Anda di halaman 1dari 14

PENGOLAHAN RUMPUT LAUT

Oleh :

Nama : Sutanti Novari


NIM : B0A015028
Kelompok :3
Asisten : Suryadi

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN DAN KELAUTAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII BIOLOGI-PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diversifikasi olahan rumput laut telah dilakukan untuk mengantisipasi
penggunaan bahan tambahan serta mengupayakan pemanfaatan rumput laut sebagai
salah satu sumber pangan kaya gizi. Rumput laut merupakan salah satu hasil
perikanan laut yang dapat menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber
pendapatan masyarakat pesisir. Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek
yang cukup cerah, karena diperkirakan terdapat 555 spesies rumput laut yang
tersebar di perairan Indonesia dengan total luas lahan perairan yang dapat
dimanfaatkan sebesar 1,2 juta hektar. Sampai saat ini, sebagian besar rumput laut
diekspor dalam keadaan kering dan baru sebagian diolah menjadi agar-agar di
samping dimakan sebagai sayuran (Alsan, 1999).
Kandungan dietary fiber dan nutrisinya bermanfaat sebagai antioksidan,
antimutagenic, anti koagulan, anti tumor, dan metabolisme lipid. Rumput laut juga
sebagai sumber iodium alami yang terbaik. Kandungan serat (diatery fiber) pada
rumput laut bersifat untukn mengenyangkan dan memperlancar proses metabolisme
tubuh, sehingga sangat baik dikonsumsi penderita obesitas. Karbohidratnya juga
sukar dicerna, sehingga anda merasa kenyang lebih lama tanpa takut kegemukan
(Winarno, 1997).
Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek yang cukup
cerah,meskipun pada saat ini pemanfaatannya sangat terbatas hanya pada jenis-jenis
yang telah umum dikenal saja yaitu dari marga Gracilaria, Eucheuma, Hypnea dan
Gelidium (Kadi, 1990). Keadaan tersebut secara umum ditunjang oleh potensi wilayah
yang baik seperti; keadaan perairan yang mendukung kehidupan rumput laut, sediaan
alami yang banyak, dan lahan budidaya yang luas. Rumput laut dapat dimanfaatkan
secara langsung sebagai bahan makanan maupun sebagai bahandasar dari industri.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara Pengolahan Rumput Laut adalah mahasiswa
dapat mengetahui proses pengolahan pasca panen rumput laut dan aplikasinya.
II. MATERI DAN CARA KERJA
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum acara pengolahan rumput laut
adalah pengaduk, sendok, panci, kompor, gelas ukur, timbangan, saringan mess,
baskom, cup, dan label.
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara pengolahan rumput laut
adalah air, agar serbuk, citrun, gelatin, gula pasir, dan essence.

B. Cara Kerja
1. Dimasukkan air sebanyak 600 ml kedalam panci.
2. Tambahkan agar serbuk sebanyak 10-15 g, aduk-aduk sampai tercampur rata.
3. Dimasukkan citrun sebanyak 2 g, homogenkan.
4. Dimasukkan gelatin sebanyak 4%, homogenkan.
5. Dimasukkan gula pasir sebanyak 200 g dan homogenkan sampai rata.
6. Masukkan kedalam gelas ukur sebanyak 200 ml dan tambahkan essence
sucukupnya aduk hingga merata.
7. Tuangkan kedalam cup dan tunggu hingga memadat.
8. Disimpan dikulkas.
9. Uji organoleptik.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 3.1 Tabel Hasil Uji Organoleptik Rumput Laut
Kelompok Essence Aroma Rasa Tekstur Warna
Anggur 5,83 4,75 4 5,15
Jeruk 5,2 5,08 5,06 6,9
Mangga 4,25 3,08 4,25 4,67
1
Vanili 3,48 4 5,5 3,83
Susu 7 3,67 5 5,77
Coklat 2,58 2,76 3,3 3,73

2 Anggur 7,6 8 7,6 7


Jeruk 7,6 7,6 7,2 5,4
Mangga 7,2 2,6 1,2 5,6
Vanili 3 3 6 2
Susu 4,2 2,4 2,4 1,6
Coklat 4,6 3,7 6,2 5

Anggur 8,3 8,5 8,5 8,6


Jeruk 8,0 7,9 7,4 8,1
Mangga 6,8 2,6 3,8 4,5
3
Vanili 5,3 5,3 5,9 4,1
Susu 7,6 5,1 5,3 5
Coklat 5,6 4,8 6 5,5

Anggur 6,5 8,4 3,6 8,1


Jeruk 8,5 8,2 2,4 7,5
Mangga 6,6 1,4 1,2 5,6
4
Vanili 7,8 5,4 7,4 8,9
Susu 7,8 4 5,4 1,4
Coklat 2,6 3,2 6,6 4,5

Anggur 7,5 3,8 5,2 8,41


Jeruk 3,7 5,5 6,7 7,6
Mangga 8,6 3,8 3,5 9,08
5
Vanili 3,8 6 7 6,08
Susu 8,0 5,2 6 4
Coklat 6 4 6 4,16

Anggur 7,16 6,6 7,2 4,56


Jeruk 7,3 7,3 6,7 7,4
Mangga 6,7 5,6 4,6 6,8
6
Vanili 6,4 6,3 6,9 5,6
Susu 5,7 4 5,9 5,4
Coklat 6,2 6,4 6,7 6,5
Berdasarkan hasil praktikum uji organoleptik agar-agar yang didapat dari
kelompok 3 adalah essence anggur dengan aroma 8,3, rasa 8,5, tekstur 8,5, warna
8,6, essence jeruk dengan aroma 8,0, rasa 7,9, tekstur 7,4, warna 8,1, essence mangga
dengan aroma 6,8, rasa 2,6, tekstur 3,8, warna 4,5, essence vanili dengan aroma 5,3,
rasa 5,3, tekstur 5,9, warna 4,1, essence susu dengan aroma 7,6, rasa 5,1, tekstur 5,3,
warna 5, dan essence coklat dengan rasa 4,8, aroma 5,6, tekstur 6, dan warna 5,5.
Menurut Rizal et al. (2015), uji organoleptik dapat dilakukan dengan menggunakan uji
deskripsi (descriptive test) : metode uji yang digunakan untuk mengindentifikasi
spesifikasi organoleptik / sensori suatu produk dalam bentuk uraian pada lembar
penilaian, uji hedonik (hedonic test) : metode uji yang digunakan untuk mengukur
tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar penilaian, dan uji
skor (scoring test) : metode uji dalam menentukan tingkatan mutu berdasarkan skala
angka 1 (satu) sebagai nilai terendah dan angka 10 (sepuluh) sebagai nilai tertinggi
dengan menggunakan lembar penilaian. Nilai yang dikatakana baik, sangat baik dan
kurang dapat dilihat dari nilai 1-3 (kurang), 4-6 (baik), dan 7-10 (sangat baik).

Gambar 3.1. Bahan-bahan yang digunakan Pembuatan Agar

Sebelum dilakukan proses kegiatan pembuatan agar pertama yang harus


disiapkan adalah alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan agar
diantaranya pengaduk, sendok, panci, kompor, gelas ukur, cup, dan label. Bahan
yang digunakan dalam proses pembuatan agar diantaranya air 600 ml, serbuk agar
10-15 g, citrun 2 g, gelatin 4%, essence, dan gulapasir 200 g.

Gambar 3.2. Penuangan Air Kedalam Panci

Penuangan air dilakukan saat sebelum bahan-bahan pembuatan agar


dimasukkan. Terlebih dahulu air direbus sampai mendidih air yang digunakan pada
saat pembuatan agar sebanyak 600 ml. Setelah itu, campurkan bahan-bahan yang lain
dan aduk hingga merata. Bahan-bahan yang dicampurkan dalam air tersebut yang
pertama adalah gula, agar bubuk, citrun, dan gelatin. Syarat air yang digunakan
dalam pengolahan makanan sama dengan persyaratan air minum, yaitu tidak
mengandung patogen, tanpa bau, tanpa rasa yang tidak dikehendaki, dan tanpa warna
(Winarno, 1997).
Gambar 3.3. Penambahan Gula
Pertama dimasukkan gula pasir kedalam panci yang sudah mendidih dan
aduk hingga merata. Gula pasir (sukrosa) merupakan senyawa kimia yang termasuk
golongan karbohidrat, memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat anhydrous, dan
larut dalam air. Sukrosa adalah komponen utama permen yang berguna selain sebagai
pemanis, juga sebagai sumber padatan. Penambahan gula pada produk bukan saja
untuk menghasilkan rasa manis, tetapi untuk menyempurnakan rasa asam, citarasa,
dan juga memberikan kekentalan. Daya larut yang tinggi dari gula, memiliki
kemampuan mengurangi kelembaban relatif (ERH) dan daya mengikat air adalah
sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan (Winarno,
1997). Menurut Hasyim (2015), menyatakan bahwa fungsi gula selain sebagai bahan
pemanis, pengawet, penambah cita rasa dan juga sebagai pelunak tekstur.

Gambar 3.4. Penambahan Serbuk Agar


Kedua dimasukkannya serbuk agar kedalam panci yang sudah berisi air dan
gula. Serbuk agar digunakan untuk membuat agar-agar dikarenakan agar atau agarosa
adalah zat yang biasanya berupa gel yang diolah dari rumput laut atau alga. Agar-
agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang mengisi
dinding sel rumput laut. Ia tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer
yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dapat dibentuk sebagai bubuk dan
diperjualbelikan. Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar
dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling
merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air,
sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam
elektroforesis gel agarosa untuk menghambat pergerakan molekul objek akibat
perbedaan tegangan antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar juga cukup kuat
untuk menyangga tumbuhan kecil sehingga sangat sering dipakai sebagai media
dalam kultur jaringan (Winarno, 1996).
Gambar 3.5. Penambahan Citrun

Ketiga dimasukkannya citrun kedalam panci kemudian dihomogenkan. Asam


citrun atau Citrun Zuur merupakan bahan kimia yang biasa digunakan untuk
memberi rasa asam atau mengatur keasaman suatu makanan atau minuman. Bahan
ini disebut dengan Citric Acid, merupakan bahan additife makanan untuk
memberikan rasa asam. Kandungan asam didalamnya berfungsi untuk mencegah
pertumbuhan bakteri dan jamur. Asam citrun juga berfungsi untuk menstabilkan
warna makanan dengan cara mengurangi kekeruhan warnanya. Sehingga asam citrun
merupakan salah satu bentuk pengawet makanan yang dinyatakan 99,9% aman untuk
dikonsumsi (Pauling, 1971).

Gambar 3.6. Penambahan Glatin


Keempat dimasukkannya gelatin kedalam panci untuk dihomogenkan. Gelatin
sangat penting dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena nilai gizinya yang
tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan
rendahnya kadar lemak. Gelatin dalam jenis produk pangan berfungsi sebagai zat
pengental, penggumpal, membuat produk menjadi elastis, pengemulsi, penstabil,
pembentuk busa, pengikat air, dan pelapis tipis. Fungsi utama gelatin adalah untuk
memperkokoh tekstur atau penstabil ataupun untuk membuat efek kenyal pada
beberapa produk (McMurry, 2008).
Gambar 3.7. Penuangan Kedalam Gelas Ukur
Kelima adalah penuangan cairan agar kedalam gelas ukur untuk dibagi rata
sesame kelompok. Penuangannya sebanyak 200 ml dalam satu kelompok. 200 ml
harus dibagi rata ukurannya setiap takaran. Fungsi gelas ukur adalah sebagai alat
ukur volume cair (Vogel, 1985).

Gambar 3.8. Penuangan Essence Kedalam Gelas Ukur


Keenam adalah penuangan essence kedalam gelas ukur. Essence adalah ekstrak
dari aroma bahan makanan seperti vanili, cokelat, moka, orange, stroberi dan lainnya.
Essence digunakan untuk menambah atau menguatkan aroma pada bahan cake, roti,
kue, puding maupun minuman. Essence berbentuk cair dan kental. Penggunaanya
cukup 1 sdt setiap 1 liter cairan atau 1 kg penggunaan bahan tepung (Oey, 1992).

Gambar 3.9. Penuangan Kedalam Cup


ketujuh adalah proses penuangan cairan agar-agar kedalam cup untuk dicetak
supaya teksturnya menjadi padat. Cup digunakan sebagai tempat untuk makanan,
minuman dll. Cap memili ukuran yang berbeda-beda ada yang kecil, sedang dan
yang besar.

Gambar 3.10. Agar-Agar didiamkan Sampai Memadat


Kedelapan adalah proses didiamkannya agar-agar sampai memadat. Pendiaman
ini atau pendinginan ini dilakukan agar pemadatan benar-benar terjadi dengan
sempurna pada agar-agar. Setelah agar-agar membentuk padat dan dingin agar-agar
dimasukkan kedalam lemari freezer untuk dibekukan atau didinginkan. Pembekuan
atau pendinginan tersebut berfungsi sebagai pengawet supaya makanan, minuman
atau produk lainnya tetap terjaga kualitas mutunya yang baik (Effendi, 2009).

Gambar 3.11. Agar diuji Organoleptik


Terakhir adalah agar-agar diuji organoleptik atau uji sensori pada alat indra
manusia. Uji organoleptik ini digunakan untuk mengetahui mutu dari produk mulai
dari aroma, tekstur, warna, kesukaan, dan rasa. Uji organoleptik warna pada agar-agar
dianalisis dengan mengamati warna pada agar-agar tersebut, apakah warnanya sesuai dengan warna
agar-agar pada umumnya atau tidak. Uji organoleptik tekstur pada agar-agar dianalisis
dengan menguji tekstur pada agar-agar tersebut, apakah teksturnya sesuai dengan selera atau
tidak. Uji organoleptik rasa pada agar-agar dianalisis dengan menguji rasa pada agar-
agar tersebut, apakah rasa dan komposisi gulanya sesuai dengan selera atau tidak. Uji
organoleptik aroma pada agar-agar dianalisis dengan mencium aroma pada agar-agar
tersebut, apakah aromanya sesuai dengan aroma agar-agar pada umumnya atau tidak. Uji
organoleptik keseluruhan adalah uji organoleptik yang menyangkut semuanya mulai dari warna,
tekstur, aroma, dan rasa (Hasyim et al., 2015).
Menurut Manivannan et al. (2008), rumput laut mempunyai kandungan nutrisi
cukup lengkap. Secara kimia rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%),
karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). Selain
karbohidrat, protein, lemak dan serat, rumput laut juga mengandung enzim, asam
nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E dan K) dan makro mineral seperti
nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi,
magnesium dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral rumput laut
mencapai 10 -20 kali lipat dibandingkan dengan tanaman darat. Jenis rumput laut
golongan hidrokoloid adalah sebagai berikut:
a. Alginate
Alginat merupakan konstituen dari dinding sel pada alga yang banyak
dijumpai pada alga coklat (Phaeophycota). Senyawa ini merupakan
heteropolisakarida dari hasil pembentukan rantai monomer mannuronic acid dan
gulunoric acid. Kandungan alginat dalam alga tergantung pada jenis alganya.
Rumput laut penghasil alginat diantaranya adalah genus Sargasum dan
Turbinaria. Algonofit ini memiliki sifat sebagai pembentuk gel dan bahan
pengemulsi. Kandungan terbesar alginat (30-40 erat kering) dapat diperoleh dari
jenis Laminariales sedangkan Sargassum muticum, hanya mengandung 16-18 erat
kering. Alginofit dapat dimanfaatkan sebagai kosmetik dan farmasi.
b. Karagenan
Karagenan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida
galaktosa hasil ekstraksi dari rumput laut jenis karaginofit seperti Eucheuma sp.,
dan Hypnea sp., karaginan merupakan jenis alga hujau (Chlorophyceae). Sebagian
besar karagenan mengandung natrium, magnesium, dan kalsium yang dapat
terikat pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6 anhydro-
galaktosa. Karaginan ada tiga macam, yaitu iota karaginan dikenal dengan tipe
spinosum, kappa karaginan dikenal dengan tipe cottoni dan lambda karaginan.
Ketiganya dibedakan dengan sifat jeli yang terbentuk. Iota karaginan berupa jeli
lembut dan fleksibel atau lunak. Kappa karaginan jeli bersifat kaku dan getas serta
keras. Sedangkan lambda karaginan tidak dapat membentuk jeli, tapi berbentuk
cair yang viscous. Karagenan dapat diolah menjadi produk setengah jadi pada
industri ATC dalam bentuk chips atau tepung bahkan menjadi karaginan murni.

c. Agarofit

Agarofit merupakan rumput laut hidrokoloid yang memiliki kekuatan gel


yang sangat kuat. Rumput laut agarofit ini termasuk kedalam jenis alga merah
(Rhodophyceae). Agarofit adalah jenis rumput laut penghasil agar. Jenis-jenis
rumput laut tersebut adalah Gracilaria sp., Gelidium sp., dan Gelidiella sp. Agar-
agar merupakan senyawa kompleks polisakarida yang dapat membentuk jeli.
Kualitas agar-agar dapat ditingkatkan dengan suatu proses pemurnian yaitu
membuang kandungan sulfatnya. Produk ini dikenal dengan nama agarose dan
agaropektin. Agarofit dapat diolah menjadi produk agar-agar, baik itu dalam
bentuk kertas, batang, maupun dalam bentuk murni.
Kegiatan pasca panen merupakan rangkain kegiatan atau proses yang dimulai
sesaat setelah rumput laut dipanen lalu kemudian diolah dengan menggunakan cara
tertentu hingga sampai tahap . Tujuannya adalah untuk mempertahankan dan
meningkatkan mutu rumput laut, meningkatkan harga jual dan memperpanjang
waktu dalam penyimanan produksi. Tindakan pasca panen bisa dimaknai dengan
memproses hasil panen mulai dari proses perontokan, pengeringan, penyimpanan
hingga pemasaran (Siregar et al., 2002).
Menurut sulistyawati (2003), langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
pasca panen rumput laut adalah sebagai berikut :
1. Pemanenan
Rumput laut yang sudah siap panen yang dibudidayakan dengan metode
rumpon (tali), dipanen dengan cara menarik rumpon ke pinggir pantai. Rumput
laut dilepas dari ikatannya, dipetik pucuknya untuk ditanam kembali, diikat lagi
pada rumpon sebagai tanaman baru. Umur panen yang optimum adalah 40-45
hari, hal ini sangat disarankan karena pada umur tersebut kandungan
karagenannya sangat optimum. Pemanenan sebaiknya dilakukan mulai siang hari.
2. Pencucian dan Perendaman
Hasil panen dicuci air laut untuk menghilangkan kotoran yang melekat
seperti lumpur, garam, dan lain lain, sehingga rumput laut menjadi bersih.
Selanjutnya rumput laut langsung direndam larutan alkali KOH 0,1% sampai
terendam dan dibiarkan kontak dengan alkali semalaman. Tujuan perendaman
dengan menggunakan larutan alkali adalah untuk mendapatkan karagenan yang
maksimal. Tahapan selanjutnya, pagi harinya rumput laut diangkat dan dicuci
dengan air tawar sampai bersih dan netral.
3. Pengeringan dan Sortasi
Rumput laut yang sudah netral dikeringkan dengan penjemuran, dapat
dilakukan di sekitar pantai sampai mencapai kekeringan tertentu (optimum)
biasanya 20-30%. Alas pengering yang sederhanan adalah dengan bahan plastik,
agar cepat kering dan lebih bersih, dapat pula dengan pengeringan solar yang
dipadu kompor dan untuk menjaga mutu pengeringan harus dikeringkan di atas
para para.
4. Pengeringan atau penjemuran
Pengeringan hasil panen dilakukan di bawah sinar matahari langsung
dengan menggunakan anjangan dari bamboo agar hasil panen tidak tercampur
dengan pasir, tanah atau benda-benda lainya. Pengeringan dilaksanakan selama
siang hari pada cuaca cerah dan pada malam hari atau waktu hujan, hasil panen
ditutup supaya tidak tercampur dengan air hujan maupun embun. Pengeringan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara menggunakan alat pengering
(oven) atau secara alami dengan menjemur dengan sinar matahari. Yang murah
dan praktis adalah dengan cara dijemur dengan sinar matahari selama 2 - 3 hari,
tergantung kondisi panas matahari. Dalam penjemuran ini harus menggunakan
alas, seperti para-para, terpal plastik dan lain-lain untuk menghindari
tercampurnya rumput laut hasil panen dengan kotoran seperti pasir atau kerikil
dan lain-lain.
5. Pengemasan dan Penyimpanan
Setelah rumput laut kering, dilakukan pengemasan dengan karung net atau
plastik. Untuk lebih efisien tempat rumput laut kering dapat dipress (cetak)
menjadi bentuk kotak-kotak padat per kilogram atau 5 kg sehingga pengemasan
selanjutnya menjadi lebih efisien dalam kotak-kotak kayu dan dijaga agar sirkulasi
udara baik. Hal ini disebabkan apabila sirkulasi udara dalam ruangan dan kemasan
tidak baik, maka akan terjadi proses fermentasi, rumput laut menjadi apek dan
timbul kapan atau jamur yang akibatnya akan menurunkan mutu rumput laut.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum acara pengolahan rumput laut adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengetahui cara melakukan proses pasca panen rumput taut
yaitu dengan cara pemanenan, pencucian, pengeringan, sortasi, pengemasan dan
penyimpanan. Aplikasi yang dilakukan dalam pengolahan rumput laut yaitu
dapat digunakan sebagai bahan pangan, agar-agar, pupuk dan pakan ternak.

B. Saran

Saran untuk praktikum acara pengolahan rumput laut adalah sebagai berikut:
DAFTAR REFRENSI

Aslan, L.M., 1999. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Liberty.


Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kadi, A., 1990. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Puslitbang
Oseanografi-LIPI.

Rizal, Muhamad., Melani, Shabrina., Rizky, Widyastari., & Siska, Permata Sari., 2015. Uji Skrining
dan Uji Organoleptik Agar Rasa-rasa dengan Berbagai Merek Produk yang Di
Jual Di Pasaran. Jurnal Kimia Pangan. 8(9): pp.1-9.

Winarno, F., G., 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Pauling, L., 1971. General Chemistry edisi 4. Jakarta: Gaya Baru.
McMurry, J., 2008. Organic Chemistry 8th Edition. New York (US): W.H. Freeman and
Company.
Vogel., 1985. Kimia Dasar. Bandung: Remaja Karya.
Oey, Kam Nio., 1992. Daftar Analisis Bahan Makanan. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Effendi, M. Supli., 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung :
Alfabeta
Hasyim, Hasriyanti., Abdul, Rahim., & Rostiati., 2015. Karakteristik Fisik Kimia Dan
Organoleptik Permen Jelly Dari Sari Buah Srikaya Pada Variasi Konsentrasi
Agar-Agar. e-J. Agrotekbis. 3 (4): pp.463-474.
Manivannan, K., Thirumanan, G., Devi, G. Karthikai., Hemalatha, A., & Anantharaman,
P., 2008. Biochemical Composition Of Seaweeds From Mandapam Coastal
Regions Along Southeast Coast Of India. American-Eurasian
Journal of Botani. 1 (2) : pp.32-37.
Sulistyawati, H., 2003. Struktur komunitas seaweed (rumput laut )di pantai pasir putih
kabupaten situbondo. Jurnal ilmu dasar. 4(1): pp.58-61.

Anda mungkin juga menyukai