baru menempel tidak dimakan oleh induk kan mas.
b. Penanganan Telur
31
Setelah induk dipindahkan dari pak pemijahan, selanjutnya dilakukan
pada ikan mas dengan cara menimbang bobot telur sampel dan dilakukan
bak pemijahan selama ±3x24 jam. Untuk kakaban yang telah terisi telur
diberi beban batu dan dikaitkan pada tiang agar kakaban berada pada
agar suhu yang didapat oleh telur ikan mas stabil. Selanjutnya melakukan
stabil.
c. Penetasan Telur
jam. Dengan memperhatikan kualitas air seperti pH dan suhu agar telur
menjadi larva stabil dan tidak terjadi mortalitas. Dalam tahap penetasan
32
telur tercatat rata-rata untuk DO adalah 5,8 mg/l, rata-rata pH adalah 7,8
dan rata-rata suhu yaitu 27,5oC. Pernyataan diatas sesuai dengan ketentuan
(SNI 01- 6133 – 1999) untuk penetasan telur yaitu pH rata-rata 6,5-8,5.
beriklim dingin. Di daerah sub tropis, masa inkubasi telur ikan mas
berkisar 3-4 hari. Sedangkan, masa inkubasi telur ikan mas di Indonesia
hanya berkisar 24-48 jam (1-2 hari). Oleh karena itu pada hari ketiga
kakaban harus segera diangkat dan telur-telur yang tidak menetas atau
jumlah ekor secara manual. Maka diperoleh hasil jumlah larva pada 1 gr
33
dilakukan penimbangan berat keseluruhan larva, maka diperoleh hasil
Daya tetas telur pada induk ikan mas yang terjadi di BPBAT Tatelu
d. Perawatan Larva
Perawatan larva merupakan hal yang penting dalam pembenihan ikan
fase yang paling kritis dalam budidaya ikan karena larva ikan mempunyai
habis.
dalam bak penetasan telur selama 3 hari sambil menunggu pakan alami
larva. Berikut perkembangan larva ikan mas sejak H+1 penetasan s/d H+3
penetasan :
34
kuning telur (yolk
egg)
Menurut Djarijah (2001), Larva ikan hasil tetasan dibiarkan hidup dan
perut larva cukup menyediakan sumber energi selama 3-4 hari. Pada kehidupan
awal ini, larva bergerak dan berenang dengan menggerakkan ekornya. Setelah
makanan cadangan menipis, maka larva dapat segera di tangkap dan dipindahkan
ke kolam pendederan.
panen.
a. Persiapan kolam
35
Jenis kolam pemeliharaan larva P1 yaitu semi intensif yang berukuran
sisa-sisa organisme yang masih tersisah yang dapat bersifat hama. Setelah
untuk menumbuhkan pakan alami berupa plankton untuk makan larva ikan
kapur Tohor (kapur pertanian) dengan dosis 9 kg/180 m² atau 50 gr/m² dan
pupuk organik 500 gr/m² dan kapur 50 gr/m². Maka pemberian kapur dan
standar SNI.
36
Tahap terakhir adalah pemasangan saringan pada pintu air. Larva ikan
mas yang masih kecil sangat lemah dan mudah hanyut dalam aliran air
a b c
d e f
saluran inlet dan outlet, yang dilanjutkan dengan pengairan ±70-80 cm. Ada dua
cara pengelolaan air pada awal pengisian kolam. Pertama, didisi air setinggi 5 cm
b. Penebaran Larva
atau benih ikan sebaiknya dilakukan pada pagi hari ketika perbedaan suhu
air dan udara relatif kecil dan diffusi oksigen tidak terhambat. Dalam
37
kondisi terpaksa, pemindahan dan penebaran larva dapat dilakukan siang
berupa daun kelapa atau daun pepaya dan tingkat kepadatan larva dalam
melayang dalam kolam. Seketika itu pula, larva atau benih ikan yang sehat
38
Pekerjaan rutin dalam pendederan (pemeliharaan) larva/benih ikan
d. Pemanenan
minggu ke tiga setelah penebaran, dimulai pada pagi hari pukul 06.00
menampung benih yang telah dipanen. Ikan yang telah tertampung pada
39
wadah (ember) ke happa penampungan. Pemanenan ini dilakukan
panjang sehingga didapatkan 2 jenis ukuran yang berbeda yaitu ukuran 1-2
cm dan 3-5 cm. Untuk mengetahui jumlah benih yang dipanen dilakukan
dan jumlah total 45.287 ekor. Dan ukuran 3-5 cm dilakukan perhitungan
sebagai berikut :
40
Berdasarkan SNI 01-6133-1999 sintasan pemeliharaan larva adalah 60-70%,
maka dapat dinyatakan bahwa hasil panen ikan mas di BPBAT Tatelu tidak sesuai
hidup benih Ikan Mas pada pendederan saat ini diduga karena padat tebar yang
sangat tinggi dan tidak sesuai dengan SNI. Kepadatan ikan yang rendah
hidup tetapi produksi per area rendah (Gomes, et al. 2000), sedangkan kepadatan
stress pada ikan, selain itu tingginya interaksi sosial pada ikan akan menimbulkan
heteroginitas ukuran ikan (Islam, et al, 2006). Menurut informasi yang diperoleh
mas juga dipengaruhi oleh kondisi kolam dengan tingkat keporosan tanah tinggi
Selain padat tebar yang terlalu tinggi dan jenis tanah, hama juga dapat
menjadi penyebab rendahnya tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas. Hama
4.2.5. Hama Yang Terdapat pada Kolam Pembenihan Ikan Mas di BPBAT
Tatelu
41
Pada kolam pemeliharaan larva benih ikan mas di BPBAT Tatelu terdapat
hama yang menyerang berupa larva capung, katak dan berudu (anak katak). Larva
capung merupakan jenis hama insekta predator kelompok serangga air. Golongan
insekta air ini biasanya ditemukan di areal pembenihan dan pendederan ikan
dimana golongan hewan ini akan menyerang dan memangsa larva dan benih ikan.
Dalam prakteknya, larva capung akan mematikan mangsanya untuk dihisap darah
atau cairan tubuhnya, sementara benih yang sudah mati tidak dimakan tetapi
dibiarkan begitu saja (Lilies, 1991). Menurut informasi di BPBAT Tatelu, jenis
hama ini sulit untuk diberantas karena capung dapat berkembang biak kapan saja.
karena dapat memakan pakan ikan mas. Cara pengendaliannya menurut SOP
BPBAT Tatelu yaitu sering membuang telur yang mengapung, menangkap dan
membuang hidup-hidup.
Gambar 10. Hama yang terdapat pada kolam Pembenihan Ikan Mas
42
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) Teknik Pembenihan Ikan Mas di
BPBAT Tatelu selama ± 40 hari, mulai dari tahap pemijahan hingga panen maka
kg yaitu induk betina ikan mas siap dpijah berumur 2 tahun, berat total 33.889 gr
berjumlah 18 ekor.. Sedangkan induk jantan umur 1,5 tahun, berat 34.796 gr
berjumlah 28 ekor.
±2.232.195 butir. jumlah larva yang menetas adalah 3.643 gr atau ±1.861.500
ekor. Sehingga dapat diketahui Hatching Rate (HR) pada pemijahan ikan mas
adalah 83,3% .
hasil yaitu 47.063 ekor dengan nilai SR adalah 11,6%. Rendahnya derajat tingkat
kelangsungan hidup benih ikan mas di BPBAT Tatelu disebabkan oleh tingginya
padat tebar. Selain itu, juga disebabkan oleh hama predator (larva capung dan
5.2. Saran
Dari praktek kerja lapangan ini mahasiswa mendapat acuan dasar sehingga
43
ikan mas. Dengan tujuan memgatasi masalah dalam budidaya ikan mas khususnya
pada pembenihan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Djarijah, A. S. (2001). Pembenihan Ikan Mas. Kanisius, Yogyakarta
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius
Ismail, A. Khumaidi. 2016. Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) di
Balai Benih Ikan Tenggarang Bondowoso. Jurnal Ilmu Perikanan, 7(1) :
32
Judantari, S., Khairuman, & Amri, K. (Jakarta). Nila Nirwana Prospek Bisnis dan
Teknik Budidaya Nila Unggul. 2008: Gramedia Pustaka Utama.
Khairuman, dan Amri, K. (2008). Ikan Baung Peluang Usaha dan Teknik
Budidaya Intensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Khairuman, dan Khairul, A. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi.
Jakarta Selatan: Agromedia.
Saputra, S.D. 2011. Aplikasi Sistem Resirkulasi Air Terkendali (SRAT) pada
Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio). Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian bogor. Hal 5-27
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1999. Produksi benih Ikan Mas (Cyprinus
carpio Linneaus) Strain Majalaya kelas Benih Sebar. BSN.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1999. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio
Lenneaus) Strain Majalaya kelas Induk pokok. BSN
Suseno, D. (1999). Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya.
Jakarta.