Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang amat kaya dan potensial,

baik di wilayah perairan tawar (darat), pantai maupun perairan laut. Potensi

sumber daya perikanan meliputi keanekaragaman jenis ikan dan lahan perikanan.

Ikan Nila adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di seluruh

pelosok tanah air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup populer. Penyebabnya

yaitu ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang telah

memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah

perikanan didunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat

di negara-negara yang sedang berkembang (Khairuman dan Khairul, 2003).

Awalnya, konsep pengembangan budidaya ikan nila semata-mata hanya

terfokus pada cara agar ikan nila bisa diterima masyarakat di negara-negara

berkembang dengan tujuan meningkatkan gizi masyarakat bertingkatkan ekonomi

rendah. Kuncinya cukup sederhana, yaitu menyebarluaskan ikan yang cepat

berkembang biak dan memiliki harga jual yang murah. Tampaknya konsep

tersebut meniru keberhasilan penyebar luasan ikan mujair untuk mencukupi gizi

masyarakat pada Perang Dunia II berlangsung. Hal ini dapat tercapai dengan

mudah karena tingkat produktivitas dan kemampuan berkembang biak ikan mujair

cukup tinggi. Namun, dalam hal ukuran tubuh, ikan mujair dinilai masih kurang

menguntungkan untuk diusahakan karena bobot tubuhnya relatif kecil dan tidak

dapat diupayakan lagi peningkatannya. Karena itu, fokus perhatian kemudian

dialihkan kepada ikan nila yang mampu mencapai bobot tubuh jauh lebih besar

1
dan tingkat produktivitasnya juga cukup tinggi. Dengan demikian, penilaian

tentang ikan nila sebagai ikan yang memiliki laju pertumbuhan cepat didunia

perikanan. Dalam perkembangannya, para peneliti ternyata tidak puas dengan

hanya menyebarluaskan ikan nila biasa atau nila lokal yang sudah terbukti

memiliki laju pertumbuhan jauh lebih cepat dibandingkan ikan mujair

(Khairuman dan Khairul, 2003).

kegiatan perbenihan Ikan Nila di Balai Perikanan Budidaya Air Tawat

Tatelu dilakukan mulai dari Persiapan kolam sampai Panen. Tujuan dilakukan

perbenihan ini untuk memenuhi permintaan benih dari dalam daerah maupun luar

daerah dengan jumlah banyak

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktek pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus)

adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh Pengetahuan tentang bagaimana tehnik Budidaya Ikan Nila

(Oreochromis niloticus)

2. Mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh selama praktik yang dapat diterapkan di kemudian hari.

1.3 Manfaat

Manfaat dilakukan praktek pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus)

ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai

Tehnik Budidaya Perbenihan Ikan Nila di Balai Perikanan Budidaya Air

Tawar Tatelu, dan menjadi sumber informasi bagi masyarakat perikanan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Menurut Sugiarto (1988), Klasifikasi dan ciri-ciri ikan nila adalah sebagai

berikut:

Gambar 1. Benih Ikan nila


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

2.2 Morfoloi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Berdasarkan morfologinya kelompok ikan Oreochromis memang berbeda

dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh nila memanjang dan

ramping, dengan sisik berukuran besar. Betuk matanya besar dan menonjol

dengan tepi berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus di bagian tengah

3
tubuh, kemudian berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan

dengan letak garis yang memanjang di atas sirip dada. jumlah sisik pada gurat sisi

34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip duburnya memiliki jari-jari lemah,

tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan sirip dada berwarnahitam.

Pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam. Ikan nila memiliki lima

buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin) sirip perut

(venteral fin), sirip anal (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya

memanjang dari bagian atas tutup insang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat

juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang

hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya

hanya satu buah dengan bentuk bulat (Sugiarto,1988).

Ikan nila mempunyai ciri-ciri, yaitu bentuk badan pipih kesamping

memanjang, mempunyai garis vertikal sepanjang tubuh 9-11 buah, garis-garis

pada sirip ekor berwana merah sejumlah 6-12 buah, pada sirip pungung terdapat

garis-garis miring; dan mata tampak menonjol dan besar, tepi mata berwarna putih

(Santoso B., 2001).

Ikan nila merupakan ikan sungai atau danau yang cocok dipelihara di

perairan tawar yang tenang, kolam dapat berkembang pesat pada perairan payau

misalnya tambak. Kebiasaan makan ikan nila diperairan alami adalah plankton,

tumbuhan air yang lunak serta cacing. Benih ikan nila suka mengkonsumsi

zooplankton seperti Rotatoria, Copepoda dan Cladocera; sedangkan termasuk alga

yang menempel. Pada perairan umum anakan ikan nila sering terlihat mencari

makan di bagian dangkal, sedangkan Nila dewasa di tempat yang lebih dalam.

4
Ikan nila dewasa mampu mengumpulkan makanan berbentuk plankton dengan

bantuan lender (mucus) dalam mulut (Santoso, B., 2001)

2.3 Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga bisa

mengomsumsi makanan berupa hewan maupun tumbuhan. Karena itulah, ikan ini

sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang disukai Ikan

nila adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp, Moina sp,

Daphnia sp. Selain itu juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada

benda-benda dihabitat hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman air yang

tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa

diberi berbagai makanan tambahan, misalnya Pellet (Arie, 2000).

2.4 Habitat Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya

sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran

tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari sungai,

danau, rawa, waduk, sawah, kolam hingga tambak (Sucipto dan Prihartono, 2007).

Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38ºC dan dapat

memijah secara alami pada suhu 22-37ºC. Untuk pertumbuhan dan

perkembangbiakan, suhu optimal bagi ikan nila adalah 25-30ºC. Pertumbuhan

ikan nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14ºC

atau pada suhu tinggi 38ºC. Ikan Nila akan mengalami kematian pada suhu 6ºC

atau 42ºC (Sucipto dan Prihartono, 2007).

5
2.5 Teknik Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

2.5.1. Menyiapkan calon induk

Menurut Amri dan Khairuman (2008), Calon induk yang akan digunakan

sebagai bakalan penghasil bibit ikan nila harus memperhatikan kualitasnya. Induk

yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau bakalan induk yang

belum siap memijah. Jika menggunakan induk yang siap memijah, dana yang

disediakan cukup besar karena harganya relatif mahal. Sebaliknya, jika

menggunakan bakalan induk, diperlukan waktu pemeliharaan untuk membesarkan

bakalan induk hingga mencapai umur dan ukuran siap memijah (matang kelamin).

Tanda-tanda induk yang berkualitas baik sebagai berikut :

1. Kondisi sehat

2. Bentuk badan normal

3. Sisik besar dan tersusun rapi

4. Kepala relatif kecil dibandingkan badan

5. Badan tebal dan berwarna mengkilap (tidak kusam)

6. Gerakan lincah

7. Memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan

Induk ikan nila betina yang sudah matang kelamin (umur 5-6 bulan)

dengan berat 200-250 gram mengandung telur 500-1000 butir. Masa produktif

ikan nila 1,5-2 tahun. Jika sudah berumur diatas dua tahun, induk harus segera

diganti dengan induk baru. Biasanya, induk yang lama sudah tidak produktif lagi.

Namun, jika tetap dipijahkan kualitas benih yang dihasilkan akan menurun.

6
Menurut Amri dan Khairuman (2008) Ciri-ciri induk jantan dan betina dapat

dilihat pada table berikut ini.

Tabel 1. Ciri-Ciri Induk Nila Jantan Dan Betina


Ciri-ciri Induk jantan Induk betina
Bentik Tubuh Lebih tinggi dan Lebih rendah dan memanjang
membulat
Warna Tubuh Lebih cerah Lebih gelap
Jumlah Lubang Kelamin Satu lubang untuk
Dua lubang :
mengeluarkan sperma Untuk mengeluarkan telur
dan mengeluarkan air seni
Bentuk Kelamin Tonjolan agak meruncing Tidak menonjol dan
berbentuk bulat
Sumber : Amri dan Khairuman, 2008

2.5.2. Memelihara induk

Sebelum dipijahkan, induk jantan dan induk betina dipelihara di kolam

yang terpisah. Posisi kolam induk dibuat sedemikian rupa sehingga air buangan

dari kolam induk betina kolam induk betina tidak mengalir ke kolam induk jantan

atau sebaliknya. Jika tidak, bau tubuh induk kolam betina yang terbawa arus air ke

kolam induk jantan akan merangsang induk jantan untuk memijah sehingga terjadi

pemijahan liar. Keuntungan lain dari pemijahan induk jantan dan betina sebagai

berikut (Amri dan Khairuman, 2008) :

1. Kualitas telur yang dihasilkan lebih baik

2. Memudahkan melakukan seleksi induk

3. Bisa dengan mudah membedakan induk yang sudah dan yang belum

dipijahkan.

Untuk mendukung kondisi induk, diusahakan kondisi lingkungan tempat

pemeliharaan induk dalam keadaan baik. Disamping itu, pemberian pakan

tambahan harus mencukupi agar perkembangan gonad (telur dan sperma) optimal.

7
Karena itu, air kolam pemeliharaan induk harus mengalir dan makanan tambahan

yang diberikan harus mencukupi, yakni sekitar 3% dari bobot total induk yang

dipelihara dengan kandungan protein tinggi, yakni diatas 35% (Amri dan

Khairuman, 2008).

2.5.3. Persiapan kolam

Kolam yang digunakan untuk pemijahan massal sebanyak satu buah

kolam. Ukuran kolam 400-600 m2, berupa kolam tanah atau kolam tembok

dengan dasar tanah. Konstruksi dasar kolam dibuat dengan kemiringan 2-5%.

Untuk tanah dasar kolam yang keras sebaiknya dibuat kubangan dengan ukuran

1,5 x 2 x 0,5 m yang akan dijadikan sebagai tempat pemijahan induk ikan nila.

Sebelum digunakan, kolam pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu.

Persiapan meliputi pengeringan kolam selam dua hari, perbaikan pematang,

perbaikan kamalir, dan penutupan kebocoran yang mungkin terjadi. Pemupukan

menggunakan pupuk organik berupa kotoran ternak sebanyak 25-1000 gram/m2.

setelah persiapan selesai, kolam diari setinggi 40-60 cm (Amri dan Khairuman,

2008).

2.5.4. Penebaran induk

Induk jantan dan betina yang akan dipijahkan ditebarkan secara

bersamaan. Padat tebar induk untuk pemijhan massal adalah 1 ekor/ m2 dengan

perbandingan induk jantan dan betina 1:3 sampai 1:5. Artinya, untuk luas kolam

400-600 m2 bisa ditebarkan induk sebanyak 400-600 ekor (100 ekor induk jantan

dan 300-500 ekor induk betina). Selama berada di kolam pemijahan, induk diberi

8
makanan berupa pakan buatan (pellet) dengan dosis 3% perbobot total per hari

(Amri dan Khairuman, 2008).

2.5.5. Pemijahan

Pemijahan terjadi setelah hari ketujuh sejak penebaran induk. Pemijahan

terjadi dilubang-lubang (lekukan berbentuk bulat) berdiameter 30 - 50 cm diatas

kolam yang merupakan sarang pemijahan. Ketika pemijahan berlangsung, telur

yang dikeluarkan induk betina dibuahi sperma induk jantan. Selanjutnya, telur

yang sudah dibuahi tersebut dierami induk betina didalam mulutnya. Induk betina

yang sedang mengerami telurnya biasanya tidak makan alias puasa. Karena itu,

seminggu setelah induk ditebar, jumlah pakan tambahan yang diberikan dikurangi

sekitar 25% dari jumlah semula (Amri dan Khairuman, 2008).

2.5.6. Pemupukan

Pada minggu kedua perkiraan sudah banyak benih nila yang menetas.

Untuk menunjang kehidupan benih tersebut, kondisi kolam harus dalam keadaan

subur. Karena itu, pada hari kedua belas, kolam pemijahan miassal ini perlu diberi

pupuk kotoran ayam dengan dosis 500 gram/m2. Agar pupuk yang ditebar tidak

hanyut terbawa air, debit air yang masuk ke kolam dikurangi (Amri dan

Khairuman, 2008).

Larva yang baru menetas tetap berada didalam mulut induk betina. Jika

kolam ini sudah ditumbuhi pakan alami (2 - 3 hari setelah pemupukan), secara

naluri induk betina akan mengeluarkan anak-anaknya secara serempak dari dalam

mulutnya. Benih nila tersebut dengan gampang akan terlihat dipermukaan air

kolam bagian pinggir, terutama pada pagi hari (Amri dan Khairuman, 2008).

9
2.5.7. Pemanenan

Benih bisa segera dipanen setelah induk melepaskan benih dari dalam

mulutnya. Pemanenan ini harus dilakukan pada saat yang tepat (paling lambat dua

hari setelah dikeluarkan dari mulut induk). Waktu panen yang ideal dilakukan

pada pagi hari ketika kondisi oksigen (O2) dalam jumlah banyak. Hal ini ditandai

dengan banyaknya larva yang muncul kepermukaan air kolam, terutama dibagian

pinggir kolam. Jika pemanenan terlambat dilakukan, larva sudah berpindah kearah

tengah kolam sehingga sulit untuk ditangkap. Larva yang tertangkap segera

dipindahkan kedalam kolam pendederan (Amri dan Khairuman, 2008).

10
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tangggal 4 Maret s/d 4 April 2019.

Bertempat di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT), Jl. Pinilih, Desa

Tatelu, Jaga VI, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi

Sulawesi Utara

3.2 Alat Dan Bahan

3.2.1 Alat yang Digunakan Pada Kegiatan Praktikum

Alat yang digunakan dalam kegiatan praktek kerja lapangan ini antara

lain,dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum


No Nama Alat Kegunaan
1 Bak fiber pemeliharaan Sebagai media hidup benih ikan nila
2 Drum filter Untuk menyaring suspensi dan mengurangi
kotoran pada reservoir
3 Filter kimia Untuk sebagai pertukaran ion, penghilang
warna keruh dan bau dalam air
4 Filter biologi Untuk menetralisir kandungan amoniak, nitrit
dan nitrat.
5 UV Untuk membunuh bakteri dan virus
6 Oksigen generator Untuk Meningkatan oksigen pada media air
7 Pompa Air Untuk mengalirkan air dari keseluruhan
system resirkulasi
8 Panel Menyalurkan tenaga listrik ke komponen-
komponen secara otomatis
9 Reservoir Sebagai tempat pengedapan kotoran sebelum
masuk filter kimia
10 Heater 3000 w Untuk meningkatkan suhu air
11 Bakfiber screening Sebagai tempat sreening ikan
12 Lutron DO-5510 Oxygen Untuk mengukur kualitas air (Suhu dan DO)
Meter selama pemeliharaan.
13 ATK Untuk mencatat hasil kualitas air (DO dan
Suhu)
14. Seser Untuk mengangakat ikan mati terapung,

11
menyaring plankton dan memisahkan ikan
dari media saat melakukan screening
15. Shipon Untuk mengangkat kotoran beserta ikan mati
di dasar bak
16 Ember Untuk membantu dalam pemindahan ikan
ikan dan pakan alami
17 Gayung Untuk membantu dalam pemberian pakan
alami pada ikan
18 Sikat Untuk membersihkan wadah pemeliharaan

3.2.2 Bahan yang Digunakan Pada Kegiatan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktek kerja lapangan ini antara

lain, dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum


No Nama Bahan Kegunaan
1 Ikan nila (Oreochromis niloticus) Sebagai objek pengamatan
2 Air Tawar Sebagai media hidup benih ikan nila
3 Pelet Sebagai pakan ikan
4 Tubifex Sebagai pakan alami benih ikan nila
5 Daphnia magna Sebagai pakan alami benih ikan nila
6 Alona Sebagai pakan alami benih ikan nila
7 C-san Aquatic (5 gr) Sebagai bahan campuran untuk
membuat larutan vitamin yang akan
dicampurkan di pakan buatan
8 TOP-vit aquatic (5gr) Sebagai bahan campuran untuk
membuat larutan vitamin yang akan
dicampurkan di pakan buatan
9 Progol (5gr) Sebagai bahan perekat vitamin saat
membuat campuran larutan vitamin
10 FUMISID Aquatic Untuk mengendalikan hama dan
penyakit pada ikan
11 Pipa PVC Sebagai saluran pengeluaran dan
pemasukan air serrta saluran untuk
menyuplai oksigen dalam air

3.3 Prosedur Praktikum

Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adapun metode yang

digunakan dalam proses pengumpulan data, antara lain:

12
1. Partisipasi langsung merupakan bagian dari kegiatan praktikum, dengan

mengikuti secara aktif kegiatan yang berkaitan dengan teknik

pemeliharaan benih ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan

menggunakan sistem resirkulasi (RAS)

2. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung di tempat

praktikum

3. Malakukan wawancara langsung kepada tim Resirculation Aquaculture

System (RAS) guna mendapatkan data yang akurat.

4. Sumber Data

Untuk sumber data yang dikumpulkan dalam praktikum ini, berupa data

primer dan sekunder yang antara lain:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari berbagai sumber

yang berkaitan dengan praktikum ini

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persiapan Wadah

Persiapan wadah ini meliputi pembongkaran bak dan filter, pembersihan/

pencucian, pemasangan kembali dan yang terakhir pengecekan kembali apabila

ada kejanggalan dalam sistem.

4.1.1. Pembongkaran

Pembongkaran yang dilakukan yaitu pembongkaran bak dan filter, guna

mempermudah pembersihan secara menyeluruh

1. Pembongkaran bak dengan cara melepas pipa yang berada di bagian

tengah/ pipa pengeluaran air, melepas pipa pemasukan air kemudian

melepas airasi guna untuk lebih mudah di bersihkan dari lumut atau

kotoran yang menempel, baik berupa sisa pakan atau feses ikan

2. Pembongkaran filter dilakukan untuk mengeluarkan bahan utama dalam

filter (batu zeolit, karbon aktif untuk filter kimia dan bioball untuk filter

biologi) untuk dibersihkan secara menyeluruh

Zeolit alam merupakan senyawa alumina-silikat terhidrasi yang secara

fisik dan kimia memiliki daya sebagai bahan penyerap (adsorpsi), penukar kation,

dan katalis. Aktivasi zeolit dapat dilakukan baik secara fisika maupun secara

kimia. Aktivasi secara fisika dilakukan melalui pengecilan ukuran butir,

pengayakan, dan pemanasan pada suhu tinggi, dimana fungsi dari pemanasan ini

adalah untuk menghilangkan pengotor-pengotor organik, memperbesar pori dan

memperluas permukaan. Sedangkan aktivasi secara kimia dilakukan dengan

14
proses pengasaman. Tujuannya adalah untuk menghilangkan pengotor anorganik.

Proses pengasaman ini akan menyebabkan terjadinya pertukaran kation dengan

ion H+ (Unung D., 2004).

Karbon aktif merupakan padatan berpori yang mengandung 85 - 95%

karbon. Bahan-bahan yang mengandung unsur karbon dapat menghasilkan karbon

aktif dengan cara memanaskannya pada suhu tinggi. Pori-pori tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai agen penyerap (adsorben). Karbon aktif dengan luas

permukaan yang besar dapat digunakan untuk berbagai aplikasi yaitu sebagai

penghilang warna, penghilang rasa, penghilang bau, dan agen pemurni dalam

industri makanan. Selain itu juga karbon aktif banyak digunakan dalam proses

pemurnian air baik dalam proses produksi air minum maupun dalam penanganan

limbah (Mifbakhuddin, 2010).

Media bioball merupakan salah satu bahan yang terbuat dari thermoplastik.

Bioball berfungsi sebagai filter fisiologis yang merupakan media tumbuh bagi

bakteri-bakteri yang dapat menghilangkan ammonia yang terkandung dalam air.

Bioball sebagai media bakteri tumbuh dan berkembang biak. Lendir yang melekat

pada bioball merupakan nicrobacter yang tumbuh dan berguna untuk

meningkatkan kualitas air. Bakteri yang tumbuh pada bioball merupakan bakteri

aerob sehingga membutuhkan oksigen untuk hidupnya. Bioball dapat bekerja

secara maksimal pada air yang mengalir. Biobal merupakan bahan sintesis yang

banyak digunakan sebagai filter, kelebihan bioball adalah mempunyai luas

permukaan spesifik yang besar, yaitu ± 210 m²/m³, Fraksi volume rongganya

besar yaitu 85%, terbuat dari bahan inert, ringan, fleksibel (Averus, dkk. , 2013).

15
4.1.2. Pembersihan

Pembersihan dilakukan guna membersihkan kotoran yang dapat dilihat

secara kasat mata dan kemungkinan dapat membersihkan kuman serta bakteri

yang dapat menempel pada media yang akan dibersihkan, adapun cara

pembersihan yang dilakukan berbeda antara pembersihan filter, reservoir dan

pembersihan bak pemeliharaan, yaitu:

1. Pembersihan bak pemeliharaan

Permbersihan bak ini dilakukan 3 minggu sekali setelah pemanenan,

yang pertama dilakukan dalam melakukan pembersihan bak

pemeliharaan yaitu:

a. Mencampur sabun guna mempermudah dalam pengangkatan

partikel-partikel kotoran. Sabun yang digunakan yaitu sabun cuci

piring, dan dicampurkan kedalam air dengan berwadahkan ember.

b. Menyiram permukaan bak dengan air sabun kemudian melakukan

gerakan menyikat bak.

c. Kemudian bilas bak yang telah dicuci menggunakan sabun dengan

air bersih

2. Pembersihan filter

Pembersihan filter lebih mudah prosedurnya dari pembersihan bak

pemeliharaan, akan tetapi lebih lama prosesnya. Batu zeolit dan bioball

dibersihkan menggunakan water canon namun apabila sistem ras

dioperasikan dalam waktu lama (setahun) maka akan disikat satu

persatu untuk bahan fitrasinya.

16
3. Pembersihan reservoir

Pembersihan reservoir layaknya membersihkan bak pemeliharaan,

namun ada beberapa perbedaan kecil seperti pencucian dilakukan 3

bulan sekali dan pencucian ini tidak menggunakan sabun.

Kegiatan pembersihan atau mengolah dasar bak, adalah membersihkan

perairan bak dari semua komponen yang dapat mengganggu kelangsungan hidup

dan perkembangan ikan, baik secara langsung, maupun tidak langsung (Sampah,

lumpur dan gas-gas beracun, serta organisme pengganggu), serta menyiapkan

lingkungan media bak agar mampu menciptakan ekosistem yang baik bagi ikan.

Lingkungan perairan dikatan baik apabila keadaan fisis dan chemis untuk

menjalankan pertukaran zat (metabolism), tersedia makanan yang cukup dan ada

(Judantari, dkk., 2008).

4.1.3. Pemasangan

Proses pemasangan dilakukan dengan cara memasang kembali semua

komponen yang dilepas sebelum pembersihan. Untuk filter biologi di isi kembali

bioballnya sedangkan untuk filter kimianya di isi kembali batu zeolit dan karbon

aktif dengan susunan karbon aktif dibagian bawah dan batu zeolit di bagian atas.

Dalam proses pemasangan untuk bak budidaya dilakukan dengan cara

pemasangan kembali komponen-komponen yang berkaitan dengan bak budidaya

seperti batu dan selang airasi, pipa pemasukan, pipa tengah dan pipa pembuangan.

4.1.4. Pengecekan kembali

Sebelum melakukan pengecekan lakukan pengisian air terlebih dahulu di

bagian reservoir menggunakan air yang berasal dari mata air. Setelah air terisi,

17
kemudian operasikan alatnya kemudian melihat lampu pada panel oksigen

generator, pompa air, heater dan UV . Apabila ada lampu yang yang tidak

menyala maka akan dilakukan penanganan sesegera mungkin. Kemudian melihat

apakah air sampai masuk dan keluar dengan aman (tidak bocor) di bak

pemeliharaan.

Sinar ultraviolet (UV) adalah bagian dari spektrum elektromagnetik

dengan panjang gelombang antara 100 nm dan 400 nm. Sinar ultraviolet

digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan panjang gelombangnya

yaitu UV-A dengan panjang gelombang antara 315 nm dan 400 nm

mengakibatkan perubahan warna pada kulit menjadi hitam (tanning), UV-B

dengan panjang gelombang antara 280 nm dan 315 nm menyebabkan kulit

terbakar dan sering digunakan untuk penyinaran panyakit kanker, UV-C dengan

panjang gelombang antara 200 nm dan 280 nm adalah wilayah germicidal yang

efektif untuk membunuh bakteri dan virus, dan UV-vakum dengan panjang

gelombang antara 100 dan 200 nm dapat diserap oleh semua bahan dan dapat

diteruskan hanya pada kondisi vakum (Srigede dan Zaetun, 2014).

Menurut Nugraha, dkk. (2012) fungsi dari penggunaan heater ini sangat

beragam, antara lain:

1. Mengatur suhu yang sesuai untuk ikan

Seperti yang Anda ketahui, ikan berasal dari berbagai daerah, dimana

habitat asli dari ikan tersebut juga bermacam-macam dan memiliki suhu

yang bermacam-macam pula. Saat Anda memelihara ikan maka Anda

harus menyesuaikan suhu air bak dengan suhu habitat ikan tersebut.

18
2. Mengurangi populasi jamur dan bakteri

Selain itu, heater bak juga dapat mengurangi populasi jamur dan

bakteri. Air yang lebih hangat akan membuat pertumbuhan jamur dan

bakteri kurang optimal. Dengan populasi jamur yang terbatas maka ikan

kita tidak akan mudah terserang penyakit dan jadi lebih sehat.

4.2. Penanganan Ikan Masuk

Ikan yang masuk adalah ikan yang masih larva berukuran 0,7 s/d 0,8 cm

dengan kepadatan 10.000 sampai 20.000 ekor/ton air. Dalam penanganan ikan

masuk kedalam Resirculation Aquaculture System (RAS) akan dilakukan kegiatan

screening, yaitu merendam ikan selama 10 menit dengan menggunakan 150 ppm

(45 ml) FUMISID Aquatic yang mengandung formaldehyde (formalin) 38%

dicampur dengan air bersih 120 liter, kemudian dimasukkan kedalam bak

pemeliharaan. Setiap melakukan pemindahan ikan selama kegiatan screening baik

dilakukan dengan menggunakan seser dan ember yang berisi air bersih, agar air

yang telah tercampur formalin tidak ikut terbawa mencemari dan merusak sistem

resirkulasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengatasi bakteri, virus dan parasit

sebelum masuk ke tempat pemeliharaan sehingga tidak menyebarnya penyakit di

sistem resirkulasi

Proses pembenihan dan pendederan ikan nila adalah kegiatan yang

dilakukan mulai dari pemeliharaan induk sampai menghasilkan larva yang

berukuran 1-1,5 cm. Pada tahap pembenihan ini pembudidaya menggunakan

induk ikan nila yang masa produktifnya 1,5–2 tahun. Pada tahap pendederan

19
menghasilkan benih ukuran 5-8 cm atau biasa disebut belo, dan ukuran 8-12 cm

atau biasa disebut ukuran sangkal. (Sugiarto, 1988)

Dosis penggunaan formalin dibagi menjadi 2 yaitu jangka panjang dan

jangka pendek. Untuk jangka panjang seperti untuk pengobatan akibat infeksi

ektoparasit kecil penyebab kulit berlendir adalah 0.15–0,24 ml per 10 liter air.

Setelah 2 - 3 hari kembalikan ikan pada wadah budidaya dan kemudian dilakukan

penggantian air sebanyak 30%, sedangakan untuk perlakuan jangka pendek

seperti untuk pengobatan akibat infeksi ektoparasit dosisnya adalah 2 ml per 10

liter air perendaman dilakukan selama 30 menit atau sampai ikan mengalami

penurunan tingkat stress (Habibah, T.P.Z., 2013).

4.3. Pemeliharaan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Kegiatan pemeliharaan yang tepat dapat menjamin kualitas serta kuantitas

dari ikan yang dibudidayakan. Pemeliharaan benih meliputi pemberian pakan,

pengecekan kualitas air dan pengontrolan.

4.3.1. Pemberian Pakan

Pakan adalah salah satu syarat dalam budidaya ikan, karena sumber

kebutuhan hidup ikan berasal dari pakan. Dalam kegitatan praktek kerja lapangan

ini penyusun melakukan pemberian pakan dengan frekuensi 4 kali dalam sehari,

yaitu pukul 07.00, 10.00, 13.00 dan 16.00 dengan menggunakan metode

pemberian pakan sekenyang-kenyangnya pada ikan menggunakan pakan buatan

(ad satiation).

20
Ikan diberi pakan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali

sehari pada pukul 08.00, 12.00 dan 17.00 WIB secara ad satiation (sekenyang-

kenyangnya) (Marie Roose, dkk., 2017).

Pemberian pakan dilakukan dengan cara yang berbeda, unuk pemberian

pakan alami air pemasukan akan ditutup selama 10 menit dengan cara memutar

keran agar pakan alami tidak akan keluar pada saluran pembuangan dan

pengeluarkan airasi selama 10 menit pada pemberian pakan buatan agar pakan di

berikan tidak cepat jatuh ke datas bak dikarenakan pengadukan air oleh airasi.

Pemberian pakan diselingkan dengan pakan alami seperti alona, daphnia magna

dan tubifex.

Pemberian pakan yang tepat dapat mengurangi pemborosan pakan dan

limbah diakibatkan pakan yang tidak termanfaatkan, karena itu pemberian pakan

berbeda-beda sesuai dengan bukaan mulut ikan (Marie Roose, dkk., 2017).

Menurut Marie Roose,dkk.,2017 manfaat pemberian pakan alami :

1. Sebagai makanan utama untuk ikan.

2. Dapat mempercepat poses pertumbuhan

3. Dapat menganti sel – sel yang rusak.

4. Berperan membantu proses metabolism,

5. Mengatur proses fisiologis, membentuk enzim, serta menunjang

kesehatan ikan

6. Sebagai media perantara untuk mengobati ikan

7. Dapat membentuk tubuh ideal dan mencemerlangkan warna ikan,

21
Sedangkan menurut Marie Roose,dkk.,2017 manfaat pemberian pakan

buatan:

1. Sebagai makanan tambahan untuk ikan.

2. Sebagai penghasil energi untuk meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan ikan

3. Sebagai sumber energi utama pada ikan

Ukuran pakan yang diberikan harus bertahap berdasarkan perkembangan

bukaan mulutnya. Semakin besar ukuran ikan, bukaan mulut akan semakin besar

dan pakan yang diberikan pun diameternya lebih besar. Sebelum pakan buatan

diberikan akan di campur dengan cairan vitamin. Cara membuat larutan vitamin

ini yaitu dengan mencampurkan 5 gr C-san aquatik, 5gr TOP-vit aquatic dan 5 gr

Progol kedalam 200 ml air. Larutan vitamin ini di campurkan pada 10 kg pakan

buatan guna mengatasi segala bentuk stres pada ikan dan meningkatkan daya

tahan tubuh ikan.

Menurut Marie Roose dkk.,2017 ukuran pakan yang tepat setiap ukuran

bukaan mulut adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Ukuran Pakan Yang Tepat Setiap Bukaan Mulut Ikan


Ukuran Ikan Feeding Rate Feeding Frekuensi
No Bentuk
(Cm) (%) (%)
1 Tepung Larva ikan 12 -10 3 – 4 kali/hari
2 Crumble 0,01 – 0,5 10 -8 2 – 3 kali/hari
3 Crunble 0,5- 1 8–6 2 – 3 kali/hari
4 Floating 1–3 8–6 2 – 3 kali/hari
5 Floating 3-5 8-6 2 – 3 kali/hari

Asam askorbat (vitamin C) berperan penting bagi ikan karena mempunyai

banyak fungsi. Dalam metabolisme tubuh, asam askorbat berperan sebagai

22
kofaktor reaksi-reaksi hidroksilasi dalam sel, agen reaksi redoks, anti oksidan,

lipolisis dan lipogenesis. Namun ikan tidak mampu mensintesis asam askorbat

disebabkan tidak tersedianya L-glunolakton, sebagai reaksi tahap akhir sintesis

asam askorbat, sehingga untuk mencukupi kebutuhan asam askorbat dalam

menjaga fungsi normal sel dibutuhkan suplementasi asam askorbat (vitamin C)

dari luar tubuh (Endang, dkk., 2013).

4.3.2. Pengecekan Kualitas Air

Pengecekan kualitas air sangat penting dalam budidaya ikan, hal ini

dikarenakan perubahan kualitas air yang buruk dapat menyebabkan kematian pada

ikan yang dibudidayakan kerena media hidup ikan sudah tidak sesuai untuk

digunakan. Pengukuran dilakukan dengan frekuensi 4 kali dalam sehari yaitu

06.00, 12.00, 14.00 dan 22.00 menggunakan Lutron DO-5510 Oxygen Meter,

yang dapat mengukur seperti Suhu dan oksigen terlarut (DO). Pengukuran

amoniak, nitrat dan nitrit dilakukan sekali dalam seminggu di laboratorium yang

berada di BPBAT Tatelu, hasil dari pengukuran kualitas air akan dicatat sebagai

bahan pengamatan.

Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila yaitu 25-30oC. Nilai suhu

terendah yaitu 24oC terjadi pada pagi hari, sedangkan nilai tertinggi pada siang

dan sore hari yaitu 33oC. Nilai oksigen terlarut untuk produksi ikan nila pada

kolam air tenang adalah ≥ 3 mg/L-1 dan konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 4

mg/L-1 dapat menimbulkan efek yang kurang menguntungkan bagi hampir semua

organisme akuatik,sedangkan nilai amonia produksi ikan nila kelas pembesaran di

kolam air tenang adalah < 0,02 mg/l, (Effendi, 2003).

23
Penentuan kadar nitrat dilakukan dengan metode spektrofotometer (SNI

06- 2480-1991) pada kisaran kadar 0,1 mg/L - 2,0 mg/L dengan menggunakan

metode brusin dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm,

Penentuan kadar nitrit dilakukan dengan metode spektrofotometer (SNI 06-

6989.9-2004). Pada kisaran kadar 0,01 mg/L -1,0 mg/L. Dalam suasana asam (pH

2-2,5), nitrit akan bereaksi dengan Sulfanilamid (SA) dan N-(1-naphthyl) ethylene

diamine dihydrochloride (NED dihydrochloride) membentuk senyawa azo yang

berwarna merah keunguan yang dapat diukur pada panjang gelombang 543 nm

(Effendi, 2003),

4.3.3. Pengontrolan

Pengontrolan yang dilakukan yaitu mengamati lampu-lampu pada panel,

lampu pada UV, oxygen generator serta saluran oksigen. Apabila ada

komponenyang tidak berfungsi maka lampunya akan mati atau mesin diam (mati).

Selain itu melihat mengecek saluran pembuangan dan pemasukan serta airasinya

dalam keadaan baik-baik saja. Pengontrolan lainnya yaitu penyiponan bak

pemeliharaan setiap pagi harinya dan penyiponan tandon untuk 2 hari sekali serta

mengangkat ikan mati terapung menggunakan seser.

Pengontrolan lainnya yang perlu dilakukan yaitu backwash. Kegiatan

backwash ini merupakan kegiatan yang penting dilakukan seminggu sekali untuk

membersihkan media filter agar filter dapat berproses baik dalam waktu yang

lama. Caranya yaitu memutar keran air bagian atas tabung filter dan tunggu

sekitar ± 5 menit hingga airnya kelihatan bersih

24
Penyiponan adalah hal yang harus dilakukan dan merupakan salah satu

kunci keberhasilan budidaya ikan nila di wadah budidaya. Dengan melakukan

penyiponan yg teratur, kebersihan dan kesehatan air di dalam kolam terpal dapat

terjaga serta tetap ideal untuk budidaya ikan nila, Sipon alias Shift Pond

merupakan tindakan untuk menyedot/membuang kotoran ikan dan sisa pakan

serta kotoran lain yang terdapat di dasar kolam. Penyiponan ini wajib dilakukan

oleh para pembudidaya ikan nila. Pasalnya jika tidak dilakukan penyiponan, maka

lama-kelamaan akan terjadi penumpukan kotoran ikan nila dan sisa pakan di dasar

wadah. Penumpukan ini kemudian akan meningkatkan kadar Amonia dan Nitrit

yang bersifat racun (Sugiarto, 1988).

Pengertian ‘backwash’ dalam water treatment adalah membalik arah

masuknya air ke dalam tabung filter air.Pada kondisi kerja normal dimana air

masuk dari atas filter ( untuk type filter yang vertical ) kemudian menembus filter

media ( pasir atau karbon aktif ) kemudian keluar menuju proses berikutnya.

Dengan berjalanya waktu dan karena pemakain dari filter itu sendiri, media filter

akan menjadi kotor oleh polutan – polutan dalam air yang terperangkap di

dalamnya (Kawamura, 1991).

Untuk mengembalikan kondisi filter media seperti semula maka di

perlukan pembersihan / pencucian media filter secara berkala. Proses ini yang

dinamakan ‘backwashing’ yaitu mencuci media filter tanpa harus mengeluarkan

media filter itu sendiri dari dalam tabung filter (vesell) (Kawamura, 1991).

Menurut Kawamura, (1991) langkah – langkah ‘backwashing’ adalah

sebagai berikut :

25
1. Posisikan kran air agar air masuk melalui bagian bawah filter menuju

ke atas filter.

2. Buka kran pembuangan air atas.

3. Tutup kran air yang menuju filter berikutnya untuk mencegah air

kotor masuk ke filter berikutnya.

4. Nyalakan water pump untuk mengaktifkan proses backwashing

selama +/- 5 menit. Langkah pembilasan ( RINSE )

5. Ubah posisi kran agar air mengalir dari atas filter (seperti posisi filter

normal )

6. Kondisi kran air yang menuju filter berikutnya masih dalam keadaan

tertutup.

7. Buka kran pembuangan air bawah .

8. Nyalakan water pump selama +/- 5 menit, untuk melakukan

pembilasan.

9. Ulangi proses backwasing dan pembilasan sampai air yang keluar dari

dalam filter sudah benar-benar bersih.

10. Terakhir, posisikan kran

11. kran air seperti semula untuk proses penyaringan air normal.

4.4. Pemanenan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Pemeliharaan benih di Resirculation Aquaculture System (RAS) dilakukan

selama 3 minggu hingga bobot panjang ikan mencapai 2 s/d 3 cm. benih ikan

yang yang di panen akan didistribusi atau akan dilakukan pemeliharaan lanjutan

(pembesaran).

26
Setelah larva dibesarkan hingga ukuran 2-3 cm, selanjutnya lakukan

pendederan untuk mendapatkan benih ikan yang siap dibudidayakan di tempat

pembesaran. Pendederan hendaknya menggunakan kolam yang lebih luas. Padat

tebar untuk pendederan benih 30-50 ekor/m2. Lama pemeliharaan benih ikan nila

pada tahap ini sekitar 1-1,5 bulan. Atau, kira-kira sampai ukuran benih 10-12 cm

(Khairuman dan Khairul A., 2003).

27
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Proses pembenihan dan pendederan ikan nila adalah kegiatan yang

dilakukan mulai dari pemeliharaan induk sampai menghasilkan larva

yang berukuran 0,7 s/d 0,8 cm.

2. Pada tahap pemeliharaan benih, ikan nila akan di pelihara selama 3

minggu sehingga ukuran mencapai 2 s/d 3 cm untuk dilakukan

pemanenan

5.2 Saran

Adapun saran dalam laporan ini agar kiranya pemeliharaan induk harus

diperhatikan waktu pemeliharaan serta pemberian pakan harus diperhatikan

supaya pertumbuhannya sesuai dengan keinginan.

28

Anda mungkin juga menyukai