(Clarias Gariepinus)
DI POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN PARIAMAN
PROVINSI SUMATERA BARAT
OLEH :
Oleh :
Elsa Tiara Diva Situmorang
19.3.12.101
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan praktik kerja lapangan dengan
judul “ Teknik Pendederan Ikan Lele Mutiara di Politeknik Kelautan dan Peri-
kanan Pariaman” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dab belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari prnulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir laporan ini.
Disetujui Oleh :
Diketahui Oleh :
Segala Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
akhirnya proposal praktik kerja lapang (PKL) I yang berjudul “Pendederan Ikan
Lele Mutiara (clarias Gariepinus)”di Politeknik Kelautan dan Perikanan Pari-
aman provinsi Sumatera Barat ini dapat diselesaikan sesuai dengan target dan
waktu yang telah direncanakan.Proses persiapan pelaksanaan, dan penyusunan
proposal ini telah melibatkan konstribusi pemmikiran dan saran konstruktif ban-
yak pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan pengharaan dan terima
kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ani Leilani, M.Si selaku Koordinator Politeknik Kelautan
dan Perikanan Pariaman
2. Bapak Hamdani,S.St.Pi,M.Tr.Pi selaku Ketua Program Studi Usaha
Budidaya Ikan dan selaku komisi Pembimbing 1 yang memberikan
arahan dalam menyusun laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) I
3. Ibu Gusti Ayu Wulandari,S.Pi,M.Si selaku Dosen Pendamping
4. Ibu Syofriani,S.St.Pi, M.Si selaku Pembimbing di Lapangan yang
telah memberikan izin melakukan praktik kerja lapang.
5. Ibu Sintia Rahma S.Pi selaku Pembimbing lapangan
Penulis menyadari bahwa proposal Praktik Kerja Lapang (PKL) I ini masih
jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penu-
lis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis
berharap semoga laoran ini memberikan infornasi dan manfaat bagi semua pihak.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Tujaun 1
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Ikan Lele Mutiara (clarias Gariepinus) 2
2.1.1. Klasifikasi 2
2.1.2. Morfologi 2
2.2.Kualitas air 4
2.3.Makan dan kebiasaan Makan 6
2.3.1. Pakan buatan 6
2.4.Wadah pemeliharaan 7
2.5.Habitat dan siklus hidup lele 7
3. METODE PRAKTIK
3.1.Waktu dan tempat 8
3.2.Alat dan bahan 8
3.2.1. Alat 8
3.2.2. Bahan 9
3.3.Prosedur kerja 9
3.3.1. Metode praktik 9
3.3.2. Metode kerja 10
3.3.3. Metode pengumpulan data 10
1. Data primer 10
2. Data sekunder 11
3.4.Analisis data 11
3.5.Jadwal praktik 12
4. TINJAUAN UMUM LOKASI PRAKTIK
4.1.Lokasi Praktik 13
4.2.Jenis usaha 13
ii
4.3.Struktur organisasi 14
4.4.Sarana dan prasarana 14
4.4.1. Sarana 14
4.4.2. Prasarana 15
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Pendederan 16
5.1.1. Pendederan (PI) 16
5.1.2. Pendederan (PII) 17
5.2.Persiapan wadah pendederan 17
5.3.Pengisian air 18
5.4.Pelepasan larva 19
5.5.Pemberian pakan 19
5.6.Pergantian air 21
5.7.Penyortiran 21
5.8.Panen 22
5.9.Pemeliharaan larva 22
5.10. Pengendalian hama dan penyakit 23
6. SIMPULAN DAN SARAN
6.1.Simpulan 24
6.2.Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
LAMPIRAN
vi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan lele (Clarias gariepinus ,Burchell 1822)merupakan spesies ikan lele
yang berasal dari Afrika dan telah diperkenalkansecara luas hampir ke seluruh
dunia sebagai ikan budidaya. Ikan lele Afrika tersebut telah beberapa kali di-
perkenalkan ke Indonesia, diawali denganikan lele Dumbo pada tahun 1985, Ikan
lele Mutiara (Clarias sp) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang akan
terus ditingkatkan produktifitasnya, baik pada kegiatan pembenihan maupun
pembesaran. Ikan lele memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis ikan lain
yaitu pertumbuhan tergolong cepat, toleran terhadap kualitas air yang kurang baik,
relatif tahan terhadap penyakit dan dapat dipelihara hampir di semua wadah budi-
daya. Hal ini mendorong dilakukannya budidaya intensif untuk memenuhi per-
mintaan konsumenterhadap ikan lele (Nasrudin, 2010).
Pakan memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya ikan lele Ditahap
Pendederan.Kebutuhan biaya untuk pakan selama budidaya sekitar 60 - 70% dari
total biaya operasional budidaya. Umumnya pembudidaya ikan lele mengandal-
kan pakan pabrik berupa pelet. Pelet digunakan untuk pakan ikan dengan kan-
dungan protein sebagai nutrient utama. Protein merupakan nutrien yang sangat
dibutuhkan oleh ikan untuk proses pertumbuhan terutama saat ikan pada usia be-
nih (Hariani dan Purnomo, 2017). Pakan berkualitas baik dapat meningkatkan per-
tumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selama budidaya sehingga produksi ikan
juga menjadi lebih baik.
Pendederan adalah tahap pelepasan/penyebaran benih (baik tumbuhan atau
ikan/udang) ke tempat pembesaran sementara. Dalam pendederan ikan/udang, lar-
va atau ikan yang baru menetas disebar di akuarium atau kolam kecil dengan
pengaturan suasana air yang ketat (baik derajat keasaman, kebersihan, suhu, kadar
oksigen, dan sebagainya. Setelah hewan-hewan ini cukup besar, maka siap untuk
disebar ke kolam pembesaran. Pendederan dilakukan untuk melindungi tum-
buhan/hewan sewaktu kecil karena biasanya mereka rentan terhadap hama, pen-
yakit, serta perubahan lingkungan yang ekstrem.
Tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk menghasilkan
benih-benih yang mempunyai keunggulan dari segi keseragaman umur dan uku-
ran, jumlah benih yang dihasilkan, serta rendahnya tingkat mortalitas pada setiap
fase pertumbuhan. Selain itu pendederan ini dilakukan untuk mengantisipasi ke-
jenuhan kolam dalam hal penyediaan lingkungan yang baik, serta penyediaan
kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh benih untuk tumbuh dan berkembang.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tersebut
adalah melakukan Praktek Kerja Lapang tentang Pendederan Ikan Lele Mutiara
secara alami di Politeknik Kelautan dan Perikanan Pariaman Provinsi Sumatera
Barat.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan Praktik Kerja lapanagan adalah
a. Mengtahui cara pendederan ikan lele
b. Mengetahui permasalahan apa saja yang terjadi dalamproses pendederan ikan
lele
1
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Sub Kingdo :metazoa
Filum : chordata
Kelas : pisces
Sub kelas : teleostei
Ordo : ostariophysi
Sub ordo : siluroidae
Famili : clariidae
Genus : clarias
Spesies :clarias Gariepinus(saanin (1984)
dan Hilwa(2004) )
Ikan lele Mutiara merupakan strain unggul baru ikan lele Afrika hasil pem-
uliaan Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi yang telah ditetapkan
rilisnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan PerikananNomor 77
KEPMEN-KP/2015. Ikan lele Mutiara dibentuk melalui seleksi individu pada
karakter laju pertumbuhan selama tiga generasi, sehingga memiliki keunggulan
utama pertumbuhan yang cepat. Sebagai strain unggul yang dibentuk melalui
proses seleksi individu, selain unggul pada aspek pertumbuhan, ikan lele Mutiara
diharapkan juga memiliki keunggulan-keunggulan yang lain, salah satunya adalah
stabilitas karakteristik morfologisnya.
2.1.2. Morfologi
2
yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur yang memudahkan ikan lele ber-
enang. Mempunyai sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada
dilengkapi dengan sirip keras dan runcing yaitu disebut dengan patil yang
berguna sebagai senjata dan alat bantu gerak. Menurut (Mahyudin,2008), ikan
lele mempunyai alat pernafasan berupa insang serta labirin sebagai alat
pernapasan tambahannya. Alat pernafasan ini terletak di kepala bagian
belakang, Insang pada ikan merupakan komponen penting dalam pertukaran gas,
insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan beberapa
fillamen inssang didalamnya lele mempunyai organ arborescent, yaitu alat
yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya mengandung sedi-
kit oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan
yang memanjang pipih ke bawah (depressed), berkepala pipih dan memiliki em-
pat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba.( Himawan, 2014).
Jenis ikan lele yang biasa dibudidayakan di Indonesia:
Lele Dumbo
Lele Dumbo merupakan jenis unggul yang kali pertama diperkenalkan ke Indone-
sia pada awal 1980-an. Lele Dumbo asalnya dari Afrika. Tubuhnya berwarna
coklat kehitaman dan akan timbul bercak-bercak warna putih bila terkejut atau
stres.Lele Dumbo bisa tumbuh bongsor dan besar. Dari ukuran tubuhnya yang be-
sar inilah akhirnya nama Dumbo disematkan pada lele ini. Patil lele dumbo tidak
beracun sehingga relatif lebih aman bila dipegang dengan tangan kosong.Selain itu
ukuran sungut lele dumbo juga lebih panjang dibanding lele lokal.
Lele Sangkuriang
3
Gambar 3 Ikan Lele Sangkuriang
Lele Phyton
Lele Phyton dikenal juga dengan nama ikan lele Paiton. Varietas ikan lele ini
merupakan hasil perkawinan antara induk betina lele dari Thailand F2 dengan in-
duk jantan lele dumbo F6.Ikan ini pertama kali dikembangkan pada tahun 2004
oleh sekelompok pembudidaya ikan lele di Kabupaten Pandeglang, Banten.Lele
Phyton mempunyai ciri warna dan bentuk kepala yang hampir menyerupai bentuk
kepala ular piton.Ciri-ciri lainnya, lele Phyton memiliki ukuran mulut relatif kecil
dan kepala pipih memanjang dengan warna yang cerah.Beberapa keunggulan lele
Phyton adalah mudah beradaptasi dan juga memiliki daya tahan tubuh yang lebih
baik, dapat dibudidayakan di segala cuaca, iklim, maupun suhu baik itu dingin
atau panas.Selain itu, tingkat kelangsungan hidup (survival rate) lebih dari 90 per-
sen.
Lele Masamo
Lele Masamo diproduksi dan diperkenalkan pertama kali oleh pabrik pa-
kan ikan PT. Matahari Sakti di Mojokerto, Jawa Timur.Lele Masamo merupakan
hasil pengumpulan sifat berbagai plasna nutfah lele dari berbagai nega-
ra.Diantaranya adalah lele Dumbo dan Clarias macrochephalus (bighead catfish)
yang merupakan lele Afrika yang dikembangkan di ThailandLele Masamo mem-
iliki ciri-ciri ukuran tubuh lebih lonjong, menyerupai sepatu pantofel model la-
ma.Sirip (patil) lebih panjang, badan lebih panjang dan berwarna kehitaman. Ciri
khas lainnya, ketika Lele Masamo stres akan muncul warna keputihan atau keabu-
abuan. Ciri lainnya, lele Masamo memiliki tonjolan di tengkuk kepala serta ben-
tuk kepala yang lebih runcing.
4
Gambar 5 Ikan Lele Masamo
Lele Mutiara
Lele Mandalika
5
2.2. Kualitas air
Pemeliharaan kualitas air benih dalam Pendederan Ikan Lele Mutiara di ko-
lam ikan lele tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir seperti ikan
ikan lainnya. Meskipun demikian, para ahli perikanan menyebutkan syarat dari
kualitas air, baik secara kimia maupun fisika yang harus dipenuhi jika ingin
sukses membudidayakan lele. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan
lele tersebut sebagai berikut. Suhu air optimum dalam pemeliharaan ikan lele
secara intensif adalah 25 – 30 oC. suhu untuk pertumbuhan benih ikan lele 26–
30oC (Himawa, 2014).
Keasaman atau pH yang baik bagi ikan lele adalah 6,5 – 9, pH yang kurang
dari 5 sangat buruk bagi lele mutiara, karena bisa menyebabkan penggumpalan
lendir pada insang, 12 sedangkan pH 9 ke atas akan menyebabkan berkurangnya
nafsu makan lele mutiara (Himawan, 2014).Kandungan oksigen terlarut merupa-
kan faktor penting bagi kehhidupan ikan, karena oksigen dibutuhkan untuk
respirasi, proses pembakaran makanan untuk melakukan aktivitas berenang
(Gusrina, 2008).
Dalam Pendederan, termasuk lele Mutiara, salah satu hal penting adalah
menyiapkan media. media berupa air tempat hidup ikan haruslah berada pada
kondisi yang baik. Artinya, kolam memenuhi syarat untuk hidup ikan terse-
but.Salah satu hal yang penyebab ikan terkena penyakit adalah kondisi air di ko-
lam yang kurang layak. Penyakit bisa muncul karena kualitas kolam yang kurang
memenuhi syarat seperti, pH yang kurang sesuai, suhunya terlalu tinggi, kan-
dungan amoniaknya besar, dan lain-lain. Media yang bagus untuk lele sebaiknya
parameter kualitas air pada posisi optimum.
Yaitu:
Parameter Nilai
Oksigen terlarut Lebihh dari 3 ppm
Ph 6, 5-8
Amonia Kurang dari 0,05 ppm
Suhu 20-30 C
KH (CaC03) 20 ppm
Dari 6 parameter air yang paling penting adalah pH, yang berguna untuk
mendeteksi potensi produktifitas kolam. pH air yang agak basa dapat mendorong
proses pembongkaran bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang
dapat diasimilasikan oleh tumbuhan (garam, amonia dan nitrat).Bila pH dibawah
7 atau diatas 8, bisa mengganggu proses kehidupan benih lele.Naik turunya pH
dalam media ikan lele pada kondisi tidak optimum sangat mengganggu pada ke-
hidupan ikan lele khususnya fase pra larva dan larva. Untuk itu, pembudidaya
wajib mempunyai pH tester agar kualitas air dapat terdeteksi sejak dini. Alat un-
tuk mengukur pH, tersedia di pasaran, mulai dari kertas lakmus sampai pH
meter dengan jarum penunjuk yang sangat praktis digunakan. Jika ikan cepat
stres dan terkena bermacam penyakit, segera lakukan pemeriksaan pada kolam
dan pergantian air dengan memperhatikan dengan hal-hal diatas.
6
2.3. Makan dan Kebiasaan Makan
Ikan lele termasuk dalam golongan pemakan segala omnivora, tetapi
cenderung pemakan daging karnivora. Selain bersifat karnivorus, ikan lele juga
makan sisa-sisa benda yang membusuk. Ikan lele dapat menyesuaikan diri untuk
memakan pakan buatan(Madinawati, 2011). Ikan lele memakan pakan alami yaitu
cacing . Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam. Ber-
dasarkan jenis pakannya lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora
(pemakan daging). Pada habitat aslinya, lele memakan cacing, siput air, belat-
ung, laron, jentik-jentik, serangga air, kutu air. Karena bersifat karnivora pakan
yang baik untuk ikan lele adalah pakan tambahan yang mengandung protein he-
wani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhan
akan lambat. Lele bersifat kanibalisme, yaitu suka memakan jenis
sendiri(Djokosetiyanto D, 2012).
Pada pendederan lele sudah mulai diberi pelet tepung setelah 12 hari
makan cacing sutera setelah pemijahan. Pemberian pf 0 disesuaikan dengan size
larva nya, biasanya larva ukuran 1-2 cm sudah bisa diberi pakan tepung. Dilihat
terlebih dahulu apakah larva sudah dapat memakan pf 0 dengan melihat perge-
rakan lincah larva memakan. Apabila larva tidak memberi pergerakan pada pelet
pf 0 yang baru diberi. Ada baiknya jika menunggu beberapa hari lagi untuk diberi
pakan pf 0.
7
2.5. Habitat dan Siklus Hidup Lele
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah semua perairan tawar,
meliputi sungai dengan aliran yang tidak terlalu deras atau perairan yang tenang
seperti waduk, danau, telaga, rawa dan genangan air seperti kolam. Ikan lele tahan
hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan terhadap
pencemaran bahan- bahan organik(Iqbal, 2011).
Ikan lele mutiara merupakan spesies ikan lele yang telah dibudidayakan
secara luas hampir di seluruh dunia. Di Indonesia, budidaya ikan lele Afrika telah
dimulai sejak tahun 1985 dan saat ini telah menjadi salah satu komoditas peri-
kanan budidaya yang populer. Ikan lele Afrika digunakan dalam kegiatan budi-
daya di Indonesia melalui proses introduksi, baik secara langsung dari negara-
negara Afrika maupun melalui negara lain (Iswanto et al., 2016).
8
3. METODE PRAKTIK
3.1.Waktu dan Tempat
Kota Pariaman merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Padang Pari-
aman, yang terbentuk dengan berlakunya Undang-undang No. 12 Tahun 2002.
Secara geografis, Kota Pariaman terletak dipantai barat pulau Sumatera dan ber-
hadapan langsung dengan Samudera Indonesia. Pada sisi utara, selatan dan timur
berbatasan langsung dengan Kabupaten Padang Pariaman dan di sebelah barat
dengan Samudera Indonesia.Secara astronomis, Kota Pariaman terletak antara 00°
33‘ 00 “ – 00° 40‘ 43“ Lintang Selatan dan 100° 04‘ 46“ –100° 10‘ 55“ Bujur
Timur. Tercatat memiliki luas wilayah 73,36 km2, dengan panjang garis pantai
12,00 km. Luas daratan kota ini setara dengan 0,17% dari luas daratan wilayah
Provinsi Sumatera Barat, dengan 6 buah pulau-pulau kecil; Pulau Bando, Pulau
Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso Duo dan Pulau Kasiak. Pan-
jang pantai lebih kurang 12,7 km.
Kota Pariaman juga memiliki kawasan pesisir yang terbentang dengan po-
tensi perikanan dan pariwisata yang bernilai tinggi. Dengan berkembangnya
kegiatan perdagangan dan pariwisata, maka posisi Kota Pariaman sebagai pusat
perdagangan hasil pertanian dan pariwisata pantai, akan menjadi semakin pent-
ing.Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang 1 tentang “ Teknik Pendederan Ikan Lele
Mutiara” dilaksanakan pada tanggal 02 Juni sampai 30 Juni 2021. Pelaksanaan
PKL bertempat di Kampus Politeknik Kelautan Dan Perikanan Pariaman Provinsi
Sumatera Barat.
9
4. Bak fiberglass D 150 x 70 cm Tempat pendederan
8. Selang 10 m Penyiponan
10
3.2.2. Bahan
Bahan merupakan sesuatu yang diperlukan dalam menunjang proses pend-
ederan ikan lele mutiara.Bahan-bahan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3 .
3.3.Prosedur Kerja
Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 dilakukan di Politeknik Kelautan dan
Perikanan Pariaman. Prosedur untuk melakukan praktik di Politeknik
kelautan dan perikanan ini adalah :
1. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing di kampus
2. Melakukan diskusi dengan pembimbing lapangan hatcery air tawar di
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pariaman provinsi Sumatera Barat
3. Melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
4. Menyusun laporan hasil praktik
5. Konsultasi laporan praktik kepada dosen pembimbing
3.3.1. Metode Praktik
Adapun metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Industri adalah :
a. Metode Partisifatif
Metode survai dilakukan melalui pengamatan dan kegiatan langsung di
lapangan serta mewawancarai pembimbing dan pelaksana teknis di lapan-
gan diluar jam kerja atau pada waktu senggang baik dengan teknisi atau
karyawan yang dianggap berkompeten yang memberikan arahan sehingga
dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan Taruna/i dalam menerap-
kan ilmu yang didapat di Politeknik Kp Pariaman.
b. Metode eksperimen
Dimana taruna melakukan pencobaan mengamati prosesnya dan menu-
liskan hasilnya, kemudian hasil penamatannya dituliskan kelaporan.
c. Metode Studi Pustaka
Metode pustaka ini dengan cara membaca buku-
buku,artikel,majalah,internet, jurnal ilmiah literatur-literatur yang
berhubungan dengan pembenihan lele Mutiara.
3.3.2. Metode Kerja
Metode kerja yang dilakukan dalam kegiatan PKL yaitu :
1. Persiapan wadah pendederan
2. Pengisian air
3. Pelepasan benih
4. Pemberian pakan
5. Pergantian air
6. Penyortiran
11
3.3.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada Praktik Kerja Lapang (PKL) dilakukan dengan dua
macam cara, yaitu pengambilan data primer dan data sekunder.Metode dilakukan
yaitu metode observasif, yaitu pengamatan langsung dilapangan, melihat dari
dekat, dan ikut andil dalam melaksanakan kegiatan Pendederan Ikan Lele Mutiara
di Lokasi Praktek Kampus Politeknik Kelautan dan Perikanan Pariaman.
A. Jenis Data
1. Data primer
Menurut Suharsimi Arikunto (2013:172) pengertian data primer adalah:
“Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya
dapat melalui wawancara, jejak dan lain-lain”.
Metode pengumpulan data yang telah digunakan dalam Praktik Kerja
Lapang I ini adalah melakukan pengamatan dan pengukuran serta mengikuti
semua kegiatan tentang pembenihan ikan lele mutiara di Poliyteknik KP Pari-
aman. Data primer diperoleh dari hasil praktek meliputi Persiapan wa-
dah,pemeliharaan induk,seleksi induk, pemijahan induk, penetasan telur, pemeli-
haraan larva, pendederan , pengeloaan pakan,pengelolaan kualitas air, dan
pengamatan pertumbuhan. Rangkaian pengambilan data primer dapat dilihat dari
tabel. 4
12
Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan pembenihan
ikan lele Mutiara (Clarias gariepinus)diPoliteknik Kp Pariaman.
Partisipasi aktif adalah keterlibatan secara langsung dan aktif pada suatu
kegiatan di lapangan. Kegiatan partisipasi aktif ini dapat digunakan untuk
mendapatkan data dan informasi mengenai pembenihan ikan lele Muti-
ara(Clarias gariepinus).
Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan dalam Praktik Kerja Lapang I ini adalah
dengan cara terlibat secara langsung ke lapangan dan mengambil data atau
gambar yang diperlukan dengan cara dokumentasi seluruh kegiatan-
kegiatan yang ada di lapangan.
2. Data Sekunder
Data Sekunder menurut Sugiyono (2016: 225) data sekunder merupakan
sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder merupa-
kan sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data yang diperlukan data
primer.
Data sekunder yaitu yang diperoleh dari buku atau data yang disajikan oleh
orang lain seperti diinternet, buku, jurnal ilmiah yang berfungsi sebagai data tam-
bahan informasi untuk melengkapi data primer. Data sekunder juga bisa didapat-
kan dari arsip perusahaan jika ada. Data sekunder yang akan diambil saat praktik
lapang I yaitu meliputi kelayakan lokasi budidaya, pengelolaan kualitas air, dan
panen. Rarngkaian pengambilan data sekunder dapat dilihat pada tabel Tabel.5
3.4.Analisa Data
Menurut Sugiyono (2010: 335), yang dimaksud dengan teknik analisis data
adalah proses mencari data, menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-
unit,melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan dalam Pendedera Ikan Lele Mutiara ada-
lah dengan menggunakan:
Analisis kualitatif
13
merupakan prosedur kerja yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong,
2007). Taruna menggunakan analisis data berupa data angket yang digunakan un-
tuk wawancara kepada Pembimbing Lapangan Pembenihan lele mutiara (Clarias
gariepinus) dan karyawan Hatcery air tawar.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan Taruna untuk mendeskripsikansegala kegiatan
yang ada terkait metode pemijahan yang biasa dilakukan oleh pembimbing lapan-
gan Lele Mutiara (Clarias gariepinus) dan karyawan Hatcery air tawar.
14
3.5.Jadwal Praktik
Jadwal praktik kerja lapang I di Politeknik Kp Pariaman padaPendederan
Ikan Lele Mutiara dapat dilihat pada tabel 6.
4. Pemberian pf 0
5. Pemindahan larva kekolam waring
6. Pemberian pf 500
7. Pemberian pf 1000
8. Penyortiran
15
4. TINJAUAN UMUM LOKASI PRAKTIK
4.2.Jenis Usaha
Berbagai jenis usaha ada di Politeknik Kelautan Dan Perikanan Pariaman,
seperti usaha tambak udang, pembesaran ikan lele sistem bioflok, pembenihan
ikan lele, pembesaran ikan nila, pembenihan dan pembesaran ikan hias, pen-
golahan hasil penangkapan maupun pengolahan hasil budidaya perikanan. Dan
jenis usaha yang akan dijalankan untuk memanfaatkan sarana yang telah tersedia
di Politeknik Kelautan Dan Perikanan Pariaman, yaitu Pembenihan Ikan Lele Mu-
tiara (Clarias Gariepinus) .
Perencanaan jenis usaha ini dilakukan karena memanfaatkan lokasi yang te-
lah tersedia dan sebagai potensi peluang membuka usaha budidaya perikanan un-
tuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar serta membuka peluang kerja.
16
4.3.Struktur Organisasi
17
4.4.2. Prasarana
Adapun prasarana yang tersedia di politeknik kelautan dan perikananpariaman
terdapat pada tabel.7 dibawah
Tabel 7 Prasarana
3. Aula 1
6. Parkir 1
18
16. Bengkel PMK 1
18. Koptar 1
19
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Pendederan
Secara garis besar kegiatan budidaya ikan lele meliputu pembenihan,
pendederan, dan pembesaran, tetapi budidaya ikan lele tidak harus dilakukan
secara integrated dari pembenihan, pembesaran dalam satu unit usaha (Khairuman
dan amri,2002:126).Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dil-
akukan untuk mmenghasilkan benih ukuran tertentu yang siiap dibesarkan diko-
lam pembesaran. Pendederan lele Mutiara Di Politeknik Kelautan dan Perikanan
Pariaman Provinsi Sumatera Barat dilakukan dalam 2 tahap pendederan, yaitu
pendederan pertama (PI) selama 12 hari – 17 hari, pendederan kedua (PII) selama
17- 28 hari.
Tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk menghasilkan
bebih benuh yang mempunyai keunggulan dari segi keseragaman umur dan uku-
ran, jumlah benih yang dihasilkan , serta rendahnya tingkat mortalitas pada setiap
fase pertumbuhan.selain itu pendederan ini dilakukan untuk mengantisipasi ke-
jenuhan kolam dalam hal penyediaan kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh
benih untuk tumbuh dan berkembang.
20
3.1.1. Pendederan Kedua(PII)
Pendederan II merupakan kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari
tempat pemeliharaan selama 17 - 28 hari dengan ukuran benih 2-5 cm Pada da-
sarnya tahapan kegiatan atau prosedur pengeloaan wadah pendederan berbeda.
Pada pendederan I dilakukan di bak fiber sedangkan pada pendederan II dilakukan
dibak beton dengan diberi waring.Pada pendederan ke II larva ditebar diwaring-
waring sesuai ukuran masing-masing.
Pemberian pakan buatan berupa Pf 500 untuk ukuran 2-5 cm. Dan PF 1000
pada ukuran 5-8 cm.Pemberian pakan dilakukan dengan dosis 4 x 1 .sedikit demi
sedikit dan tidak berlebihan. Gunanya agar larva lebih cepat pertumbuhannya dan
tidak mengalami mati massal karena perut larva kepenuhan.Masalah mati massal
yang sering terjadi pada larva adalah perut yang penuh akibat pemberian pakan
yang berlebih. Benih ukuran panen pada pendederan II yaitu 7-8 cm.
21
waring di Politeknik Kelautan dan perikanan pariaman dapat dilihat pada gambar
7
22
3.4. Pelepasan larva
Dipoliteknik Kelautan dan Perikanan Pariaman larva ikan lele bisa dilepas-
kan di tempat bak pendederan fiberglass setelah berusia 12 hari. Memindahkan
larva lele dari bak pemijahan menggunakan serokan larva. Di setiap bak fiber-
glass diusahakan Jangan terlalu padat karena akan membuat benih kekurangan
oksigen dan mati.cara mengambil benih dari bak pemijahan juga harus searah
dan pelan-pelan agar larva tidak stress. Pelepasan benih dari bak Pemijahan ke
bak fiberglass dapat dilihat darigambar 6.
23
Tabel 8 Kandungan PF 0
Moistur 11%
Protein 43%
Metabolizable energy 3400/ kg
Crude fiber 2,0 %
Calcium 1,5 – 2,5 %
Phosporus 1,5 – 2,0 %
Lysine 2,6 %
Protein 39-41%
Lemak 5%
Serat kasar 4%
Abu 11%
24
Gambar 17 Pakan Buatan PF 500
25
tara pagi atau sore disaat matahari tidak terlalu terik, ganti air dengan air PDAM.
Pergantian air dapat dilihat pada gambar 9.
3.7. Penyortiran
(Dinas perikanan Pamerkasan 2 march 2020)Tujuan penyortiran mencapai
produksi maksimal, mencegah kanibalisme, mengontrol perkembangan bobot
ikan, menjaga agar perolehan pakan seimbang dan meyeragamkan ukuran lele.Di
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pariaman Penyortiran dilakukan untuk me-
nyeragamkan ukuran larva ikan lele, benih lele baiknya dipuasakan semalaman
agar pada penyortikan ikan tidak stress.penyortiran juga baiknya dilakukan pada
saat matahari tidak terik. penyortiran dilakukan pada usia larva berumur 17 hari
dengan ukuran 1-2cm. Penyortiran dapat dilihat pada gambar 10 dan gambar 11.
Gambar 20 Penyortiran
26
3.8. Panen
Panen dan pascapanen menurut para ahli, antara lain: PERMENTAN
No.73/Permentan/OT.140/7/2013, Panen adalah rangkaian bentuk kegiatan dalam
pengambilan hasil budidaya berdasarkan umur, waktu, dan cara yang sesuai
dengan sifat atau karakter produk.Panen dilakuan sesuai dengan ukuran benih
yang diminta oleh pasar.
Di Politeknik Kelautan dan Perikanan Pariaman Kisaran ukuran benih lele
yang diminta biasanya dari benih berumur berukuran 3-5 cm atau 7-8 cm. Agar
kondisi benih tetap bagus, pemanenan dilakukan pada pagi hari saat suhu udara
dan suhu air masih rendah. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air
kolam sampai mencapai sepertiga bagian dan menangkap menggunakan serokan.
Selanjutnya benih disortir pada ember sortir pertama yaitu ukuran 2-3 cm kemudi-
an sortir kedua pada ember sortir 3-5 cm dan terakhir dipindahkan ke baskom un-
tuk ukuran 7-8cm.
Selanjutnya, benih dihitung dengan cara sampling dengan menghitung per-
tama di cup untuk mengetahui jumlahnya awal, selanjutnya pada perhitungan
berikutnya tinggal dihitung menurut jumlah awal agar benih yang dihitung tidak
mengalami luka atau lecet. Benih yang akan dijual dimasukkan dalam ember
panjang dan biasanya diantar memakai transportasi mobil pick up dan tidak me-
makai plastik. Biasanya dijual ke INS kayu tanam, sipujuk farm Padang dan, BBI
Pariaman.
Gambar 21 Panen
27
Gambar 22 Pencucian Waring
Air pada kolam beton setiap harinya selalu diisi dengan air sungai dengan
aliran pompa agar waring/kolam tidak kering sehingga benih tidak mati.Pada war-
ing kolam beton Jika ada aliran air, maka tidak perlu diberi aerator, mengingat
burayak lele mutiara dapat mengambil pernapasan dari udara. Tetapi pada bak fi-
ber tidak ada aliran air maka diberi aerator Cuma tidak terlalu besar agarikan tidak
gembung. Aerasi pada bak fiberglass dapat dilihat pada gambar 23.
Gambar 23 Aerator
28
6. SIMPULAN DAN SARAN
6.1.Simpulan
Dari hasil kegiatan Pendederan Ikan Lele Mutiara (clarias gariepinus) di
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pariaman Provinsi Sumatera Barat dapat dis-
mpulkan sebagai berikut :
1. Teknik pendederan menggunakan bak fiberglass sangat efisien bagi jaman
milenial bagi anak muda yang mulai merintis usaha. Karena pemeliharaan
larva yang sangat mudah. Setelah pemeliharaan benih selama 30 hari benih
yang dihasilkan mencapai ukuran 7-8 cm. Dari ukuran awal deder dengan
ukuran 1-2 cm.
2. Larva lele sangat rentan terhadap penyakit, masalah yang sering terjadi pada
pendederan yang menyebabkan kematian massal adalah terjadi penyakit
jamur pada larva, perut membesar karena peberian pakan yang berlebihan,
aerator yang membuat larva kembung dan terjadi kematian, stress karena
sortir yang terlalu lama dan dibawah terik matahari.
6.2.Saran
Dari hasil kegatan Teknik Pendederan Ikan Lele Mutiara (clarias Gariepinus)
di Politeknik KP Pariaman provinsi Sumatera Barat sebagai adapun saran yang
saya berikan antara lain adalah :
1. Dalam tahapan pemeliharaan larva disarankan untuk tahapan pemberian pa-
kan teratur supaya tidak terjadi kanibalisme,karna kalau kita telat memberi
pakan larva satu akan memakan larva lainnya dan otomatis jumlah larva
akan berkurang.
2. Untuk penyiponan bak pemeliharaan larva dilakukan setiap kali larva diberi
pakan kali supaya bak pemelihana larva tidak kotor dan larva tidak mudah
terserang penyakit.
3. Harus sering disortir sesuai ukuran agar tidak adanya kanibalisme yang be-
sar memakan yang kecil
4. Perhatikan pula cara pembudidayaannya, memberi makan, pemilihan bibit,
pembuatan kolam agar hasilnya seperti yang kita harapkan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Agustini. 2014. “Kualitas media budidaya dan produksi oikan lele sangku-
riang (clarias sp) yang dipelihara pada sistem resirkulasi dengan kepadatan ber-
beda”. Bogor : Skripsi Program Studi Budidaya Peraturan Fakultas Periksa dan
Ilmu Kelautan dan Institut Bogor .
Aridyanti. 2016. “Manajemen Pembenihan Lele Mutiara (Clarias Sp)
dengan aplikasi probiotik di unit pelaksanaan teknologi perikanan budidaya (UP-
TPTPB) “Kepanjen, Malang, Jawa Timur. Journal of Aquaculture and fish health
vol 7. No 2. Surabaya.
Arief M. 2015. “Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan
Komersial Terhadap pertumbuhan dan Efesiensi Pakan Lele Sangkuriang (clarias
Sp”).Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan 6 (1) : 49-53
Aslamyah dan Fujaya. 2011. Efektivitas pakan bautan yang diperkaya
ekstrak bayam dalam menstimulasikan molting Pada produksi Kepiting Bakau
cangkang lunak. Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 8-15. Jurusan Perikanan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hassanuddin Makassar
Bambang I, 2013 “ Karakteristik morfologis dan genetis ikan lele afrika
(clarias gariepinus Bunchell 1822) strain Mutiara. Jurnal riset Akuakultur Vol-
ume 10 Nomor 3.
Bramasta . 2009. “Teknik Penijahan Ikan Lele Sangkuriang . Diambil Kem-
bali Dari http://hobiikan.com/2009/01/teknik-pemijahan-lele- sangkuriang.html
Clarias Gariepinus, Bunchell 1822) “ Karakteristik dan Morfologi Genetika Ikan
Lele Afrika”
Dharmawan. 2010 ”Usaha Pembuatan Pakan Ikan Konsumsi . Pustaka Baru
Press. Yogyakarta.
Djokosetiyanto D. 2012. “Penambahan Kapur CaO pada media bersalinitas
untuk pertumbuhan Ikan Patin (pangasius ypotalamus). Jurmal Akuakultur Indo-
nesia. 11(2) : 168-178
Gusriani. 2008. “ Budidaya ikan jilid 2. Direktorat Panitia Sekolah Menen-
gah Kejuruan Direkorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar menengah depar-
temen pendidikan Nasional. Jakarta.
Hariati. 2017. “ Klasifikasi Ikan Lele Mutiara”
Himawa. 2008. “ Budidaya Ikan Lele Sangkuriang
http://IndonesiaIndonesia.com/f/18253-budidaya-lele-sangkuriang- clarias-
sp/11.30.23juni2012i Agriculture, New Work: CABInternasional,1997. (di-
akses 15 April 2016) 1:1 kolom
Himawan . 2014. “ Ikan Lele berwarna kehitaman atau keabuan memiliki
bentuk badan yang memanjang pipih kebawah, berkepala pipih dan memiliki em-
pat pasang kumus memanjang sebagai alat peraba.
30
Iswanto et al., 2016. “Performa Reproduksi Ikan Lele Mutiara (clarias Gariepinus)
http://ejournal-balitbang.kkp.go.od/index.php/ma. Balai Penelitian Pemuliaan Ikan.
9 hlm.
Iqbal . 2011. “ Kelangsungan hidup ikan lele (clarias gariepinus)pada budi-
daya intensif sistem heterofik. Fakultas saingan dan Teknologi Universitas Islam
Dalam Negeri Syarif Hidayatullah.
Khairuman dkk. 2008. “ Buku pintar Budidaya 15 ikan konsumsi . PT
agromedia Pustaka, Jakarta,
Khairuman dan Amri. 2009. “ Peluang usaha dan teknik Budidaya Lele
Sangkuriang PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kordi. 2010. “ Budidaya Ikan Lele Di Kolam Terpal. Andi. Yogyakartahal.
1-22
Madinawati. 2011. “ Pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan
dan kelangsungan hidup benih ikan lele (clarias gariepinus). Jurnal media litbang
sulteng. 4(2) : 83-8
Mahyudin. 2008. “ Panduan Lengkap agribisnis Lele. Penerbit penebar
swadaya. Jakarta .
Regina. 2011. “Penggunaan kuning telur ayam sebagai alternatif pakan awal
bagi larva ikan kerapu (plectropomus leopardus). Balai besar Riset Perikanan
Budidaya Laut Gondol: Bali
Saanin. 1984. Dan Hilang (2004). “ Taksonomi dan Kunci identitas ikan
volume I dan II. Bina rupa aksara.Jakarta.
Setyono. 2012.” Pembuatan pakan unit pengeloaan air tawar.
Kepanjen. Malang.
Suharyanto dan Andi. 2009. “Pemanfaatan limbah usus ayam sebagai bak
Pembesaran rajungan (Portunus Pelagicus. Pusat Riset Perikanan Budidaya.
Suryati . 2002. “ Pemanfaatan lomba cair pabrik gula (LCPG) untuk per-
tumbuhan spirit Sp., Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.
74 hal.
31
Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Harian
32
15. Sabtu, 19 Juni - Mengeluarkan induk
2021 dari bak pemijahan
33
- Membersihkan bak fiber
34