Oleh :
Ika Maulana Lutfi
201210260311007
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
1
2015
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Nama
NIM
: 201210260311007
Jurusan
: Budidaya Perairan
Fakultas
: Pertanian-Peternakan
Judul
Pembimbing,
A.n.LAPORAN
Dekan
Pembantu Dekan I,
PRAKTEK KERJA LAPANG
Teknik Pembenihan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) di Balai
Dr. Ir Aris
Winaya,Laut
MM.Batam,
Msi Batam
Perikanan
Budidaya
NIP: 196405242990332002
Oleh :
Ika Maulana Lutfi
2
201210260311007
Malang,
Mei 2015
Mengetahui,
Pembimbing,
Penguji,
A.n. Dekan
Pembantu Dekan I,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja (PKL) dengan judul Teknik
Pembenihan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) di Balai Perikanan
Budidaya Laut (BPBL) Batam, Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau.
Laporan ini diselesaikan atas beberapa kewajiban antara lain sebagai
mahasiswa yang intelek secara bijak mampu menguasai teknik pembenihan ikan
bawal bintang yang saat ini masih tergolong sedikit penguasaannya dan perlu
usaha yang lebih untuk pengembangannya. Selain itu laporan PKL ini merupakan
salah satu persyaratan dalam tugas akhir mahasiswa jurusan budidaya perairan
Universitas Muhammadiyah Malang.
Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat diselesaikan berkat
bantuan dan bimbingan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ayahanda Nasiki, S.Pd, M.Pd, dan Ibunda Sutarni tercinta yang tak kenal
lelah untuk melimpahkan kasih sayangnya, serta adik tersayang Rofan
Agung Wicaksono dan (almh) Nurnastiti yang selalu memotivasi agar
menjadi yang terbaik dan membanggakan.
2. Riza Rahman Hakim, S.Pi, M.Sc selaku Kepala Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Riza Rahman Hakim, S.Pi, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, banyak memberi bimbingan, petunjuk serta arahan.
4. Ir. Arik Hari Wibowo, M.Si, selaku kepala Balai Perikanan Budidaya Laut
(BPBL) Batam atas diberikannya izin dan kepercayaan kepada penulis
untuk menimba ilmu dan pengalaman di BPBL Batam.
5. Ipong Adi Guna, S.ST.Pi selaku pembimbing lapangan yang telah
berkenan memberikan bimbingan serta bantuan dalam melaksanakan
kegiatan praktek kerja lapang (PKL).
6. Seluruh staff dan pegawai BPBL Batam yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu terimakasih atas segala bantuannya dalam pelaksanaan PKL.
7. Teman-teman dari Kampus UNRI, UNRAM, IPB, SUPM Negri
Pontianak, SMKN Pariaman yang telah menemani penulis dalam menimba
ilmu dan pengalaman di BPBL Batam.
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................x
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vi
DAFTAR TABEL............................................................................................vii
RINGKASAN.................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4
2.1 Klasifikasi......................................................................................................4
2.2 Mofrologi......................................................................................................4
2.3 Habitat dan Penyebaran.................................................................................5
2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan.........................................................................6
2.5 Persyaratan Lokasi........................................................................................7
Biaya Variabel....................................................................................52
BAB V PENUTUP..........................................................................................56
5.1 Kesimpulan..................................................................................................56
5.2 Saran............................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................57
Lampiran............................................................................................................58
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii).............................................5
Gambar 2: Struktur Organisasi BPBL Batam........................................................28
Gambar 3 : Denah Lokasi BPBL Batam................................................................29
Gambar 4 : Keramba jaring apung (KJA) induk bawal bintang............................33
Gambar 5 : Pakan induk bawal bintang.................................................................35
Gambar 6: Seleksi induk bawal bintang; Striping dan kanulasi............................36
Gambar 7: Hormon HCG dan Proses penyuntikan................................................38
Gambar 8 : Bak inkubasi dan Sampling telur bawal bintang.................................38
Gambar 9 : Pembersihan & Penyiponan bak pemeliharaan larva bawal bintang. .40
Gambar 10 : Pemasangan filter bag dan penutupan bak .......................................40
Gambar 11 : Skema pemberian pakan larva bawal bintang...................................41
Gambar 12: Manajemen Pakan..............................................................................42
Gambar 13 : Manajemen air...................................................................................43
Gambar 14 : Presentase pergantian air selama masa pemeliharaan larva..............44
Gambar 15 : Proses pemilihan ukuran larva dan benih bawal bintang..................45
Gambar 16 : Pemilihan benih dan penebaran benih bawal bintang.......................45
Gambar 17 : Pakan dan pemberian pakan benih bawal bintang............................46
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Bahan kultur Chlorela..............................................................................18
Tabel 2. Jadwal pemberian pakan induk bawal bintang.........................................34
Tabel 3. Tabel biaya investasi usaha pembenihan..................................................49
Tabel 4. Tabel biaya tetap usaha pembenihan........................................................51
Tabel 5. Tabel biaya variabel usaha pembenihan...................................................52
RINGKASAN
Ika Maulana Lutfi, 201210260311007. Teknik Pembenihan Ikan Bawal
Bintang (Trachinotus blochii) di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL)
Batam. Laporan Praktek Kerja Lapang, Jurusan Budidaya Perairan.
Dibawah bimbingan Riza Rahman Hakim, S.Pi, M.S.
Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan pada tanggal 21 Januari-21
Februari 2015, bertempat di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam , Jalan
Raya Barelang, Jembatan III Pulau Setoko Batam Kepulauan Riau.
Maksud dan tujuan dari praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui
praktek pembenihan ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) di Balai Perikanan
Budidaya Laut Batam. Sasarannya adalah agar diperoleh ilmu dan ketrampilan
mengenai teknik pembenihan ikan bawal bintang, mulai dari penanganan induk
h`ingga benih serta aspek-aspek lain yang berkaitan seperti penyediaan pakan,
suplai air, hama dan penyakit.
Materi yang digunakan adalah induk bawal bintang, telur ikan bawal
bintang, larva dan benih bawal bintang, pakan yang diberikan dll. Sedangkan alatalat yang digunakan antara lain; bak pemeliharaan induk serta perangkatnya, bak
inkubasi, bak pemeliharaan larva dan benih, peralatan aerasi, peralatan pembersih
(siphon, sikat), alat pengangkutan (ember, bak polikarbonat), dll. Metode yang
dipakai adalah metode observasi, wawancara dan partisipasi lansung selama
kegiatan pembenihan berlansung.
Teknik pembenihan ikan bawal bintang yang dipraktekkan di BPBL Batam
meliputi beberapa hal, antara lai; manajemen induk bawal bintang, penaganan
telur, penebaran larva, pendederan, manajemen air, manajemen hama dan
penyakit.
Saran yang dapat disampaikan dalam pelaksanaan PKL adalah melengkapi
filter pengelolaan kualitas air berupa filter kimia dan biologi, serta melakukan
proses sterilisasi pada air limbah dari bak pemeliharaan sebelum dialirkan kembali
ke laut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk perikanan diperoleh melalui penangkapan dari alam (capture
fishery) maupun dari usaha budidaya (aquaculture). Penangkapan produk
perikanan langsung dari alam tanpa memperhitungkan daya dukung dan
ketersediaan stock ikan dapat menyebabkan kelimpahan populasi ikan tertentu di
alam menjadi menurun. Saat ini sekitar 60% pasokan ikan dunia berasal dari hasil
tangkapan alam, yang cenderung mengalami kejenuhan sebagai konsekuensi dari
over fishing yang terjadi. Kondisi ini memberikan kesempatan bagi usaha
marikultur khususnya budidaya perikanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dunia akan produk perikanan. Indonesia dengan potensi yang dimilikinya
merupakan salah satu negara yang potensial menjadi produsen utama perikanan
dunia (Hermawan, 2006).
Peningkatan yang cukup besar dari produk perikanan budidaya tentu saja
harus didukung peningkatan kualitas dan kuantitas dari benih produk budidaya,
sehingga peningkatan permintaan dapat terpenuhi. Benih memegang peran yang
sangat besar dalam mendukung keberhasilan suatu usaha budidaya. Saat ini
ketersediaan benih ikan laut yang berkualitas dan jumlah yang cukup masih sulit
dipenuhi.
Pada saat ini sektor perikanan budidaya Indonesia dihadirkan lagi oleh
suatu komoditas yang cukup potensial untuk dikembangkan. Komoditas ini adalah
Trachinotus blochii atau yang lebih dikenal dengan nama Bawal Bintang dan
merupakan jenis ikan pelagis dan tergolong sangat aktif karena selalu berenang
berputar-putar di permukaan. Bawal bintang merupakan ikan introduksi dari
Taiwan dan memiliki prospek yang cukup bagus di kawasan Asia Pasifik dengan
harga yang cukup tinggi.
Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) telah berhasil dipijahkan secara
buatan di bak fiber yang terkontrol, yang memungkinkan penyediaan benih secara
kontinyu dan tidak tergantung pada persediaan benih alam, walaupun sampai saat
ini tingkat mortalitas larva cukup tinggi, sehingga masih menjadi masalah yang
1
belum dapat diatasi secara tuntas. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan pembenihan antara lain penanganan induk, pemeliharaan larva,
pendederan dan penanganan pasca panen. Untuk mengetahui teknik pembenihan
ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) secara buatan, maka perlu dilakukan
Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Budidaya Laut Batam. Dengan PKL ini
diharapkan dapat memperoleh ilmu dan informasi tentang pembenihan ikan Bawal
Bintang sehingga meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
dilapangan dan mampu menjawab permasalahan yang timbul di masyarakat
tentang pembenihan ikan Bawal Bintang.
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimanakah teknik pembenihan ikan Bawal Bintang (Trachinotus
blochii) di Balai Budidaya Laut (BBL) Batam ?
b) Sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembenihan
ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) di Balai Budidaya Laut (BBL)
Batam?
c) Permasalahan apa saja yang biasanya dihadapi dalam proses pembenihan
ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) di Balai Budidaya Laut (BBL)
Batam?
1.3 Tujuan
a) Untuk megetahui tentang teknik pembenihan ikan Bawal Bintang
(Trachinotus blochii) di Balai Budidaya Laut (BBL) Batam.
b) Untuk mengetahui tentang sarana dan prasarana yang digunakan dalam
proses pembenihan ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) di Balai
Budidaya (BBL) Batam.
c) Untuk mengetahui tentang permasalahan yang biasanya dihadapi dalam
proses pembenihan ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) di Balai
Budidaya Laut (BBL) Batam.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan PKl ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan tentang teknik pembenihan ikan Bawal Bintang (Trachinotus
blochii) di Balai Budidaya Laut (BBL) Batam, dan hasilnya dapat dijakan sebagai
bahan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Bawal Bintang merupakan jenis ikan karang dan memiliki nama latin
(Trachinotus blochii). Di pasaran internasional, ikan ini lebih dikenal dengan
sebutan Silver Pompano. Klasifikasi Bawal bintang (Trachinotus blochii)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Famili
: Carangidae
Genus
: Trachinotus
Spesies
2.2 Mofrologi
Ikan Bawal Bintang termasuk predator perenang cepat. Pada saat ukuran
dewasa ikan ini memiliki bentuk tubuh sangat gepeng dan ramping (much
compressed) dengan ekor bercagak (foked), ikan ini juga memiliki mulut kecil
terletak diujung kepala dengan rahang bergigi, lubang hidung terletak didepan
mata, badan tanpa sisik dengan warna kulit keperak-perakan dengan punggung
berwarna hitam (Anonim, 2012).
Bawal bintang memiliki posisi mulut sub terminal dan insang
dikatupsembulkan(protacted retacted), dengan dilengkapi gigi-gigi beludru halus
(viliform teeth). Sirip punggung (dorsal fin) diawali jari-jari keras yang sedikit
terbenam ke dalam tubuh sebanyak 7-9 dan di puncak punggung bermula jari-jari
lemah yang memanjang hampir menyentuh ekor sebanyak 19-21. sirip dubur
(anal fin) dimulai dengan 2-3 jari-jari keras, tepat dibelakang urogenitalia dan
disambung dengan 16-18 jari-jari lemah yang memanjang hingga pangkal ekor.
Sirip perut (ventral fin) ada sepasang dan tepat dibawah sirip dada (pectoral fin)
yang menyerupai bendera dan tumbuh tepat dibelakang keping tutup insang utama
(operculum). Permukaan tubuh ditutupi sisik-sisik kecil bertipe sisir (ctenoid),
dilengkapi dengan gurat sisi (lateral fin) yang melengkung mengikuti profil
punggung dan tersusun dari 130 140 keping sisik. Ikan bawal bintang tergolong
ikan perenang aktif dan mampu hidup dengan tingkat kepadatan cukup tinggi.
Pada saat berumur dibawah 10 hari, bentuknya lonjong, berwarna hitam dengan
titik kuning (spot) pada bagian badan tertentu. Namun selanjutnya bentuk dan
warna akan berubah secara berangsur-angsur menjadi putih menyerupai induknya.
(Darmono dan Kadari, 2007).
Badan ikan Bawal Bintang dibagian punggung keperakkan berwarna biru
keabu-abuan, dibagian bawah pucat, pada ikan-ikan dewasa dan muda tidak
terdapat bercak-bercak lateral. Ujung lobe srip punggung dan sirip dubur
berwarna orange gelap, pinggiran depan sirip dubur dengan warna kecoklatan;
sirip ekor gelap sampai orange kotor. (Juniyanto, 2008)
planktonterutama diatome dan alga hingga cacing merah, jentik nyamuk, maupun
jenis udang-udangan kecil. Pada ikan dewasa dapat diberikan pakan rucah segar
yang telah dicincang serta dapat juga diberikan pellet ikan (Anonim, 2009).
Salah satu faktor penting untuk pertumbuhan ikan yang dipelihara adalah
faktor ketersediaanpakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitas sehingga
harus diperhatikan komposisi dan jumlah nutrient atau zat makanan yang
dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang diberikan sebaiknya yang masih
baru (pellet) dan segar (ikan rucah) (Tarwiyah, 2001).
Pakan yang baik harus memiliki komposisi zat gizi yang lengkap seperti
protein, lemak, karbohidrat dan mineral. Pemberian pakan yang nilai nutrisinya
kurang baik dapat menurunkan kelansungan hidup ikan, pertumbuhan lambat
bahkan dapat menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan gizi (Buwono, 2000).
2.5 Persyaratan Lokasi
Lokasi Hatchery
Hatchery atau bangsal benih merupakan suatu bangunan yang biasa
digunakan untuk melakukan kegiatan pembenihan, terutama mulai dari pemijahan
sampai menghasilkan larva. Bangunan ini dapat dibuat secara permanen, semi
permanen, atau secara sederhanayang penting diberi atap sebagai peneduh.
Sim, et al (2005) menjelaskan bahwa lokasi yang paling sesuai untuk
hatchery ikan laut harus memiliki beberapa karakteristik seperti ketersediaan
sumber air yabg berkualitas, baik air laut maupun air tawar, memiliki sarana dan
prasarana yang memadai seperti akses jalan listrik dan suplai air tawar, bebas dari
bahan pencemar yang berasal dari aktivitas industri, domestik maupun perikanan
dan pertanian, memiliki kedekatan dan dukungan dari pusat penelitian dan
pemerintahan serta memiliki akses yang mudah bagi ketersediaan telur
berkualitasm suplai pakan alami dan pasar yang terbuka.
Faktor Teknis
Pemilihan dan penentuan lokasi untuk membangun suatu unit Hatchery
ikan laut perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Dekat Pantai
Karena yang dibenihkan ikan laut maka sebagian besar aktivitas
utam dalam pembenihan selalu terkait dan berhubungan dengan laut,
seperti pengambilan air, penangkapan induk, pemeliharaan induk,
pemeliharaan benih maupun kultur pakan alami.
b) Curah Hujan
Lokasi yang memiliki curah hujan tinggi (frekuensinya diatas 100
hari/tahun) kurang baik dipilih untuk membangun panti benih ikan laut
karena hujan akan mempengaruhi beberapa parameter kualitas, terutama
salinitas, suhu air dan menghambat kultur plankton dalam skala besar
dimana pada kultur memanfaatkan sinar matahari (Kordi, 2010).
et al.(1991), kedalaman air kaut yang layak untuk budidaya ikan dala KJA
adalah lebih dari 5 m. Dasar perairan sebaiknya berupa pasir, pasir
berlumpur, atau pasir berbatu, sehingga memudahkan pemasangan jangkar
bagi rakit KJA. Menurut Mayunar, et al. (1995), perairn tmpat KJA
sebaiknya bertopografi landai, kedalaman 6-8m, memiliki dasar perairan
berlumpur atau lumpur berpasir, barair jernih, dan terhindar dari
pelumpuran (siltasi) karena hal itu dapat mempengaruhi bobot jaring, mutu
air, dan usaha budidaya.
e) Sumber air
Pembenihan ikan laut mengunakan air laut. Air laut dipakai untuk
pemeliharaan calon induk, pematangan gonad, pemeliharaan larva-benih,
pemijahan dan kultur makanan alami. Sumber air laut harus memenuhi
syarat untuk digunakan, seperti bersih, tidak tercemar dan beberapa
indikator kimia lainnya. Selain itu, pengelolaan hatchri ikan laut juga
membuthkan air tawar. Air tawar digunakan untuk menurunkan salinitas
air laut yang terlalu tinggi, untuk mencuci peralatan, dan untuk kebutuhan
konsumsi.
Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial-ekonomi menjadi salah satu parameter penting pada usaha
pembenihan, karena salah satu syarat kelayakan lokasi harus memenuhi faktor ini.
Menurut Kordi (2010), bahwa faktor yang dapat dijadikan parameter untuk
mengukur kelayakan lokasi untuk menbangun hatchery ikan laut, dapat dilihat
dari sisi sosial-ekonomis adalah sebagai berikut:
a) Dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan-ikan laut, sehingga
b)
c)
d)
e)
f)
g)
batu. Melalui pipa penghubung bagian bawah, air laut dari ruang bagian
kedua masuk ke ruang bagian ketiga. Ruang tersebut juga diberi lapisan
penyaring sehingga air mengalami pencucian balik.
c) Dari bak penyaringan pertama, air laut masuk ke bak penyaringan kedua.
Pada bagian sudut bak penyaring kedua diberi saringan seperti pada bak
penyaring pertama.
d) Tahap terakhir dari perlakuan air laut yang akan digunakan untuk
pembenihan adalah desinfeksi dengan menggunakan sinar ultraviolet
(UV). Perlakuan ini bertujuan untuk menghilangakan organisme yang
tidak terinfeksi yang mungkin masih lolos melalui saringan.
Pengadaan air tawar umumnya dilakukan dengan menggunakan air dari sumur bor
(artesis), air tawar selain berguna untuk keperluan pencucian peralatan, juga untuk
mengatur salinitas air bagi keperluan pembenihan.
Prasarana Penunjang
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya produksi. Untuk menunjang perbenihan sarana yang diperlukan
adalah laboratorium pakan alami, ruang pompa, air blower, ruang packing, ruang
genset, bengkel, kendaraan roda dua dan roda empat serta gudang (ruang
penyimpanan barang-barang opersional) harus tersedia sesuai kebutuhan dan
memenuhi persyaratan dan ditata untuk menjamin kemudahan serta keselamatan
kerja.
1) Laboratorium pakan alami seperti laboratorium fitoplankton berguna
sebagai tempat kultur murni plankton yang ditempatkan pada lokasi dekat
hatchery yang memerlukan ruangan suhu rendah yakni 22-25 oC.
2) Laboratorium kering termasuk laboratorium kimia/mikrobialogi,
sebaiknya dibangun berdekatan dengan bak pemeliharaan larva berguna
sebagai bangunan stok kultur dan penyimpanan plankton dengan suhu
sekitar 22-25 oC serta dalam ruangan. Untuk kegiatan yang berkaitan
dengan pemasaran hasil dilengkapi dengan fasilitas ruang pengepakan
yang dilengpaki dengan sistimpemipaan air tawar dan air laut, udara serta
sarana lainnya seperti peti kedap air, kardus, bak plastik, karet dan oksigen
murni. Alat angkut roda dua dan empat yang berfungsi untuk
11
menulis, mesin
ketik,
komputer, ruang
12
13
14
16
Jumlah
100 gr
45 gr
20 gr
1.3 gr
0.36 gr
1 gr
0.05 gr
2.1 gr
2.0 gr
17
CoCl126H2O
(NH4)Mo7O244H2O
CuSO45H2O
0.9 gr
2 gr
33.6 gr
H3BO3
Sumber : Handajani,H. 2014.
Bila air menjadi kelihatan hijau dapat diartikan klorela telah berkembang
dan
faktor diantaranya cahaa, temperatur, aerasi dan mediun nutrien. Cahaya dalam
ruangan dapat dikontrol dengan menggunakan satu atau dua buah lampu flouresen
dengan intensitas 6-10.000 lux dengan suhu optimal untuk perkembangan
populasi antara 20-350C.
B) Artemia
Artemia atau brine shrimp merupakan sejenis udang primitif yang termasuk
dalam filum arthopoda, kelas crustacea, ordo Anostraca, famili Artemidae, genus
Artemia. Dari genus Artemia dikenal beberapa spesies antara lain Artemia salina,
A. Franciscana, A. Urmiana, dan Artemia odessensis.
Artemia merupakan salah satu zooplanton yang dapat hidup di laut. Kisaran
salinitas untuk pertumbuhan Artemia membutuhkan salinitas antara 30-50 ppt.
Sedangkan oksigen terlarut yang cocok untuk pertumbuhan optimal adalah diatas
3 ppm, dan suhu untuk hidup optimal antara 25-300C, serta pH 7,5-8-5.
Perkembangbiakan Artemia mempunyai dua cara proses reprosuksi, yaitu
secara biseksual dan partenogenesis yang akan menghasilkan nauplius.
Sebaliknya, apabila kondisi lingkungan tidak sesuai untuk bereproduksi, maka
induk artemia yang semula siap melahirkan akan menghasilkan telur bercangkang
tebal yang disebut kista. Artemia bersifat pemakan segala atau omnivor, memakan
berbagai macam jasad mikro, misalnya microalgae, detritus, bakteri maupun
cendawan.
Untuk menyediakan nauplius artemia sebagai pakan alami, maka perlu
dilakukan penetasan kista artemia. Penetasan kista Artemia dilakukan dengan
menggunakan bak-bak kerucut yang berisi air laut dan dipasok aerasi kuat pada
tingkat 10-20 liter per menit. Untuk menghasilkan kuantitas maksimal dari
18
19
ditemoatkan disisi bak sela 0,5-1 jam. Padat penebaran benih pada bak
pendederan berkisar antara 1-3 ekor per liter. Aerasi dengan sistem air mengalir
harus berlansung lancar minimal 200% per hari. Selama pendederan, ukuran
pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan lebar bukaan mulut ikan.
Sebagian pakan dapat digunakan berupa ikan rucah yang masih segar dan digiling.
Jumlah pakan yang diberikan 10-15% dari berat biomassa ikan per hari dengan
frekuensi pemberian pakan 3-5 kali/hari (Kordi, 2007).
Ikan yang lebih besar selalu akan memangsa yang kecil sehingga ikan yang
kecil selalu takut dan kalah dalam mengambil pakan. Keadaan ini akan
menyebabkan terjadinya banyak kematian yang disebabkan kanibalisme dan
kekurangan mendapat pakan. Selain itu, ikan yang besar akan terus bertambah
besar sedangkan yang kecil sulit menjadi besar sehingga terjadi variasi ukuran.
Perbedaan ukuran yang besar dapat menyebabkan kematian pada larva/benih yang
kecil akibat digigit oleh larva/benih yang lebih besar. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka perlu dilakukan penyeragaman ukuran (grading). Grading sering
dilakukan pada akhir pembenihan atau awal masa pendederan dan seterusnya
dengan waktu tidak tentu (Suseno, 2008).
2.6.9 Transportasi Benih
Pengiriman benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan sistem
terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka merupakan pengiriman benih yang
diterapkan untuk jarak pendek. Dalam transportasi terbuka dengan jarak pendek
yang memerlukan waktu dari 3 jam dapat menggunakan wadah sederhana. Wadah
yang digunakan sebagai alat pengiriman ikan hidup dipilih yang terbuat dari
bahan yang mampu mempertahankan suhu.
Sedangkan transportasi sistem tertutup diterapkan pada pengiriman jarak
jauh. Pengemasan benih ikan dilakukan dengan kantong plastik rangkap.
Penurunan suhu transportasi bertujuan untuk mengurangi aktivitas metabolisme
benih sehingga daya tampung menjadi lebih besar. Pengunaan bahan kimia seperti
Thiourasil pada kadar 388 ppm dan Sodium amysal juga dapat diterapkan untuk
menurunkan metabolisme ikan. Bahan kimia tersebut berfungsi untuk mengurangi
20
laju aktifitas respirasi ikan sehingga meningkatkan jumlah ikan per volume air
(Kordi, 2010).
BAB III
OPERASIONALISASI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Lapang telah dilaksanakan pada tanggal 21
Januari-21 Februari 2015, bertempat di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL)
Batam , Jalan Raya Barelang, Jembatan III Pulau Setoko Batam Kepulauan
Riau.
3.2 Materi dan Alat
3.2.1 Materi
Materi yang digunakan dalam pelaksanaan praktek kerja lapang adalah
seperangkat peralatan kerja yang sudah tersedia dalam serangkaian proses
pembenihan ikan bawal bintang yang meliputi induk ikan bawal bintang, telur dan
larva ikan bawal bintang, pakan yang diberikan untuk indukan dan larva, obatobatan serta vitamin, dan lain-lain.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktek kerja lapang adalah
seperangkat peralatan kerja yang telah tersedia dalam serangkaian proses
pembenihan ikan bawal bintang yang meliputi bak pemeliharaan induk, bak
pemeliharaan larva, bak inkubasi, aerasi, peralatan kualitas air, dan grading.
21
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum
4.1.1 Sejarah Singkat
Balai Budidaya laut Batam merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPT
Pusat) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di bidang Pengembangan budidaya
laut. Balai Budiaya Laut Batam berdiri sejak tahun 1986 dengan nama Stasiun
Budidaya Laut yang berkantor di Tanjung Pinang, kemudian pada tahun 1990
berganti nama menjadi Sub Balai Budidaya Laut yang berkantor di Tanjung Riau,
Sekupang Batam.
Sejak tahun 1994 Sub Balai budidaya Laut resmi terbentuk dengan nama
Loka
Budidaya
Laut
Batam
melalui
surat
keputusan
Menteri
No.
23
Budidaya Laut
budidaya laut;
g) Pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis
perikanan budidaya laut;
h) Pelaksanaan pengujian kesehatan ikan dan lingkungan budidaya laut;
i) Pelaksanaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi
perikanan budidaya laut;
24
Produksi
Seksi
Pengujian
dan
Bimbingan
Teknis
KEPALA SUBBAGIAN
TATA USAHA
KOORDINATOR
FUNGSIONAL
PANITIA PENJUALAN
IKAN & SEWA
SARANA
PENANGGUNG JAWAB
REKREASI OLAHRAGA SENI
DAN K3
26
Batam, adalah :
27
28
karyawan.
Air laut
Air laut merupakan unsur paling utama dalam kegiatan pembenihan.
Teknik pengambilan air laut yaitu dengan memompa air laut tersebut
dengan menggunakan lima buah pompa yang ditempatkan disebuah rumah
pompa terletak di tepi laut. Pipa yang digunakan berdiameter 20 inchi,
29
Formula Pakan
Cumi-cumi + Pellet mix + Multi vitamin
Rucah + Pellet mix + Multi vitamin
Rucah + pellet mix + Multi vitamin
Cumi-cumi + pellet mix + Multi vitamin +
Vit C
Rucah + Pellet mix + Multi vitamin
Rucah + Pellet mix + Multi vitamin + Vit E
Keterangan
Pellet mix (Kuning
telur+Moist
pellet+Minyak cumi)
Dipuasakan
Pemberian pakan pada induk ikan bawal bintang dilakukan sesuai jadwal
yang telah ditetapkan. Dosis pakan yang diberikan berkisar 2-4% dari total berat
induk bawal bintang dengan frekuensi pemberian 1-2 kali dalam sehari yang
diberikan pada pagi dan sore hari. Pada akhir pekan, induk bawal bintang diberi
perlakuan starvasi atau pemuasaan. Tujuannya adalah untuk merangsang nafsu
makan induk ikan bawal bintang pada hari berikutnya.
Selain pakan, induk diberikan vitamin (A,B,C, dan E) dimana
pemberiannya rutin dilakukan seminggu sekali. Pemberian vitamin E bertujuan
untuk meningkatkan kualitas telur dan sperma serta mempercepat proses
31
32
merekah, induk jantan lebih agresif dibandingkan induk betina serta calon induk
yang baik berenang aktif, tidak cacat, berwarna cerah, bersisik dan bersirip
lengkap, bermata bening serta bebas dari penyakit dan parasit.
Menurut Kadari M dan Mardijono (1999) untuk mengetahui tingkat
kematangan telur induk betina dilakukan canulasi dengan menggunakan selang
plastik (canula) yang berdiamter 1,2 mm yang dimasukkan kedalam lubang
kelamin (genital pore) sedalam 6-8 cm. Telur yang didapat dengan kanulasi segera
dilakukan pengamatan dan pengukuran diameter telur micrometer di mikroskop.
Jika telur sudah terpisah antara satu dengan yang lainnya dan diameter sudah
mencapai lebih dari 400 mikron maka induk betina tersebut siap dipijahkan.
Dalam kegiatan PKL, pengecekan kematangan gonad induk dengan
memberikan larutan anestetik 150 ppm dari bahan Ethineglucol monophenilether,
setelah ikan pingsan dilakukan striping pada bagian perut dari arah kepala menuju
ekor. Apabila hasil dari striping berupa cairan berwarna putih berarti sperma, dan
ketika striping tidak terdapat cairan berwarna putih maka dilakukan kanulasi
dengan memasukkan selang plastik diameter 1,2 mm pada lubang kelamin.
Ukuran diameter telur yang siap untuk dipijahkan mempunyai ukuran 0,40 mm
atau telur tersebut berwarna putih dan sudah memisah. Induk bawal bintang yang
terseleksi berjumlah 16 ekor dari 4 ekor betina dan 12 ekor jantan.
4.3.1.4 Pemijahan
33
34
35
telur. Gangguan tersebut dapat menyebabkan kegagalan pada telur seperti, daya
tetas menurun dan larva yang menetas akan menjadi abnormal.
inkubasi
Pada bak
penanganan
telur
dengan
menambahkan
aerasi
serta
dilakukan
menerapkan
dibuahi
dilakukanlah
dan
telur
menetas
sampling,
yaitu dengan menghitung sample telur menggunakan pipet volume
berukuran 5 ml dengan 3 kali pengulangan sampling. Pada kegiatan PKL, total
telur yang dihasilkan adalah 870.000 butir, dengan FR 80% (696.000 butir),
sedangkan HR yang diperoleh adalah 73% (508.000 butir).
Telur bawal bintang yang dibuahi berwarna bening transparan, terapung
dipermukaan air, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih keruh dan
tenggelam didasar bak. Menurut Hermawan T dan Suseno A (2007), umumnya
dihari ketiga telur sudah keluar dan telur yang dihasilkan memiliki fekunditas 6070% dengan ukuran telur 800-850 mikron. Telur yang sudah dipanen kemudian
dipanen kemudian dihitung dengan menggunakan metode sampling untuk
mengetahui jumlah total telur yang dihasilkan induk.
36
37
lain. Selanjutnya bak ditutup dengan plastik transparan untuk menstabilkan suhu
media pemeliharaan.
Gambar 10 : Pemasangan filter bag dan penutupan bak dengan plastik transparan
4.3.2.3 Penebaran
Larva
Setelah 19-24 jam dari pembuahan telur akan menetas. Larva yang
Pakan Alami yang setiap pagi hari dipanen, rotifera ditampung terlebih dahulu
dalam bak ukuran 50 liter. Rotifera yang diberikan ke larva bawal bintang 50 %
dari persedian pada pukul 09.30 wib. Rotifera yang tersisa kemudian dikultur
kembali dalam ember dengan menambahkan alga, aerasi dan es batu yang
ditujukan agar rotifera tidak banyak mengeluarkan energi. Persedian rotifera
tersebut digunakan kembali esok pagi hari pukul 07.15 wib. Pakan alami artemia
diberikan kepada larva bawal bintang dari umur larva 15-20 hari sampai larva
bawal bintang mampu mengkonsumsi pakan buatan berupa pellet. Larva bawal
bintang dilatih (weaning) terhadap pakan buatan pada umur 10 hari (D10) dengan
ukuran pellet awal 250-300 mikron. Dosis pemberian pellet diberikan sampai
larva kenyang (adlibitum). Pemberian pellet sedini mungkin ini bertujuan agar
larva bawal bintang tidak mengalami ketergantungan terhadap pakan alami
rotifera dan artemia. Asumsi kebutuhan rotifera dan artemia dapat dilihat pada
lampiran. Skema pemberian pakan larva bawal bintang dapat dilihat pada gambar
11 berikut.
masih
mengandung kuning telur sebagai cadangan makanannya. Alga (Nannocloropsis
sp) diberikan pada bak pemeliharaan sebelum pemberian rotifera. Pemberian alga
ini bertujuan untuk menjaga warna air, mengatur intensitas cahaya yang masuk
kedalam bak, menjaga kualitas air dan sebagai pakan rotifera yang ada dalam bak
pemeliharaan. Alga dialirkan kedalam bak pemeliharaan melalui paralon yang
diperoleh dari kultur alga di unit pakan alami. Kepadatan alga adalah 5 x 10 3
sel/ml, yang diberikan sampai dengan pemberian rotifera berakhir (BPBL Batam,
2009).
39
(a)
(b)
(c)
Pakan alami berupa rotifera dan artemia yang akan diberikan kepada larva
dapat diperkaya dengan minyak ikan, minyak cumi-cumi, vitamin maupun asam
lemak tidak jenuh lainnya. Pengkayaan pakan alami sangat penting dilakukan agar
dapat melengkapi kebutuhan nutrisi larva, sehingga kualitas larva yang dihasilkan
menjadi lebih baik (BPBL Batam, 2009).
4.3.2.5 Manajemen Air
Air laut yang digunakan harus memenuhi syarat untuk kehidupan larva
bawal bintang. Air laut dipompa menggunakan 5 unit pompa berkekuatan 45-126
m3/h kemudian disaring menggunakan 12 unit sandfilter dan ditampung pada
tandon utama, air yang telah mengalami pengendapan partikel terlarut dialirkan
40
(a)
(b)
(c)
(d)
41
15-20 hari pergantian air sebanyak 50% setiap hari dan larva umur 20-30 hari
pergantian air sebanyak 75% per harinya dan pada umur selanjutnya pergantian
air adalah > 100% per hari. Untuk membantu proses penguraian senyawa
berbahaya didasar bak (amoniak) dan menghindari memburuknya air secara
periodik diberikan probiotik pada masa pemeliharaan (BPBL Batam, 2009).
Presentase pergantian air tersedia pada gambar 14 berikut.
4.4 Pendederan
Gambar 14 : Presentase pergantian air selama masa pemeliharaan larva
42
4.4.2
Penebaran Benih
Pada saat kegiatan PKL, benih umur 33 hari terseleksi memiliki ukuran 22,5 cm berjumlah 120.000 ekor kemudian ditempatkan dalam bak pemeliharaan
dengan kisaran volume 6 ton dan kepadatan penebaran 1.500 ekor/m 3. Peralatan
yang digunakan adalah bak fiberglass sebagai wadah pemeliharaan benih bawal
bintang, peralatan kerja (ember, gayung, serokan, sikat), peralatan siphon, sistem
air mengalir, sistem aerasi, alat panen dan alat pengukur pertumbuhan benih
bawal bintang. Hasil sampling pertumbuhan panjang benih adalah D30 (2,5 cm),
D40 (4 cm), D50 (5 cm). D70 (7 cm) (BPBL Batam, 2008).
(a)
(b)
43
(a)
(b)
(c)
Gambar 17 : a) Pellet untuk benih, b) Multivitamin dan vitamin C, c) Pakan yang
diperkaya dengan vitamin.
4.4.4 Pengelolaan Air
Pengelolaan air dalam bak pendederan dengan sistem air mengalir 24 jam,
pergantian air minimal 200% (lihat gambar 14). Untuk menjaga kualitas air
dilakukan perawatan dengan cara membersihkan dasar bak dengan penyiponan
yang dilakukan pagi dan sore hari.
Kecepatan pergantian air sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan benih.
Ukuran benih kecil memerlukan flow rate kecil, dan akan terus meningkat sejalan
dengan pertumbuhan benih. Kecepatan pergantian air sangat penting hubungannya
dengan laju pembuangan kotoran didalam media pemeliharaan.Secara umum
44
semakin besar laju pergantian air, semakin cepat kemungkinan kotoran dalam
media terbuang. Namun hal ini tidak semuanya berbanding lurus dengan
pertumbuhan dan kesintasan, karena kecepatan pergantian air yang juga
merupakan kecepatan arus dalam media juga merupakan faktor pembatas
pertumbuhan dan kesintasan pada benih ukuran kecil. Pergantian air kecil akan
menimbulkan arus dengan guncangan dalam media pemeliharaan kecil, sehingga
sesuai untuk pemeliharaan fase awal pendederan, dimana ukuran ikan masih
relatif kecil (BPBL Batam, 2009).
4.5 Manajemen Penyakit
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormalitas dalam struktur
atau fungsinya yang disebabkan oleh mikroorganisme hidup. Penyebab terjadinya
penyakit dibedakan atas patogen dan non patogen. Gejala ikan terserang penyakit
adalah nafsu makan menurun, warna tubuh gelap, gerakan renang tidak beraturan,
terdapat bintik kemerahan pada insang, mulut,dan permukaan kulit. Di Balai
Perikanan Budidaya Laut Batam terdapat beberapa penyakit yang sering muncul
dalam usaha budidaya laut Batam yakni penyakit akibat serangan parasit, bakteri
dan
virus.
Beberapa
jenis
parasit
pada
budidaya
bawal
bintang
45
46
Jenis
Spesifikasi
Lahan
M2
2
3
4
5
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
6
7
sisa Penyusutan
(Rp)
450
125 000
56 250 000
5 625 000
10
10
10
10
2
4
6
2
5
7
8
8
10
30
48
16
1
3
4
1
10
1
1
3 000 000
50 000 000
000
500
000
000
000
000
000
000
000
000
000
000
000
000
000
000
3 000 000
50 000 000
000
000
800
600
000
000
000
000
300 000
5 000 000
900 000
2 700 000
4 320 000
1 440 000
270 000
47
N
o
8
Jenis
Spesifikasi
Hatchery
M2
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Total
Umur Teknis
(tahun)
20
Jumlah
250
Harga Satuan
(Rp)
250 000
Jumlah total
(Rp)
62 500 000
Nilai sisa
(Rp)
6 250 000
Penyusutan
(Rp)
2 812 500
10
22 500 000
22 500 000
2 250 000
2 025 000
10
10
10
5
5
5
2
5
5
5
5
3
3
3
10
3
1
3
1
1
1
1
1
5
3
2
2
2
1
1
2
2
1
4
8
2
5 000 000
2 000 000
2 500 000
30 000 000
5 000 000
7 500 000
100 000
2 000 000
1 000 000
1 000 000
6 000 000
500 000
1 000 000
1 000 000
2 500 000
100 000
100 000
300 000
5 000 000
2 000 000
2 500 000
30 000 000
5 000 000
37 500 000
300 000
4 000 000
2 000 000
2 000 000
6 000 000
500 000
2 000 000
2 000 000
2 500 000
400 000
800 000
600 000
403 350 000
500 000
200 000
250 000
1 500 000
250 000
1 875 000
15 000
200 000
100 000
100 000
300 000
25 000
100 000
100 000
250 000
20 000
40 000
30 000
35 680 000
450 000
180 000
225 000
5 700 000
950 000
7 125 000
142 500
760 000
380 000
380 000
1 140 000
158 333
633 333
633 333
225 000
126 667
760 000
190 000
34 626 667
48
Komponen
Jumlah Satuan
1
2
3
4
5
Biaya Penyusutan
Biaya Listrik
Gaji teknisi
PBB
Biaya Perawatan (10% dari biaya
investasi)
1
1
4
1
1
Total
500 000
2 500 000
250 000
Harga satuan
(Rp / Bulan)
500 000
10 000 000
Jumlah
(Rp / Tahun)
34 626 667
6 000 000
120 000 000
250 000
40 335 000
186 949 167
49
Komponen
Jumlah
Satuan
210000
2
Butir
Kaleng
kg/siklu
s
kg/siklu
s
kg/siklu
s
kg/siklu
s
kg/siklu
s
kg/siklu
s
Paket
Paket
kg/siklu
s
1
2
Telur
Artemia
20
20
25
Pellet
(500-800 mikron)
25
50
Kaporit
20
9
10
Obat-obatan
Perlengkapan Packing
1
1
11
Pupuk alga
Harga Satuan
(Rp)
20
425 000
Jumlah harga
Per siklus (Rp)
Per tahun (Rp)
4 200 000
42 000 000
850 000
8 500 000
600 000
12 000 000
550 000
11 000 000
300 000
7 500 000
250 000
6 250 000
225 000
11 250 000
20 000
400 000
500 000
75 000
500 000
75 000
250 000
250 000
50
No
12
Komponen
Vitamin
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
(Rp)
kg/siklu
s
500 000
Total
Jumlah harga
Per siklus (Rp)
Per tahun (Rp)
500 000
50 575 000
5 000 000
505 750 000
51
a. Produksi benih
1 tahun terdapat 10 siklus dengan asumsi SR 85%
Produksi/tahun = 7.500 ekor x 10 = 750.000
Ukuran 3-4 cm = 500 x 3 cm x 750.000 ekor = Rp 1.125.000.000
b. Total Biaya Produksi
Total biaya adalah total biaya operasional yang dikeluarkan selama kegiatan
produksi dalam satu tahun
TC = Biaya Tetap + Biaya Variabel
TC = Rp 201.211.667 + Rp 505.750.000
TC = Rp 706.961.667
c. Penerimaan
Penerimaan adalah hasil yang diterima dari penjualan kepada konsumen
Ukuran 3-4 cm = 500 x 3 cm x 750.000 ekor = Rp 1.125.000.000
d. Keuntungan
Keuntungan adalah hasil dari penerimaan dikurangi dengan biaya total
= Penerimaan Biaya total
= Rp. 1.125.000.000 Rp. 706.961.667
= Rp. 418.038.333
e. R/C Ratio
Analisis R/C ratio merupakan parameter analisis yang digunakan untuk
melihat pendapatan relatif suatu usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang
dipakai dalam kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai R/C
ratio lebih dari 1 Semakin tinggi nilai R/C ratio, tingkat keuntungan suatu
usaha akan semakin tinggi.
52
BEP
biayatetap
biayavariabel
harga/ekor(
)
jumlah produksi
(unit)
Rp 201211 667
Rp 505 750 000
Rp 1500(
)
750 000 ekor
biaya tetap
biaya variabel
1(
)
penerimaan
53
BEP (Rp) =
investasi
keuntungan
PP =
x 1 tahun
PP = 0.96 tahun
Biaya investasi akan kembali setelah usaha ini berjalan selama 0.96 tahun.
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beberapa poin kegiatan yang dapat diambil menjadi kesimpulan dalam
pelaksanaan PKL di BPBL Batam adalah sebagai berikut :
1) Teknik pembenihan bawal bintang meliputi pengadaan & seleksi induk
berjumlah 16 ekor dengan sex ratio 1:3. Pemijahan dgnTotal telur yang
dihasilkan adalah 870.000 butir, dan telur terbuahi (FR) sebesar 80%, serta
daya tetas telur (HR) yang diperoleh adalah 73%.
2) Sarana pembenihan ikan bawal bintang antara lain pompa air dan instalasi
air laut, tandon penampungan air, sistem filter (sand filter), bak
pemeliharaan, bak inkubasi, filter bag. Sedangkan prasarana pembenihan
bawal bintang antara lain kantor, laboratorium hama dan penyakit, dan
transportasi.
3) Kendala dalam pembenihan adalah munculnya penyakit yang menyerang
benih, dan belum ditemukannya cara pengobatan terhadap serangan virus
VNN.
5.2 Saran
Beberapa saran yang perlu disampaikan seiring dengan pelaksanaan PKL di
BPBL Batam adalah sebagai berikut :
1) Pengelolaan air media pembenihan sebaiknya memenuhi persyaratan
dalam menjaga kualitas air, dengan melengkapi sistem filter berupa filter
kimia dan biologi.
2) Perlu dilakukannya proses sterilisasi pada air limbah yang telah terpakai
untuk media pemeliharaan sebelum dialirkan kembali ke laut.
55
56
57
Lampiran 1. Asumsi Kebutuhan Pakan Alami Rotifera dan Artemia pada Larva
Bawal Bintang.
KEBUTUHAN ROTIFERA
Kegiatan Pembenihan Larva Bawal Bintang
Asumsi Tebar Total D1 + 400.000 ekor (4 bak); D1, minggu 8 Februari 2015.
Awal pemberian D2 (Sore), Senin 9 Februari 2015.
Umur
Rata2
Volume
Rotifer Stock
Total
Total
Larva
Pakan
air
(30%)
Ind
(Ind)
Rotifer/bak Rotifer
(Day)
Rotifera media/bak
Untuk 4 bak
(Ind/ml (ml)
(Ind)
)
D2 - D5
8.000.000
40.000.000
12.000.000
52.000.000
208.000.000
D6 D9
10
10.000.000
100.000.000
30.000.000
130.000.000
520.000.000
D10-D21
20
10.000.000
200.000.000
60.000.000
260.000.000
1.040.000.000
D22-D25
15
10.000.000
150.000.000
45.000.000
195.000.000
780.000.000
Keterangan :
- Frekuensi pemberian pakan : 3 kal sehari untuk psgi hari 07.00-07.45
- Kebutuhan rotifera bersifat tentative, sesuai lapangan.
Umur
(day)
D13
KEBUTUHAN ARTEMIA
Kegiatan Pembenihan Larva Bawal Bintang
Awal Pemberian D13, Jumat 20 Februari 2015.
Larva Artemia HO (juta)
Keterangan
30
58
pH
PAGI
21
7,93
22
7,83
23
24
7,65
25
7,73
26
7,79
27
7,57
28
7
29
30
31
8
FEBRUARI 2015
1
8,07
2
7,4
3
7,9
4
7,8
5
7,7
6
7,6
7
7,9
8
6,8
9
10
7,4
11
7,6
12
7,6
DO
SORE
PAGI
SUHU
SORE
44,0
45,7
PAGI
SALINITAS
SORE
28,8
28,7
PAGI
30
30
18
18
7,91
7,70
7,70
7,63
3,88
4,54
4,54
4,10
3,94
3,90
4,44
3,83
3,83
4,01
28,6
27,6
27,7
28,4
2,84
27,9
28,1
28,7
28,6
29,1
29
30
29
31
31
31
28
30
31
31
4,43
4,45
27,8
29
31
31
7,7
7,8
7,7
7,9
7,8
8
7,6
4,05
3,94
4,17
3,86
4,21
3,90
4,13
4,55
4,25
4,30
4,06
4,10
3,70
4,20
4,03
4,51
4,21
4,05
27,4
27,5
27,7
27,2
27,7
27,1
27,2
27,1
27,3
27,5
28
27,9
27,5
27,4
28,2
28,3
28,1
28,8
32
31
31
31
31
31,5
32
32
32
31,5
32
KET
SORE
31
31,5
32
32
32
32
32
18
35
35
34
35
35
35
35
29
30
23
23
23
17
23
23
15
17
59